Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 15
1442 H/2021 M
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Menganalisis Tujuan
Pidato dan Pendengar (Audience)”. Tak lupa shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
junjungan umat Islam yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa perubahan dari zaman
jahiliah hingga pada zaman Islamiah.
Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong
dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pikiran. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Dr. Hj Khodijah, M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Retorika Ilmu Khotbah
yang telah membimbing dan mendukung dalam pembuatan makalah ini.
2019.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan
kekurangan sehingga akan lebih baik dan bermanfaat bagi kami apabila pembaca bersedia
memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga kami dapat menulis makalah yang lebih
baik kedepannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi banyak
pihak sebagai sumbangan Ilmu Pengetahuan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
3.1 Kesimpulan……….............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Menganalisis Tujuan Pidato?
2. Bagaimana Menganalisis Pendengar (Audience)?
1.3 Tujuan Pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Nur Mustafa dkk, Berbicara, ( Riau: Cendikia Insani, 2006), hal. 39
2
Hasnah Faizah & Hermandra, Retorika, (Riau: Cendikia Insani, 2007), hal. 19.
3
Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Bandung: Rosdakarya,1992), hal. 25
3
B. Pidato Untuk Memberitahukan (informative):
Ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar. Komunikasi diharapkan akan
memperoleh penjelasan, menaruh minat dan memiliki pengertian tentang persoalan
yang dibicarakan.
C. Pidato Untuk Memengaruhi (persuasif):
Ditujukan kepada orang untuk mempercayai sesuatu, melakukannya atau
terbakar semangatnya. Keyakinan, tindakan dan semangat adalahbentuk kreasi
yang diharapkan.
2.2 Menganalisis Pendengar (Audience)
Pendengar dan audiens adalah objek kita dalam berpidato, tetapi juga merupakan
subjek yang harus menafsirkan gagasan-gagasan yang kita sampaikan. Maka wajar
kita mengenal tentang apa dan siapa mereka. Dengan mengenal siapa mereka kita
akan mudah dan lancar untuk berkomunikasi dengan mereka, sehingga mudah juga
bagi mereka untuk menerima apa yang kita maksudkan dalam pidato. Kesalahan
dalam menganalisis audience akan berpengaruh besar saat kita berpidato nantinya.
Perasaan yang harus kita perhatikan bukan kemampuan kita pribadi (apakah kita
kesulitan dalam memahami materi, apakah kita terlalu mudah dalam membuat
pidato, dsb), namun kemampuan mereka, penonton. Inilah yang susah. Karena itu,
untuk mengenal lebih dekat mereka, kita harus mengenal hal-hal umum dan hal-hal
yang khusus dari mereka.
A. Hal- Hal Umum meliputi:
1. Jumlah Pendengar:
Kita harus mengetahui berapa jumlah audiens agar kita sebagai komunikator tahu
apa yang akan dilakukan. Upayakan sebagai “public speaker” kita berbicara
lebih jelas dan merasakan apa yang mereka rasakan. Namun kita perlu
memperhatikan jumlah audiens agar sebanding dengan besar dan luasnya
gedung.
2. Usia:
Kita harus mengetahui usia audiens yang akan mendengar kita agar bisa
menyesuaikan komunikasi dengan usia audiens. Karena usia setiap audiens
4
memiliki keterbatasan masing-masing. Oleh karena itu kita harus sudah
menyiapkan dan merencanakan bagaimana sikap kita kepada audiens.
3. Jenis kelamin:
Bila kita berhadapan dengan ibu-ibu, berbicaralah tidak langsung pada hal-hal
yang rumit. Sehingga nampak diwajah mereka bahwa kita diterima
dilingkungannya. Lain halnya dengan kaum pria, berbicaralah langsung pada
pokok permasalahan.
4. Pekerjaan:
Pekerjaan setiap audiens juga perlu kita kenal, agar tidak ada kesalah pahaman
topik yang akan dibicarakan.
5. Pendidikan:
Bedakan berhadapan dengan para ilmuan dengan murid SMU.
6. Agama:
Sebagai public speaker, lebih awal mengetahui siapa saja audiens agar kita tahu
perlu diberi “salam” atau cukup “disapa”.
7. Adat dan Budaya:
Dinegara kita yang beragam adat dan budaya, tegur sapa kepada public lebih
diutamakan. Bukan berbicara langsung kepada masalah.
Mengetahui hal-hal umum agar kita mengetahui secara nyata mengenai publik dengan
usaha memilih bahan dan menyeleksinya dalam upaya menyusun bahan pembicaraan
nanti.
B. Hal-hal khusus meliputi:4
1. Public hadir dalam pertemuan itu. Apakah karena kesadaran sendiri atau
terpaksa? Apa yang diharapkan atau yang tidak diharapkan public dari pertemuan
itu?
2. Tingkat pengetahuan pendengar tentang topic yang akan dibicarakan. Kita
upayakan menyampaikan gagasan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan
mereka, tidak terlalutinggi, juga tidak terlalu rendah.
3. Sikap publik terhadap topik dan terhadap pribadi kita sebagai pembicara.
4
Ibid, hal. 45
5
Selain hal-hal umum dan hal-hal khusus diatas, kita juga perlu memperhatikan
hal-hal dalam memahami situasi audiens.
C. Memahami Situasi Audiens
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami situasi audiens adalah
sebagai berikut :
1. Siapa
Kita berusaha memahami siapa audiens kita. Artinya kita harus mngetahui
usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial, profesi atau pekerjaan. Dengan
demikian, kita tidak akan mengalami kesulitan dalam meyakinkan,
meneguhkan, mendorong, maupun mengubah kebiasaan-kebiasaan hingga
menemukan motivasi dan semangat baru.
2. Di mana
Tempat terjadinya peristiwa pun layak kita pahami. Apakah mereka
berkumpul dalam satu ruangan yang terbuka atau tertutup. Hal ini sangat
penting karena setiap ruang secara otomatis mengkondisikan audiens.
Berbicara di tempat ibadah, misalnya, jauh lebih mudah karena audiens
terkondisikan untuk hening dan komtemplatif. Sebaliknya, berbicara pada
audiens di aula atau tempat terbuka membutuhkan kemampuan retorikayang
memadai.
3. Kapan
Kapan terkait dengan waktu pelaksanaan. Waktu terjadinya peristiwa sangat
menetukanberhasil tidaknya suatu pembicaraan. Hal ini disebabkan perhatian,
sikap mental dan kebugaran audiens. Berbicara pada pagi hari sangat berbeda
dengan siang, sore, atau malam hari. Kondisi psikis, fisik dan mental
audienspada pagi hari masih segar sehingga sebagai pembicara kita akan mudah
mengajar berpikir, berefleksi ataupun berdebat.
4. Apa
Apa berkait dengan pokok masalah yang menjadi bahan pembicaraan. Kita
harus kritis apakah pokok masalah yang akan kita bahas dan bicarakan menjadi
kebutuhan mendesak, menyangkut kepentingan bersama, dan membutuhkan
solusi atau pemecahan. Juga, apakah masalah yang kita bicarakan merupakan
6
kerinduan, dambaan,dan menjadi obsesi audiens?
5. Mengapa
Mengapa lebih terkait dengan alasan audiens berkumpul. Hal ini menadi sangat
pentingkarena berhadapan dengan audiens yang dating atas kemauan sendiri
sangat berbeda dengan audiens yang dating ke tempat pertemuan karena
disuruh atau diperintah. Untukitulah, sebelum berhadapan dan berbicara pada
audiens kita perlu mengetahui alasan mengapa mereka berkumpul.
6. Bagaimana
”Bagaimana” menyangkut banyak aspek : pandangan hidup, penghayatan
hidup, pola interaksi sosial, profesi dan mata pencaharian, tradisi dan
kepercayaan, serta pandanganaudiens tentang masa depan. Dengan memahami
“bagaimana audiens” pastilah pembahasan dan pembicaraan yang kita lakukan
sangat bermanfaat bagi mereka.5
5
Ibid, hal. 48
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA