Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

PELANGGARAN ETIKA BISNIS


PADA PT. DANONE AQUA

Anggota :

1. Karerina Satya (20110109)


2. Neneng Pilawati (19110160)
3. Nuryeni Mardiana P (21110024)
4. Dea Rahma S (21110013)
5. Rini Rizqiyaning R (21110059)
6. Atharisq Muharram (21110026)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERTIWI

PROGAM STUDI AKUNTANSI

KARAWANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia bisnis saat ini mengalami perkembangan yang cepat, tidak
hanya menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi
mempunyai kaitan secara luas. Perkembangan ini perlu diimbangi dengan
aturan-aturan atau norma-norma yang dapat mengatur bisnis itu sendiri.
Bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja
unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-
kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika bisnis adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para pelaku-pelaku bisnis. Masalah etika
dan ketaatan pada hukum yang berlaku merupakan dasar yang kokoh yang
harus dimiliki para pelaku bisnis dan akan menentukan tindakan apa dan
perilaku bagaimana yang akan dilakukan dalam bisnisnya. Untuk
mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara
semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat, maupun bangsa lain
agar tidak hanya satu pihak yang menjalankan etika.
Etika Bisnis merupakan sesuatu yang harus diperhatikan oleh
perusahaan, karena berkaitan dengan kepuasan konsumen maupun
perlindungan konsumen. Etika merupakan keyakinan mengenai tindakan
yang benar dan yang salah, atau tindakan yang baik dan yang buruk, dalam
menjalankan kegiatan atau tindakan terhadap lingkungan, baik internal
maupun eksternal. Nilai-nilai dan moral pribadi perorangan dan konteks sosial
menentukan apakah suatu perilaku tertentu dianggap sebagai perilaku yang
etis atau tidak etis. Dengan memegang teguh etika atau moral bisnis yang
ada bisnis kita akan berjalan dengan baik, karena dengan memiliki etika kita
dapat bersaing dengan perusahaan lain tanpa menyakiti pihak manapun.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Danone Aqua menggunakan etika dalam menjalankan bisnisnya?
2. Jika Danone Aqua tidak menggunakan etika bisnis, apakah bentuk
pelanggarannya, faktor penyebab nya dan bagaimana cara
mengatasinya?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui etika bisnis pada Danone Aqua
2. Untuk mengetahui pelanggaran, penyebab, dan cara Danone Aqua dalam
mengatasi masalah yang timbul apabila tidak memperhatikan etika bisnis.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Etika Bisnis


Kata “etika” dan “etis” tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan
karena itu pula “etika bisnis “ bisa berbeda artinya. Etika sebagai refleksi
adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi kita berpikir tentang apa
yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi berbicara tentang etika sebagai
praksis atau mengambil praksis etis sebagai obyeknya.
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual
barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan
laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar
busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun
masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang
mendatangkan keuntungan. Menurut Bertens, keuntungan termasuk definisi
bisnis. Sebab, apa itu bisnis? Dengan cara sederhana tapi cukup jelas, bisnis
sering dilukiskan sebagai “to provide products or services for a profit”.
Konsumen merupakan stakeholder yang sangat hakiki dalam bisnis
modern. Bisnis tidak mungkin berjalan, kalau tidak ada konsumen yang
menggunakan produk atau jasa yang dibuat dan ditawarkan oleh bisnis. Peter
Drucker, perintis teori manajemen, menggarisbawahi peranan sentral
pelanggan atau konsumen dengan menandaskan bahwa maksud bisni bisa
didefinisikan secara tepat sebagai ‘to create a customer”. (Bertens, 227)\
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan
juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk
nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun
hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat.
B. Pentingnya Etika Bisnis dalam Berbisnis
Bukankah bisnis dan etika adalah dua hal yang bertolak belakang dan
berbeda? Banyak opini yang demikian sehingga sering beredar di kalangan
masyarakat, terutama masyarakat yang berkecimpung di dunia bisnis.
Banyak definisi yang berkaitan dengan etika, tetapi pada intinya etika adalah
semua norma atau “aturan” umum yang harus diperhatikan dalam berbisnis
yang merupakan sumber dari nilai-nilai yang luhur dan perbuatan yang baik.
Etika berbeda dengan hukum, aturan, ataupun regulasi, di mana hukum dan
regulasi jelas aturan main dan sanksinya, atau dengan perkataan lain hukum
atau regulasi adalah etika yang sudah diformalkan. Misalnya: Undang-
undang, peraturan lalu lintas, dan sebagainya.
Etika tidak memiliki sanksi yang jelas, selain barangkali sanksi moral,
atau sanksi dari Yang Maha Kuasa. Sehingga pada kenyataannya, sering
etika tidak bergitu diperhatikan. Dalam jangka pendek, bisnis yang tidak
memerhatikan etika bisa jadi akan dapat keuntungan, tetapi dalam jangka
panjang, biasanya bermasalah dan mendapatkan sanksi moral dari
masyarakat.
Prinsip – Prinsip Etika Bisnis
Menurut Sony Keraf (1998) prinsip – prinsip etika bisnis sebagai berikut :
1. Prinsip otonomi, adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan.
2. Prinsip kejujuran. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa
ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan
berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam
pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam
penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding.
Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
3. Prinsip keadilan, menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional objektif,
serta dapat dipertanggungjawabkan.
4. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle), menuntut agar
bisnis dijalankan sedemikian rupa, sehingga menguntungkan semua
pihak.
5. Prinsip integritas moral, terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam
diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan
tetap menjaga nama baik pimpinan maupun perusahaannya.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Profil Perusahaan
Aqua merupakan pelopor bisnis AMDK, dan saat ini menjadi produsen
terbesar di Indonesia. Bahkan pangsa pasarnya sendiri sudah meliputi
Singapura, Malaysia, Fiji, Australia, Timur Tengah dan Afrika. Di Indonesia
Aqua menguasai 80 persen penjualan AMDK berbentuk galon. Sedangkan
untuk keseluruhan bisnis AMDK di Indonesia, Aqua menguasai 50% pasar.
Saat ini Aqua memiliki 14 pabrik yang tersebar di Jawa, Sumatra, Bali dan
Sulawesi.
Produsen AMDK merk Aqua, PT. Golden Mississippi (kemudian
bernama PT Aqua Golden Mississipi) didirikan oleh Tirto Utomo (1930-1994)
pada 23 Pebruari 1974. PT Aqua Golden Mississipi (AGM) bernaung di
bawah PT. Tirta Investama. Pabrik pertamanya didirikan di Bekasi. Sejak saat
itu, orang Indonesia mulai mengkonsumsi AMDK dengan membeli.
Danone, sebuah korporasi multinasional asal Perancis, berambisi untuk
memimpin pasar global lewat tiga bisnis intinya, yaitu: dairy products, AMDK
dan biskuit. Untuk dairy products, kini Danone menempati posisi nomor satu
di dunia dengan penguasaan pasar sebesar 15%. Sedangkan untuk produk
AMDK, Danone mengklaim telah menempati peringkat pertama dunia lewat
merek Evian, Volvic, dan Badoit. Sebagai produsen AMDK nomor satu dunia,
Danone harus berjuang keras menahan gempuran Coca-Cola dan Nestle.
Danone terus menambah kekuatannya dengan memasuki pasar Asia, dan
mengambil alih dua perusahaan AMDK di Cina.
Di Indonesia, Danone berhasil membeli saham Aqua pada tanggal 4
September 1998. Aqua secara resmi mengumumkan “penyatuan” kedua
perusahaan tersebut. Tahun 2000 Aqua meluncurkan produk berlabel Aqua-
Danone, dan tahun 2001, Danone meningkatkan kepemilikan saham di PT.
Tirta Investama dari semula 40% menjadi 74%, sehingga Danone kemudian
menjadi pemegang saham mayoritas Aqua-Danone.
B. Pembahasan
Istilah eskploitasi tentu saja bukan kata yang netral. Eksploitasi begitu
bisa kepentingan satu pihak atau lebih terhadap pihak lain sebagai obyek
eksploitasi. Sebuah hubungan antarpelaku bersifat eksploitatif berarti menilai
bahwa hubungan tersebut tidak adil (unjust) dan berbahaya atau merugikan
(harmful) bagi pihak yang dieksploitasi.
Dalam pertambangan eksploitasi yaitu usaha pertambangan dengan
maksud menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya. Adapun
pendapat lain yaitu Eksploitasi dipahami sebagai tindakan/perbuatan manusia
yang berlebihan, seenaknya, serta sewenang-wenang dalam memanfaatkan
sesuatu. Dalam kasus ini, danone-aqua telah melakukan pelanggran serta
pengabaian kode etik dalam hal penggunaan sumber daya alam.
Sebenarnya, keprihatinan dunia akan eksploitasi sumberdaya alam sudah
dapat dirasakan semenjak diselenggarakannya United Nations Conference on
Environment and Development atau Earth Summit di Rio de Janeiro pada
tahun 1992 yang membahas mengenai perubahan iklim.
Dalam mengimplementasikan atau mengaplikasikan etika dalam
rekayasa terutama dalam penciptaan produk baru, maka hal-hal yang harus
diketahui adalah: Sebaik apa produk yang dihasilkan tersebut. Pengaruh atau
fungsi produk tersebut kepada konsumen. Perubahan-perubahan yang akan
ditimbulkan kepada konsumen. Sebaik apa kegunaan produk tersebut dalam
berbagai kondisi yang dihadapi. Produk tersebut aman atau tidak bagi
konsumen. Dampak buruk dari produk jika mengabaikan peringatan-
peringatan yang ada.
Dari hal-hal tersebut di atas, etika sangat berperan penting dalam
penciptaan suatu produk untuk menentukan manfaat atau keuntungan yang
dapat dinikmati oleh konsumen, serta dapat menentukan dampak-dampak
buruk dari produk tersebut jika mengabaikan peringatan-peringatan yang ada.
Produk yang dihasilkan oleh AMDK Aqua sebagian telah memenuhi dari
ketentuan diatas. AMDK Aqua mampu menghasilkan air bersih untuk
keperluan air minum untuk banyak orang, selain itu AMDK Aqua menjamin
tingkat keamanan untuk menggunkan produknya. Selain praktis produk Aqua
bisa memperbaiki kehidupan masyarakat untuk hidup lebih sehat dengan
mengkonsumsi air bersih. Tapi yang jadi permasalahan adalah, datang dari
manakah air bersih yang dijual oleh Aqua sehingga sekarang manusia perlu
membayar hanya untuk mendapatkan air bersih?
Salah satu dari sekian banyak sumber mata air yang dieksploitasi
habis-habisan oleh Aqua adalah sumber mata air di Polanharjo, Kabupaten
Klaten, Jawa Tengah, yang dimana di daerah tersebut masyarakatnya
menopangkan kehidupannya dari sektor pertanian. Karena debit air menurun
sangat drastis sejak Aqua beroperasi di sana, sekarang para petani terpaksa
harus menyewa pompa untuk memenuhi kebutuhan irigasi sawahnya. Untuk
kebutuhan sehari-hari, penduduk harus membeli air dari tangki air dengan
harga mahal karena sumur-sumur mereka sudah mulai kering akibat
“pompanisasi” besar-besaran yang dilakukan oleh Aqua. Hal ini sangat ironis
mengingat Kabupaten Klaten merupakan wilayah yang kaya akan sumber
daya air. Di satu Kabupaten ini saja sudah terdapat 150-an mata air. Untuk
kasus kali ini Aqua dalam produksinya kurang berpikir etis dan telah
melanggar tanggung jawab sosial perusahaan, sumber daya alam memang
bisa dinikmati siapapun, tetapi dalam mengekploitasinya tidak boleh
berlebihan atau dengan kata lain serakah. Apalagi disini yang jadi
permasalahannya ialah air, air merupakan sumber daya yang dibutuhkan
untuk hajat hidup orang banyak. Memang aqua mempunyai tujuan yang baik
yaitu menyediakan air besih untuk keperluan minum banyak orang. Tetapi
yang jadi permasalahan ialah kenapa aqua seenaknya mengeksploitasi air
secara besar-besaran tanpa mempedulikan efek sampingnya. Aqua terkesan
tidak bertanggung jawab dan hanya mementingkan kepentingan perusahaan
sendiri. Masyarakat menjadi bersaing dengan pihak aqua untuk mendapatkan
air. Dari kasus, ini aqua tidak berpikir secara etis dalam hal deonteologis.
Eksploitasi sumberdaya alam yang mengabaikan lingkungan akan
mengancam keberlanjutan dan ketersediaan sumber daya alam itu. Dalam
pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menggariskan bahwa "Bumi
dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat". Salah satu asas
penting dalam pemanfaatan kekayaan alam dalam pembangunan Indonesia
adalah pengutamaan pengelolaan sumber daya alam yang dapa diperbarui.
Konsep hak dalam menguasai negara (HMN) menjadi instrumen dasar
dalam eksploitasi SDA di Indonesia, secara historis melalui konsep ini
pemerintah telah mengingkari semangat demokrasi ekonomi dan pencapaian
kesejahteraan rakyat, hal ini terjadi karena paradigma pertumbuhan yang di
usung memberikan ruang yang berlebihan pada praktek destruktif dan
eksploitatif bagi SDA lewat praktek penyerahan wewenang pada perusahaan-
perusahaan asing secara besar.
Beberapa kebijakan yang mendukung praktek "sesat" ini diantaranya
melalui pemberlakuan scema per undang - undangan nasional, seperti UU
No. 5 tahun 1860 tentang pokok-pokok agraria, UU No.20 tahun 1861 tentang
pencabutan hak atas tanah, UU No. 5 tahun 1967 tentang pokok-pokok
kehutanan (dan penggantinya UU 41/ perpu No. 1 tahun 2004 tentang
perubahan UU No. 41 tahun 1999) dan UU No. 11 tahun 1967 tentang pokok
- pokok pertambangan, didukung oleh UU No. 9 tahun 1967 tentang
penanaman modal asing, kemudian pada tanggal 3 Juli 1968, di keluarkan
UU No. 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negri. Kebijakan
otonomi daerah yang didasarkan UU No. 32 tahun 2004 sebagai
penyempurnaan dari UU 22 tahun 1999, tentang pemerintahan daerah, serta
adanya UU 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah,
yang dimaknai sebagai desentralisasi kekuasaan, telah mendorong daerah-
daerah untuk melirik dan mengandalkan SDA sebagai sumber PAD sehingga
maraklah beragam PERDA dan kebijakan pemberian izin oleh kepala daerah
kepada beragam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi oleh investor, dan ini
menjadi ancaman yang nyata bagi ketersediaan daya dukung SDA kita.
Oleh karena itu, agar pemanfaatannya dapat berkesinambungan, maka
tindakan eksploitasi sumber daya alam harus disertai dengan tindakan
perlindungan. Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus
dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai berikut :
a. Memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-
hati dan efisien, misalnya: air, tanah, dan udara.
b. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran)
c. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien,serta
pendaur-ulangan (recycling)
d. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai
dengan alam.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan inti uraian pembahasan, yaitu mengenai kasus
pelanggaran etika dalam bisnis khususnya dalam hal eksploitasi sumber daya
alam yang telah dilakukan oleh Danone-Aqua terkait eksploitasi sumber mata
air yang ada di Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah tersebut yang
telah melanggar kode etik dan prinsip tanggung jawab sosial perusahaan
khususnya pada pengelolaan SDA yang dipergunakan oleh Danone-Aqua.
Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan telah mengingkari hakikat
demokratisasi ekonomi dan amanat pasal 33 UUD1945, Secara umum dapat
dikatakan bahwa SDA kita tidak dikelola secara benar, karena lebih
mengedepankan orientasi ekonomi bagi segelintir orang dan golongan dari
berbagai tingkatannya, sehingga saat ini sebagian besar rakyat kita
menghadapi kesulitan hidup dalam situasi krisis multidimensi.
DAFTAR PUSTAKA

http://sentyana.blogspot.co.id/2014/11/pelanggaran-etika-bisnis-terhadap.html

http://vitafainurwari.blogspot.co.id/2014/10/jurnal-tika-bisnis-pada-danone-aqua.html

http://lacusza.blogspot.co.id/2014/10/jurnal-penelitian-etika-bisnis.html

Anda mungkin juga menyukai