Anda di halaman 1dari 23

BERBICARA DI DEPAN UMUM

Kelompok 3 :
1. A. Bahrun Khofi Setyawan ( 08.1.2020.0002 )
2. Ahmad Asyroful Fadli ( 08.1.2020.0008 )

UNIVERSITAS BILLFATH LAMONGAN


LAMONGAN
2021

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................3
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah..............................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................4
2.1 pengertian dan jenis-jenis berbicara..................................................4
2.2 Berbicara didepan umum..................................................................4
2.3 Diskusi...............................................................................................11
2.4 Pidato.................................................................................................11
2.5 Presentasi...........................................................................................12
2.6 Negosiasi...........................................................................................17
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................21
3.1 Kesimpulan........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................22

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara di depan umum tergolong menjadi aktivitas yang menakutkan bagi banyak
orang. Namun, Anda perlu meluangkan waktu untuk mengembangkan keahlian sebagai
pembicara, keluarlah dan bagilah keahlian yang anda kuasai. (Stephan Schiffman's : 101
Successful Sales Strategies)
Berbicara di muka umum bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh setiap orang. Tapi,
bukan pula hal yang teramat sulit untuk dipelajari. Selama ini, Beragam alasan orang akan
menghindar untuk tidak berbicara di depan umum.
Padahal siapapun berhak untuk berbicara di depan publik tanpa terkecuali. Apalagi di era
seperti sekarang ini, mampu berbicara di depan umum dengan baik dan benar, sudah menjadi
bagian dari gaya hidup seseorang. Sudah saatnya setiap orang yang ingin meningkatkan
kualitas hidup, meraih sukses yang lebih tinggi, trampil berbicara di depan umum.
Setiap orang punya kesempatan untuk bicara di depan publik. Tetapi sayangnya banyak
orang melewatkan kesempatan itu dengan alasan bahwa mereka tidak mampu, dan karenanya
juga tidak pernah mengembangkannya. Padahal, memahami dan menyenangi public speaking
sama dengan berinvestasi, “Semakin lama dipupuk dan dikembangkan, nilainya akan
semakin berkilau.”
Public Speaking adalah keterampilan yang dapat dilatih, dipraktekkan, untuk memberi
manfaat sesuai dengan kebutuhan audiens, antara lain: untuk menyampaikan informasi,
memotivasi, membujuk dan mempengaruhi orang lain, mencapai saling pengertian dan
kesepakatan, meraih promosi jabatan, mengarahkan kerja para staf, meningkatkan penjualan
produk/keuntungan bisnis dan membagikan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Sesungguhnya, mampu dan tidaknya seseorang menjadi pembicara hanya masalah tekad
dan disiplin dalam mengembangkannya. (Pembentukan Citra Diri melalui Kemampuan
Berbicara Di Depan Publik, di Charles Bonar Sirait Shcool Of Communications)

1.2  Perumusan Masalah


   a. Bagaimana cara menghilangkan ketegangan saat berbicara di depan umum?
b. Bagaimana cara kita berbicara agar mampu menguasai situasi dan kondisi?
c. Bagaimanakah etika yang seharusnya diterapkan ketika berbicara di depan umum?
1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian secara Umum
a.       Memberikan solusi untuk seseorang yang akan berbicara di depan umum agar tidak merasa
tegang dan ketakutan.
b.      Mempelajari cara agar mampu menguasai situasi saat berbicara.
c.       Mengajarkan etika yang seharusnya digunakan saat berbicara.
1.4  Tujuan Penelitian secara Khusus
a.       Mampu meningkatkan kemampuan untuk menghilangkan ketegangan saat berbicara di depan
umum.
b.      Lebih terampil untuk mempelajari serta mengetahui cara untuk menguasai  situasi saat
berbicara.
c.       Lebih memahami cara untuk menempatkan sikap yang baik saat berbicara.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS BERBICARA
2.1.1        Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan suatu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak
(Tarigan, 2008:16-17).
Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan (1990:149) menyatakan bahwa
berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara
pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat berat. Pesan yang diterima oleh
pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi bahasa. Pendengar
kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi bentuk
semula.
Menurut Nurgiyantoro (2001:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua
dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa yaitu setelah aktivitas mendengarkan.
Berdasarkan bunyi-bunyi bahasa yang didengarkan itulah kemudian manusia belajar
mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara.
2.1.2        Jenis – Jenis Berbicara
Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi dalam dua jenis, yaitu berbicara di muka
umum dan berbicara pada konferensi. Guntur Tarigan (1981: 22-23) memasukkan beberapa
kegiatan berbicara ke dalam kategori tersebut.
1)      Berbicara di Muka Umum
Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut.
a)      Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan, bersifat
informatif (informative speaking).
b)      Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau meyakinkan (persuasive
speaking).
c)      Berbicara dalam situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberate
speaking).
2)      Diskusi Kelompok
Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini.
a)      Kelompok resmi (formal)
b)      Kelompok tidak resmi (informal)
2.2  BERBICARA DI DEPAN UMUM
Berbicara di depan umum merupakan salah satu teknik atau seni berbicara yang harus
dimiliki oleh pembicara untuk mampu menarik perhatian audiens. Untuk menarik perhatian
audiens, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pembicara selain persiapan
materi yang matang, yakni : mempersiapkan mental dengan baik, yakni dengan memahami
kondisi ruangan dan psikologis audiensnya, berlatih dengan baik dan teratur di depan cermin,
dengan maksud agar pembicara mampu melihat mimik dan ekspresi mukanya,
menyesuaikan penampilan fisik sebelum tampil di atas panggung, berupaya untuk
menjadi diri sendiri, bila perlu selipkan humor-humor atau cerita lucu di antara pembicaraan
yang disampaikan, sehingga pendengar tidak merasa bosan.

4
Persiapan yang baik akan membantu pembicara mengantisipasi gangguan yang akan
muncul ketika seseorang berbicara di depan umum. Gangguan tersebut diantaranya adalah
kurang antusiasnya audiens untuk memperhatikan pembicaraan yang disampaikan, tidak
mendukungnya suasana ruangan, dan karateristik audiens yang di luar perkiraan.
Beberapa contoh Berbicara di depan Umum, salah satunya adalah Berpidato. Pidato
merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara, pidato berarti pengungkapan
pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak. Pidato berarti
mengemukakan sesuatu secara lisan yang biasa dijumpai di depan umum atau audiensnya.
Pidato bisa menjadi sebuah kegiatan yang menakutkan bagi seseorang yang tidak
terbiasa untuk berbicara di depan umum. karena kurangnya rasa percaya diri, takut
ditertawakan, atau mungkin ada pengalaman masa dahulu yang membuat pembicara trauma.
Namun, dalam berpidato persiapan mental atau yang berkaitan dengan kejiwaan amat
penting untuk seseorang yang akan berpidato. Keberhasilan seseorang dalam berbicara di
depan umum akan banyak ditentukan sejauh mana keadaan mental saat berbicara di depan
umum.
Selain persiapan mental, persiapan materi juga harus dilakukan dengan baik dan benar.
Karena kesiapan materi atau pesan yang akan kita sampaikan akan sangat mempengaruhi
kesiapan kita secara mental,  seseorang yang akan tampil di depan umum harus dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan tempat dan suasana.
Keberhasilan seseorang dalam berbicara juga ditentukan oleh keadaan fisik dan
kejiwaannya. Apabila ia sedang dalam keadaan tidak prima, baik kesehatan badan maupun
jiwanya, rasanya suatu keberhasilan akan sulit tercapai. Namun, yang perlu ditekankan disini
adalah kemauan untuk terus berusaha dan belajar. Di mana ada kemauan berusaha, di situlah
terbentang jalan. 
Pada prinsipnya, berbicara di depan umum seperti halnya berpidato sama dengan
bercakap-cakap, keduanya menuntut interaksi langsung antara pembicara pendengar. Kalau
komunikasi dan interaksi tidak berjalan secara langsung, maka pidato itu kurang berhasil.

2.2.1        Menghilangkan rasa takut ketika Berbicara


Beberapa dari Anda mungkin pernah mengalami saat dimana Anda takut untuk
berbicara di depan umum. Anda merasa tertekan, takut, ingin membatalkan situasi itu atau
bahkan kabur dengan memberikan orang lain berbicara.
Anda tidak perlu merasa malu karena Anda tidak bisa berbicara di depan umum, tapi
Anda juga seharusnya tidak perlu kabur dan takut akan hal ini. Perasaan yang Anda alami
dialami juga oleh banyak orang, bahkan orang-orang profesional yang sudah sering berbicara
di depan umum juga pernah merasakan hal ini.
Seseorang yang akan berbicara di depan umum harus berhasil melewati 'tembok
penghalangnya'. Misalkan saja, Anda harus mencoba untuk menghindari membuat sebuah
contekan dan kemudian dihafalkan. Cara ini menjadi sebuah tradisi yang biasa digunakan
oleh orang banyak, bahkan buruknya adalah pada saat Anda lupa dengan apa ingin Anda
bicarakan, Anda akan tiba-tiba berhenti berbicara dan mengeluarkan contekan. Hal ini dapat
merusak penilaian orang terhadap citra Anda.

2.2.2        Menguasai Situasi saat Berbicara

5
Saat berbicara di depan umum, Anda sebaiknya jangan pernah berbicara menggunakan
pikiran saja melainkan hati yang melaksanakan. Sering kali kita jumpai masalah seperti ini,
sebagian orang terlalu terpaku pada pokok bahasan yang dibawakan dan arahan yang disusun.
Berbicara dengan hati jauh lebih nyaman dibanding harus berbicara dengan penuh
konsentrasi dan memperhatikan gaya bahasa. Dengan cara seperti ini, pendengar akan merasa
lebih nyaman saat mendengarkan pembicaraan dalam kondisi bebas dan tidak dipaksakan.
Pandangan mata juga sangat berpengaruh terhadap kelancaran penyajian saat berbicara,
jangan memandang hanya kepada satu titik. Biarkan mata menjelajah kemana-mana untuk
mengetahui intensitas ketertarikan audiens. Selain itu, saat berbicara di depan umum Anda
perlu mengendalikan suara pada titik nyaman Anda. Cara ini dapat menarik perhatian serta
memberi kenyamanan juga kepada para pendengar. (Pringgawidagdo, 2002:4)
Alangkah baiknya, untuk lebih menguasai situasi saat berbicara di depan umum Anda
harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengemas pembicaraan agar lebih menarik.
Karena seseorang dikatakan mampu mendengarkan jika ia dapat menangkap atau menerima
dengan benar apa yang didengarnya.
3.2.3        Etika Berbicara di Depan Umum
Seseorang yang akan tampil berbicara di depan umum harus dapat menarik dan
menyesuaikan diri dengan keadaan tempat dan suasana. Orang yang akan berbicara pun tentu
akan berusaha untuk tampil dengan baik serta menarik demi mencari perhatian dari
pendengarnya.
Berbicara merupakan komunikasi lisan, berarti ketika Anda sedang berbicara di depan
umum Anda harus memahami karakteristik atau ciri bahasa lisan.
Ketika Anda akan membuka sebuah pembicaraan, sebaiknya terlebih dahulu Anda
mengucapkan salam serta ucapan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan
kesempatan untuk berbicara di depan umum.
Saat berbicara di depan umum, kemukakan hal-hal atau masalah-masalah penting yang
akan Anda sampaikan. Sehingga pendengar dapat menyerap dengan baik apa yang
disampaikan pembicara.
Jika para pendengar Anda telah menunjukkan sikap yang baik serta merespon apa yang
Anda bicarakan, yakinlah bahwa itu merupakan modal yang sangat berharga untuk
menambah rasa percaya diri Anda ketika berbicara di depan umum.

Berbicara di muka umum merupakan salah satu teknik atau seni berbicara yang harus
dimiliki oleh pembicara untuk mampu menarik perhatian audiens. Untuk menarik perhatian
audiens, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pembicara selain persiapan
materi yang matang, yaitu:
1. Mempersiapkan mental dengan baik, yakni dengan memahami kondisi ruangan dan
psikologis audiensnya.
2. Berlatih dengan baik dan teratur di depan cermin, dengan maksud agar pembicara
mampu melihat mimik dan ekspresi mukanya.
3. Menyesuaikan penampilan fisik sebelum tampil di atas panggung.
4. Berupaya untuk menjadi diri sendiri.
5. Menyelipkan humor-humor atau cerita lucu di antara pembicaraan yang disampaikan,
sehingga pendengar tidak merasa bosan.
Persiapan yang baik akan membantu pembicara mengantisipasi gangguan yang akan muncul
ketika seseorang berbicara di depan umum. Gangguan tersebut diantaranya adalah kurang
antusiasnya audiens untuk memperhatikan pembicaraan yang disampaikan, tidak
mendukungnya suasana ruangan, dan karateristik audiens yang di luar perkiraan.

6
Berbicara di muka umum di bagi menjadi 4 yaitu:

A. BERBICARA UNTUK MELAPORKAN


Berbicara untuk melaporkan adalah berbicara yang bertujuan untuk menyampaikan suatu
informasi dengan tujuan:
1. Memberi atau menanamkan pengetahuan
2. Menetapkan atau menentukan hubungan – hubungan antara benda – benda
3. Menerangkan atau menjelaskan suatu proses
4. Menginterpretasikan atau menafsirkan suatu persetujuan atau pun menguraikan suatu
tulisan
Hal-hal tersebut merupakan situasi – situasi informatif dengan tujuan memberi pengertian
atau makna – makna suatu hal agar lebih jelas.
Contoh:
Menanamkan pengetahuan merupakan fungsi utama perkuliahan di suatu perguruan tinggi.
Kompetensi atau pengetahuan tentang suatu hal yang dimiliki oleh dosen dikomunikasikan
dikomunikasikan kepadapara mahasiswanya. Dalam penyampaiannya haruslah dipersiapkan
segala sesuatunya yang dapat meyakinkan, membuat para mahasiswa menyadari sifat,
maupun memahami hakikat yang dikemukakan dalam perkuliahan tersebut. Dapat diambil
kesimpulan bahwa kuliah merupakan suatu situasi berbicara yang tujuan umumnya adalah
pengertian dan pemahaman dan tujuan khususnya adalah menanamkan informasi.
Pembicaraan – pembicaraan yang bersifat informatif membuat kita sadar pada lima sumber
utama, yaitu:
1. Pengalaman – pengalaman yang harus dihubung – hubungkan seperti perjalanan,
petualangan, maupun cerita roman atau novel.
2. Suatu proses yang harus dijelaskan, seperti pembuatan sebuahbuku, mencampur pigmen –
pigmen untuk membuat warna – warna, merekam, serta memotret bunyi.
3. Tulisan – tulisan yangharus dijelaskan atau dipahami, seperti makna konstitusi, dan
falsafah plato.
4. Ide – ide atau gagasan – gagasan yang harus disingkapkan, seperti makna estetika.
5. Intruksi – intruksi atau pengajaran – pengajaran yang harus digambarkan atau divisualkan,
seperti: bagaimana cara bermain catur, bagaimana cara membuat kapal, dan lain – lain.
Perlu diketahui bahwa tuntutan serta pertimbangan dalam situsi – situasi informatif lebih
bersifat intelektual. Kita harus berusaha menempatkan segala sesuatu dalam posisi dan urutan
yang mudah dipahami. Untuk pernyataan mengenai apakah “sesuatu”, dapat dijawab dengan
jalan menempatkan hubungan mengenai hal – hal yang telah diketahui yaitu, menunjukan
kesamaan (komparasi) atau perbedaan (kontras), dengan cara menempatkannya dalam suatu
kelas yang telah lebih di ketahui (jenis), atau dengan jalan menebutkan bagian – bagian
(definisi). Pendekatan yang kita buat bisa secara deduktif maupun induktif.
Situasi – situasi tersebut dapat di kelompokkan kedalam klasifikasi informatif berikut ini,
yaitu :
a. Kuliah, ceramah (lecture)

7
b. Ceramah tentang perjalanan (travelogue)
c. Pengumuman, pemberitahuan, maklumat (announcement)
d. Laporan (report)
e. Intruksi, pelajaran, pengajaran (instruction)
f. Pemberian sesuatu pemandangan atau adegan (description of a scene)
g. Pencalonan, pengangkatan, dan penunjukan (nominaton)
h. Pidato atau kata – kata pujian tentang seseorang yanng telah meninggal dunia (eulogy)
i. Anekdot, lelucon, dan lawak (anecdote)
j. Cerita, kisah, dan riwayat (story)
(Powers, 1951; 195 – 197)
Apa saja tujuan yang hendak di capai dalam suatu pembicaraan, perlu adanya suatu rencana
terlebih dahulu. Dalam merencanakan suatu pembicaraan, kita hsrus mengikuti langkah –
langkah berikut:
1. Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati kita
Jika kita memilih suatu pokok pembicaraan yang kita suka atau senangi, tentu kita akan lebih
antusias dalam menyampaikannya, dan hampir dapat di pastikan akan dapat menarik
antsiasme atau perhatian para pendengar juga.
2. Membatasi pokok pembicaraan
Tentu tidak efektif jika kita menjelaskan suatu hal secara terperinci dari segala aspek
pembicaraan dalam waktu singkat. Dengan cara membatasi pokok atau suatu aspek
pembicaraan kita dapat mengkondisikan waktu agar tidak terlalu lama dan membuat jenuh
pendengar, namun jika kita mencakup hanya satu bidang tertentu secara baik dan menarik, itu
akan menimbulkan kesan yang samar – samar atau khusus pada para pendengar.
3. Mengumpulkan bahan – bahan
Ketika kita telah terbiasa dengan pokok masalah yang hendak disampaikan, maka yang jadi
masalah adalah mencari bahan lebih banyak yang di butuhkan. Bila membutukhan bahan
tambahan yang lebih banyak , kita dapat mengumpulkannya dari berbagai nsumber, baik
buku maupun internet, atau dapat juga mewawancarai orang – orang yang telah ahli di bidang
tersebut.
4. Menyusun bahan
Pembicaraan yang hendak di sampaikan biasanya terdiri atas tiga hal pokok yaitu:
(a) pendahuluan
Pendahuluan berfungsi untuk menarik perhatian pendengar, maka rancangklah pembukaan
sebaik dan semenarik mungkin. Kita dapat melalui dengan suatu pertanyaan yang
merangsang atau menimbulkan rasa ingin tahudari para pendengar.
(b) isi
Dalam merencanakan isi pembicaraan kita harus memperhatikan atau menggaris bawahi
point – point penting yang akan ditelusuri. Rencanakanlah penggunaan kata – kata yang akan
memudahkan para pendengar mengikuti gagasan – gagasan yang kita sampaikan. Kalimat –
kalimat dalam isi pembicaraan yang anda sampaikan harus mengandung unsur semangat,
bergairah, antusias, logis dan spesifik.
(c) simpulan.
Simpulan hendaklah berisi rangkuman atau point – point penting dari pembicaraan tersebut.
Kata – kata terakhir atau penutup hendaklah dipilih yang tepat dan baik, serta diucapkan
dengan penuh semangat dan penekanan.

B. BERBICARA SECARA KEKELUARGAAN


Tidak ada wadah lain yang lebih sesuai untuk maksud – maksud seperti menceritakan
suatu kejadian dan sebagainya kecuali dalam situasi persahabatan atau kekeluargaan. Para
partisipan menginginkan seorang pembicara untuk melambangkan serta memperagakan

8
dalam suatu hati,keadaan jiwa, fikiran, dan tindakan yang menarik dan sesuai perasaan –
perasaan kelompok tersebut. Untuk sang pembicara ini adalah sebuah tantangan yang
menentukan sikapnya bahannya dan , dan penyampaiannyaKetiga hal tersebut harusnya dapat
menembangkan keramah tamahan dan mempertinggikan. Keramahtamahan seharusnya
menjadi sebuah inti pokok, dan kegembiraa bersama hendaknya merupakan tujuan khusus.
Hal umum yang menjamin serta memadukan perasaan persahabatan adalah melalui obrolan
hiburan. Menghibur yaitu melakukan suatu hal yang dapat menyenangkan hati, menciptakan
suatu suasana riang dengan cara membuat suasana gembira yang menimbulkan rasa bangga
menjadi anggota suatu kelompok tersebut. Sasaran yang dituju yaitu peristiwa – peristiwa
kemanusian yang penuh lucuan ataukegelian sederhana. Media yang paling digunakan adalah
bercerita atau mendongeng, apalagi cerita yang lucu, jenaka, maupun menggelikan.
Kesempatan – kesempatan bagi pembicaraan yang bersifat kekeluargaan atau persahabatan,
antara lain:
1) Pidato sambutan selamat datang,
2) Pidato perpisahan,
3) Pidato penampilan, penyajian, dan peerkenalan,
4) Pidato jawaban atau balasan,
5) Pidato atau sambutan dalam pembukaan suatu upacara, pemberian ijasah dan lain –
lain,
6) Pembicaraan sesudah makan,
7) Pidato atau sambutan pada saat – saat memperingati hari jadi dan hari ulang tahun,
8) Pidato atau sambutan hiburan, pertunjukan, dan lain – lain, serta
9) Pidato atau kata – kata pujian tentang seseurang yang telah meninggal dunia.
(Powers, 1951 : 208).

C. BERBICARA UNTUK MEYAKINKAN

Menurut aristoteles “ persuasi (bujukan, desakan, dan meyakinkan) adalah seni


penanaman alasan-alasan atau motif-motif yang menuntun ke arah tindakan bebas yang
konsekuen “.
Pembicaraan yang bersifat persuasif disampaikan kepada para pendengar bila kita
menginginkan penampilan suatu tindakan atau pengejaran suatu bagian tertentu dari suatu
tindakan. Tindakan –tindakan serupa itu mungkin merupakan penerimaan suatu pendirian ,
pemungutan atau pengadopsian seperangkat prinsip, atau tindakan pelaksanaan tugas-tugas
serupa itu. Tuntutan atau daya penarik dalam hal ini kebanyakan bersifat emosional. Daya
penarik ini menampilkan motif-motif kepada kita untuk bertindak menurut cara yang
dikehendaki. Apabila aksi tidak dapat diperoleh tanpa kepastian pendirian ,maka
argumentasi dari orang intelek dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan. Eksposisi dan
deskripsi menyajikan konsep-konsep mengenai sebuah makna yang terlibat. Namun harus
disadari bahwa proses tersebut merupakan batu loncatan kepada tujuan nyata dari tindakan
yang diharapkan.
Meyakinkan pada dasarnya dalah membuat atau membujuk seorang akan kebenaran dan itu
berbeda dari memaksakan. Jadi meyakinkan lebih kepada akal fikiran daripada perasaan
emosional.
Meyakinkan menuntut beberapa unsur, antara lain :
1. Kejelasan, kemurnian, atau kecerahan (clarity).
2. Ketertiban , kerapian, atau keteraturan (orderlines).
3. Fakta-fakta, bukti-bukti, atau petunjuk-petunjuk (evidence).

9
4. Alasan-alasan, bantahan-bantahan, penjelasan-penjelasan, atau argumen-argumen
(arguments).
5. Pikiran –pikiran atau pemikran yang jujur dan terus terang.
(powers, 1951 : 241-242)

Biasanya para pendengar dirangsang untuk berbuat aksi dengan daya tarik yang emosional.
Dan daya tarik yang fundamental dari semua pembicara adalah daya tarik pribadi mereka.
Biasanya pendengar tertarik atau terpikat oleh karakter yang kuat dari seorang pembicara.
Dalam benak pendengar harus tertanam keyakinan yang kuat agar proses ini berjalan dengan
baik. Dengan kata lain pembicara sangat mempengaruhi keyakinan pendengar.Kepastian
pendirian bergerak maju dari penyediaan alasan-alasan yang cukup banyak menuju ke akal
pikiran.

Menurut Schwab dan Beatty yang telah melakukan penelitian bertahun-tahun


menyarankan beberapa cara untuk memperoleh aksi daya tarik dasar, yang meliputi :
a. Ajukanlah suatu penawaran misalnya : menawarkan brosur, contoh, percobaan bebas,
premi (hadiah), harga perdana,dan lain lain.
b. Batasi waktu : batasi waktu untuk penawaran.
c. Persediaan terbatas : yaitu menekankan kepada pendengar bahwa hal yang dibicarakan
itu bersifat terbatas, jadi pendengar termotivasi dengan keadaan tersebut mengingat sesuatu
yang dibicarakan itu terbatas sehingga muncul dalam benak pendengar takut tidak
mendapatkan hal tersebut.
d. Jaminan atau garansi : memberikan jaminan atau garansi tentang hal yang dimaksud
sehingga pendengar akan merasa nyaman dan akan terbujuk.
e. Harga meningkat terus : yaitu memberikan informasi kepada pendengar bahwa hal
( bisa meliputi barang, dsb) dapat naik sewaktu- waktu. Mungkin hari ini harga di bawah
standar, namun besok belum tentu. Sehingga pendengar akan berfikiran untuk membeli
produk tersebut secepatnya.
f. Penurunan harga
g. Keuntungan atau kerugian : membujuk pendengar dengan cara memberi informasi
keuntungan apa saja yang didapat jika membeli produk atau barang tersebut dan hal apa saja
yang akan terjadi bila tidak membeli produk atau barang tersebut.

D. BERBICARA UNTUK MERUNDINGKAN


Berbicara untuk merundingkan atau deliberative speaking pada dasarnya bertujuan
untuk menemukan sejumlah keputusan atau rencana yang tepat yang sebelumnya dibicarakan
dahulu dengan beberapa pihak untuk mencapai tujuan atau keputusan. Keputusan-keputusan
itu dapat menyangkut sifat hakekat tindakan masa lalu atau sifat dan hakekat tindakan-
tindakan mendatang. Misalnya : dalam suatu pemeriksaan, pengadilan mencoba menentukan
apakah seorang itu tidak bersalah atau bersalah terhadap tindakannya pada masa lalu
sehingga mungkin saja mengambil keputusan pada aspek “ di sini dan kini “. Fakta- fakta
diteliti dan ditelaah untuk menentukan apakah keputusan yang diambil itu benar-benar adil
atau tidak. Pengadilan tidak bermaksud untuk melaksanakan keputusannya, tetapi hanya
untuk menentukan apa sebenarnya yang terkandung dalam setiap kasus. Hukuman
merupakan suatu rencana ganti rugi atau retribusi yang disarankan oleh pengadilan,tetapi
tidak dilaksanakan oleh pengadilan. Begitu pula dalam perusahaan , para menejer
mengadakan pertemuan secara teratur untu menentukan apa yang baik dan apa yang buruk
dalam siasat-siasat penjualan dan administratif mereka sebelumnya. Dalam pertemuan-
pertemuan seperti itu yang menjadi tujuan adalah untuk memberi penilaian terhadap
tindakan-tindakan masa lalu , untuk menyelidiki serta merenungkan nilainya. Dalam kedua

10
jenis situasi yang di jelaskan di atas tadi, maka yang merupakan hasil bukanlah tindakan,
melainkan keputusan.
Dalam menentukan suatu keputusan , tidak hanya bertolak pada fakta-fakta saja
melainkan harus mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Dalam menentukan
sebuah sifat suatu tindakan yang telah berlalu, menggunakan acuan fakta fakta yang dicari.
Sedangkan tindakan yang akan mendatang digunakan pedoman yang fakta yang paling
baiklah yang dicari.
Dalam membuat keputusan para partispan harus teliti dan berhati-hati. Mereka tidak
menggunakan pendapat satu pihak namun semua pihak. Mereka juga menerima sebuah
nasehat, serta mempertimbangkan fakta-fakta yang dikemukakan. Keputusan tersebut lebih
bersifat intelektual dan tidak bersifat emosional, lebih bersifat meyakinkan daripada
mendesak. Metode-metode yang dipergunakan oleh pembicara sederhana dan langsung dan
dia berusaha keras membuka rahasia segala fakta-fakta yang tersedia dan mungkin juga
kemungkinan-kemungkinan yang ada. Tujuan bukanlah tindakan ( atau aksi), tetapi bayangan
pemikiran ( atau refleksi), bukan melakukan, tetapi memutuskan . situasi-situasi yang seperti
itulah yang merupakan “situasi-situasi deliberatif” dan berbicara, dan tujuan umumnya adalah
keputusan atau kepastian pendirian.

2.3 Diskusi
Diskusi adalah perundingan atau pertukaran pemikiran untuk memperoleh pemahaman
Mengen penyebab suatu masalah dan solusi penyelesaiannya. Kata diskusi berasal dari
bahasa Latin discutio atau discusum yang berarti bertukar pikiran dan dalam bahasa Inggris
discussion yang berarti perundingan atau pembicaraan. Diskusi dapat dilakukan oleh dua atau
beberapa orang sekaligus. Tujuan diskusi adalah memperoleh pemahaman bersama secara
teliti dan jelas dari suatu informasi, pendapat, dan pengalaman yang telah telah saling
diberitahukan. Diskusi juga digunakan untuk mempersiapkan dan merampungkan
kesimpulan, pernyataan, atau keputusan akhir. Diskusi umumunya disertai dengan debat antar
peserta diskusi.[1]

2.4 Pidato
Pidato merupakan kegiatan berbicara di depan umum untuk memberikan pendapat atau
gambaran mengenai suatu hal.

Dalam buku Terampil Berbahasa Indonesia: Untuk Perguruan Tinggi (2019) karya Isma
Tantawi, pengertian pidato adalah menyampaikan pikiran, perasaan, dan kemauan dari
seseorang kepada sekelompok orang.

Pidato juga dikatakan sebagai penyampaian pikiran secara lisan di depan penonton atau
pendengar. Tujuan pidato dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

Informatif
Pidato informatif bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca atau pendengar.
Berupa petunjuk tentang sesuatu, pengarahan tentang masalah tertentu, dan penjelasan
tentang obyek tertentu.

Rekreatif
Pidato rekreatif bertujuan untuk menghibur para pendengar. Saat menyampaikan pidato,
orator perlu menyelipkan beberapa hiburan, sehingga pidato yang disampaikan dapat
tercapai.

11
Persuasif
Tujuan pidato persuasif adalah untuk memengaruhi para pendengar. Pada saat menyampaikan
informasi, orator perlu memengaruhi atau mengajak.

Sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh pendengar dalam
kehidupannya sehari-hari.

Dalam mengajak dan memengaruhi pendengar, sang orator harus dapat menyampaikan bukti
dan alasan yang dapat diterima. Bukti tersebut dapat berupa fakta fisik atau fakta logika.

Jenis-jenis pidato
Dilansir dari buku Pintar Pidato: Kiat Menjadi Orator Hebat (2020) oleh Arif Yosodipurro,
dilihat dari sifat dan fungsinya jenis pidato terbagi menjadi:

Pidato pertanggungjawaban
Pidato yang disampaikan dalam rangka mempertanggungjawabkan sebuah amanah yang
diemban dalam kurun waktu tertentu. Biasanya disampaikan pada masa akhir jabatan, seperti
kepala dinas atau jabatan yang lain.

Pengertian Presentasi
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin. Berbeda dengan pidato
yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan acara politik, presentasi lebih sering
dibawakan dalam acara bisnis. Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk
membujuk (biasanya dibawakan oleh wiraniaga), untuk memberi informasi (biasanya oleh
seorang pakar), atau untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin
membantah pendapat tertentu).

Agar bisa pandai berpresentasi, orang sering kali belajar pada para pakar presentasi. Juga, ada
banyak pembicara terkenal yang sering kali diamati oleh orang-orang yang ingin pandai
berbicara di hadapan umum. Para pembicara terkenal di Indonesia antara lain KH Abdullah
Gymnastiar, Tung Desem Waringin, Andrie Wongso, dan masih banyak lagi.

Keahlian berbicara di hadapan hadirin merupakan hal yang sangat penting bagi siapa pun
yang ingin maju. Banyak presiden, manajer, wiraniaga, dan pengajar yang menjadi sukses
dan terkenal lewat keahlian berpresentasi.

Tujuan dari presentasi dari semua jenis, misalnya, untuk membujuk, untuk
menginformasikan, atau untuk meyakinkan. Untuk menjadi baik menyajikan, orang sering
belajar ahli presentasi. Juga, ada banyak pembicara terkenal yang sering diamati oleh orang-
orang yang ingin tahu bagaimana berbicara di depan umum.

2.5 Presentasi
pre·sen·ta·si /préséntasi/ n 1 pemberian (tt hadiah); 2 pengucapan pidato (pd penerimaan
suatu jabatan); 3 perkenalan (tt seseorang kpd seseorang, biasanya kedudukannya lebih

12
tinggi); 4 penyajian atau pertunjukan (tt sandiwara, film, dsb) kpd orang-orang yg diundang;
mem·pre·sen·ta·si·kan v menyajikan; mengemukakan (dl diskusi dsb).

Jenis-Jenis Presentasi
Presentasi Dadakan (Impromptu)
Pembicaraan impromptu merupakan jenis presentasi yang dilakukan secara mendadak tanpa
persiapan apapun. Dalam hal ini pembicara ditunjuk langsung untuk menyampaikan
informasi kepada para pendengar, tanpa melakukan persiapan segala sesuatunya, baik itu
mengenai tema pembicaraan maupun alat bantu yang digunakan, sehingga perasaan
pembicara akan mengejutkan.

Ada beberapa kelebihan dan kelemahan apabila menggunakan jenis presentasi dadakan atau
impromptu.

Kelebihan:
informasi yang disampaikan sesuai dengan perasaan pembicara yang sesungguhnya,
kata atau suara yang keluar merupakan hasil spontanitas,
membuat pembicara terus berpikir selama menyampaikan informasi.
Kelemahan:
informasi yang disampaikan tersendat-sendat, karena membutuhkan waktu untuk berpikir dan
mengolah kata,
tidak berurutan/sistematis dalam penyampaiannya, karena secara mendadak untuk
menyampaikan informasi,
terjadi demam panggung, karena belum ada persiapan apapun mengenai apa yang harus
disampaikan.
Presentasi Naskah (Manuscript)

Presentasi naskah merupakan jenis presentasi dimana dalam menyampaikan informasinya,


seorang pembicara melakukannya dengan membaca naskah. Tidak sedikit orang dalam
menyampaikan informasi menggunakan naskah berupa teks. Setiap kata-kata yang keluar
merupakan hasil dari sebuah naskah, pembicara melupakan tugasnya yang utama yaitu
melakukan kontak mata dengan pendengar. Jadi dapat dikatakan pembicara bukan
menyampaikan pidato, tetapi membacakan naskah pidato.

Kelebihan:
penyampaian dilakukan secara berurut/sistematis,
kata yang keluar diungkapkan secara baik dan benar,
tidak terjadi kesalahan dalam penyampaiannya.
Kelemahan:
pendengar akan merasa bosan dalam mendengarkannya,
bagi pendengar tidak termotivasi untuk mendengarkannya,
tidak menarik dalam menyampaikan informasinya,
terlalu sibuk akan membaca naskah sehingga tidak melakukan kontak mata dengan
pendengar seolah-olah acuh tak acuh terhadap pendengar.
Presentasi Hafalan (Memoriter)
Jenis presentasi yang dilakukan menghapal dari teks yang telah disediakan. Berbeda dengan
jenis manuscript, memoriter tidak menggunakan naskah dalam penyampaiannya, pembicara
hanya melakukan persiapannya dengan menghafal dari teks dimana isinya mengenai

13
informasi yang akan disampaikan. Kelebihan dan kelemahannya hampir sama dengan
manuscript. Jenis ini sangat buruk untuk dilakukan, karena apabila melupakan kata-kata dari
naskah maka presentasi yang dilakukan akan terjadi kegagalan.

Presentasi Ekstempore

Jenis Ekstempore merupakan jenis presentasi yang paling baik untuk dilakukan dibanding
jenis lainnya. Pembicara mempersiapkan materi dengan garis besarnya saja, kemudian pada
saat presentasi akan dijabarkan secara mendetail.

Kelebihan:
pembicara dapat menyampaikan informasi secara jelas, karena ada persiapan sebelumnya,
dapat menyampaikan secara sistematis/berurutan,
kemungkinan besar pembicara dalam menyampaikannya menarik perhatian pendengar,
karena tidak berpedoman kepada naskah ataupun hafalan, tetapi tidak melenceng dari garis
besar materi,
lebih leluasa dalam penyampaiannya,
pembicara dapat melakukan kontak mata dengan pendengar, sehingga akan terlihat apakah
pesan yang disampaikan menarik atau tidak.
Kelemahan:
perlu memiliki wawasan yang cukup mengenai tema yang akan dibicarakan,
membutuhkan waktu yang lama dalam persiapan presentasi,
bagi pemula, sulit untuk dilakukannya karena membutuhkan keahlian dan pengalaman yang
cukup.

Tujuan Presentasi
Menyampaikan informasi

Banyak pada perusahaan-perusahaan melakukan presentasi hanya bertujuan menyampaikan


berupa informasi saja. Informasi/pesan yang disampaikan bisa bersifat biasa, penting atau
bahkan rahasia. Perusahaan mengundang seseorang yang dianggap pantas untuk
menyampaikan informasi sesuai tema yang telah ditentukan. Dalam hal ini pembicara
memiliki keahlian sesuai dengan bidang dan pengalamannya.

Meyakinkan pendengar
Presentasi yang dilakukan berisikan informasi-informasi, data-data dan bukti-bukti yang
disusun secara logis sehingga informasi yang disampaikan dapat membuat seseorang atau
kelompok orang merasa yakin. Semula yang asalnya memiliki unsur ketidakjelasan dan
ketidakpastian sehingga ketika diadakan presentasi oleh pembicara, seseorang/kelompok
orang tersebut menjadi yakin atas informasi yang diberikan.

Menghibur pendengar
Pada era globalisasi ini banyak acara-acara hiburan pada penayangan televisi. Acara hiburan
tersebut dipimpin oleh presenter yang handal, tujuannya untuk menghibur para penonton.
Prensenter dituntut untuk melakukan pembicaraan yang sifatnya menghibur tetapi relevan
dan profesional sehingga para penonton televisi dapat menikmati acara tersebut. Selain acara
televisi, acara hiburan yang lainnya dapat kita temukan pada pesta perayaan-perayaan.
Contoh: pesta perayaan pernikahan, ulang tahun dan lain-lain. Presenter ditugaskan untuk

14
berbicara dan menyelipkan kata-kata yang dapat menghibur para tamu yang hadir pada pesta
perayaan tersebut.

Memotivasi dan menginspirasi pendengar untuk melakukan suatu tindakan

Demi tercapainya suatu tujuan perusahaan, seorang pimpinan dituntut untuk mengarahkan
dan membimbing para karyawannya agar dapat bekerja secara maksimal dan tidak lupa untuk
memperhatikan kualitasnya. Selain diberi arahan dan bimbingan, pimpinan perusahaan juga
dapat melakukan motivasi agar para karyawannya dapat bekerja dengan semangat yang
tinggi. Kegiatan memotivasi tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan suatu forum.

Forum tersebut terdiri dari para karyawan dimana bertindak sebagai pendengar, sedangkan
yang bertindak sebagai pembicara yaitu pihak pimpinan perusahaan itu sendiri. Pimpinan
bertugas untuk menyampaikan informasi yang bersangkutan dengan tujuan perusahaan serta
memotivasinya, baik dengan cara mempromosikan karyawan maupun kenaikan gaji
karyawan.

Melakukan penjualan
Tujuan presentasi yang keempat yaitu melakukan penjualan. Hal ini bersangkutan dengan
perusahaan yang ingin mempromosikan suatu produk tertentu. Perusahaan menugaskan
kepada salah seorang atau kelompok karyawan untuk mempromosikan produknya kepada
calon pembeli. Karyawan tersebut dibekali pengetahuan mengenai produk dan dibantu
dengan alat bantu peraga untuk memudahkan penyampaian pesan.

Membuat suatu ide atau gagasan


Presentasi yang dilakukan hanya bertujuan untuk memunculkan suatu ide/gagasan dari para
peserta pendengar. Tipe tujuan ini biasanya diterapkan pada suatu perusahan/organisasi yang
mengalami suatu masalah yang sulit untuk dipecahkan sehingga membutuhkan
pendapat/argumen orang lain untuk memecahkannya. Forum yang dilakukan sering dikenal
dengan istilah rapat. Perusahaan mengundang peserta rapat yang dianggap penting baginya
serta dapat memunculkan suatu ide/gagasan sehingga secara tidak langsung dapat membantu
suatu tujuan perusahaan.

Menyentuh emosi pendengar


Tujuan yang keenam yaitu untuk menyentuh emosi pendengar. Dalam hal ini pembicara
bertugas untuk melakukan pembicaraannya yang dapat menyentuh perasaaan/emosi
seseorang. Sebagai contoh pembicara melakukan presentasi kepada para pendengar mengenai
korban bencana yang terjadi akhir-akhir ini. Presentasi yang dilakukan pembicara membuat
pendengar merasa tersentuh untuk membantu para korban bencana dengan cara
menyumbangkan sebagian hartanya.

Memperkenalkan diri
Presentasi demikian biasa digunakan ketika melakukan wawancara, seperti seseorang yang
melamar pekerjaannya kemudian ia memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan data
pribadi dan daftar riwayat hidupnya kepada pihak yang menanyakan.

Macam-Macam Presentasi

Microsoft Powerpoint

15
Microsoft Power Point merupakan sebuah software yang dibuat dan dikembangkan oleh
perusahaan Microsoft, dan merupakan salah satu program berbasis multi media. Didalam
komputer, biasanya program ini sudah dikelompokkan dalam program Microsoft Office.

KPresenter
Program pembuat presentasi yang satu ini sepertinya memang mengerti kebutuhan Anda.
Dengan interface yang indah dan mudah, pembuatan presentasi menjadi kegiatan yang
menyenangkan.

OpenOffice Impress (Presentation)


Tidak jauh berbeda dengan Writer atau TextDocument yang mirip MS Word, dan
SpreadSheet (Calc) yang mirip dengan MS Excel, Presentation (Impress) ini juga sangat
mirip dengan MS PowerPoiBac

Magic Point
MagicPoint adalah suatu alat bantu presentasi berbasis XWindow. Alat bantu ini didisain
untuk membuat presentasi yang sederhana dan mudah dan juga memungkinkan membuat
suatu presentasi yang komplek.

Manfaat Presentasi
Sebagai bahan paparan suatu pokok bahasan inti.
Media pembantu untuk penjabaran dari materi pelajaran sekolah atau suatu projek kerja.
Kesan lebih ekslusif karena melibatkan alat presentasi (Professional).
Audience biasanya akan lebih jelas jika disertai dengan media gambar dari presentasi itu
sendiri.
Memupuk mental yang ada dalam diri si pembawa materi presentasi.
Syarat Presentasi
Menguasai materi dan bahasa dengan baik b.
Mempunyai keberanianc.
Memiliki ketenangan sikapd.
Sanggup menampilkan gagasan secara lancar dan terature.
Sanggup mengadakan reaksi yang cepat dan tepat terhadap situasi apapun yang mungkin
timbul saat presentasif.
Memperlihatkan sikap yang tidak kaku dan tidak canggun
Teknik Presentasi
Prinsip Motivasi
Ada beberapa cara agar seseorang termotivasi untuk mendengarkan sesuatu hal, diantaranya
dengan menggunakan prinsip 5W1H.

What, apa yang dibicarakan?


Who, siapa yang diajak berbicara?
When, kapan seorang pembicara itu melakukan pembicaraan?
Where, dimana seorang pembicara melakukan pembicaraan?
Why, mengapa ia melakukan pembicaraan?
How, bagaimana ia cara melakukan pembicaraan?
Prinsip Perhatian
Pendengar akan memperhatikan pembicara apabila yang dibicarakan itu bersifat menarik.
Dengan kata lain pendengar akan mempunyai minat mendengarkan apabila pembicara dalam
menyampaikan informasinya melakukan sesuatu hal yang menarik, baik itu bersifat aneh,
lucu, sesuai kebutuhan dan bersifat menegur.

16
Prinsip Kegunaan
Prinsip ini menghendaki pembicara untuk menentukan terlebih dahulu kegunaan dari uraian
ceramah yang akan disampaikan. Hal ini bertujuan agar pendengar tidak mempunyai rasa
penasaran, mengapa seorang pembicara menyampaikan informasi tersebut kepada pendengar.

Prinsip Keindraan
Prinsip ini menghendaki seorang pembicara untuk menggunakan alat yang berhubungan
dengan panca indera dalam melakukan pembicaraan atau presentasi. Alat peraga berfungsi
untuk memperkenalkan topik pembicaraan dengan dibantu oleh peragaan-peragaan visual
lainnya. Hal ini membantu pembicara dalam mengatakan suatu hal atau kata demi kata.
Contoh alat peraga yang sering digunakan pada waktu presentasi yaitu: OHP (Overhead
Projector), slide, video, tape, grafik, gambar, brosur dan lain-lain.

Prinsip Ulangan
Prinsip ini mengharuskan pembicara untuk mengulang kembali materi yang diutarakan, hal
ini supaya pendengar lebih mudah mengingat apa yang disampaikan. Prinsip ulangan ini
biasanya menekankan suatu topik/maksud yang penting dari isi presentasi. Oleh karena itu,
agar informasi yang penting dari suatu presentasi dapat ditangkap dan mudah dimengerti,
hendaknya seorang pembicara mengungkapkannya secara berulang-ulang.

Prinsip Pengertian
Ketika mempresentasikan suatu hal, seorang pembicara dalam menyampaikan informasi
perlu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh para pendengar. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan dalam menangkap informasi yang diberikan kepada para pendengar.
Oleh karena itu, ketika ada pembicaraan yang kurang dimengerti oleh pendengar hendaknya
diperjelas atau diberi pengertian.

2.6 Negosiasi
Negosiasi: Pengertian, Manfaat, Tujuan, dan Jenis-jenisnya
Pada dasarnya, pengertian dari negosiasi adalah suatu bentuk komunikasi yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia, baik itu dalam kegiatan bisnis, politik, dan
kehidupan lainnya. Lantas, apa sebenarnya pengertian dari negosiasi dan apa tujuan
negosiasi?

Nah, pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari tentang pengertian negosiasi, lengkap
dengan tujuan, manfaat, kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk bernegosiasi, dan
contoh kegiatan negosiasi dalam kehidupan sehari-hari.

Contents
1 Pengertian Negosiasi
2 Tujuan Negosiasi
3 Manfaat Negosiasi
4 Jenis-jenis Negosiasi
4.1 1. Berdasarkan Situasi
4.2 2. Berdasarkan Jumlah Negosiator
4.3 3. Berdasarkan Keuntungan dan Kerugian
5 Kemampuan Dasar Bernegosiasi
6 Faktor Utama dalam Negosiasi
6.1 1. Para Pihak yang Terlibat

17
6.2 2. Hubungan
6.3 3. Komunikasi
6.4 4. Alternatif
6.5 5. Opsi Realistis
6.6 6. Klaim yang Sah
7 Kesimpulan
Pengertian Negosiasi
Jika dilihat secara etimologis, kata negosiasi berasal dari bahasa Inggirs, yaitu to negotiate
serta to be negotaiting yang memiliki arti merundingkan, menawarkan, dan membicarakan.
Lalu, kata ini memiliki turunan lain, yaitu negotiation, dilansir dari investopedia, negotiation
memiliki arti kegiatan dalam merundingkan atau membicarakan sesuatu dengan pihak lain
demi mencapai suatu kesepakatan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa pengertian negosiasi
adalah suatu proses diskusi yang dilakukan demi menyelesaikan suatu masalah dengan cara
yang bisa diterima oleh pihak lain yang melakukan negosiasi.

Dalam kegiatan negosiasi, setiap pihak akan mencoba untuk merujuk pihak lainnya untuk
menyetujui sudut pandangnya. Dengan bernegosiasi, maka setiap pihak yang terlibat akan
berusaha utuk menghindari perdebatan atau pertengkaran dan menyepakati suatu wujud
komporomi.

Jadi, pengertian negosiasi secara umum adalah suatu wujud interkasi sosial yang terjalin antar
beberapa pihak untuk mencapai kesepakatan bersama yang dinilai salin menguntungkan
untuk setiap pihak yang melakukan negosiasi. Mereka yang melakukan negosiasi ini biasa
disebut dengan negosiator.

Aktivitas negosiasi dilakukan dalam berbagai lini kehidupan, dan biasanya berkaitan dengan
permasalahan yang melibatkan banyak orang, seperti dalam dunia organisasi dan bisnis.
Kedua kegiatan ini memang selalu lekat dengan kegiatan negosiasi. Setiap pihak yang terlibat
dalam proses negosiasi bisa beragam dan mencakup banyak hal.

Beberapa contoh kegiatan negosiasi dalam aktivitas sehari-hari adalah tawar-menawar harga
antara penjual dan pembeli, wawancara antara calon karyawan dan pihak perusahaan,
kesepakatan bisnis antar satu perusahaan dengan perusahaan lain, dan komunikasi antar
negara dalam hal kerjama bilateral.

Tujuan Negosiasi
Diambil dari kamus Oxford, negosiasi adalah sautu metode yang dilakukan sebagai bentuk
usaha dalam memperoleh suatu kesepakatan dengan diskusi formal. Negosiasi dilakukan
antar dua pihak atau lebih yang mana setiap pihak tersebut mempunyai tujuan yang berbeda
dan terjadinya proses tawar-menawar untuk mendapatkan suatu kesepakatan.

Berdasarkan penjelasan yang diambil daari kamus Oxford tersebut, kita bisa tarik kesimpulan
bahwa aktivitas negosiasi memiliki tukuan yang hendak diperoleh oleh setiap pihak yang
bernegosiasi.

Tujuan utama dari negosiasi itu adalah untuk mendapatkan kesepakatan yang dinilai saling
menguntungkan, menyelesaikan masalah dan mendapatkan solusi atas setiap masalah yang

18
dialami pihak yang bernegosiasi, serta untuk mendapatkan kondisi yang saling
menguntungkan bagi setiap pihak yang bernegosiasi.

Sebagai contoh, aktivitas negosiasi bisnis yang terjalin antar satu perusahaan dengan
perusahaan lain yang berguna untuk meningkatkan pertumbuhan pasar agar bisa
meningkatkan nilai penjualan.

Contoh lainnya adalah proses negosiasi yang terjadi saat konsumen dan produsen melakukan
tawar-menawar harga terhadap suatu produk agar bisa mencapai harga yang disepakati.
Sehingga, pihak penjual dan pembeli bisa mendapatkan harga yang sesuai dengan nilai
produk yang dijual.

Manfaat Negosiasi
Jika di atas kita sudah membahas tentang pengertian negosiasi beserta tujuannya, maka kita
akan masuk pada manfaat dari negosiasi itu sendiri.

Beberapa manfaat dari negosiasi adalah demi terciptanya jalinan kerjasama antar suatu pihak
dengan pihak yang lain untuk memperoleh tujuannya masing-masing, terjadinya rasa saling
pengertian pada setiap pihak yang bernegosiasi terkait kesepakatan yang akan ditempuh dan
efeknya untuk pihak-pihak tersebut, terjalinnya ksepekatan bersama yang saling
menguntungkan, dan terciptanya interaksi yang positif antar pada setiap pihak yang
bernegosiasi.

Jenis-jenis Negosiasi
Jika diteliti lebih lanjut, sebenarnya negosiasi mempunyai jenis-jenis yang berbeda.
Perbedaan negosiasi ini terjadi dari adanya jumlah negosiator atau pihak-pihak yang
melakukan negosiasi, keuntungan atau kerugian, serta situasinya.

1. Berdasarkan Situasi
Bila dinilai berdasarkan situasu, maka negosiasi akan terbagi menjadi dua jenis, yaitu
negosiasi formal dan negosiasi non formal.

Negosiasi formal adalah kegiatan negosiasi yang dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan
dengan menempuh jalur hukum. Sedangkan negosiasi informal adalah jenis negosiasi yang
bisa dilakukan dimana saja tanpa memerlukan jalur hukum.

2. Berdasarkan Jumlah Negosiator


Untuk negosiasi yang dinilai berdasarkan jumlah negosiator, maka negosiasi dibedakan
menjadi negosiasi dengan pihak penengah dan tanpa pihak penengah.

Negosiasi yang dilakukan dengan pihak penengah biasanya dilakukan oleh dua atau lebih
pihak negosiator, sehingga setiap keputusan dan proses negosiasi akan memerlukan pihak
penengah yang sifatnya netral. Sedangkan negosiasi tanpa pihak pengenah adalah kegiatan
negosiasi yang dilakukan tanpe membutuhkan bantuan pihak penengah dan umumnya hanya
terjalin antar dua pihak saja.

3. Berdasarkan Keuntungan dan Kerugian


Untuk jenis negosiasi yang dinilai berdasarkan keuntungan dan kerugian, maka terbagi
menjadi jenis negosiasi kolaborasi, dominasi, akomodasi, dan lose-lose.

19
Jenis negosiasi kolaborasi adalah jenis yang melibatkan seluruh pihak untuk menyuarakan
pendapat dan keinginannya, sehingga akan terjalin kolaborasi kepentingan dan keinginan
untuk bisa mendapatkan solusi terbaik. Sedangkan jenis nogosiasi dominasi, sesuai namanya,
jenis negosiasi ini akan mengentungkan salah satu pihak saja dan pihak lainnya tidak banyak
mendapatkan keuntungan.

Untuk negosiasi akomodasi, setiap pihak yang melakukan negosiasi hanya akan mendapatkan
keuntungan yang sedikit, bahkan bisa saja pihak lawan mendapatkan keuntungan yang
banyak. Disisi lain, negosiasi lose-lose adalah negosiasi yang dilakukan untuk tidak
melanjukan konflik atau konflik baru. Jadi, setiap pihak akan memilih untuk menyelasaikan
masalah dengan kepala dingin.

Kemampuan Dasar Bernegosiasi


Sebelum melakukan proses negosiasi, maka negosiator dari masing-masing pihak harus
memahami filosofi dari negosiasi itu sendiri. Di atas sudah kita jelaskan bahwa melakukan
negosiasi harus didasari dengan kesepakatan yang diambil mampu menguntungkan setiap
pihak atau memenangkan setiap pihak.

Poin tersebut bisa didapatkan dengan cara mempertimbangka setiap aspek negosiasi yang di
dapat dari berbagai sudut pandang.

Nah, untuk melakukan negosiasi, para negosiator haru memiliki kemampuan dasar yang
berupa sabar dalam mengambil tindakan, ketajaman berpikir, beradaptasi dengan baik,
mempunyai daya tahan, memiliki keahlian bersosialisasi, memiliki daya konsentrasi yang
baik, memiliki artikulasi bicara yang baik, dan selera humor yang juga baik.

Selain itu, negosiator juga harus paham bahwa setiap pendapatnya harus dilengkapi dengan
fakta, alasan atau contoh yang jelas agar bisa dimengerti dengan mudah. Negosiator juga
harus menyampaikan pendapatnya dengan volume suara yang jelas, pilihan kata dan intonasi
yang tepat sasaran. Setiap pendapat juga harus diucapkan dengan sopan, lancar dan jelas,
serta harus mempertimbangkan setiap pendapat dari pihak lain.

Faktor Utama dalam Negosiasi


Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatiak negosiator dalam melakukan negosiasi.
Dilansir dari Investopedia, beberapa faktor utama dalam bernegosiasi adalah sebagai berikut:

1. Para Pihak yang Terlibat


Anda harus mengenal siapa saja yang berpartisipasi dalam kegiatan negosiasi tersebut serta
tujuannya. Anda juga harus mengenal latar belakang mereka dan bagaimana hal-hal tersebut
dalam memengaruhi peran mereka dalam melakukan negosiasi.

2. Hubungan
Selain itu, Anda juga harus mengenal hubungan pihak negosiator tersebut dengan perentara
dalam melakukan negosiasi. Perntanyaan yang harus Anda temukan jawabannya adalah,
bagaiman pihak negosiator tersebut terhubung dan apa fungsinya dalam kegiatan negosiasi
tersebut?

3. Komunikasi
Hal ini berkaitan dengan kepentingan para negosiator yang mampu berkomunikasi dengan
baik dalam mengunci kesepakatan mereka dengan bernegosiasi. Jadi, bagaimana cara yang

20
efektif untuk mengutarakan hasil yang Anda inginkan, seta bagaima pihak lawan bisa yakin
bahwa mereka akan di dengarkan.

4. Alternatif
Kedua belah pihak harus mencari alternatif lain jika kesepakatan awal tidak diinginkan oleh
salah satu pihak.

5. Opsi Realistis
Apakah ada pilihan lain memungkinkan kedua belah pihak untuk mendapatkan hasil yang
menguntungkan? Atau apakah para negosiator sudah mengeluarkan pendapatnya tentang
fleksibilitas pilihan dalam tuntutannya.

6. Klaim yang Sah


Setoap permintaan dan janji yang dinyatakan oleh masing-masing pihak harus sah. Para
negosiator haru menawarkan bukti untuk mendukung klaim-nya dan membuktikan bahwa
tuntannya suadh valid. Para negosiator juga harus menjamin bahwa kepekatan yang diambil
akan ditindaklanjuti.

21
BAB III
Kesimpulan

Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara
pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat berat. Pesan yang diterima oleh
pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi bahasa. Pendengar
kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi bentuk
semula. Dapat disampaikan melalui berdiskusi, berpidato, presentasi dan negosiasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, kita bisa tarik kesimpulan bahwa pengertian negosiasi adalah
suatu bentuk kegiatan diskusi yang melibatkan dua pihak atau lebih untuk memperoleh
kepakatan yang disetujui oleh setiap pihak yang terlibat di dalamnya.

Dalam pelaksanaannya, salah satu pihak akan menerangkan sudut pandangnya, dan pihak lain
akan menerima kondisi yang ditawarkan ataupun menolaknya dengan mengeluarkan sudut
pandangnya sendiri. Proses ini akan terus berlanjut hingga kedua belah pihak yang
bernegosiasi bisa mendapatkan kesepakatan.

22
DAFTAR PUSTAKA
Nuraini, Siti. (2008). Berbicara didepan umum.
Hidayatullah, M.F. (2009). Guru Sejati: pengertian diskusi.
Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. (2007). Qualitative Research for Education: An Introduction do
Theories and Methods (Fifth Edition). Boston: Pearson Education Inc.
Somantri,G.R. (2011, 15 Oktober). Pengertian pidato.
Koran TEMPO. (2011, 22 Oktober). Pengertian presentasi.
Farokkhi, F., Ansarin, A.A., & Mohammadnia, Z. (2008). Pengertian Negosiasi.

23

Anda mungkin juga menyukai