Oleh :
Magister Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”JawaTimur
2019
1
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................. i
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
Kesimpulan ....................................................................................................... . 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang pesat pada saat ini terjadi di segala bidang termasuk
dalambidang komunikasi. Perkembangan teknologi komunikasi tersebut sangat
membantu manusia dalammengembangkan hubungan dengan orang lain melalui
komunikasi. Misalnya saja, seseorang dapatterhubungan dan berkomunikasi dengan
orang lain dalam hitungan waktu sekejap dengan cara yangsangat praktis dan murah,
sesuatu yang sulit dibayangkan pada masa silam.
Dalam konteks hubungan interpersonal, ketika kegiatan komunikasi dilakukan,
bukan hanyaterjadi penyampaian dan pertukaran pesan, tetapi juga penentukan kadar
hubungan antara personal.Jadi, ketika berkomunikasi, hal yang utama tidak hanya pada
isi komunikasi melainkan juga padapenentuan hubungan yang diciptakan.
Dari sudut psikologi komunikasi, dikatakan bahwa hubungan interpersonal seseorang
denganorang lain akan semakin baik jika ada saling keterbukaan untuk mengungkapkan
diri dan sekaligusmemberikan umpan balik dalam komunikasi. Dalam komunikasi
interpersonal itu makin terciptapersepsi yang terang benderang tentang keberadaan
orang lain juga sekaligus pengungkapan yangbenar terhadap persepsi diri sendiri.
Komunikasi adalah salah satu faktor yang penting dalam perkembangan hidup
manusiasebagai makhluk sosial. Tanpa mengadakan komunikasi, manusia tidak
mungkin dapat berkembang dengan normal dalam lingkungan sosialnya. Oleh karena
itu, tidak ada manusia yang hidup berkembang tanpa berkomunikasi dengan manusia
lainnya.
Komunikasi merupakan aktivitas yang mendapatkan porsi terbesar dalam hidup
manusia.Aktivitas manusia mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali tidak bisa
lepas dari aktivitaskomunikasi. Meskipun komunikasi sudah menjadi bagian dari
kehidupan manusia, dalam praktiknya tidaklah mudah karena sering kali maksud
seseorang yang sedang berbicara tidak atau kurang dipahami oleh orang lain sebagai
lawan bicaranya. Tidak jarang, konflik antar manusia terjadi akibat komunikasi yang
kurang baik.
3
Akan tetapi ada aspek yang sering luput dari perhatian kita yang justru sangat
penting untuk memperlancar dan membuat komunikasi menjadi berkualitas yaitu sikap
mendengarkan secara aktif. Dalam berkomunikasi kita mungkin bersikap mendengar
tetapi belum mendengarkan secara aktif.
Menurut Devito (2013) jika mengukur tingkat kepentingan suatu kegiatan menurut
ukuran waktumaka mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi yang paling penting
di samping membaca,berbicara atau menulis. Ironisnya, kebanyakan dari kita adalah
pendengar yang buruk. Memangmendengarkan secara aktif bukannya sesuatu yang
mudah, namun meningkatkan keterampilan iniakan sangat banyak manfaatnya karena
peran pentingnya dalam komunikasi itu sendiri (Janasz, 2009).
4
BAB II
Literatur Review
5
2.2 Tujuan Mendengar
Adapun tujuan mendengar menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut (Suhendar &
Supinah : 1992).
1) Mendapatkan fakta
Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui penelitian, riset, eksperimen, dan membaca.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah mendengar melalui radio, tape recorder, TV, dan
percakapan.
2) Menganalisis fakta
Fakta atau informasi yang telah terkumpul dianalisis. Kaitannya harus jelas pada unsur-
unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan
penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak dalam bidang
yang sesuai.
3) Mendapatkan inspirasi
Dapat dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru. Mereka yang datang
diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau jalan keluar berkaitan dengan
masalah yang dihadapi.
4) Menghibur diri
Para penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukan sandiwara, musik untuk
menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang sudah jenuh atau lelah
sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar kondisinya pulih kembali.
Indikator Mendengar
Menurut Suhartin bahwa indikator yang menjadi hal – hal pokok atau indikasi dalam
mendengarkan sebagai berikut:
1) Motivasi. Agar dapat membaca dan mendengarkan yang baik, perlu
membangkitkan minat (motivasi) masing-masing. Motivasi itu harus
ditingkatkan dengan alasan bahwa dengan baca dan
2) mendengarkan secara berulang-ulang akan timbul pemahaman, setelah faham
akan timbul pengamalan.
3) Perhatian. Adalah pemusatan jiwa pada sesuatu hal. sama halnya dengan
penginderaan pada umumnya, maka mendengarkan memerlukan pemusatan
6
jiwa. Bila pemusatan jiwa tidak ada, dengan kata lain ketika mendengarkan jiwa
mengembara, maka pesanyang didengar dan dibaca tidak tertangkap.
4) Keaktifan jasmani. Badan yang kuat lagi sehat terdapat jiwa yang sehat pula,
artinya jika badannya seseorang lagi sakit atau kurang fit maka minat baca dan
mendengarkan hilang atau berkurang, misalnya sakit gigi. Sehingga sehat
jasmani mempengaruhi keaktifan dalam mendengarkan.
5) 4) Ulangan. Semakin seseorang mengulang - ulang mendengarkan, maka pesan
yang di didengar akan lebih masuk ke ingatan.
2.3 Mengenali Berbagai Tipe Mendengarkan
Mendengarkan bukan sekedar merupakan perkara fisik “mendengarkan”.
Mendengarkan merupakan proses intelektual dan emosional. Dengan proses itu orang
mengumpulkan dan mengintegrasi antara input, fisik, emosional dan intelektual dari
orang lain dan berusaha menangkap pesan serta maknanya. Menurut Courtland dan
John (2013:66) mendengarkan merupakan ketrampilan paling penting yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan di tempat kerja. Mendengarkan secara efektif
memperkuat hubungan organisasi, meningkatkan pengiriman produk, menyiapkan
organisasi akan peluang inovasi, dan memungkinkan organisasi tersebut mengelola
pada era yang ditandai dengan meningkatnya keragaman angkatan kerja dan pelanggan
yang dilayani perusahaan. Mendengarkan secara efektif sangat penting dalaam proses
membangun kepercayaan bukan saja antar organisasi, tetapi juga antar individu.
Memahami sifat alami mendengarkan merupakan langkah pertama menuju perbaikan
ketrampilan dalam mendengarkan, yang memengaruhi apa yang mereka dengar dan arti
yang mereka serap. Pendengar yang berorientasi pada orang bisa saja melewatkan
petunjuk penting mengenai deadline yang akan segera datang, sedangkan pendengar
yang berorientasi pada tindakan bisa saja melewatkan petunjuk penting bahwa ada
masalah pribadi yang sedang memanas di antara dua anggota. Ketika anda membaca
mengenai tipe-tipe umum mendengarkan, renungkan kecenderungan anda sebagai
pendengar, dan pertimbangkan bagaimana belajar menggunakan metode tertentu bisa
membuat kegiatan mendengarkan anda lebih efektif.
Berikut ada 3 tipe mendengarkan:
1. Mendengarkan isi (content listening) adalah memahami dan menguasai pesan
pembicara. Mendengarkan isi pembicaraan, penekanannya adalah pada informasi
7
dan pemahaman anda dapat mengajukan beberapa pertanyaan untuk memperjelas
materi. Anda coba abaikan gaya pembicaraan dan keterbatasan apa pun dalam
menyampaikannya, fokuskan hanya pada informasinya.
2. Mendengarkan dengan kritis (critical listening) adalah memahami dan
mengevaluasi arti pesan pembicara pada beberapa tingkat: logika argument, bukti
yang kuat, kesimpulan yang valid, implikasi pesan untuk anda dan organisasi anda,
maksud dan motif pembicara, dan setiap informasi atau poin relevan yang
dihilangkan. Bila anda ragu, ajukan pertanyaan untuk menyelidiki sudut pandang
dan kredibilitas pembicara. Perhatikan pembicara yang mungkin mewarnai cara
informasi yang disampaikan, dan berhati-hatilah untuk selalu memisahkan antara
opini dan fakta.
3. Mendengarkan dengan empati (emphatic listening) adalah memahami
perasaan, kebutuhan, dan keinginan pembicara sehingga anda dapat menghargai
sudut pandangnya, terlepas dari apakah anda mempunyai perspektif yang sama
dengannya.
8
2.Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik
secara langsung maupun tidak lang-sung. Contohnya berbicara langsung melalui
telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
9
efektif, anda perlu melakukan lima langkah yang berbeda dengan baik: 1) Menerima:
anda memulai mendengarkan pesan secara fisik dan mengajui bahwa anda
memang mendengarkan. Penerimaan secara fisik dapat terganggu oleh suara bising,
pendengaran yang kurang baik, atau kurang menaruh perhatian. Beberapa ahli juga
menyertakan pesan non verbal sebagai bagian dari tahap ini, karena factor-faktor
tersebut juga memengaruhi proses mendengarkan.
2) Menafsirkan (decoding): langkah anda berikutnya adalah memberikan arti terhadap
suara, yang dapat anda lakukan menurut nilai-nilai, kepercayaan, ide, harapan,
kebutuhan, dan sejarah pribadi anda.
3) Mengingat: sebelum anda dapat bertindak berdasarkan informasi tersebut, anda perlu
menyimpannya lebih dulu untuk diproses di waktu yang akan datang. Anda perlu
menangkap informasi tersebut dalam memori jangka pendek, kemudian menstrafernya
ke memori jangka panjang untuk disimpan dengan aman.
4) Mengevaluasi: dengan diterimanya pesan dari pembicara, langkah anda berikutnya
adalah mengevaluasi pesan tersebut dengan menerapkan keterampilan berfikir kritis.
Pisahkanlah fakta dan opini dan evaluasilah kualitas bukti tersebut.
10
2 Murtako, Pembentuka Pendidikan dan - Pendekatan Pendidikan dan
M(2015) n Karakter Budaya pengajaran Budaya
Budaya berpengaruh - Pendekatan berpengaruh
SDM Dari secara simultan berkaitan secara positif
Pendidikan dan parsial dengan terhadap
Di Era terhadap pengembang Pengembangan
Modern. Pengembangan an moral karakater
karakater - Pendekatan
menganalisis
nilai
- Pendekatan
klarifikasi
nilai
- Pendekatan
belajar
sambil
betindak
11
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan teori-teori diatas, Kami mengambil 2studi kasus yang terkait dengan
Transforming Character and Belief, Paradigma berpikir, Mind Synergy, Arti kreatif,
Menciptakan kreativitas. Studi kasus ini berasal dari jurnal ,sebagai berikut :
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu suatu data yang
dinyatakan dengan menggunakan satuan angka (Sugiyanto, 2004:8).
Sumber data yang digunakan adalah data primer. Data ini mengenai pelatihan
dan kreativitas yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden
dalam hal ini karyawan bagian teknisi PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Area Bojonegoro.
Teori sikap dan perilaku(Theory of Attitude and Behaviour) ini dapat
menjelaskan bagaimana SDM menerapkan hasil pelatihan- pelatihan yang
diterima selama bekerja di PT. PLN dan menerapkan dalam pekerjaannya
sehingga timbul kreativitas karyawan bagian teknisi.
Teori Interaksionisme Simbolik (Symbolic Interactionism Theory)
menggambarkan proses berpikir sebagai proses perbincangan dengan diri sendiri
yang bersifat refleksif. Proses interaksi sosial yang terjalin selama menjalan
pelatihan yang diadakan olehorganisasi dengan karyawan turut mempengaruhi
12
tingkat kinerja PT. PLN. Interaksi sosial ini akan menciptakan suasana
kedekatan emosional antara kedua pihak tersebut. Pelatihan tidak hanya untuk
meningkatkan produktivitas tetapi juga memperdalam kemampuan berpikir dan
kreativitas dalam rangka untuk mengambil keputusan yang lebih baik dalam
waktu dan cara yang lebih produktif.
2. Culture-Based Character Education In Modernity Era–Murtako, M (2015)
1. Nilai bela Negara yang pertama adalah cinta tanah air, apabila dikaitkan dengan
konsep diri pembentuk karakater dan keyakinan, maka manusiaharus
mempunyai terkait dengan pekerjaannya. Dengan kreatif, berarti SDM telah
membuktikan kemampuankinerja dirinya dalam organisasi.
2. Nilai bela Negara yang kedua adalah kesadaran bela Negara, maka seorang
karyawan atau SDM dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai konsep diri
yang tinggi, paradigma berpikir berbangsa dan bernegara. Dengan memiliki
paradigma tersebut, seorang karyawan telah bertindak, bersikap dan berbuat baik
untuk perusahaan.
13
3. Nila bela Negara yang ketiga adalah meyakini ideologi pancasila. Seorang
karyawan atau SDM hendaknya mengamalkan nilai pancasila dalam
pekerjaanya. Contohnya ketika ada keraguan dalam dirinya, tentu saja orang tsb
harus berpedoman untuk kepentingan orang banyak dalam perusahaan.
4. Nila bela Negara yang keempat adalah rela berkorban bagi bangsa dan Negara.
Seorang karyawan atau SDM yang memiliki mind synergy dan kreativitasyang
tinggi akan menyadari bahwa tujuan perusahaan tidak akan tercapai apabila dia
sendiri dan timnya memiliki kepentingan pribadi, dengan mengorbankan tenaga
waktu pikiran dan mengorbankan kepentingan pribadi akan mengantarkan
perusahaan pada tujuannya.
5. Nilai bela Negara terakhir adalah memiliki kemampuan awal bela Negara secara
fisik dan psikis. Secara fisik seorang karyawan atau SDM harus senantiasa
memelihara kesehatan jiwa dan raga, secara psikis, seorang profesi akuntansi
terlebih seorang profesional harus memiliki sikap mendahulukan kepentingan
publik daripada kepentingan sendiri atau kelompok.
ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan.
terus membina kemampuan jasmani dan rohani.
memiliki keterampilan bela negara dalam bentuk keterampilan
14
Kesimpulan
15
dengar, (3) pertahankan pikiran yang terbuka dengan menghindari setiap prasangka atau
tidak mendegarkan secara defensif, (4) menguraikan kata-kata sendiri ide-ide
pembicara, (5) jangan hanya mengandalkan pada daya ingat, tetapi rekam, tulis, simpan
informasi dalam beberapa cara fisik lain, (6) tingkatkan daya ingat jangka pendek
dengan mengulang-ulang informasi, dan (7) tingkatkan daya ingat jangka panjang
dengan melakukan asosiasi, kategorisasi, visualisasi dan menghafal.
Komunikasi efektif memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang
disampaikan antara pemberi dan penerima pesan. Sehingga tercipta feedback yang baik
antara pemberi dan penerima pesan. Untuk membangun komunikasi yang efektif,
setidaknya kita harus: (1) Berusaha benar-benar mengerti orang lain (emphatetic
communication), (2) Memenuhi komitmen atau janji, (3) Menjelaskan harapan atau
rencana yang akan di lakukan, (4) Meminta maaf denga tulus ketika membuat
kesalahan, (5) Memperlihatkan integritas pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-amir, Khalid Najib, (2002).Mendidik Cara Nabi SAW, Bandung : Pustaka Hidayah,
hlm 166.
Mahmud, Halim Abdul,(2000).Tadarus Kehidupan di Bulan Al-quran, Yogyakarta :
Mandiri Pustaka Hikmah,hlm. 11.
De Janasz, S.C., Dowd, K. O., Schneider, B.Z. (2009).Interpersonal Skill in
Organizations. 3rd Edition. New York : McGraw Hill.
De Vito, J.A. (2013).The Interpersonal Communication Book. 13th Edition. New Jersey
: Pearson Education.
Hendriati Agustiani. 2009. Psikologi Perkembangan. Pendekatan Ekologi Kaitannya
Dengan Konsep Diri. Bandung: PT Refika Aditama.
Inge Hutagalung. (2007). Pengembangan Pribadi. Tinjauan Praktis Menuju Pribadi
Positif. Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang.
Mulyana, D. (2009). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suhendar. M.E., & Supinah P. (1992). Bahasa Indonesia (Ketrampilan Berbahasa). Seri
Mata Kuliah MKDU. Bandung : CV. Pionir Jaya, hlm 45.
16
17