DI SUSUN OLEH:
NAMA : IMELDA REALITA SAPUTRI
NISN: 0035252863
KELAS : IX TEKSTIL
ULASAN NOVEL
“TENGGELAMNYA KAPAN VAN DER WIJCK”
Dalam Rangka Tugas Akhir Smester
SMK Negeri 2 Batanghari
Tahun pelajaran 2021/2022
Oleh:
Nama : SANTIKA AYU NINGRUM
NISN : 0028238673
Kelas : IX TEKSTIL
Mengetahui
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas resensi novel“TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK” ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan agama dengan judul“TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK” .
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah
makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan ................................................................ i
Kata pengantar........................................................................ ii
Daftar isi.................................................................................. iii
Bab 1 pendahuluan.................................................................. 1
1.1 latar belakang novel...............................................` 1
1.2 Maksud dan tujuan novel........................................ 1
Bab II Landasan teori.............................................................. 3
2.1 Novel....................................................................... 3
2.2 Unsur intrinsik Novel ............................................. 3
BAB III PEMBAHASAN....................................................... 5
3.1Deskripsi Novel....................................................... 5
3.2 Sinopsis Novel........................................................ 5
3.3 Unsur Intrinsik Novel............................................. 6
BAB IV PENUTUP................................................................ 13
5.1 Kesimpulan............................................................. 13
5.2 Saran....................................................................... 13
4
BAB I
PENDAHULUAN
Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau lebih dikenal dengan singkatan Hamka,
adalah ulama asal Minangkabau yang dibesarkan dalam kalangan keluarga yang taat
beragama. Ia memandang tradisi yang ada dalam masyarakat di sekitarnya sebagai
penghambat kemajuan agama, sebagaimana pandangan ayahnya, Abdul Karim
Amrullah.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 NOVEL
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya
dalam bentuk cerita. Karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek dan
menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mandalam, dengan menggunakan
bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspak kehidupan manusia. Penulis novel
juga dapat disebut sebagai novelis. Kata novel berasal dari Bahasa Italia Novella yang
berarti ‘Sebuah kisah atau sepotong berita.
2.2 UNSUR INTRINSIK NOVEL
2.2.1 TEMA
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal,
salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Di setiap tulisan pastilah mempunyai
sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa
yang akan dibuat. Dalam menulis cerpen,puisi,novel,karya tulis,dan berbagai macam
jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema.
2.2.2 PENOKOHAN
Penokohan adalah suatu cara pengarang menggambarkan serta juga
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Untuk dapat
menggambarkan karakter seorang tokoh, pengarang tersebut bisa juga menyebutnya
langsung, misalnya si A tersebut ialah penyabar, dan si B itu sangat murah hati.
Penjelasan dalam karakter tokoh bisa juga dengan melalui gambaran fisik serta
perilakunya, lingkungan kehidupannya, cara dia berbicara, pola berfikir, maupun juga
melalui penggambaran oleh tokoh lain.
2.2.3 ALUR
6
2.2.4 LATAR
Latar (setting) adalah suatu tempat, waktu, serta suasana terjadinya
perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Didalam cerpen, novel,
maupun prosa lainnya, terkadang biasanya tidak disebutkan dengan jelas.
7
ataupun contoh yang diberikan oleh sang penulis agar pembaca dapat
menerapkan hal-hal positif dalam sebuah cerita.
BAB III
PEMBAHASAN
Zainuddin hanya seorang melarat yang tak bersuku, karena ibunya berdarah Bugis dan
ayah berdarah Minang, statusnya dalam masyarakat Minang yang matrilineal tidak diakui.
Oleh sebab itu, ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di
Minangkabau. Sedangkan Hayati adalah perempuan Minang santun keturunan bangsawan.
Pada akhirnya, lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah
dengan Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya terpandang yang lebih disukai keluarga Hayati
daripada Zainuddin. Kecewa, Zainuddin pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah
Minang dan merantau ke tanah Jawa demi bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin
8
bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis
terkenal dengan karya-karya masyhur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara.
3.3.1 TEMA
9
Hayati mewakili potret perempuan Minangkabau yang harus tunduk pada
stuktur adat, meskipun harus berjuang keras melawan keinginannya sendiri. Aziz
adalah simbol kewibawaan tetapi berperilaku buruk. Keluarga Hayati menerima
lamaran Aziz untuk meminang Hayati dan menolak lamaran Zainuddin karena
Zainuddin dianggap tidak punya adat dan suku, meskipun memiliki perilaku yang
baik
3.3.2 ALUR
- Penyituasian
Berikut ini merupakan tahap awal dari roman Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck karya Hamka yang berkaitan dengan tahap penyituasian.
“Di tepi pantai, di antara kampong Bara dan kampung Mariso berdiri sebuah
rumah bentuk Makasar, yang salah satu jendelanya menghadap ke laut. Di sanalah
seorang anak muda yang berusia kira-kira 19 tahun duduk termenung seorang diri
menghadapkan mukanya ke laut. Meskipun matanya terpentang lebar, meskipun
begitu asyik dia memperhatikan keindahan alam di lautan Makasar, rupanya pikiranya
telah melayang jauh sekali, ke balik yang tak tampak di mata, dari lautan dunia pindah
ke lautan khaya”.(1986: 10)
- Konflik
10
menjadi konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan
menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Kejadian dan konflik yang dialami
tokoh Hayati dan Zainuddin dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka bisa dilihat dari penggalan cerita berikut ini:
“Sesungguhnya persahabatan yang rapat dan jujur diantara kedua orang muda itu,
kian lama kian tersiarkan dalam dudun kecil itu. Di dusun belumlah orang dapat
memendang kejadian ini dengan penyelidikan yang seksama dan adil. Orang belum
kenal percintaan suci yang terdengar sekarang, yang pindah dari mulut ke mulut, ialah
bahwa Hayati, kemenakan Dt……..telah ber “intaian” bermain mata, berkirim-kirim
surat dengan anak orang Makasar itu. Gunjing, bisik dan desus perkataan yang tak
berujung pangkal, pun ratalah dan pindah dari satu mulut ke mulut yang lain, jadi
pembicaran dalam kalangan anak muda-muda yang duduk di pelatar lepau petang
hari.Hingga akhirnya telah menjadi rahasia umum. Orang-orang perempuan berbisik-
bisik di pancuran tempat mandi, kelak bila kelihatan Hayati mandi di sana, mereka
pun berbisik dan mendaham, sambil melihat kepadanya dengan sudut mata.Anak-
anak muda yang masih belum kawin dalam kampung sangat naik darah.Bagi mereka
adalah perbuatan demikian merendahkan derajat mereka seakan -akan kampung tak
berpenjaga.yang terutama sekali yang dihinakan orang adalah persukuan Hayati,
terutama mamaknya sendiri Dt…yang dikatakan buta saja matanya melihat
kemenakannya membuat malu, melangkahi kepala ninik –mamak”.(1986:57)
Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan
dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap peningkatan konflik dalam roman
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terjadi ketika Zainuddin dan Aziz
sama-sama mengirimkan surat kepada orang tua Hayati, dari lamaran kedua pemuda
itu, ternyata lamaran Aziz yang diterima karena orang tua Hayati mengetahui latar
belakang pemuda yang kaya raya itu, sedangkan lamaran Zainuddin ditolak karena
orang tua Hayati tidak ingin anaknya bersuamikan orang miskin. Hal ini bisa terlihat
dari penggalan cerita berikut ini:
”Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber-uang maka ada tersedia uang Rp.3000,-
yang dapat dipergunakan untuk menghadapi gelombang kehidupan sebagai seorang
makhluk yang tawakkal”.(1986:118)
11
- Klimaks
Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh (tokoh utama) yang berperan
sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Dalam Roman Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck karya Hamka, tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta
supaya Zainuddin menikahi Hayati. Sekalipun dalam hati Zainuddin masih mencintai
Hayati, Zainuddin menolak permintaan Aziz. Bahkan Zainuddin memulamgkan
Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan Kapal Van Der Wijck. Hal ini
bisa dilihat pada pernyataan berikut:
“Bila terjadi akan itu, terus dia berkata: “Tidak Hayati ! kau mesti pulang kembali
ke Padang! Biarkan saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau!
Janganlah hendak ditumpang hidup saya , orang tak tentu asal ….Negeri
Minangkabau beradat !.....Besok hari senin, ada Kapal berangkat dari Surabaya ke
Tanjung Periuk, akan terus ke Padang! Kau boleh menumpang dengan kapal itu, ke
kampungmu”.(1986:198)
- Penyelesaian
12
6.Datuk Mantari Labih: Serakah, tidak adil
3.3.4 LATAR( SETTING)
- Waktu : Mulai Zainudin lahir sampai Zainudin wafat.
Kira-kira 30 tahun yang lalu
- Tempat : Kota Mengkasar, Kampung Batipuh, Padang
Panjang, Tanah jawa
- Suasana : Sedih, mengharukan
- Peristiwa : Menyedihkan, tragis
3.3.5 SUDUT PANDANG
13
3.3.7 AMANAT
a. Aqidah Nilai aqidah yang terkandung dalam novel ini adalah selalu
mengingat Tuhan dalam keadaan apapun. Hanya kepada Tuhan tempat kita
meminta dan mengadu.
(2) Nilai Pendidikan Moral Nilai moral yang terkandung dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka yaitu.
14
d) Tiada kesuksesan tanpa perjuangan e) Hidup adalah sebuah
perjuangan dan pengorbanan
a) Nilai pendidikan sosial yang bisa dipetik adalah harus menerima kenyataan
bahwa perbedaan budaya di tiap daerah mengakibatkan penerimaan yang
berbeda pada seseorang, namun harus mampu diterima.
15
Zainuddin, setelah berpisah dengan Hayati, berniat dan bercita-cita untuk memper
dalam ilmu dunia dan akhirat supaya kelak menjadi seorang yang berguna. Angan-
angan Zainuddin adalah menjadi orang alim, sehingga apabila kembali
kekampungnya dapat membawa ilmu. Zainuddin sendiri adalah turunan dari ayah dan
ibu ahli ibadah.
Apa yang dilakukan Hamka dalam penokohan diatas, menurut saya adalah
salah satu cara dakwah yang dilakukanya, suatu upaya untuk menumbuhkan kepada
pembaca bahwa betapa mulia orang yang berilmu dan ahli ibadah. Dakwah yang
dilakukan itu sangat halus. Adapun aspek-aspek religius itu yakni, Aqidah, Syari’ah,
dan akhlak. Adapun yang penjelasan mengenai aspek-aspek tersebut sebagai berikut:
1. Aqidah
Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick karya Hamka aqidah
atau kepercayaannya sangat kental dengan budaya islami untuk lebih jelasnya penulis
memaparkan penggalan ceritanya sebagai berikut :
2. Syari’ah
Kata syari’ah adalah bahasa Arab yang diambil dari rumpum kata syari’ah.
Dalam bahasa Indonesia artinya jalan raya. Kemudian bermakna jalannya hokum,
dengan kata lain perundang-undangan. Karena itu pula dengan perkataan atau istilah
“Syari’ah Islam” memberi arti hidup yang harus dilalui atau perundang-undangan
yang harus dipatuhi oleh seorang yang beragama islam. Hokum Tuhan itu adalah
Syari’ah itu mengandung kebenaran mutlak, artinya tidak ada kelemahan dan
pertentanagan dalam dirinya sendiri.
3. Akhlak
16
islam adalah suatu sikap mental dan perbuatan yang luhur. Dan novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wjickkarya Hamka, penulis menemukan berbagai
akhlak yang sangat mulia terutama dari pemeran utama yakni tokoh Zainuddin.
Kebaikan moral Zainuddin bias kita lihat pada penggalan cerita berikut ini:
“Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didik ahli seni, ahli syair,
yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”.(1986:27)
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat di sarankan hal-hal sebagai berikut:
- Bagi pembaca, dengan adanya penelitian ini semoga dapat memberikan
sumbangan ilmu bagi perkembangan bahasa dan sastra sehingga dapat di
gunakan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya.
- Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam penelitian karya sastra lain
17
BIODATA PENULIS
NISN : 0028238673
18
19