BAB III
(PERMENHUB) Nomor 118 Tahun 2018. Dalam kasus Persaingan Usaha Tidak
sebagai Pelapor
Indonesia yang beralamat di Jalan H.R. Rasuna Said Kav. B12, Setiabudi, Jakarta
badan usaha yang berbentuk badan hukum yang didirikan sesuai Akta Nomor 19
mendapatkan pengesahan dari materi Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia pada Tanggal 12 Agustus 2015. Dalam kasus persaingan usaha tidak
badan usaha yang berbentuk badan hukum yang berdiri berdasarkan Akta Nomor
yang berkedudukan di Jakarta Selatan. Dalam kasus persaingan usaha tidak sehat
Kasus ini bermula dari inisiatif Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
pelanggaran persaingan usaha melalui order prioritas yang diberikan Grab sebagai
Indonesia (TPI) sebagai Terlapor II yang diduga terkait rangkap jabatan antar
dugaan pelanggaran Pasal 14, Pasal 15 ayat (2), dan Pasal 19 huruf d Undang-
Pada peraturan ini mengatur tata cara berusaha angkutan sewa khusus
yaitu taksi yang berbasis online, yang mana sistemnya diciptakan oleh perusahaan
aplikasi online yang saat ini resmi beroperasi di Indonesia yakin Grab, Gojek atau
online yang terstandarisasi dengan adanya tarif batas atas dan batas bawah.
Sehingga tidak ada yang dirugikan antara pengemudi yang dimana sebagai
persaingan usaha tidak sehat ini sebagai Pelapor, yang dimana memuat laporan
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat yang dilakukan oleh PT Grab
Awal mula perkara ini dimulai pada Tahun 2019 lalu. Suatu Organisasi
dikarenakan ada dugaan sistem yang dibuat oleh PT Grab Indonesia untuk
Pengangkutan Indonesia.
4
(KPPU), terdapat 3 ( Tiga) pasal yang diduga dilanggar oleh PT Grab Indonesia
Eksklusif dan Pasal 19 huruf (d) tentang Perlakuan Diskriminatif sesuai dengan
dan Pasal 19 Huruf (d) tentang Perlakuan Diskriminatif yang tercantum pada
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dan dikenakan denda sebesar Rp.
5
22.500.000.000.00 (Dua Puluh Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah) atas
melakukan Pelanggaran yang sama yaitu pasal 14 dan pasal 19 Huruf (d) Undang-
Persaingan Usaha Tidak Sehat, Dan dijatuhkan sanksi denda sebesar Rp.
yang cukup tentang telah terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran Pasal 14, Pasal
15 ayat (2) dan Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang
yaitu:
telah ditandatangani oleh orang yang sama yaitu Bapak Stephanus Ardianto, hal
Direktur Utama di Grab Indonesia dan menjadi pemegang saham serta Direktur di
Unsur ketiga mengenai Pelaku Usaha Lain, dimana pihak yang dimaksud
seperti yang telah diuraikan diatas. Unsur keempat adalah mengenai Menguasai
Produksi, yakni menguasai pasar produk yaitu penyediaan aplikasi mobile dan
(KPPU) juga menemukan fakta bahwa pangsa pasar Grab sebesar 70% sehingga
pasar jasa angkutan sewa khusus di Indonesia ini dapat dikatakan telah
keempat tadi dimana penyediaan jasa memiliki dua produk piranti lunak dan
dalam penjabaran unsur ini Tim Investigator Komisi Pengawas Persaingan Usaha
barang dan atau jasa tertentu (tying product) dan unsur barang dan atau jasa lain
perkara ini adalah PT Solusi Transportasi Indonesia atau Grab. Unsur kedua
mengenai Pelaku Usaha Lain, dimana pihak yang dimaksud adalah Transportasi
diuraikan diatas.
yang berbeda antara mitra Transportasi Pengangkutan Indonesia (TPI) dengan non
beberapa unit usaha yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa
8
tertentu. Integrasi vertikal bisa dilakukan dengan strategi penguasaan unit usaha
usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk menguasai
pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun
tidak langsung, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
Hambatan vertikal adalah segala praktik yang bertujuan untuk mencapai suatu
kondisi yang membatasi persaingan dalam dimensi vertikal atau dalam perbedaan
keterkaitan sebagai rangkaian produksi yang berbeda namun masih dalam satu
rangkaian yang terkait. Misalnya, antara produsen dan distributor atau penjual
produknya
rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu dimana setiap rangkaian
produksi tersebut merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam
sehat dan merugikan masyarakat yang akan dilarang. Strategi integrasi vertikal
9
melakukan penguasaan yang lebih atas distributor, pemasok dan/atau para pesaing
pengecer.
pesaing.
yang kompleks.Di satu pihak, suatu perusahaan tergantung pada perusahaan lain
untuk memasok bahan baku. Dilain pihak, perusahaan tersebut juga tergantung
menguasai produksi.
hubungan antara perusahaan melalui pasar ini bukanlah cara yang palimh efisien
ke hilir, untuk itu pendekatan yang digunakan dalam pasal ini adalah dengan
dalam industri baja, lebih menguntungkan untuk menempa baja selagi masih
panas. Jadi lebih menguntungkan untuk memiliki pabrik lembar baja dan pabrik
penampian baja di bawah satu atap daripada memproduksi lembar baja di satu
perusahaan yang memasok botol bagi perusahaan minuman dapat menekan biaya
produksi dengan tidak menaati prosedur produksi botol yang tercantum dalam
Akibatnya, mutu botol dapat berkurang, yang pada gilirannya dapat merusak citra
dalam kontrak. Demi mengurangi biaya transaksi yang mungkin timbul dalam
11
satu atap.
integrasi vertikal yang wajar karena didorong oleh keinginan untuk menekan
biaya produksi. Integrasi vertikal jenis ini akan menguntungkan konsumen dan
A. Diskriminasi Harga
harga, yaitu menjual suatu produk dengan harga berbeda tergantung elastisitas
harga produk tersebut. Strategi ini akan gagal jika terdapat kemungkinan akan
resale (pembeli yang memperoleh harga yang lebih tinggi). Menghindari resale ini
(2) Bila produk penting di industri hilir dapat disubtitusi maka terdapat bagi
(3) Integrasi vertikal untuk menghindari monopoli ganda, kondisi ini terjadi
industri hulu. Monopoli ganda ini akan sangat merugikan ekonomi karena
jumlah yang diproduksi akan jauh lebih sedikit baik di hilir maupun di hulu.
Hal ini lebih baik jika industri hilir dan hulu tersebut dikuasai oleh satu
ini akan mengakibatkan output yang diproduksi industri hilir akan lebih besar,
(4) Integrasi vertikal untuk menutup pasar, penutupan pasar ini dapat di
pembeli. Dampang integrasi vertikal bagi persaingan dan efisiensi tidak terlalu
laba monopoli.
tersebut sebenarnya yang menjadi titik tekannya adalah kata “rangkaian produksi”
merupakan perjanjian yang terjadi antara beberapa pelaku usaha namun saling
seluruh kegiatan operasi yang berurutan dalam sebuah rangkaian usaha lainnya
yang bersifat integrasi vertikal dalam perspektik hukum atau operasi yang
13
merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam suatu rangkaian
langsung maupun tidak langsung (termasuk juga rangkaian produksi barang dan
terhadap perkara ini, Majelis KPPU menimbang dan menjatukan Putusan KPPU
terbuka untuk umum pada hari Kamis, 2 Juli 2020, yang mana dalam amar
1999;
(Tujuh Milyar Lima Ratus Juta Rupiah) atas pelanggaran Pasal 14 Undang-
22.500.000.000.00 (Dua Puluh Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah) atas
Tahun 1999 dan membayar denda sebesar Rp. 15.000.000.000.00 (Lima Belas
Tahun 1999.