Anda di halaman 1dari 5

NAMA : NADIVA FEBRIANTY

NIM : 21101035303419
KELAS : MANAJEMEN A2 / SEMESTER 3
MATA KULIAH : ASPEK HUKUM DAN ETIKA BISNIS
DOSEN PENGAMPU : ADE JERMAWINSYAH. Z, SE. MM

KASUS PT MEGASARI MAKMUR

Pelanggaran Etika Bisnis PT Megasari Makmur

PT Megasari Makmur adalah perusahaan yang cukup terkenal. Salah satu produknya
yaitu obat nyamuk dengan merek “HIT”. Namun, belakangan ini diketahui bahwa produk
tersebut telah melanggar etika bisnis.

Banyak masyarakat mengenal produk ini sebagai obat nyamuk yang murah dan efektif.
Sayangnya, merek itu pada akhirnya harus menarik diri dari peredaran karena mengandung zat
aktif propoxur dan diklorvos yang merupakan salah satu bentuk pestisida.

Pihak kesehatan menilai bahwa zat tersebut sangat berbahaya untuk sistem kesehatan
manusia. Bahkan, lebih parahnya lagi bisa menyebabkan keracunan pada darah apabila terlalu
banyak menghirup udara yang telah bercampur dengan produk HIT.
Analisis Permasalahan

Dalam berbisnis, moral dan kejujuran adalah nomor satu. Sehubungan dengan studi kasus
produk HIT, kesalahan yang telah mereka lakukan memang cukup fatal sehingga harus menarik
penjualan. Adapun analisis permasalahan selengkapnya dapat Anda simak di bawah ini:

1. Siapa yang Salah?

Apabila melakukan kesalahan, maka yang bertanggung jawab adalah perusahaan, apalagi ini
merupakan bentuk tindakan secara sadar dan bersama-sama. Namun, pihak karyawan tidak dapat
disalahkan karena mereka memiliki faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan.

2. Mengapa Bisa Terjadi?

Perusahaan pada hakikatnya tersusun atas birokrasi atau sistem yang runut dan sistematis,
sehingga sebuah keputusan tidak mungkin dilakukan oleh seorang diri. Jadi, pelanggaran ini
sudah pasti kesalahan bersama.

Jika mereka lebih peduli dan tidak hanya berorientasi pada keuntungan, maka tidak mungkin
pelanggaran moral semacam ini bisa terjadi. Oleh sebab itu, tidak ada alasan bahwa mereka
kurang paham terkait dengan zat-zat kimia.

3. Pelanggaran Etika

Etika dalam berbisnis adalah standar formal dan normal. Namun, ini tergantung dari pelaku
usaha itu sendiri bagaimana cara menerapkannya pada organisasi. Faktanya, PT Megasari
Makmur gagal mengaplikasikan moral tersebut, sehingga secara sadar mereka sudah melanggar
prinsip kejujuran.
Hanya berasumsi berdasarkan keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya produksi minimal
bukan berarti mengabaikan begitu saja dampak negatifnya. Meskipun pada akhirnya sudah
meminta maaf, tetapi seharusnya mereka bisa berpikir lebih cerdas mengenai efek jangka
panjang.

4. Pelanggaran Tertulis

Pada dasarnya, perusahaan tersebut telah melanggar banyak peraturan dan dikenai pasal berlapis.
Hal ini berdasarkan penetapan regulasi dalam UUD. Berikut ini adalah pemaparan lebih jelasnya
yang bisa Anda simak:

 Pasal 4 tentang hak konsumen.

Sebagaimana diatur pada pasal 4 UU Perlindungan Konsumen no 8 tahun 1999,


konsumen atau pembeli properti memiliki hak antara lain kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi produk maupun jasa serta memilihnya sesuai dengan
nilai tukar dan kondisi sesuai perjanjian.

 Pasal 7 tentang kewajiban pelaku usaha.

Seperti halnya konsumen, pelaku usaha juga memiliki hak dan kewajiban. Pengaturan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban pelaku usaha dapat bersumber pada peraturan
perundangan yang bersifat umum dan juga perjanjian/kontrak yang bersifat khusus.Hak
pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUPK adalah:

 hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai

kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

 hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad

tidak baik;

 hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum


sengketa konsumen;

 hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian

konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

 hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen (UU


Perlindungan Konsumen).

perlindungan konsumen menurut uu no 8 tahun 1999. Konsumen adalah setiap orang


yang pemakai barang dan /atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi
kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak unuk
diperdagangkan.

 Pasal 19 tentang pengusaha yang harus ganti rugi atas tindakannya yang keliru.Tanggung
jawab pelaku usaha atas kerugian konsumen akibat mengkomsumsi barang yang
diperdagangkan tersebut itu tertuang di dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang perlindungan konsumen (UU Perlindungan Konsumen) yang berisi :

"(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa
yang dihasilkan atau diperdagangkan.

(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi.

(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih
lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila
pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan
konsumen."

Beberapa contoh pelanggaran etika bisnis ini sudah cukup membuat PT Megasari Makmur
merosot, terlebih dari segi kepercayaan konsumen. Oleh karena itu, setiap pelaku bisnis sudah
sepatutnya belajar dari kesalahan-kesalahan semacam ini.

Bagaimana Tindakan Penyelesaiannya?

Sebagai bentuk hukuman dan tanggung jawab, mereka bukan hanya sekedar meminta
maaf melainkan juga bersedia untuk menarik seluruh produk obat nyamuk tersebut dari pasaran.
Setelah itu, mereka mengajukan surat perizinan untuk memproduksinya lagi.

Namun, produk kali ini harus dipastikan sesuai dengan regulasi. "HIT Aerosol"
diciptakan dengan menggunakan formula yang berbeda dan tentunya bebas dari zat berbahaya
seperti pada pelanggaran sebelumnya.

Bahkan, setiap zat yang mereka campurkan telah melewati proses uji yang panjang dan
lolos dari izin pemerintah. Tepat pada tanggal 22 September 2006, HIT Aerosol memperoleh
perizinan untuk diedarkan secara resmi.

Anda mungkin juga menyukai