Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL MINI

“Pelanggaran Etika Bisnis Pada PT. Lion Mentari Airliness”

DISUSUN OLEH:

IBNU FAJAR RAMADHAN


NIM: 2017-30-105

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PATTIMURA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis. Sebagai kegiatan
sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat modern. Dalam
kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan dalam mencapai
keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak. Jadi, dalam mencapai tujuan dalam
kegiatan berbisnis ada batasnya. Kepentingan dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan. 
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri
terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang
menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga
bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga dalam konteks bisnis, merupakan
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktik hukum, banyak masalah timbul
dalam hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional maupun taraf internasional.
Walaupun terdapat hubungan erat antara norma hukum dan norma etika, namun dua macam
hal itu tidak sama. Ketinggalan hukum, dibandingkan dengan etika, tidak terbatas pada
masalah-masalah baru, misalnya, disebabkan perkembangan teknologi.
Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa dan wajar
pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak pelanggaran etika
bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang berhubungan dengan
pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung
jawab di Indonesia. Berbagai hal tersebut merupakan bentuk dari persaingan yang tidak sehat
oleh para pebisnis yang ingin menguasai pasar. Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor
lain yang juga mempengaruhi para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis, antara
lain untuk memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan. Ketiga faktor
tersebut merupakan alasan yang umum untuk para pebisnis melakukan pelanggaran etika
dengan berbagai cara.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penulisan ini adalah:
1.  Apakah pelaku bisnis yang akan kita pelajari menggunakan etika didalam menjalankan
bisnisnya?
2.  Jika PT Lion Air tidak menerapkan etika bisnis sebenarnya, bagaimanakah bentuk
pelanggarannya? Dan bagaimana cara mengatasinya?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui apakah pelaku bisnis yang ada disekitar kita
menggunakan etika didalam menjalankan bisnisnya? Jika tidak, bagaimanakah bentuk
pelanggarannya? Apakah factor penyebabnya? Dan bagaimana cara mengatasinya?
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Pengertian Etika
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh
Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata),
etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan (K.Bertens, 2000).
K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata
ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti
berikut :
1. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika
agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan
etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisa berfungsi dalam
hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
2. Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode
Etik Jurnalistik
3. Ilmu tentang yang baik atau buruk.

2.2 Pengertian Berbisnis


Berikut ini ada beberapa pengertian bisnis menurut para ahli :
• Allan Afuah (2004) 
Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dana
menjual barang ataupun jasa agar mendapatkan keuntungan dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat dan ada di dalam industri
• T. Chwee (1990)
Bisnis merupakan suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan
kebutuhan masyarakat.
• Grifin dan Ebert
Bisnis adalah suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan.
• Steinford
Bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan
masyarakat.
• Musselman dan Jackson (1992)
Bisnis adalah jumlah seluruh kegiatan yang diorganisir orang-orang yang berkecimpung
dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang atau jasa untuk
mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.
• Boone dan Kurtz (2002;8) 
Bisnis adalah semua aktivitas aktivitas yang bertujuan mencari laba dan perusahaan yang
menghasilkan barang serta jasa yang dibutuhkan oleh sebuah sistem ekonomi.
• Hughes dan Kapoor dalam Alma (1889;21) 
Bisnis adalah suatu kegiatan individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual
barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.3 Pengertian Etika Bisnis
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan  individu,  perusahaan,
industri dan juga masyarakat.
Keseluruhan ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan
hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar
yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan  bisnis sering kali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Journal (1988),
memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
• Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena
itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat
sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan
biaya serendah-rendahnya.
• Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak
dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari
apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
• Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan
ataupun secara kelompok.

2.4 Prinsip – Prinsip Etika Bisnis


1. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai
dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya.
Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi
perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan
komunitasnya. 
2. Prinsip Kejujuran
Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan
perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal
perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan
dapat meningkatkan kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut.
3. Prinsip Tidak Berniat Jahat
Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang
ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
4. Prinsip Keadilan
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis.
Contohnya : Upah yang adil kepada karyawan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama
kepada konsumen, dan lain-lain.
5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat
dan prinsip keadilan.
2.5 Profil PT Lion Air
PT Lion Mentari Airlines beroperasi sebagai Lion Air adalah maskapai penerbangan swasta
terbesar di Indonesia dimana maskapai penerbangan ini menguasai sebagian besar adalah
pasar domestik. Berkantor pusat di Jakarta, Indonesia, Lion Air terbang ke kota-kota di
Indonesia, Singapura, Vietnam, Malaysia dan Arab Saudi. Basis utama dari maskapai
penerbangan ini adalah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta.
            Maskapai penerbangan ini didirikan pada Oktober 1999 dan mulai beroperasi pada
tanggal 30 Juni 2000, dimana maskapai penerbangan ini menerbangkan  penerbangan
penumpang berjadwal antara Jakarta dan Pontianak dengan menggunakan sebuah Boeing
737-200 yang disewa. Maskapai penerbangan ini dimiliki oleh Rusdi Kirana dan
keluarganya. Maskapai penerbangan ini juga  berencana akan bergabung dengan IATA dan
karena itu berharap untuk menjadi operator kedua IATA dari Indonesia setelah Garuda
Indonesia. Namun, Lion Air dirasa gagal, pada awal 2011, penilaian awal IATA untuk syarat
keanggotaan Lion Air dirasa mengkhawatirkan akan masalah keamanannya dan teknisnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pada penulisan ini, informasi yang didapatkan oleh penulis bersumber dari internet
yang berkaitan dengan etika bisnis agar rumusan dan tujuan penulisan ini dapat terjawab.
Data dalam penulisan ini mengunakan data sekunder. Dimana pengertian Data Sekunder
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada
(peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti
buku, laporan, artikel dan lain-lain.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya banyak perusahaan yang menghalalkan
segala cara. Praktik curang ini bukan saja merugikan masyarakat tapi, perusahaan itu sendiri
sebenarnya. Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri
terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang
menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga
bisnis yang baik secara moral.
Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan
oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Praktik bisnis yang terjadi
selama ini dinilai masih cenderung mengabaikan etika, rasa keadilan dan kerap kali diwarnai
praktik-praktik tidak terpuji atau moral hazard.

4.1 Faktor-faktor Pebisnis Melakukan Pelanggaran


Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pebisnis dilatarbelakangi oleh berbagai hal. Salah
satu hal tersebut adalah untuk mencapai keuntungan yang sebanyak-banyaknya, tanpa
memikirkan dampak buruk yang terjadi selanjutnya.
Faktor lain yang membuat pebisnis melakukan pelanggaran antara lain :
1.      Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik
2.      Ingin menambah pangsa pasar
3.      Ingin menguasai pasar.
Dari ketiga faktor tersebut, faktor pertama adalah faktor yang memiliki pengaruh paling kuat.
Untuk mempertahankan produk perusahaan tetap menjadi yang utama, dibuatlah iklan
dengan sindiran-sindiran pada produk lain. Iklan dibuat hanya untuk mengunggulkan produk
sendiri, tanpa ada keunggulan dari produk tersebut. Iklan hanya bertujuan untuk menjelek-
jelekkan produk iklan lain.
Selain ketiga faktor tersebut, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Gwynn
Nettler dalam bukunya Lying, Cheating and Stealing memberikan kesimpulan tentang sebab-
sebab seseorang berbuat curang, yaitu :
1. Orang yang sering mengalami kegagalan cenderung sering melakukan kecurangan.
2. Orang yang tidak disukai atau tidak menyukai dirinya sendiri cenderung menjadi pendusta.
3. Orang yang hanya menuruti kata hatinya, bingung dan tidak dapat menangguhkan
keinginan memuaskan hatinya, cenderung berbuat curang.
4. Orang yang memiliki hati nurani (mempunyai rasa takut, prihatin dan rasa tersiksa) akan
lebih mempunyai rasa melawan terhadap godaan untuk berbuat curang.
5. Orang yang cerdas (intelligent) cenderung menjadi lebih jujur dari pada orang yang dungu
(ignorant).
6. Orang yang berkedudukan menengah atau tinggi cenderung menjadi lebih jujur.
7. Kesempatan yang mudah untuk berbuat curang atau mencuri, akan mendorong orang
melakukannya.
8. Masing-masing individu mempunyai kebutuhan yang berbeda dan karena itu menempati
tingkat yang berbeda, sehingga mudah tergerak untuk berbohong, berlaku curang atau
menjadi pencuri.
9. Kehendak berbohong, main curang dan mencuri akan meningkat apabila orang mendapat
tekanan yang besar untuk mencapai tujuan yang dirasakannya sangat penting.
10. Perjuangan untuk menyelamatkan nyawa mendorong untuk berlaku tidak jujur.
4.2 Masalah-masalah Pelanggaran Etika Bisnis oleh PT. Lion Air
  1. Sering terjadinya keterlambatan  penerbangan yang berjam jam, menggambarkan
kurangnya efektifitas kegiatan operasional maskapai Lion Air yang memberikan dampak
kepada calon penumpang.
2. Ketiadaan informasi yang diberikan pihak Lion Air  kepada calon penumpang, ketika
terjadi masalah pada penerbangan yang menyangkut safety penumpang. Terbukti dengan
menumpuknya calon penumpang selama berjam – jam di bandara , menunggu kepastian
keberangkatan mereka.
3. Lambatnya gerak pihak Lion Air dalam memberikan jasa pelayanan bagi calon penumpang
yang mengalami keterlambatan penerbangan, sehingga terkesan adanya pembiaran dengan
kondisi calon penumpang. Tidak adanya makanan, minuman, serta akomodasi yang diberikan
oleh pihak Lion Air sebagai jasa pelayanan atas keterlambatan penerbangan yang terjadi.
Contohnya : Insiden pada tahun 2017 mengenai keterlambatan pesawat yang seharusnya tepat
pada waktu tetapi, mendarat 2 jam kemudian. Penumpang pun tidak diberikan konfirmasi
mengenai keterlambatan kedatangan pesawat dan menelantarkan penumpang selama
beberapa jam.

4.3 Penyelesaian Masalah Pelanggaran Etika Bisnis oleh PT Lion Air


Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 89 Tahun 2015 Penanganan
Keterlambatan Penerbangan (Delay Management) Pada Badan Usaha Angkutan Udara Niaga
Berjadwal di Indonesia (Permenhub 89/2015). Menurut Pasal 2 Permenhub 89/2015,
keterlambatan penerbangan pada badan usaha angkutan udara niaga berjadwal terdiri dari:
a. Keterlambatan penerbangan (flight delayed).
b. Tidak terangkutnya penumpang dengan alasan kapasitas pesawat udara (denied boarding
passenger).
c.  Pembatalan penerbangan (cancelation of flight).
Dalam hal terjadi keterlambatan penerbangan (flight delayed) Badan Usaha Angkutan Udara
wajib memberikan kompensasi dan ganti rugi kepada penumpangnya. Keterlambatan
penerbangan dikelompokkan menjadi 6 (enam) kategori keterlambatan, yaitu:
1.    Kategori 1, keterlambatan 30 menit s/d 60 menit;
2.    Kategori 2, keterlambatan 61 menit s/d 120 menit;
3.    Kategori 3, keterlambatan 121 menit s/d 180 menit;
4.    Kategori 4, keterlambatan 181 menit s/d 240 menit;
5.    Kategori 5, keterlambatan lebih dari 240 menit; dan
6.    Kategori 6, pembatalan penerbangan.
Kompensasi yang wajib diberikan Badan Usaha Angkutan Udara akibat keterlambatan
penerbangan itu berupa:
a. Keterlambatan kategori 1, kompensasi berupa minuman ringan;
b. Keterlambatan kategori 2, kompensasi berupa minuman dan makanan ringan (snack box);
c. Keterlambatan kategori 3, kompensasi berupa minuman dan makanan berat (heavy meal);
d. Keterlambatan kategori 4, kompensasi berupa minuman, makanan ringan (snack box), dan
makanan berat (heavy meal);
e. Keterlambatan kategori 5, kompensasi berupa ganti rugi sebesar Rp. 300.000 (tiga ratus
ribu rupiah);
f. Keterlambatan kategori 6, badan usaha angkutan udara wajib mengalihkan ke penerbangan
berikutnya atau mengembalikan seluruh biaya tiket (refund ticket);
g. Keterlambatan pada kategori 2 sampai dengan 5, penumpang dapat dialihkan ke
penerbangan berikutnya atau mengembalikan seluruh biaya tiket (refund ticket).
 Jadi, memang dalam beberapa kondisi sebagaimana tersebut di atas, penumpang berhak
dipindahkan ke penerbangan lain (mendapat tiket penerbangan lain), selain mendapatkan
makanan dan minuman. Atau ada juga penumpang yang hanya mendapatkan kompensasi
berupa makanan minuman, tergantung kondisi.
Permasalahan kasus ini sebenarnya bisa diselesaikan jika pihak Lion Air mengambil
langkah pertama dengan pemberitahuan informasi yang jelas kepada penumpang. Dengan
alasan delay pesawat tujuan yang berbeda, kepadatan lalu lintas di udara, dan faktor cuaca
dan mengutamakan keamanan serta keselamatan calon penumpang, pihak Lion Air meminta
maaf dan mengakui kesalahan mereka kepada penumpang. Selain itu pihak PT Lion Air dapat
mengatasi kasus tersebut dengan cara :
1. Ketika adanya kemungkinan atau prediksi untuk terjadi keterlambatan dikarenakan adanya
kerusakan mesin atau masalah – masalah yang berkaitan dengan teknis atau pun padatnya
penerbangan bandar udara, maka informasi tersebut haruslah secara cepat di informasikan
kepada karyawan – karyawan yang memiliki tugas langsung berhadapan dengan calon
penumpang.
2. Apabila terjadi keterlambatan, maka karyawan Lion Air mestilah sigap serta cepat dalam
memenuhi kebutuhan calon penumpang, sehingga calon penumpang tidak merasa
ditelantarkan.

           
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
 Dalam penulisan ini dapat disimpulkan bahwa ada perusahaan yang menjalankan
etika bisnisnya dengan baik dan ada juga yang tidak menjalankan etika bisnisnya sehingga
banyak melakukan pelanggaran. Beberapa faktor yang menyebabkan pelanggaran etika bisnis
diantaranya yaitu, banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik,
inginnya produsen menambah pangsa pasar dan keinginan produsen menguasai pasar.

5.2  Saran
Dari permasalahan-permasalahan yang sering terjadi seharusnya perusahaan bisa
membenahi diri agar tidak selalu mengulangi kesalahan dan membuat pelanggan kecewa.
Masalah delay yang sering terjadi sepertinya tidak begitu dihiraukan oleh perusahaan Lion
Air, seharusnya mereka lebih bertanggung jawab dalam ketepatan waktu, jangan karena
perusahaan sudah banyak memiliki pelanggan perusahaan tidak mau memperbaiki diri.
Kepercayaan di dalam internal perusahaan seharusnya juga lebih dijaga, karena tanpa
karyawan perusahaan tidak akan berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta : Kanisius
Arijanto, Agus. 2011. Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis : Cara Cerdas dalam Memahami
Konsep dan Faktor-faktor Etika Bisnis dengan Beberapa Contoh Praktis. Jakarta : Grafindo.
Gustina.2008. Jurnal : Etika Bisnis suatu Kajian Nilai dan Moral dalam Bisnis.
Bertens, K. 2004, Etika.Gramedia. Jakarta
http://bisnis.liputan6.com
http://gema-rahmadhania.blogspot.com/2018/04/kasus-etika-bisnis-maskapai-lion-air.html

Anda mungkin juga menyukai