Anda di halaman 1dari 11

Lex et Societatis, Vol. II/No.

6/Juli/2014

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN pengadilan diatur dalam Pasal 52 UUPK


KONSUMEN TERHADAP PENYEBARAN memberikan 3 cara penyelesaian sengketa
KOSMETIK PALSU1 konsumen diluar pengadilan yaitu melalui
Oleh : Elfiane C.A. Rumuat2 mediasi, abitrase,konsiliasi sedangkan hal-
hal yang dapat dituntut adalah kerugian
ABSTRAK karena kerusakan, pencemaran, dan
Penelitian terhadap penulisan ini dilakukan kerugian lainnya hanya bisa dilanjutkan ke
dengan mempergunakan metode juridis pengadilan apabila tidak menemui
normatif. Pendekatan yuridis normatif kesepakatan antara kedua belah pihak
dipergunakan dalam usaha menganalisis serta Pasal 48 UUPK penyelesaian sengketa
bahan hukum dengan mengacu kepada konsumen melalui pengadilan mengacu
norma-norma hukum yang dituangkan pada ketentuan peradilan umumdan
dalam peraturan perundang-undangan, gugatan class action. Dari hasil penelitian
serta asas-asas hukum, sejarah hukum, ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
doktrin serta yurisprudensi. Metode yuridis peredaran kosmetik palsu di Indonesia
normatif itu sendiri mengunakan merupakan kasus yang masuk dalam
pendekatan-pendekatan antara lain hukum pelindungan konsumen karena
pendekatan perundang-undangan (statute mengenai hak-hak konsumen yang dilangar
approach), pendekatan kasus (case oleh pelaku usaha sedangkan sengketa
approach), dan pendekatan historis konsumen dapat diselesaikan melalui
(historical approach). Hasil penelitian proses pengadilan maupun diluar
menunjukkan tentang bagaimana pengadilan Penyelesaian diluar pengadilan
pengaturan hukum tentang peredaran yakni yang diatur dalam pasal 45 ayat 2
kosmetik palsu di Indonesia dan bagaimana UUPK maupun penyelesaian sengketa di
proses penyelesaian sengketa konsumen dalam pengadilan yang di atur dalam pasal
baik di dalam pengadilan maupun diluar 45 ayat 1 UUPK.
pengadilan. Pertama, peraturan tentang Kata kunci: Konsumen, Kosmetik palsu
peredaran komestik palsu diatur dalam
Undang-undang nomor 8 tahun 1999 A. PENDAHULUAN
tentang perlindungan konsumen; Peraturan Kosmetik merupakan salah satu
yang melingkupi hak dan kewajiban pelaku kebutuhan di zaman yang semakin
usaha, dan konsumen; Hak-hak pelaku mementingkan penampilan luar agar dapat
usaha terdapat dalam pasal 6 undang- bersaing dan tidak kalah dalam dunia bisnis,
undang perlindungan konsumen yakni hal ini terlihat jelas pada kehidupan wanita
menerima pembayaran, mendapat moderen atau sering disebut karier women.
perlindungan hukum, melakukan Tidak menutup kemunkinan pria maupun
pembelaan diri, rehabilitasi nama baik, dan wanita menyukai penampilan fisik yang
hak-hak lainnya; Kewajiban pelaku usaha terlihat berkelas atau di definisikan dengan
(pasal 7 UUPK) dan Tanggung jawab pelaku kulit putih, bibir merah, dan hal-hal lain
usaha (pasal 19 UUPK). Kedua proses yang sering ditonjolkan oleh para wanita-
penyelesaian sengketa konsumen baik di wanita zaman sekarang.3 Hal ini
dalam pengadilan maupun di luar memungkinkan beredar luasnya kosmetik-
kosmetik dalam memenuhi kebutuhan
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr.Muh. Hero pasar yang menjadi ladang bisnis untuk
Soepeno,SH,MH., Ny.A.Lampah, SH, MH., Cobi N.
3
Mamahit, SH, MH. Kosmetik palsu, sehat raga.com, diundo dari
2
NIM 100711032. Mahasiswa Fakultas Hukum http://www.sehat.raga.com/mengenal_kosmetik_p
Unsrat alsudiundo tanggal13 januari 2014 , 10.00am

5
Lex et Societatis, Vol. II/No. 6/Juli/2014

pelaku usaha, baik kosmetik yang memilliki meresakan, contohnya kasus yang terjadi di
izin edar dari pemerintah sampai yang tidak kabupaten Indramayu sebanyak16.243
berizin. Kegiatan bisnis seperti ini sering kali kosmetik palsu siap edar dan bahan-bahan
di jadikan lahan bagi pelaku usaha yang kimia pembuat kosmetikdisita oleh petugas
ingin curang akibat dari posisi konsumen kepolisian dan Badan pengawasan obat
yang lemah karena tidak adanya dan makanan (BPOM).5 BPOM juga telah
perlindungan yang seimbang melindungi melakukan penertiban dengan menarik 70
hak-hak dari konsumen, lebih di perparah produk kosmetik palsu dari pasaran yang
jika jasa atau barang yang di prooduksi oleh mengandung zat pewarna berbahaya
pelaku usaha merupakan barang yang berbahanmerkuri (hg).6
terbatas, sehingga semakin melemahkan Selain itu BPOM juga melakukan
posisi konsumen. 4 peringatan kepada penjual agar tidak
Indonesia adalah negara hukum seperti menjual kosmetik palsu yang illegal yang
yang tertulis dalam Undang-Undang Dasar sudah ditarik dari peredaran. Kendalah dari
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, itu penertiban tersebut adalah ketika sanksi
berarti apapun yang dilakukan di negara ini yang diberikan kepada penjual terlalu
dilakukan berdasarkan hukum, tidak ringan serta masyarakat yang tidak tau
terkecuali dengan pelaku usaha yang bagaimana pengaturan tentang hukum
bermain curang dalam bisnis kosmetik. perlindungan konsumen maka kejadian
Berbicara tentang tindakan produsen yang akan terulang kembali.
curang dalam hal ini menipu konsumen
dengan menjual produk palsu atau B. RUMUSAN MASALAH
berbahaya telah diatur dalam Undang- 1. Bagaimana pengaturan hukum tentang
Undang nomor 8 tahun 1999 tentang peredaran kosmetik palsu di Indonesia?
perlindungan konsumen yang selanjutnya 2. Bagaimana proses penyelesaian
di sebut UUPK, untuk melindungi hak-hak sengketa konsumen baik di dalam
konsumen, hak atas keyamanan, pengadilan maupun diluar pengadilan?
keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa. C. METODE PENELITIAN
Konsumen dengan adanya undang-undang Penelitian terhadap penulisan ini
tersebut diharapkan dapat menjamin dilakukan dengan mempergunakan metode
tercapainya penyelenggaraan perlindungan juridis normatif. Pendekatan yuridis
konsumen di Indonesia. Bebasnya normatif dipergunakan dalam usaha
peredaran kosmetik palsu dalam menganalisis bahan hukum dengan
masyarakat saat ini ternyata banyak yang mengacu kepada norma-norma hukum
diminati konsumen, pada sisi lain yang dituangkan dalam peraturan
sebenarnya pemerintah telah melakukan perundang-undangan, serta asas-asas
pengawasan dalam bentuk perizinan oleh hukum, sejarah hukum, doktrin serta
badan pengawasan obat dan makanan yurisprudensi. Metode yuridis normatif itu
namun masih saja banyak masyarakat yang sendiri menggunakan pendekatan-
dapat ditipu dengan nomor izin POM yang
di palsukan. 5
Di
Kasus kosmetik palsu yang beredar undohhttp://m.republik.co.id/polisi_grebek_produs
dalam masyarakat sudah banyak dan en_kosmetik_palsu 19 april 2014
6
Kompas news, 2009, BPOM tarik 70 produk
kosmetik
4
Ahmadi Miru, prinsip-prinsip perlindungan hukum berbahaya(online),http://www.kompas.com (22
bagi konsumen di Indonesia, Jakarta: 2011,hlm. 1 oktober 2013)

6
Lex et Societatis, Vol. II/No. 6/Juli/2014

pendekatan antara lain pendekatan c. Hak untuk melakukan pembelaan diri


perundang-undangan (statute approach), sepatutnya di dalam penyelesaian
pendekatan kasus (case approach), dan hukum sengketa konsumen
pendekatan historis (historical approach)7. d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila
Bahan hukum diperlukan dalam penelitian terbukti secara hukum bahwa kerugian
ini untuk mengkaji pengertian-pengertian konsumen tidak diakibatkan oleh barang
dasar yang terdapat dalam sistem hukum dan/atau jasa yang diperdagangkan
Indonesia tentang pengaturan hukum e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan
mengenai regulasi peredaran kosmetik perundang-undangan lainnya.
palsu.
Mengingat penulisan ini menerapkan Bahwa dalam UUPK jelas diatur
pendekatan normatif, maka pengumpulan mengenai hak-hak pokok dari produsen
bahan hukum dilakukan dengan prosedur atau pelaku usaha adalah menerima
identifikasi dan inventarisasi hukum positif pembayaran, mendapat perlindungan
sebagai suatu kegiatan pendahuluan. hukum, melakukan pembelaan diri,
Penulisan hukum normatif yang diteliti rehabilitasi nama baik, dan hak-hak lainnya
hanya bahan pustaka yang meliputi bahan menurut undang-undang. Jika terdapat
hukum primer, sekunder dan tertier.8 hak-hak maka harus diimbangi juga dengan
kewajiaban yang dibebankan kepada
PEMBAHASAN pelaku usaha agar terciptannya
1. Peraturan tentang Peredaran Kosmetik keseimbangan antara hak dan kewajiban
Palsu di Indonesia yang diperoleh serta keharusan yang
a. Pelaku usaha atau produsen dibebankan, kewajiban pelaku usaha
1. Hak dan kewajiban pelaku usaha dicantumkan dalam pasal 7 UUPK adalah
Dalam kegiatan menjalankan usaha, sebagai berikut:10
undang-undang memberikan sejumlah hak a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan
dan membebankan sejumlah kewajiban usahanya
dan larangan kepada pelaku usaha. Agar b. Memberikan informasi yang benar, jelas,
tercipta hubungan yang sehat antara dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
konsumen dan pelaku usaha, sekaligus barang dan/atau jasa serta member
terciptanya suasana berusaha yang penjelasan penggunaan, perbaikan,
kondusif bagi perkembangan usaha dan pemeliharaan
perekonomian pada umumnya. c. Memperlakukan atau melayani
Dalam pasal 6 UUPK tercantum hak-hak konsumen secara benar dan jujur serta
dari pelaku usaha yakni:9 tidak diskriminatif
a. Hak untuk menerima pembayaran yang d. Menjamin mutu barang melayani
sesuai dengan kesepakatan mengenai konsumen secara benar dan jujur serta
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau tidak diskriminatif
jasa yang diperdangangkan e. Memberikan kesempatan kepada
b. Hak untuk mendapat perlindungan konsumen untuk menguji dan//atau
hukum dari tindakan konsumen yang mencoba barang dan/atau jasa tertentu
beritikad tidak baik serta member jaminan dan/atau asa
tertentu serta member jaminan
7
Peter Mahmud Marzuki, penelitian dan/atau garansi atas barang yang
hukum,kencana,Surabaya,2005,hal 93. dibuat dan/atau yang diperdagangkan
8
SoerjonoSoekanto, pengantar penelitian hukum,UI
press, Jakarta,1986,hal 52.
9 10
Lihat pasal 6 undang-undang nomor 8 tahun 1999 Lihat pasal 7 undang-undang nomor 8 tahun 1999

7
Lex et Societatis, Vol. II/No. 6/Juli/2014

f. Member kompensasi, ganti rugi, (3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan


dan/atau penggantian atas kerugian dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari
akibat penggunaan, pemakaian, dan setelah tanggal transaksi.
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang (4) Pemberian ganti rugi sebagaimana
diperdagangkan dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
g. Member kompensasi, ganti rugi, tidak menghapus kemungkinan
dan/atau penggantian apabila barang adanya tuntutan pidana
dan/atau jasa yang diterima atau berdasarkan pembuktian lebih
dimanfaatkan tidak sesuai dengan lanjut mengenai adanya unsur
perjanjian. kesalahan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud
Ada beberapa hal yang menyangkut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
kewajiban yang dilangar dalam hal berlaku apabila pelaku usaha dapat
penyebaran kosmetik palsu, seperti dalam membuktikan bahwa kesalahan
beberapa kasus penyebaranankosmetik tersebut merupakan kesalahan
palsu yang melibatkan pelaku usaha. konsumen.
Melangar hal beritikad baik dalam menjual
barang dan/atau jasa, memberikan Yang dimaksud dengan pasal 19 UUPK ini
informasi yang tidak benar tentang barang adalah jika konsumen menderita kerugian
dan/atau jasa dalam hal ini produk berupa terjadinya kerusakan, pencemaran,
kosmetik palsu, menjamin mutu barang atau kerugian finansial dan kesehatan
(kosmetik), serta ganti rugi atas akibat karena mengonsumsi produk yang
penggunaan barang (kosmetik palsu). diperdagangkan, produsen sebagai pelaku
usaha wajib member penggantian kerugian,
2. tanggung jawab pelaku usaha baik dalam bentuk pengembalian uang,
Dalam pasal 19 UUPK mengenai penggantian barang, perawatan, maupun
tanggung jawab pelaku usaha sebagai dengan memberi santunan.
berikut:11
(1) Pelaku usaha bertanggung jawab b. Konsumen
memberikan ganti rugi atas 1. Hak dan kewajiban konsumen
kerusakan, pencemaran, dan/atau Secara keseluruhan pada dasarnya dikenal
kerugian konsumen akibat sepuluh macam hak konsumen, yaitu
mengonsumsi barang dan/atau jasa sebagai berikut:12
yang dihasilkan atau a. Hak untuk keamanan dan
diperdagangkan keselamatan
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud b. Hak untuk memperoleh informasi
pada ayat 1 dapat berupa c. Hak untuk memilih
pengembalian uang atau d. Hak untuk didengar
penggantian barang dan/atau jasa e. Hak untuk memperoleh kebutuhan
yang sejenis atau setaranilainnya, hidup
atau perawatan kesehatan dan/atau f. Hak untuk memperoleh ganti rugi
pemberian santunan yang sesuai g. Hak untuk memperoleh pendidikan
dengan ketentuan peraturan konsumen
perundang-undangan yang berlaku. h. Hak memperoleh lingkungan hidup
yang bersih dan sehat
11
Lihat pasal 19 undang-undang nomor 8 tahun
12
1999 Ibid, hlm. 104.

8
Lex et Societatis, Vol. II/No. 6/Juli/2014

i. Hak untuk mendapatkan barang terlaksanakan, pasal 5 UUPK mengatur


sesuai dengan nilai tukar yang kewajiban konsumen sebagai berikut:14
diberikannya a. Membaca atau mengikuti petunjuk
j. Hak untuk mendapatkan upaya informasi dan prosedur pemakaian atau
penyelesaian hukum yang patut. pemanfaatan barang dan/atau jasa,
demi keamanan dan keselamatan
Undang-undang nomor 8 tahun 1999 b. Beritikad baik dalam melakukan
tentang perlindungan konsumen yakni transaksi pembelian barang dan/atau
UUPK, mengatur tentang hak-hak jasa
konsumen dalam pasal 4 yakni:13 c. Membayar sesuai dengan nilai tukar
a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan yang disepakati
keselamatan dalam mengkonsumsi d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum
barang dan/atau jasa sengketa perlindungan konsumen secara
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa patut.
serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar 2. Proses Penyelesaian Sengketa
dan kondisi serta jaminan yang Konsumen Baik di Dalam Pengadilan
dijanjikan maupun Diluar Pengadilan
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan Ketidaktaatan pada isi transaksi
jujur mengenai kondisi dan jaminan konsumen, kewajiban, serta
barang dan/atau jasa larangansebagaimana diatur di dalam
d. Hak untuk didengar pendapat dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
keluhannya atas barang dan/atau jasa tentang perlindungan konsumen dapat
yang digunakan melahirkan sengketa antara pelaku usaha
e. Hak untuk mendapat advokasi, dan konsumen. Sengketa ini biasa berupa
perlindungan, dan upaya penyelesaian salah satu pihak yang tidak mendapat
sengketa perlindungan konsumen secara haknya karena pihak lain tidak memenuhi
patut kewajibannya misalnya konsumen yang
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan tidak mendapatkan barang sesuai dengan
pendidikan konsumen apa yang menjadi pesanannya, seperti
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani informasi barang yang tidak sesuai dengan
secara benar dan jujur serta tidak yang sebenarnya serta barang yang
diskriminatif ternyata bukan yang sebenarnya maupun
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, pelaku usaha yang tidak mendapat bayaran
ganti rugi dan/atau penggantian apabila yang semestinya. Sengketa yang timbul
barang dan/atau jasa yang diterima tidak antara pelaku usaha dan konsumen
sesuai dengan perjanjian atau tidak berawal dari transaksi konsumen disebut
sebagaimana mestinya sengketa konsumen. Sengketa konsumen
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan dapat bersumber dari dua hal, yaitu:15
peraturan perundang-undangan lainnya. 1. Pelaku usaha tidak melaksanakan
kewajiban hukumnya sebagaimana
Terdapat juga kewajiban yang harus diatur di dalam undang-undang.
dijalankan konsumen agar keseimbangan Artinya, pelaku usaha mengabaikan
antara hak dan kewajiban konsumen ketentuan undang-undang tentang
14
Lihat pasal 5 undang-undang nomor 8 tahun 1999
15
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen
13
Lihat pasal 4 undang-undang nomor 8 tahun 1999 di Indonesia, bandung, 2006, hlm 143

9
Lex et Societatis, Vol. II/No. 6/Juli/2014

kewajibannya sebagai pelaku usaha konsumen di luar pengadilan dapat


dan larangan-larangan yang ditempuh dengan dua cara, yaitu:17
dikenakan padanya dalam 1. Penyelesaian tuntutan ganti kerugian
menjalankan usahanya. Sengketa seketika dan
seperti ini dapat disebut sengketa 2. Penyelesaian tuntutan ganti kerugian
yang bersumber dari hukum. melalui badan penyelesaian sengketa
2. Pelaku usaha atau konsumen tidak konsumen (BPSK)
menaati isi perjanjian, yang berarti, Dengan demikian, terbuka tiga cara
baik pelaku usaha maupun konsumen untuk menyelesaikan sengketa konsumen,
tidak menaati kewajibannya sesuai yaitu:18
dengan kontrak atau perjanjian yang 1. Penyelesaian sengketa konsumen
dibuat di antara mereka. Sengketa melalui pengadilan
seperti ini dapat disebut sengketa 2. Penyelesaian sengketa konsumen
yang bersumber dari kontrak. dengan tuntutan seketika, dan
3. Penyelesaian sengketa konsumen
Sebagaimana sengketa hukum pada melalui badan penyelesaian sengketa
umunya, sengketa konsumen harus konsumen (BPSK)
diselesaikan sehingga tercipta hubungan
baik antara pelaku usaha dan konsumen, di Satu dari ketiga cara itu dapat ditempuh
mana masing-masing pihak mendapatkan oleh pihak-pihak yang bersengketa, dengan
kembali hak-haknya. Penyelesaian sengketa ketentuan bahwa penyelesaian sengketa
secara hukum ini bertujuan untuk memberi melalui tuntutan seketika wajib ditempuh
penyelesaian yang dapat menjamin pertama kali untuk memperoleh
terpenuhinya hak-hak kedua belah pihak kesepakatan para pihak. Sedangkan dua
yang bersengketa. Dengan begitu, rasa cara lainnya adalah pilihan yang ditempuh
keadilan dapat ditegahkan dan hukum setelah penyelesaian dengan cara
dijalankan sebagaimana mestinya.16 Lebih kesepakatan gagal.
jauh, penyelesaian sengketa konsumen
secara baik dapat menciptakan dan a. Penyelesaian sengketa konsumen
menjaga berjalannya kegiatan usaha secara diluar pengadilan
terjamin. Bagi pihak pelaku usaha ada UUPK memberikan solusi untuk
kepastian berusaha dan di pihak lain konsumen di luar peradilan umum, pasal 45
tercapainya pemenuhan kebutuhan ayat (4) UUPK menyebutkan, jika telah
konsumen dengan baik. dipilih upaya penyelesaian sengketa
Undang-undang perlindungan konsumen konsumen diluar pengadilan, gugatan
memberi dua macam ruang penyelesaian melalui pengadilan hanya dapat ditempuh
sengketa konsumen, yaitu peneyelesaian jika upaya itu dinyatakan tidak berhasil oleh
sengketa konsumen melalui pengadilan dan salah satu pihak atau para pihak lain yang
penyelesaian konsumen diluar pengadilan. bersengketa.19 Berarti penyelesaian
Mengekuti ketentuan pasal 45 ayat 1 sengketa di pengadilan tetap dibuka
dan pasal 47 undang-undang nomor 8 setelah para pihak gagal meyelesaikan
tahun 1999 tentang perlindungan sengketa mereka di luar pengadilan.
konsumen, penyelesaian sengketa
17
Lihat pasal 45 undang-undang nomor 8 tahun
1999 tentang perlindungan konsumen
18
Janus sidabalok. Op.cit. hlm, 145
19
Pasal 45 ayat 4 undang-undang nomor 8 tahun
16
Ibid, hlm 144. 1999

10
Lex et Societatis, Vol. II/No. 6/Juli/2014

Pasal 47 UUPK menyebutkan pengadilan umum yang didasarkan pada


penyelesaian sengketa di luar pengadilan perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para
adalah untuk mencapai kesepakatan pihak yang bersengketa, para pihak
mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi menyerahkan sepenuhnya kepada majelis
dan/atau mengenai tindakan tertentu BPSK untuk memutuskan dan
untuk menjamin tidak akan terjadi kembali menyelesaikan sengketa konsumen yang
kerugian yang diderita konsumen.20 terjadi. Serta keputusan arbitrase memiliki
Penyelesaian sengketa diluar pengadilan kekuatan eksekutorial sehingga apabila ada
atau alternative dispute resolution. Dapat pihak yang tidak mematuhi putusan
ditempuh dengan berbagai cara yakni arbitrase maka pihak lain dapat
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, mengajukan eksekusi kepada pengadilan.
atau penilaian ahli.21 3. Konsiliasi
Pasal 52 UUPK memberikan 3 macam konsiliasi atau conciliation adalah
cara penyelesaian sengketa yakni penyelesaian sengketa dengan cara yang
mediasi,abitrase dan konsiliasi. disepakati, yaitu melalui sebuah proses
Tugas BPSK untuk menyelesaikan dimana seorang yang netral bertemu
sengketa konsumen dengan cara-cara dengan para pihak yang bersengketa dan
sebagai berikut:22 bersama-sama mencari bagaimana
1. Mediasi sengketa dapat diselesaikan.25 cara ini
Mediasi atau mediation adalah metode ditempuh atas inisiatif salah satu pihak atau
penyelesaian sengketa yang tidak mengikat para pihak di mana majelis BPSK bertugas
melibatkan pihak ketiga yang berusaha sebagai pemerantara antara para pihak
membantu para pihak yang bersengketa yang bersengketa dan majelis BPSK bersifat
yang disetujui para pihak.23Mediasi sebagai pasif.
salah satu alternative penyelesaian Dalam penyelesaian sengketa konsumen
sengketa di luar pengadilan, ditempuh atas dengan melihat cara pada pasal 52 UUPK
inisiatif salah satu pihak atau para pihak, di diselesaikan terlebih dahulu, pertemuan
mana majelis BPSK bersifat aktif sebagai langsung antara konsumen dan pelaku
pemerantara dan/atau penasehat, pihak usaha atau melalui bantuan pihak ketiga.
ketiga yang bersifat netral terhadap Dengan konsultasi atau negosiasi terjadi
sengketa. proses tawar-menawar untuk mencapai
2. Arbitrase kesepakatan terhadap penyelesaian
Abitrase atau arbitration24 adalah sengketa konsumen yang terjadi antara
metode penyelesaian sengketa, melibatkan pelaku usaha dan konsumen. 26
satu atau lebih pihak ketiga yang netral Dengan cara mediasi, atau konsiliasi ada
yang biasanya disetujui oleh para pihak pihak ketiga yang ikut membantu pihak
yang bersengketa dan keputusannya adalah yang bersengketa menemukan jalan
mengikat. Abitrase adalah cara penyelesaian di antara mereka. Pihak ketiga
penyelesaian sengketa perdata diluar yang dimaksud di sini adalah pihak yang
netral, tidak memihak kepada salah satu
20
pihak yang bersengketa. 27
Pasal 47 undang-undang nomor 8 tahun 1999 Pada penyelesaian seperti ini kerugian
21
Janus sidabalok. Op.cit. hlm, 146
22
Di undo dari yang dapat dituntut sesuai dengan pasal 19
http://fariztheepee.blogspot.com/penyelesaian_sen ayat 1 UUPK terdiri dari kerugian karena
gketa_konsumen pada 30 januari 2014
23 25
Johannes gunawan, op.cit, bandung, 2003, hlm. Ibid, hlm. 168
26
168 Janus sidabalok. Op.cit. hlm, 146
24 27
Pasal 1 butir 1 UU No. 30 tahun 1999 Ibid, hlm 147

11
Lex et Societatis, Vol. II/No. 6/Juli/2014

kerusakan, pencemaran, dan kerugian lain pada ketentuan tentang peradilan umum
akibat dari mengonsumsi barang dan/atau yang berlaku.30
jasa.28 bentuk penggantian kerugian dapat Adapun yang berhak melakukan
berupa:29 gugatan terhadap pelanggaran yang
1. pengembalian uang seharga pembelian dilakukan pelaku usaha diatur dalam pasal
barang dan/atau jasa; 46 ayat 1 UUPK, yaitu:31
2. penggantian barang dan/ atau jasa a. Seorang konsumen yang dirugikan atau
sejenis atau setara nilainya; ahli waris yang bersangkutan;
3. perawatan kesehatan; atau b. Sekelompok konsumen yang mempunyai
4. pemberian santunan yang sesuai. kepentingan yang sama;
c. Lembaga perlindungan konsumen
Pilihan bentuk penggantian kerugian swadaya masyarakat yang memenuhi
bergantung pada kerugian yang sungguh- syarat, yaitu yang berbentuk badan
sungguh diderita oleh konsumen, dan hukum atau yayasan, yang dalam
sesuai dengan hubungan hukum yang ada anggaran dasarnya menyebutkan
diantara mereka contohnya pada penjual dengan tegas bahwa tujuan didirikannya
kosmetik yang dikemudian hari konsumen organisasi tersebut adalah untuk
mengalami kerugian ganguan kesehatan kepentingan perlindungan konsumen
misalnya timbulnya bintik-bintik merah dan telah melaksanakan kegiatan sesuai
atau reaksi lainnya akibat penggunaan dengan anggaran dasarnya;
kosmetik yang dijual pelaku usaha, d. Pemerintah dan/atau instansi terkait
konsumen dapat meminta penggantian apabila barang dan/atau jasa yang
kerugian dengan pengembalian uang dikonsumi atau dimanfaatkan
seharga pembelian barang atau perawatan mengakibat kerugian materi yang besar
kesehatan. dan/atau korban yang tidak sedikit.
Jika cara-cara diatas tidak dapat
menghasilkan keputusan yang di inginkan Maksud dari pasal 46 ayat (1) seperti
kedua belah pihak atau mengalami dalam penjelasan pasal 46 ayat (1) yaitu:
kegagalan maka undang-undang 1. Bahwa seorang konsumen yang
menyediakan penyelesaian sengketa di dirugikan atau ahli waris yang
dalam pengadilan. bersangkutan sebagaimana maksud dari
huruf a pasal 46 ayat (1) UUPK,
b. Penyelesaian Sengketa di Dalam penyelesaian sengketa konsumen dapat
Pengadilan dilakukan melalui lembaga yang
Pasal 45 ayat (1) UUPK menyatakan bertugas menyelesaikan sengketa
bahwa setiap konsumen yang dirugikan konsumen yaitu melalui badan
dapat menggugat pelaku usaha melalui penyelesaian sengketa (BPSK)
lembaga yang bertugas menyelesaikan sebagaimana yang ditentukan dalam
sengketa antara konsumen dan pelaku UUPK atau melalui peradilan di
usaha atau melalui peradilan yang berada lingkungan peradilan umum.
di lingkungan peradilan umum mengacu 2. Sedangkan gugatan yang di ajukan oleh
kelompok atau class action, lembaga
perlindungan konsumen swadaya

28 30
Pasal 19 ayat 1 undang-undang nomor 8 tahun Pasal 45 ayat 1 undang-undang nomor 8 tahun
1999 1999
29 31
Pasal 19 ayat 2 undang-undang nomor 8 tahun Pasal 46 ayat 1 undang-undang nomor 8 tahun
1999 1999

12
Lex et Societatis, Vol. II/No. 6/Juli/2014

masyarakat atau pemerintah ada perbedaan yang bersifat subtansi


sebagaimana yang dimaksud huruf b, atau prinsip masih dapat diterima
huruf c, dan d pasal 46 ayat (1) UUPK, 3. Tuntutan sejenis maupun pembelaan
penyelesaian sengketa diajukan melalui dari seluruh anggota yang diwakili
peradilan umum. Penyelesaian melalui haruslah sejenis.
pengadilan mengacu pada ketentuan 4. Kelayakan wakil kelompok yang jujur
tentang peradilan umum yang berlaku, dan kesungguhan untuk melindungi
serta harus di ajukan oleh yang benar- kepentingan anggota kelompok yang
benar dirugikan dan dapat di buktikan diwakili. Wakil kelompok tidak di
secara hukum salah satu di antaranya perbolehkan menerima surat kuasa
adalah adanya bukti transaksi. khusus dari anggota kelompok hanya
dapat memberikan surat kuasa khusus
Menurut pasal 48 UUPK penyelesaian kepada pengacara dalam beracara di
sengketa konsumen melalui pengadilan penggadilan, untuk pemilihan pengacara
mengacu pada ketentuan peradilan umum dilakukan wakil kelompok.
yakni hukum acara yang di pakai dalam tata
cara persidangan dan pemeriksaan perkara Dalam kasus kosmetik palsu gugatan
adalah berdasar Herziene Inlands Regeling class action sangat bemanfaatkarena dapat
(HIR) yang berlaku untuk wilayah jawa dan mengajukan gugatan secara kelompok demi
Madura, atau kepentingan bersama yakni misalnya soal
RechtsreglemenBuitengewesten (RBg) yang ganti rugi atas mengonsumsi produk dari
berlaku bagi daerah luar jawa dan Madura, pelaku usaha yang sama.
keduanya tidak mempunyai perbedaan Gugatan yang diajukan baik gugatan
yang mendasar (prinsipiil).32 class action maupun gugatan individual
Mengenai gugatan sekelompok pada umumnya gugatan diajukan secara
konsumen atau class action yang tertulis dan diajukan kepada ketua
mempunyai kepentingan yang sama diatur pengadilan negeri dimana salah satu
dalam pasal 46 ayat 1 huruf b UUPK tergugat bertempat tinggal menurut pilihan
ditegaskan bahwa undang-undang penggugat, jika tempat tinggal tergugat
perlindungan konsumen mengakui gugatan tidak diketahui atau kalau ia tidak dikenal
kelompok atau class action.33 walaupun gugatan diajukan kepada ketua pengadilan
UUPK mengakui adanya gugatan class negeri tempat tinggal penggugat atau salah
action, gugatan class action tetap memiliki seorang penggugat.35
syarat-syarat untuk mengajukan gugatan ke Sebagaimana disebutkan dalam pasal
pengadilan agar gugatan dapat diterima 1865 KUH perdata, peristiwa yang menjadi
yakni:34 dasar hak itu harus dibuktikan oleh
1. Adanya sejumlah anggota yang besar pengugat, alat-alat bukti yang dapat
2. Adanya kesamaan fakta dan kesamaan diajukan adalah:36
dasar hukum antara pihak yang mewakili 1. Bukti tulisan;
dan pihak yang diwakilkan, namun jika 2. Saksi;
3. Persangkaan;
4. Pengakuan; dan
32
Janus sidabalok. Op.cit. hlm, 149 5. Sumpah
33
Pasal 46 ayat 1 huruf b undang-undang nomor 8
tahun 1999
34
Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk dalam
35
Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, 2008, hlm Janus Sidabalok, op.cit,hlm 151
36
143-144 Pasal 1866 kitab undang-undang hukum perdata

13
Lex et Societatis, Vol. II/No. 6/Juli/2014

Membuktikan dalam arti yuridis adalah menyeimbangkan kedudukan


untuk memberi dasar-dasar yang cukup konsumen dan pelaku usaha. Hak
kepada hakim yang memeriksa perkara konsumen dalam kasus kosmetik
yang bersangkutan untuk memberi palsu di lindungi dalam pasal 4, serta
kepastian tentang kebenaran peristiwa pasal-pasal lainnya. pasal 5, pasal 6,
yang diajukan agar menjadi jelas bagi hakim pasal 7, pasal 19, pasal 22, pasal 23,
tentang hukumnya suatu perkara. 37 pasal 27, pasal 52 yang berisikan hak
Pada gugatan penggantian kerugian serta kewajiban konsumen sampai
seperti dalam kasus kosmetik palsu pada pertanggung jawaban pelaku
konsumen penggugat harus membuktikan usaha serta tugas dan kewajiban
bahwa pelaku usaha tergugat telah badan penyelesaian sengketa
bersalah melakukan sesuatu sehingga konsumen.
menimbulkan kerugian pada konsumen 2. Akibat dari ketidaktaatan atas
penggugat, namun pada praktiknya hal ini larangan serta kewajiban dalam
terlalu sulit bagi seorang konsumen undang-undang perlindungan
penggugat karena ia tidak mengetahui konsumen melahirkan sengketa
bagaimana seluk-beluk proses produksi.38 antara konsumen dan pelaku usaha.
Sehingga oleh karena hal ini undang- Sengketa yang lahir akibat dari tidak
undang perlindungan konsumen melaksanakan kewajibannya serta
memberikan beban serta tanggung jawab tidak menepati apa yang seharusnya
pembuktian kepada pelaku usaha yakni atau wanprestasi yang di lakukan
dalam pasal 28 UUPK, maka dari itu pihak pelaku usaha maupun konsumen,
konsumen penggugat tidak perlu dalam hal ini kasus kosmetik palsu
39
melakukan pembuktian. dimana hak-hak konsumen di langar
Pada dasarnya undang-undang oleh pelaku usaha. undang-undang
menyediakan berbagai macam pilihan memahami dan memberikan jalan
penyelesaian agar dapat mempermudah keluar dalam penyelesaian berupa
penyelesaian sengketa konsumen dengan pilihan penyelesaian baik melalui
waktu yang efisien serta biaya yang murah penyelesaian diluar pengadilan yakni
bagi para pihak yang bersengketa. yang di atur dalam pasal 45 ayat 2
UUPK maupun penyelesaian sengketa
PENUTUP di dalam pengadilan yang di atur
A. Kesimpulan dalam pasal 45 ayat 1 UUPK. Undang-
1. Peredaran kosmetik palsu di undang juga mengatur adanya badan
Indonesia merupakan kasus yang penyelesaian sengketa konsumen
masuk dalam hukum pelindungan sebagai badan dimana konsumen
konsumen karena mengenai hak-hak dapat meminta bantuan untuk
konsumen yang di langar oleh pelaku menyelesaikan perkara dengan
usaha. Perlindungan konsumen di pelaku usaha. Beberapa cara
Indonesia di atur dalam hukum diberikan undang-undang untuk
Undang-Undang Nomor 8 Tahun mendamaikan kedua belah pihak
1999, undang-undang ini di bentuk yang bersengketa tanpa melalui
untuk melindungi konsumen dari berperkara di pengadilan mulai dari
pelaku usaha yang curang serta untuk mediasi, arbitrasi, sampai pada
konsiliasi. Jika cara-cara ini tidak
37
Janus sidabalok, op.cit, hlm 153 berhasil memberikan suatu
38
Ibid, hlm 154 kesepakatan antara kedua belah
39
Pasal 28 undang-undang nomor 8 tahun 1999

14
Lex et Societatis, Vol. II/No. 6/Juli/2014

pihak untuk dapat menyelesaikan Universitas katolik parahyangan program


sengketa undang-undang member pascasarjana program doctor ilmu
jalan lain yakni dengan berperkara di hukum, 2003.
pengadilan.Pasal 28 UUPK Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum,
memberikan tanggung jawab Surabaya, Kencana, 2005
pembuktian manakalah sengketa Miru, Ahmadi, Prinsip-prinsip Perlindungan
berlanjut kepengadilan pada pelaku Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,
usaha karena konsumen merupakan Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2011.
pihak yang berkedudukan lemah Miru,Ahmadi, dan, Yodo, Sutarman.Hukum
disbanding pelaku usaha serta pihak Perlindungan Konsumen, Jakarta, PT Raja
yang tidak tau apa-apa mengenai Grafindo Persada, 2004.
prosedur pembuatan barang. Shofie, Yusuf. Perlindungan Konsumen dan
Instrumen-instrumen Hukumnya,
B. Saran Bandung, PT. citra aditya bakti, 2000.
Indonesia adalah negara hukum seperti Sidabalok, Janus, Hukum Perlindungan
yang tercantum dalam konstitusi tertulis Konsumen di Indonesia Dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Pembahasan Undang-undang Nomor 8
Undang-Undang Dasar 1945, jadi segala Tahun 1999, Bandung, PT.citraaditya
sesuatu harus diatur dengan hukum karena bakti, 2006.
merupakan salah satu unsur dari negara Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri.
hukum. Penelitian Hukum Normatif, Jakarta,
Perlindungan konsumen di Indonesia Rajawali, 1985.
pada massa ini sejatinya sudah di Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian
perlengkapi dengan perlindungan hukum Hukum, Jakarta, UI Press, 1986
dengan adanya undang-undang nomor 8 Sutedi, Adrian, Tanggung Jawab Produk
tahun 1999, serta dibentuknya badan dalam Hukum Perlindungan Konsumen,
perlindungan sengketa konsumen di Jakarta, Ghalia Indonesia, 2008.
Indonesia. Kurangnya pengetahuan akan Widjaja, Gunawan, dan Yani, Ahmad,
adanya hak-hak dari konsumen oleh Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta,
masyarakat luas menyebabkan banyaknya PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.
kasus pelangaran hak konsumen, yang
membuat konsumen merasa di rugikan. Aturan-Aturan Hukum
Oleh karena itu baik pemerintah maupun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
instansi-instansi serta badan-badan Undang-Undang Dasar Negara Republik
perlindungan konsumen baik pemerintah Indonesia Tahun 1945
maupun non pemerintah kirannya dapat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
bekerja sama dalam mensosialisasikan tentang perlindungan konsumen.
tentang hak-hak konsumen kepada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999
masyarakat luas agar dapat dibentuknya tentang merek
masyarakat yang sejahtera dan makmur Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
seperti dalam cita-cita bangsa Indonesia. tentang kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Johannes, Disertasi Fungsi
Lembaga Hukum Pertanggung Jawaban
Produk Dalam Upaya Perlindungan
Konsumen di Indonesia,Bandung,

15

Anda mungkin juga menyukai