Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 6

PELANGGARAN ETIKA BISNIS


(STUDI KASUS PT. PHAROS INDONESIA & PT. NIKE)

Nama Anggota :

Mietha Juliana S (174020179)


Mochamad Rizal Ilham (174020194)
Nova Nurdiana Dewi (174020195)
LATAR BELAKANG PT. PHAROS INDONESIA

PT. Pharos Indonesia adalah salah satu dari beberapa perusahaan farmasi tertua dan
terbesar di Indonesia. Berdiri sejak 30 September 1971 ,dan merupakan perusahaan
farmasi pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat CPOB ( Cara Pembuatan
Obat yang Baik ) dari Badan POM pada 30 Juni 1990 serta memiliki sertifikat ISO
9001/2000.
sebuah Perusahaan Dalam Negeri (PMDN) yang bergerak dalam bidang obat-obatan
(farmasi), PT. Pharos Indonesia saat ini berkantor pusat di Jl Limo No 40 Permata Hijau,
Senayan, Jakarta 12220, dan mempunyai cabang di setiap ibu kota provinsi.
PT. Pharos Indonesia merupakan perusahaan farmasi yang pertama memperoleh
sertifikat cara produksi obat yang baik (CPOB) dari departemen kesehatan dan dipercaya
untuk mendukung program pemerintah dalam pengadaan obat bermutu dengan harga
yang terjangkau. Bentuk perusahaan adalah Perseroan Terbatas (PT), PT Pharos
Indonesia ini termasuk perseroan yang tidak mendapat fasilitas dari pemerintah.
Kekuasaan tertinggi didalam perusahaan berada di tangan pemilik perusahaan (PT.
Pharos Indonesia, Ataglance. 2017).
 
PELANGGARAN ETIKA BISNIS PADA ALBOTHYL OLEH PT. PHAROS INDONESIA

Dalam satu bulan terakhir ini sudah ada 3 produk yang izin edarnya ditarik oleh BPOM
karena tidak sesuai ketentuan. Dimulai dari Viostin dan Enzyplex tanggal 5 Februari lalu
karena terbukti mengandung DNA babi, kini Albothyl pun dibatalkan izin edarnya per
tanggal 15 Februari setelah ada 38 laporan kasus terkait efek samping serius yang timbul
akibat penggunaan Albothyl, oleh profesional kesehatan dalam dua tahun terakhir ini.
Pada kasus Viostin dan Enzyplex, boleh dikatakan levelnya tidak sampai membahayakan
pasien. Hanya tidak sesuai dengan ketentuan pelabelan produk, mengingat Indonesia
adalah negara mayoritas Muslim sehingga produk yang mengandung babi harus
mengikuti ketentuan khusus.
Tapi untuk kasus Albothyl kali ini, tentunya dianggap sangat serius karena berkaitan
dengan keselamatan pasien. Dalam 38 laporan kasus tersebut menunjukkan bahwa
adanya efek samping Albothyl yang malah memperparah sariawan yang diderita pasien
dan menyebabkan infeksi.
Beberapa Teori Penyimpangan Etika Bisnis Dari
PT. PHAROS INDONESIA
• Egoisme Psikologis
Kasus ini termasuk ke dalam teori egoisme psikologis karena PT pharos ini lebih mementingkan keuntungan
bagi perusahaannya dan juga tidak mengutamakan kesehatan dan keselamatan konsumennya. Dan ini
mengartikan menguntungkan satu pihak dan merugikan banyak pihak lain.
• Teori Hak
Kasus ini termasuk ke dalam teori hak, karena seorang konsumen mempunyai hak kepuasan atas apa yang
mereka beli . sedangkan PT Pharos tidak memberikan kualitas produk yang baik bagi konsumennya malah
memperparah sariawan yang di derita konsumen dan menyebabkan infeksi.
• Teori Keutamaan
Kasus ini termasuk ke dalam teori keutamaan karena Albothyl yang beredar di pasaran saat ini mengandung
zat bernama Policresulen dengan konsentrasi 36%. Policresulen adalah senyawa asam organik
(polymolecular organic acid) yang diperoleh dari proses kondensasi formalin (formaldehyde) dan senyawa
meta-cresolsulfonic acid sehingga PT Pharos tidak memiliki kejujuran dalam informasi bahan bahan yang di
pakai.
KESIMPULAN KASUS PT. PHAROS INDONESIA

Banyaknya kasus pelanggaran di dalam etika berbisnis membuat kita sadar bahwa masih
banyak nya produsen produsen nakal yang hanya memikirkan materi tanpa memikirkan
dampak apa yang telah diperbuat, pemerintah seharusnya lebih teliti terhadap
pengawasan peredaran barang barang yang beredar dan harus  lolos uji seleksi. Dan
untuk masyarakat kita mengajak untuk selalu peduli terhadap apa yang di nilai kurang
baik. Farmakovigilans tidak hanya dilaksanakan oleh industri farmasi tetapi juga didukung
oleh masyarakat awam dan profesional kesehatan di lapangan. Bagi masyarakat awam,
jika menemukan atau mengalami kejadian yang tidak diinginkan setelah mengkonsumsi
suatu obat, bisa menghubungi produsen dan melaporkan kejadian yang dialami (kecuali
kejadian serius yang memerlukan penanganan segera ke klinik atau rumah sakit).
Biasanya produsen memiliki nomor kontak layanan keluhan konsumen. Keluhan-keluhan
ini akan ditindaklanjuti oleh bagian Farmakovigilans di setiap perusahaan atau produsen.
SARAN UNTUK KASUS PT. PHAROS INDONESIA

Sebaiknya badan pengawas obat dan makanan lebih


memperhatikan kembali dan tidak kecolongan Kembali
atas kasus yang dinilai merugikan banyak pihak ini, dan
selalu tegas menindak oknum – oknum nakal tersebut.
Dan untuk masyarakat harus lebih selektif dalam
pemilihan barang, untuk yang paham akan bidang nya
lebih terbuka dalam membagi informasi berkaitan dengan
apa yang diketahuinya, saling berbagi manfaat dan ilmu.
Latar Belakang PT. NIKE
Perusahaan yang memiliki reputasi baik belum tentu tidak melakukan pelanggaran etika dalam berbisnis baik nasional
maupun perusahaan internasional. Sebagai contoh adalah NIKE, PT. NIKE adalah salah satu perusahaan asal
Amerika Serikat yang memproduksi sepatu, pakaian, dan alat-alat olahraga.
NIKE memiliki kontrak untuk pembuatan produk mereka dilakukan oleh jaringan global 600 pabrik yang dimiliki oleh
subkontraktor yang mempekerjakan lebih dari 550.000 orang. Korporasi besar ini telah membuat Knight salah satu
orang terkaya di Amerika. Frase pemasaran Nike "Just Do It!" Telah menjadi sebagai identitas mereka dan dalam
budaya populer dikenal sebagai "swoosh" logo atau wajah sponsor selebriti, seperti Tiger Wood.
NIKE bukan hanya terkenal sebagai perusahaan penghasil peralatan olahraga, namun juga sering memperkerjakan
anak-anak di bawah umur. Kondisi kerja yang buruk telah hadir selama berabad-abad. Sering kali keadaan ini menjadi
pemicu tragedi pada masyarakat terjadinya aksi menggalang hak-hak pekerja. Ini terjadi di Amerika Serikat selama
Revolusi Industri dan bahkan di akhir abad ke-20. Namun, secara internasional, terutama di negara-negara dunia
ketiga yang miskin, yang jauh dari keadilan. Perusahaan-perusahaan besar dari Amerika Serikat telah memindahkan
sebagian besar pabrik-pabrik mereka di luar negeri untuk menghindari peraturan kerja yang ketat di Amerika Serikat.
Negara-negara dunia ketiga seperti Vietnam, China, Korea Selatan, dan Taiwan menyediakan akses ke tenaga kerja
murah mudah berlimpah. Perusahaan-perusahaan ini sekarang bisa menuai manfaat dari pasar konsumen Amerika
Serikat, sekaligus menjaga biaya mereka sangat rendah dalam produksi lepas. Media telah membangunkan publik

time is
bahwa faktanya beberapa perusahaan terkemuka telah mendalangi kegiatan yang bisa disebut sebagai malpraktek.
Nike menjadi sasaran utama dari beberapa perusahaan yang dianggap melakukan tindakan tidak etis tersebut. Hal ini
menggambarkan bahwa kondisi yang di beberapa daerah pabrik Nike di luar negeri kritis dan jauh dari standar minimal
my time
yang ditetapkan untuk semua karyawan. Banyak pihak menyelidiki Nike dan bagaimana mereka telah mengeksploitasi
pekerja di Asia untuk keuntungan financial semata.
 
PELANGGARAN ETIKA BISNIS PADA PT. NIKE

 
1. Tidak ada keadilan kinerja untuk pekerja.
2. Tidak ada reward apapun yang diterima pekerja setelah menjalankan tugasnya.
3. Perusahaan tidak memfasilitasi karyawan ketika ingin berorganisasi melalui serikat pekerja.
4. Manajer tidak menghargai hak-hak pekerja untuk menerima uang lembur, mendapatkan hari libur,
dan diperlakukan selayaknya manusia.
5. Manajer cenderung memaksa pekerja memenuhi target produksi, tanpa memberikan fasilitas yang
memadai.
6. Perusahaan tidak memotivasi karyawan bekerja dengan baik, tapi cenderung mengancam.
7. Perusahaan tidak pernah mendengar keluhan dan aspirasi pekerja.
8. Pekerja merasa terancam dan terpaksa bekerja karena takut menerima upah lebih rendah lagi.
9. Upah yang diterima pekerja dibawah standar hidup layak, padahal mereka bekerja di atas jam
kerja normal.
10. Nike memperkerjakan banyak anak dibawah umur, demi meningkatkan kapasitas produksi
dengan harga murah.
BEBERAPA PENYIMPANGAN ETIKA BISNIS YANG DI LAKUKAN
PT. NIKE
• Teori Hak
Kasus ini termasuk ke dalam teori hak, karena upah yang diterima pekerja dibawah standar hidup layak,
padahal mereka bekerja di atas jam kerja normal, dan Manajer tidak menghargai hak – hak pekerja untuk
menerima uang lembur, mendapatkan hari libur, dan diperlakukan selayaknya manusia, dan juga tidak ada
keadilan kinerja untuk para pekerja.
• Egoisme Psikologis
Kasus ini juga termasuk ke dalam teori egoisme psikologis, karena PT. NIKE memperkerjakan banyak
anak dibawah umur, demi meningkatkan kapasitas produksi dengan harga murah, dan Manajer cenderung
memaksa pekerja memenuhi target produksi, tanpa memberikan fasilitas yang memadai.
• Pt nike juga melanggar prinsip gcg yaitu prinsip fairness (kesetaraan dan kewajaran) hal yg
dilanggarkan adalah saat pt nike tidak memberikan Keadilan kinerja untuk para pekerjanya. Selain itu Pt
nike melanggar prinsip responsibility ( pertanggungjawaban) dimana pt nike tidak mengikuti beberapa
peraturan yang ditetapkan dan yang berlaku,hal yg dilanggar adalah :
1. Manajer tidak memberikan hak pekerja seperti uang lembur,hari libur
2. Manajer tidak memperlakukan pekerjanya dengan manusiawi dan tidak memberikan fasilitas yang
memadai,hal ini sangat mempengaruhi keselamatan para pekerja
3. Upah yg diberikan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku
4. Para pekerja bekerja diatas jam normal tanpa upah tambahan
5. PT. NIKE memperkerjakan banyak anak dibawah umur.
KESIMPULAN KASUS PT. NIKE

Masalah yang menjadi penyebab utama dalam kasus Nike adalah penggunaan tenaga kerja
buruh yang dianggap sebagai eksploitasi tenaga kerja. Nike terlibat dalam sebuah kontroversi
atas penggunaan buruh murah di negara-negara berkembang untuk membuat produk dengan
biaya yang lebih murah.
Negara yang dijadikan  produksi dengan menerapkan upah yang rendah untuk buruh,
hal ini dilandasi oleh alasan: kualitas pekerja memang masih rendah, jumlah pengangguran
banyak, dan memperkuat keunggulan kompetitif bangsa sebagai tempat investasi yang dapat
mereduksi biaya produksi.
Dan perlu ada manajemen sumber daya yang baik antara pemerintah, kontraktor
(produsen), dan pekerja untuk mencapai target dan memenuhi peraturan dari perusahaan
asing penanam modal. Namun harus tetap dikritisi jika terdapat peraturan yang memberatkan
pihak lokal.
SARAN UNTUK KASUS PT. NIKE

1. Perlu adanya perbaikan sumber daya manusia


disamping kuantitas yang besar.

2. Penerapan setiap kebijkan yang telah dibuat oleh


perusahaan dalam kegiatan berbisnis.
 
Thank You

Anda mungkin juga menyukai