Anda di halaman 1dari 19

ULASAN NOVEL

DI SUSUN OLEH:
NAMA : IMELDA REALITA SAPUTRI
NISN: 0035252863
KELAS : IX TEKSTIL

GURU PEMBIMBING : ROSMIATI, S.PD


NIP : 197208292005012004

PEMERINTAHAN PROVINSI JAMBI


DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 BATANGHARI

TAHUN PELAJARAN 2121/2022


LEMBAR PENGESAHAN

ULASAN NOVEL
“TENGGELAMNYA KAPAN VAN DER WIJCK”
Dalam Rangka Tugas Akhir Smester
SMK Negeri 2 Batanghari
Tahun pelajaran 2021/2022

Oleh:
Nama : SANTIKA AYU NINGRUM
NISN : 0028238673
Kelas : IX TEKSTIL

Mengetahui

Guru pembimbing Penulis

ROSMIATI, S.PD SANTIKA AYU NINGRUM


NIP : 197208292005012004 NISN : 0028238673

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas resensi novel“TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK” ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan agama dengan judul“TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK” .
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah
makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Muarabulian,9 februari 2022

Penyusun

3
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan ................................................................ i
Kata pengantar........................................................................ ii
Daftar isi.................................................................................. iii
Bab 1 pendahuluan.................................................................. 1
1.1 latar belakang novel...............................................` 1
1.2 Maksud dan tujuan novel........................................ 1
Bab II Landasan teori.............................................................. 3
2.1 Novel....................................................................... 3
2.2 Unsur intrinsik Novel ............................................. 3
BAB III PEMBAHASAN....................................................... 5
3.1Deskripsi Novel....................................................... 5
3.2 Sinopsis Novel........................................................ 5
3.3 Unsur Intrinsik Novel............................................. 6
BAB IV PENUTUP................................................................ 13
5.1 Kesimpulan............................................................. 13
5.2 Saran....................................................................... 13

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG NOVEL

Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau lebih dikenal dengan singkatan Hamka,
adalah ulama asal Minangkabau yang dibesarkan dalam kalangan keluarga yang taat
beragama. Ia memandang tradisi yang ada dalam masyarakat di sekitarnya sebagai
penghambat kemajuan agama, sebagaimana pandangan ayahnya, Abdul Karim
Amrullah.

 Setelah melakukan perjalanan ke Jawa dan Mekkah sejak berusia 16 tahun untuk


menimba ilmu, ia bekerja sebagai guru agama di Deli, Sumatra Utara, lalu
di Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam perjalanan ini, terutama saat di Timur Tengah,
Hamka banyak membaca karya dari ahli dan penulis Islam, termasuk karya penulis
asal Mesir Mustafa Lutfi al-Manfaluti hingga karya sastrawan Eropa yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada tahun 1935, Hamka meninggalkan
Makassar untuk pergi ke Medan.

Di kota itu, ia menerima permintaan untuk menjadi pemimpin redaksi


majalah Pedoman Masjarakat, yang dalam majalah ini untuk pertama kalinya nama
pena Hamka diperkenalkan. Di sela-sela kesibukannya, Hamka
menulis Tenggelamnya Kapal van der Wijck; karya yang diilhami sebagian dari
tenggelamnya suatu kapal pada tahun 1936.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN NOVEL

Maksud dan tujuan di cetaknya novel ini adalah


- membaca novel ini adalah mampu membuat pembaca kembali mengingat sejarah
Indonesia pada era sebelum kemerdekaan.
- pembaca bisa mengetahui sejarah tenggelamnya kapal van der wicjk
- pembaca dapat menambah ilmu atau wawasan karena bisa mengetahui sejarah
tentang kapal van der wicjk

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 NOVEL
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya
dalam bentuk cerita. Karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek dan
menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mandalam, dengan menggunakan
bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspak kehidupan manusia. Penulis novel
juga dapat disebut sebagai novelis. Kata novel berasal dari Bahasa Italia Novella yang
berarti ‘Sebuah kisah atau sepotong berita.
2.2 UNSUR INTRINSIK NOVEL

2.2.1 TEMA
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal,
salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Di setiap tulisan pastilah mempunyai
sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa
yang akan dibuat. Dalam menulis cerpen,puisi,novel,karya tulis,dan berbagai macam
jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema.
2.2.2 PENOKOHAN
Penokohan adalah suatu cara pengarang menggambarkan serta juga
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Untuk dapat
menggambarkan karakter seorang tokoh, pengarang tersebut bisa juga menyebutnya
langsung, misalnya si A tersebut ialah penyabar, dan si B itu sangat murah hati.
Penjelasan dalam karakter tokoh bisa juga dengan melalui gambaran fisik serta
perilakunya, lingkungan kehidupannya, cara dia berbicara, pola berfikir, maupun juga
melalui penggambaran oleh tokoh lain.

2.2.3 ALUR

Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk jalannya cerita. Alur


dibedakan menjadi dua bagian, yaitu alur maju (Progresif) yaitu apabila peristiwa
bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita.
Sedangkan alur mundur (flashback progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan
peristiwa yang sedang berlangsung.

6
2.2.4 LATAR
Latar (setting) adalah suatu tempat, waktu, serta suasana terjadinya
perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Didalam cerpen, novel,
maupun prosa lainnya, terkadang biasanya tidak disebutkan dengan jelas.

2.2.5 SUDUT PANDANG


Sudut Pandang adalah suatu posisi pengarang atau juga narrator dalam
membawakan cerita tersebut.
- Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama,
mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan
perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.
- Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak
mengamati dari luar daripada terlihat didalam cerita pengarang biasanya
menggunakan kata ganti orang ketiga.
- Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri
diluar cerita, ia serba melihat, serba mendengarkan, dan serba tahu. Ia melihat
sampai kedalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang
paling dalam dari tokoh.

2.2.6 GAYA BAHASA


Gaya Bahasa adalah alat utama pengarang untuk melukiskan,
menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika. Macam-macam
gaya bahasa :
- Personafikasi : gaya bahasa ini mendeskripsikan benda-benda mati dengan
cara memberikan sifat-sifat seperti manusia.
- Simile (perumpamaan) : gaya bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan
penibaratan.
- Hiperbola : gaya bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan cara berlebihan
dengan maksud memberikan efek berlebihan.
2.2.7 AMANAT
Amanat adalah pesan yang disampaikan dalam cerita, yang
mengundang sebuah nilai yang positif. Hal ini berfungsi sebagai panutan

7
ataupun contoh yang diberikan oleh sang penulis agar pembaca dapat
menerapkan hal-hal positif dalam sebuah cerita.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 DESKRIPSI BUKU( NOVEL)


Judul              : Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck
Pengarang      : HAMKA
Penerbit          : Balai Pustaka
Kota Terbit    : Jakarta Timur
Cetakan          : IV, 2015
Tebal Buku    : xii + 264 Halaman
Panjang          : 21 cm
Lebar              : 14,8 cm

3.2 SINOPSIS NOVEL


Berlatar tahun 1930-an, dari tanah kelahirannya Makassar, Zainuddin (Herjunot Ali)
berlayar menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di sana, ia bertemu
dengan Hayati (Pevita Pearce), seorang gadis cantik jelita yang menjadi bunga di
persukuannya. Kedua muda-mudi itu jatuh cinta. Namun, adat dan istiadat yang kuat
meruntuhkan cinta mereka berdua.

Zainuddin hanya seorang melarat yang tak bersuku, karena ibunya berdarah Bugis dan
ayah berdarah Minang, statusnya dalam masyarakat Minang yang matrilineal tidak diakui.
Oleh sebab itu, ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di
Minangkabau. Sedangkan Hayati adalah perempuan Minang santun keturunan bangsawan.

Pada akhirnya, lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah
dengan Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya terpandang yang lebih disukai keluarga Hayati
daripada Zainuddin. Kecewa, Zainuddin pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah
Minang dan merantau ke tanah Jawa demi bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin

8
bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis
terkenal dengan karya-karya masyhur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara.

Tetapi sebuah peristiwa tak diduga kembali menghampiri Zainuddin. Di tengah


gelimang harta dan kemasyhurannya, dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin kembali
bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Pada akhirnya, kisah cinta Zainuddin dan
Hayati menemui ujian terberatnya. Hayati pulang ke kampung halamannya dengan menaiki
kapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam.
Sebelum kapal tenggelam, Zainuddin mengetahui bahwa Hayati sebetulnya masih
mencintainya.

3.3. UNSUR INTRINSIK NOVEL

3.3.1 TEMA

Seperti novel Hamka sebelumnya, Di Bawah Lindungan


Ka'bah, Tenggelamnya Kapal van der Wijck ditulis untuk mengkritik beberapa tradisi
dalam adat Minang yang berlaku saat itu, seperti perlakuan terhadap orang
berketurunan blasteran dan peran perempuan dalam masyarakat. Hal tersebut
dimunculkan dengan usaha Hayati menjadi istri yang sempurna biarpun Aziz tidak
menghargainya. Hamka beranggapan bahwa beberapa tradisi adat tersebut tidak
sesuai dengan dasar-dasar Islam ataupun akal budi yang sehat. Melalui Tenggelamnya
Kapal van der Wijck, Hamka mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa
demi tercapainya kemerdekaan dengan tidak melebarkan perbedaan antar suku dan
budaya.

Hamka melalui simbol Zainuddin mempertanyakan ketimpangan adat


Minangkabau yang menganut sistem matrilineal. Meskipun seorang anak berayah
orang Minangkabau, jika suku ibunya bukan Minangkabau, maka ia adalah orang lain.
Selain itu, Hamka mengkritik adat Minangkabau yang tidak memberikan tempat pada
laki-laki dalam struktur keluarga. Adat Minangkabau yang menempatkan perempuan
sebagai pewaris harta dalam keturunannya membuat laki-laki termarginalkan. Hamka
menulis, sangatlah malang bagi seorang laki-laki jika tidak mempunyai saudara
perempuan karena membuat harta warisan kedua orangtuanya akan diurus
oleh mamak, saudara laki-laki dari keluarga ibu.

9
Hayati mewakili potret perempuan Minangkabau yang harus tunduk pada
stuktur adat, meskipun harus berjuang keras melawan keinginannya sendiri. Aziz
adalah simbol kewibawaan tetapi berperilaku buruk. Keluarga Hayati menerima
lamaran Aziz untuk meminang Hayati dan menolak lamaran Zainuddin karena
Zainuddin dianggap tidak punya adat dan suku, meskipun memiliki perilaku yang
baik

3.3.2 ALUR

Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka


menggunakan alur maju mundur, karena menceritakan hal-hal yang sudah lampau
atau masa lalu dan kembali lagi membahas hal yang nyata atau kembali ke cerita baru
dan berlanjut. Ada lima tingkatan alur yakni:

- Penyituasian

Tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan


situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita,
memberikan informasi awal dan lain-lain.

Berikut ini merupakan tahap awal dari roman Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck karya Hamka yang berkaitan dengan tahap penyituasian.

“Di tepi pantai, di antara kampong Bara dan kampung Mariso berdiri sebuah
rumah bentuk Makasar, yang salah satu jendelanya menghadap ke laut. Di sanalah
seorang anak muda yang berusia kira-kira 19 tahun duduk termenung seorang diri
menghadapkan mukanya ke laut. Meskipun matanya terpentang lebar, meskipun
begitu asyik dia memperhatikan keindahan alam di lautan Makasar, rupanya pikiranya
telah melayang jauh sekali, ke balik yang tak tampak di mata, dari lautan dunia pindah
ke lautan khaya”.(1986: 10)

- Konflik

Tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang


menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal
munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan

10
menjadi konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan
menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Kejadian dan konflik yang dialami
tokoh Hayati dan Zainuddin dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka bisa dilihat dari penggalan cerita berikut ini:

“Sesungguhnya persahabatan yang rapat dan jujur diantara kedua orang muda itu,
kian lama kian tersiarkan dalam dudun kecil itu. Di dusun belumlah orang dapat
memendang kejadian ini dengan penyelidikan yang seksama dan adil. Orang belum
kenal percintaan suci yang terdengar sekarang, yang pindah dari mulut ke mulut, ialah
bahwa Hayati, kemenakan Dt……..telah ber “intaian” bermain mata, berkirim-kirim
surat dengan anak orang Makasar itu. Gunjing, bisik dan desus perkataan yang tak
berujung pangkal, pun ratalah dan pindah dari satu mulut ke mulut yang lain, jadi
pembicaran dalam kalangan anak muda-muda yang duduk di pelatar lepau petang
hari.Hingga akhirnya telah menjadi rahasia umum. Orang-orang perempuan berbisik-
bisik di pancuran tempat mandi, kelak bila kelihatan Hayati mandi di sana, mereka
pun berbisik dan mendaham, sambil melihat kepadanya dengan sudut mata.Anak-
anak muda yang masih belum kawin dalam kampung sangat naik darah.Bagi mereka
adalah perbuatan demikian merendahkan derajat mereka seakan -akan kampung tak
berpenjaga.yang terutama sekali yang dihinakan orang adalah persukuan Hayati,
terutama mamaknya sendiri Dt…yang dikatakan buta saja matanya melihat
kemenakannya membuat malu, melangkahi kepala ninik –mamak”.(1986:57)

- Tahap Peningkatan Konflik

Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan
dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap peningkatan konflik dalam roman
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terjadi ketika Zainuddin dan Aziz
sama-sama mengirimkan surat kepada orang tua Hayati, dari lamaran kedua pemuda
itu, ternyata lamaran Aziz yang diterima karena orang tua Hayati mengetahui latar
belakang pemuda yang kaya raya itu, sedangkan lamaran Zainuddin ditolak karena
orang tua Hayati tidak ingin anaknya bersuamikan orang miskin. Hal ini bisa terlihat
dari penggalan cerita berikut ini:

”Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber-uang maka ada tersedia uang Rp.3000,-
yang dapat dipergunakan untuk menghadapi gelombang kehidupan sebagai seorang
makhluk yang tawakkal”.(1986:118)

11
- Klimaks

Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh (tokoh utama) yang berperan
sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Dalam Roman Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck karya Hamka, tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta
supaya Zainuddin menikahi Hayati. Sekalipun dalam hati Zainuddin masih mencintai
Hayati, Zainuddin menolak permintaan Aziz. Bahkan Zainuddin memulamgkan
Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan Kapal Van Der Wijck. Hal ini
bisa dilihat pada pernyataan berikut:

“Bila terjadi akan itu, terus dia berkata: “Tidak Hayati ! kau mesti pulang kembali
ke Padang! Biarkan saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau!
Janganlah hendak ditumpang hidup saya , orang tak tentu asal ….Negeri
Minangkabau beradat !.....Besok hari senin, ada Kapal berangkat dari Surabaya ke
Tanjung Periuk, akan terus ke Padang! Kau boleh menumpang dengan kapal itu, ke
kampungmu”.(1986:198)

- Penyelesaian

Tahap penyelasaian dalam novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck karya


Hamka ketika Zainuddin mendapat kabar bahwa Kapal yang ditumpangi Hayati
tenggelam, sedangkan Hayati dirawat di Rumah Sakit Tuban. Dengan diterima Muluk
sahabatnya Zainuddin menengok wanita yang sangat dicintainya itu. Rupanya
pertemuan mereka itu adalah pertemuan yang terakhir karena Hayati menghembuskan
nafasnya yang terakhir dalam pelukan Zainuddin. Kejadian itu membuat Zainuddin
merasakan penyesalan yang berkepanjangan hingga Zainuddin jatuh sakit dan
meninggal dunia. Zainuddin dimakamkan di sebelah makam Hayati.

3.3.3 PENOKOHAN (WATAK TOKOH)

1. Zainudin                  : Sopan santun, iba hati, sabar, baik hatinya, tidak


sombong

2. Hayati                     : Cantik, mudah tersentuh hatinya

3. Pandekar Sutan       : Sopan santun, tegar, penyabar, berani, penyayang

4. Daeng Habibah       : Setia, lemah lembut

5. Mak Base                : sabar, baik, setia, amanah,

12
6.Datuk Mantari Labih: Serakah, tidak adil

7. Dt..                          : wibawa, bijaksana

8. Muluk                      : Setia, baik, mudah bergaul

9. Azis                         : Gagah, gaul, kaya

10. Mamak                  : peduli

11. Daeng Manippi     : Baik

12. Khadijah               : Mata duitan, suka menghasut

3.3.4 LATAR( SETTING)
-  Waktu          : Mulai Zainudin lahir sampai Zainudin wafat.
Kira-kira 30 tahun yang lalu
-  Tempat        : Kota Mengkasar, Kampung Batipuh, Padang
Panjang, Tanah jawa
-  Suasana       : Sedih, mengharukan
- Peristiwa     : Menyedihkan, tragis

3.3.5 SUDUT PANDANG

Pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka


menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal karena menyebutkan dan
menceritakan secara langsung karakter pelakunya secara gamblang. Penggalan
cerita pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka sebagai
berikut:

“Mula-mula datang, sangatlah gembira hati Zainuddin telah sampai ke


negeri yang selama ini jadi kenang-kenagannya”.(1986:26)

3.3.6 GAYA BAHASA


Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka
menggunakan kalimat yang sangat kompleks karena menggunakan bahasa
melayu yang baku. Seperti dalam penggalan cerita berikut ini:

“Lepaskan Mak, jangan bermenung juga,” bagaimana Mamak tidak


akan bermenung, bagaimana hati mamak tidak akan berat………..”. (1986:22)

13
3.3.7 AMANAT

Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka


mengandung nilai moral yang tinggi ini terlihat dari para tokoh yang ada
seperti Zainuddin. Hal tersebut bisa kita lihat dari panggilan cerita berikut ini:

“Demikian penghabisan kehidupan orang besar itu. Seorang di antara


Pembina yang menegakkan batu pertama dari kemuliaan bangsanya; yang
hidup didesak dan dilamun oleh cinta. Dan sampai matipun dalam penuh cinta.
Tetapi sungguhpun dia meninggal namun riwayat tanah air tidaklah akan dapat
melupakan namanya dan tidaklah akan sanggup menghilangkan jasanya.
Karena demikian nasib tiap-tiap orang yang bercita-cita tinggi kesenangannya
buat orang lain. Buat dirinya sendiri tidak”. (1986:223)

3.4 UNSUR EKSTRINSIK


Unsur Pendidikan yang terdapat dalam Novel Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck karya HAMKA dilihat dari tema, tokoh dan perwatakan serta
amanat adalah sebagai berikut.

(1) Unsur Pendidikan Religius, yaitu.

a. Aqidah Nilai aqidah yang terkandung dalam novel ini adalah selalu
mengingat Tuhan dalam keadaan apapun. Hanya kepada Tuhan tempat kita
meminta dan mengadu.

b. Ahlak Nilai ahlak yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal


Van Der Wijck Karya Hamka yakni akhlak yang sangat mulia, bercita-cita
untuk memperdalam ilmu dunia dan akhirat sehingga kelak menjadi seorang
yang berguna, ahlak yang lemah lembut dan tanpa pamrih.

(2) Nilai Pendidikan Moral Nilai moral yang terkandung dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka yaitu.

a) Kesetiaan, kejujuran, dan kebenaran akan senantiasa mendapat


ujian

b) Rela berkorban untuk kebahagiaan orang lain

c) Segala rintangan yang ada harus dijadikan cambuk untuk terus


maju

14
d) Tiada kesuksesan tanpa perjuangan e) Hidup adalah sebuah
perjuangan dan pengorbanan

f) Cinta tidak harus memiliki

g) Kebahagiaan tidak bisa diukur dengan banyak sedikitnya harta

(3) Nilai Pendidikan Sosial

a) Nilai pendidikan sosial yang bisa dipetik adalah harus menerima kenyataan
bahwa perbedaan budaya di tiap daerah mengakibatkan penerimaan yang
berbeda pada seseorang, namun harus mampu diterima.

b) Sebagai anggota masyarakat, manusia harus saling menghargai dan


menghormati; serta saling menolong terhadap sesama manusia. Dengan
demikian

Dapat disimpulkan bahwa unsur pendidikan dalam novel Tenggelamnya Kapal


Van Der Wijck karya Hamka dapat dijadikan contoh berharga dan dapat mengubah
perilaku manusia ke arah hidup yang lebih baik. Baik dalam peranannya sebagai
individu, anggota masyarakat, maupun sebagai umat Tuhan. Sebagai individu
manusia harus memiliki sikap yang baik, seperti rendah har; berani dalam
menghadapi apa pun; sabar dan ikhlas dalam kehidupan; pantang menyerah dan
bekerja keras untuk meraih cita-cita atau keinginan, bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas; jangan menyia-nyiakan pendidikan; baik hati pada siapa saja;
dan tidak keras kepala. Sebagai anggota masyarakat, manusia harus peduli terhadap
sesama; saling menghomati; menghargai; membantu, dan menasihati orang lain
untuk kebaikan. Sebagai umat Tuhan, manusia harus tawakal (berserah diri) pada
Tuhan; selalu mengingat tugas; percaya pada ketentuan Tuhan; jangan
menyekutukan Tuhan; dan bertobat atau memohon ampun kepada Tuhan dari
segala kesalahan.

- Aspek keislaman dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick

Apabila membaca karya-karya Hamka, termasuk dalam novel Tenggelamnya


Kapal Van Der Wjick, aspek-aspek keislaman dan dakwah keislaman dapat kita
rasakan. Dalam novel tersebut, dakwah keislaman itu terasa dari penokohan yang
dilakukan pengarang. Sebagai contoh, ada pernyataan dalam novel bahwa tokoh

15
Zainuddin, setelah berpisah dengan Hayati, berniat dan bercita-cita untuk memper
dalam ilmu dunia dan akhirat supaya kelak menjadi seorang yang berguna. Angan-
angan Zainuddin adalah menjadi orang alim, sehingga apabila kembali
kekampungnya dapat membawa ilmu. Zainuddin sendiri adalah turunan dari ayah dan
ibu ahli ibadah.

Apa yang dilakukan Hamka dalam penokohan diatas, menurut saya adalah
salah satu cara dakwah yang dilakukanya, suatu upaya untuk menumbuhkan kepada
pembaca bahwa betapa mulia orang yang berilmu dan ahli ibadah. Dakwah yang
dilakukan itu sangat halus. Adapun aspek-aspek religius itu yakni, Aqidah, Syari’ah,
dan akhlak. Adapun yang penjelasan mengenai aspek-aspek tersebut sebagai berikut:

1.    Aqidah

Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick karya Hamka aqidah
atau  kepercayaannya sangat kental dengan budaya islami untuk lebih jelasnya penulis
memaparkan penggalan ceritanya sebagai berikut :

“………….lepaskan saya berangakat kepadang. Kabarnya konon, disana hari


ini telah ada sekolah agama. Pelajaran akhirat telah diatur dengan sebagus-bagusnya
apalagi, puncak singgalang dan merapi sangat keras seruannya kepada ku rasanya.
Saya hendak melihat tanah asalku, tanah tempat ayahku dilahirkan hadulunya. Mak
Base banyak orang memuji daerah Padang, banyak orang yang bilang agama islam
masuk kemaripun dari sanah. Lepaskan saya berangkat kesana”.(1986:22)

2.    Syari’ah

Kata syari’ah adalah bahasa Arab yang diambil dari rumpum kata syari’ah.
Dalam bahasa Indonesia artinya jalan raya. Kemudian bermakna jalannya hokum,
dengan kata lain perundang-undangan. Karena itu pula dengan perkataan atau istilah
“Syari’ah Islam” memberi arti hidup yang harus dilalui atau perundang-undangan
yang harus dipatuhi oleh seorang yang beragama islam. Hokum Tuhan itu adalah
Syari’ah itu mengandung kebenaran mutlak, artinya tidak ada kelemahan dan
pertentanagan dalam dirinya sendiri.

3.    Akhlak

16
islam adalah suatu sikap mental dan perbuatan yang luhur. Dan novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wjickkarya Hamka, penulis menemukan berbagai
akhlak yang sangat mulia terutama dari pemeran utama yakni tokoh Zainuddin.
Kebaikan moral Zainuddin bias kita lihat pada penggalan cerita berikut ini:

“Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didik ahli seni, ahli syair,
yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”.(1986:27)

BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data tentang novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck


karya Hamka dapat disimpulkan sebagai berikut:

- Struktur novel terdiri dari tema, alur/plot, setting/latar, sudut pandang, karakter,


gaya bahasa, dan amanat, di mana hubungan antar unsur dalam novel ini
menunjukkan hubungan yang begitu padu sehinggga menghasilkan jalinan cerita
yang sangat menarik.
- Unsur religiusitas novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka
mengandung aspek aqidah, syari’ah, dan akhlak yang tergambar dalam setiap
perilaku tokoh yang dimainkan, di samping itu pengarang sendiri sebagai seorang
agamawan yang begitu kental memasukkan unsur–unsur agama ke
dalam novel ini.            

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat di sarankan hal-hal sebagai berikut:
- Bagi pembaca, dengan adanya penelitian ini semoga dapat memberikan
sumbangan ilmu bagi perkembangan bahasa dan sastra sehingga dapat di
gunakan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya.
- Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam penelitian karya sastra lain

17
BIODATA PENULIS

NAMA : SANTIKA AYU NINGRUM

TEMPAT TANGGAL LAHIR : PALEMBANG, 06-11-2002

NISN : 0028238673

ASAL SEKOLAH : SMK NEGERI 2 BATANGHARI

ALAMAT :JLN. A. YANI, RT.01, RW.01, KOMPLEK SMA

18
19

Anda mungkin juga menyukai