TUGAS PROPOSAL
ZULFIKAR
P2B121074
Dosen Pengampu:
DR. H. TAUFIK YAHYA, SH., MH.
UNIVERSITAS JAMBI
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
JAMBI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, bahwa pembangunan bidang
adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di
dalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau jasa, dalam iklim usaha yang
sehat, efektif, dan efisien sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu, dengan tidak terlepas dari
perjanjian-perjanjian internasional.
hukum persaingan usaha diberi arti luas, bukan hanya meliputi pengaturan
persaingan, melainkan juga soal boleh tidaknya monopoli digunakan sebagai saran
kebijakan publik untuk mengatur daya mana yang boleh dikelola oleh swasta.1
yang harus dilakukan adalah persaingan yang sehat termasuk persaingan usaha di
bidang penerbangan Dalam kegiatan ekonomi dan bisnis memang tidak luput dari
dan keluarganya. Oleh karena itu hukum harus hadir dalam mengatur persaingan
usaha di tengah tengah kegiatan ekonomi dan bisnis, karena ini sangat diperlukan
tiket pesawat terbang, Industri Penerbangan seperti pengadaan pesawat terbang atau
bahan bakar avtur dan persaingan antar airlines (maskapai) dalam rute penerbangan
“Salah satu kasus yang pernah diputus oleh KPPU adalah apa yang dikenal
dengan kasus Abacus yaitu Putusan No. 01/KPPU-L/2003. Terlapor dalam
kasus ini adalah PT. (Persero) Perusahaan Penerbangan Garuda Indonesia
(disingkat “Garuda Indonesia”). Adapun duduk perkara adalah sebagai
berikut. Bahwa Terlapor adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum
dengan kegiatan usaha antara lain melaksanakan penerbangan domestik dan
1
Arie Siswanto, Hukum Persaingan usaha, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 23.
internasional komersial berjadwal untuk penumpang serta jasa pelayanan
sistem informasi yang berkaitan dengan penerbangan. Untuk mendukung
kegiatan usaha penerbangannya tersebut, Terlapor mengembangkan sistem
ARGA sebagai sistem informasi pengangkutan udara domestik. Sedangkan
untuk sistem informasi penerbangan internasional, Terlapor bekerjasama
dengan penyedia CRS dalam bentuk perjanjian distribusi Sistem informasi
ini digunakan oleh biro perjalanan wisata untuk melakukan reservasi dan
booking tiket penerbangan Terlapor secara online. Bahwa akibat krisis
ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, semakin menambah beban keuangan
Terlapor yang memaksanya untuk melakukan pemotongan biaya-biaya.”2
perjanjian secara tertulis. Hal ini telah diakui oleh Terlapor dan dikuatkan oleh
menggunakan sistem Abacus lebih murah. Dual access hanya diberikan kepada
reservasi dan booking tiket penerbangan. Semakin banyak biro perjalanan wisata di
akan menunjuk biro perjalanan wisata yang menggunakan sistem Abacus sebagai
agen pasasi domestik. Posisi Terlapor yang menguasai penerbangan domestik dan
kemudahan untuk menjadi agen maskapai lain, menjadi daya tarik bagi biro
Indonesia). Bahwa sistem ARGA yang hanya disertakan pada terminal Abacus
2
Andi Fahmi Lubis et.a.l, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, Creative
Media, Jakarta, 2009, hal. 116.
mengakibatkan sistem lain mengalami kesulitan untuk memasarkan ke biro
perjalanan wisata karena biro perjalanan wisata lebih memilih sistem Abacus yang
persyaratan bagi biro perjalanan wisata agar dapat ditunjuk sebagai agen pasasi
PT Garuda Indonesia telah melanggar Pasal 14 UU NO. 5 tahun 1999 karena telah
melakukan penguasaan serangkaian proses produksi atas barang tertentu mulai dari
hulu sampai hilir atau proses berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh pelaku
usaha tertentu. Praktek integrasi vertikal meskipun dapat menghasilkan barang dan
jasa dengan harga murah, tetapi dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat
penguasaan proses yang berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh Terlapor
3
Ibid., hal. 117.
adalah penguasaan proses yang berlanjut atas layanan informasi dan jasa distribusi
merugikan masyarakat dan persaingan usaha yang tidak sehat.5 Ketentuan hukum
ini terdapat dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 No. 33 pada tanggal 5 Maret 1999 dan berlaku secara efektif 1 (satu)
Tahun 1945 Pasal 1 Ayat (3) “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Agar
hukum dipatuhi oleh masyarakat, dalam suatu negara hukum, maka hukum haruslah
benar. Hukum yang benar tersebut harus pula ditegakkan secara benar. Doktrin
pelaksanaan hukum yang benar ini populer dengan sebutan due process of law. 7
Usaha Transportasi udara adalah salah satu jenis transportasi yang sangat
merupakan alat yang mutakhir dan tercepat dengan jangkauan yang luar biasa
karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain yaitu faktor kecepatan dalam
4
Ibid., hal. 117.
5
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Sinar Gafika, Jakarta, 2013,
hal. 62.
6
Ningrum Natasya Sirait, Ikhtisar Ketentuan Persaingan Usaha, PT Gramedia, Jakarta,
2010, hal. 1.
7
Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modren (Rechtstaat), Refika Aditama, Bandung,
2009, hal. 46.
menempuh perjalanan, karena transportasi udara menggunakan pesawat terbang
“Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha”.9
merupakan lembaga non struktural yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan
pemerintah serta pihak lain yang juga mempunyai tugas dan wewenang yang diatur
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha
8
Rustian Kamaluddin, Ekonomi Transportasi: Karakteristik, Teori dan Kebijakan, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2003, hal. 75.
9
Pasal 1 Angka 6 UU Nomor 5 Tahun 1999 tetang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
10
Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan, Usaha.
usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24
7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan
sekurang-kurangnya berjumlah dua kali dari jumlah anggota KKPU yang akan
diangkat.
Persaingan usaha dalam dunia usaha bukanlah sesuatu yang asing, karena
tersebar dan tidak dikuasai oleh golongan pelaku usaha tertentu. Keadaan ini akan
membuka lapangan usaha yang lebih luas bagi perusahaan lain sehingga diharapkan
efisiensi. 11
monopoli dan untuk menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat kepada para
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat bahwa KPPU adalah suatu lembaga independen yang terlepas dari
pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain dan bertanggung jawab kepada
Presiden. 12
11
Emmy Simanjuntak, “Analisis Hukum Ekonomi Terhadap Hukum Persaingan”,
Makalah, Penataran Hukum Perdata & Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta 23-30, Agustus 1999, hal. 5.
12
Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 136.
“Pengertian bahwa merger dapat menimbulkan praktek monopoli,
mengandung makna bahwa pada dasarnya merger tidak dilarang bahkan
seperti yang telah dijelaskan di atas, tindakan tersebut mempunyai sisi
positif bagi pengembangan perusahaan. Tetapi harus diperhatikan jangan
sampai menciptakan konsentrasi pasar yang dapat menyebabkan harga
produk semakin naik dan mengancam pelaku bisnis berskala kecil. Hal ini
berarti ada tolak ukurnya untuk dapat dikatakan bahwa merger
menimbulkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Di
lain pihak, dilakukannya merger akan mengakibatkan adanya pihak-pihak
yang akan dirugikan sehingga itu perlu adanya perlindungan bagi pihak-
pihak yang bersangkutan.”13
yaitu: (1) menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang
dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, (2)
melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat, (3) melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan
terhadap kasus dugaan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh
Komisi sebagai hasil penelitiannya, (4) menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau
pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat dan (5) memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan
lainnya.
keterbatasan yang ada, namun sampai saat ini telah banyak meraih capaian kinerja
13
https://journal.unsika.ac.id/index.php/positum/article/download/499/pdf_1, Sudjana,
Merger Dalam Perspektif Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Berdasarkan UU
Nomor 5 Tahun 1999, Jurnal Hukum POSITUM Vol. 1, No. 1, Desember 2016, P-ISSN : 2541-
7185 - E-ISSN : 2541-7193, 2016, hal. 106.
seperti yang dipaparkan dalam Rencana Strategis Penyesuaian 2017-2019, seperti
Capaian dalam Penegakan Hukum Persaingan Usaha. Salah satu tugas utama KPPU
keberadaan KPPU telah menjadi sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari legal
framework Indonesia sehingga bisa menjadi sandaran kepastian hukum bagi para
pencari keadilan dalam kasus persaingan usaha. Sejak tahun 2000-2016, KPPU
telah menyelesaikan 342 total perkara dengan 245 diantaranya adalah perkara
tender. Dengan capaian perkara yang bersumber dari laporan sebanyak 288 perkara
perkara terkait keterlambatan notifikasi merger. Total nilai tender yang telah
diperiksa KPPU adalah senilai Rp. 33,1 Trilyun dan USD 142,5 Milyar. 14
Dibidang lain KPPU juga telah melakukan tugas dan wewenang sesuai
14
Ibid., hal. 3.
15
Ibid., hal. 5.
Kegiatan yang Dilarang dalam UU No. 5 Tahun 1999 Kegiatan yang
dilarang sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 1999 yang terjadi atau
mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, antara lain
meliputi: (1) Monopoli UU No. 5 Tahun 1999 Pasal 17 menyatakan bahwa pelaku
usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang
dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat. (2) Monopsoni Pasal 18 UU No. 5 Tahun 1999
menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
KPPU merupakan suatu organ khusus yang mempunyai tugas ganda selain
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Status hukumnya adalah sebagai
lembaga yang independen yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah
dan pihak lain seperti yang disebutkan pada pasal 30 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.16
Dari apa yang telah diuraikan di atas penulis akan mengkaji/meneliti tentang
INDONESIA”.
B. Perumusan Masalah
sebagai berikut:
Perundang-Undangan di Indonesia?
Di Indonesia?
16
Andi Fahmi Lubis et.a.l, Hukum Persaingan Usaha Teks dan Konteks, Creative Media,
Jakarta, 2009, hal. 331.
C. Tujuan Penelitian
dengan itu, adapun yang menjadi tujuan diangkatnya penelitian proposal tesis
adalah:
Penerbangan Di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
E. Kerangka Konseptual
pada yang dibahas dalam proposal penelitian ini, maka penulis memberikan
defenisi dari judul penelitian ini yaitu menurut Undang-Undang 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 1
Angka (1) bahwa Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha. Pasal 1 Angka (2) bahwa Praktek monopoli adalah
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa
tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum.
bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran
tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Keppres No. 75 Tahun 1999), Pasal 1 dan 2:
dengan Komisi. Pasal 2 adalah “Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan lembaga non struktural yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan
sesuai dengan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, meliputi: (a). penilaian
administratif. Pasal 6 (1) bahwa KPPU Dalam menangani perkara, anggota Komisi
bebas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain. Pasal 7, Untuk
F. Kerangka Teoritis
Menurut Bahder Johan Nasution dalam Bukunya Negara Hukum dan Hak
Asasi Manusia, banyak tulisan apa pendapat yang diuraikan dalam kepustakaan
hukum Indonesia, dikemukakan secara jelas pengertian yang diberikan oleh para
sarjana, antara lain Wiryono Projodikoro, “Negara hukum sebagai negara dimana
tugas kenegaraan terikat pada peraturan hukum yang berlaku”. Muhammad Yamin
mendefinisikan:
Menurut Sudargao Guatama bahwa paham “Negara hukum berasal dari ajaran
dimana alat-alat negaranya tunduk pada aturan hukum”. Pendapat ini di simpulkan
“Jika dicari initi dari pengertian Negara hukum yang dikemukakan oleh
sarjana Indonesia yang cukup terkemuka itu, tampaknya mereka semua
menekankan tentang tunduknya penguasa terhadap hukum sebagai esensi
Negara hukum. Esensi Negara hukum yang demikian itu menitikberatkan
pada tunduknya pemegang kekuasaan Negara pada aturan hukum.”17
lembaga negara tinggi negara yang dibentuk atas amanat dari Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maupun lembaga yang dibentuk
17
Bahder Nasution Johan, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, CV. Mondar Maju,
Bandung, 2018, hal. 1.
dewan yang bersifat khusus di dalam lingkungan pemerintahan, seperti Lembaga-
Lembaga Independen lain yang dibentuk berdasarkan UU, misalnya: lembaga yang
dinamamakan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang harus tunduk dan
2. Teori Kewenangan
Pendapat ini erat kaitannya dengan kewenangan yang dimiliki oleh KPPU
18
Sukamto Satoto, Pengaturan Eksistensi dan Fungsi Badan Kepegawaian Negara, CV.
Hanggar Kreator, Yogyakarta, 2004, hal. 115.
19
Ibid., hal. 115.
Wewenang dan kewenangan merupakan suatu otoritas yang diberikan oleh
dan tidak melakukan sesuatu dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Lembaga
yang diberi amanah dapat memilih untuk melaksanakan dan atau tidak
digunakan dalam arti yang sama, yaitu digunakan sejajar dengan istilah
bevoegdheid dalam konsep hukum public. Bagi pemerintah, dasar untuk melakukan
perbuatan hukum publik adalah adanya kewenangan yang berkaitan dengan jabatan
(ambt). Jabatan yang bertumpu pada tiga sumber, yakni atribusi, delegasi dan
Suatu organ dapat memperoleh wewenang baru dengan cara atribusi, dan
adalam MPR sebagai pembentuk UUD, DPR dan Presiden sebagai pembentuk
1945 yaitu “… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
20
Ibid., hal. 115.
21
Nur Basuki Minarno, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi Dalam
Pengelolaan Keuangan Daerah, Laksbang Mediatama, Surabaya, 2009, hal. 65.
22
Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah,
PT. Alumni, Bandung, 2004, hal. 35-36.
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
3. Teori Pengawasan
yaitu pengawasan” berasal dari kata awas, berarti antara lain “penjagaan”. Istilah
“pengawasan” dikenal dalam ilmu managemen dan ilmu administrasi yaitu sebagai
dan kontrol ekstern (external control). (1) Kontrol intern (internal control) adalah
pengawasan yang dilakukan oleh suatu badan/organ yang secara struktural adalah
yang dilakukan oleh pejabat atasan terhadap bawahannya secara hirarki. Bentuk
atau “built-in control”. (2) Kontrol eksternal (external control) adalah pengawasan
pemerintah dalam arti eksekutif. Misalnya, kontrol yang dilakukan secara langsung,
seperti kontrol keuangan yang dilakukan oleh BPK, kontrol sosial yang dilakukan
masa dan kelompok masyarakat yang berminat pada bidang tertentu, kontrol politis
yang dilakukan MPR dan DPR(D) terhadap pemerintah (eksekutif). Kontrol reaktif
yang dilakukan secara tidak langsung melalui badan peradilan (judicial control)
antara lain peradilan umum dan peradilan administrasi, maupun badan lain seperti
Persaingan dalam dunia usaha merupakan sesuatu yang hal yang wajar,
tanpa adanya persaingan maka ini akan mengarah kepada perbuatan yang
barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha. Dapat diartikan bahwa monopoli ada jika satu pelaku
usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai suatu produksi atau pemasaran
barang atau penggunaan jasa tertentu. Dengan kata lain, monopoli ada jika hanya
ada satu pelaku usaha yang memproduksi atau menjual suatu barang tertentu pada
23
Ibid., hal. 92.
24
B.N Maribun, Kamus Manajemen, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2003, hal. 276.
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan
kegiatan bisnis, harus bisa menghadapi persaingan usaha, hal ini terkadang lazim
terjadi dalam dunia bisnis. Maka oleh sebab itu terkadang diperlukan kekuatan atau
daya saing. Hal ini disebutkan juga oleh Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung:
“a) Daya saing produk-produk yang akan ditawarkan harus kualitas-nya bisa
bersaing dengan baik. b) Daya saing harga tidak mungkin memenangkan
persaingan jika produk-produk yang dimiliki sangat mahal harganya. c)
Daya saing marketing dunia marketing berbicara masalah pasarmaka hal
yang terpenting adalah bagaimana menarik konsumen untuk membeli
barang-barang yang telah diproduksi. d) Daya saing jaringan kerja
(networking) suatu bisnis tidak akan memiliki daya saing dan akan kalah
jika ‚bermain sendiri, dalam hal ini bermakna tidak melakukan kerjasama,
koordinasi dan sinergi dengan lembaga-lembaga bisnis lainnya di berbagai
bidang. 26
25
Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk Account Officer, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2008, hal. 260.
26
Hafidhuddin Didin dan Tanjung Hendri, Manajemen Syari’ah dalam Praktek, Gema
Insani Press, Cet I, Jakarta, 2002, hal. 44.
5. Teori Penerbangan.
adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat
keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
Ayat (2) Pesawat Terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara,
1) Angkutan udara bukan niaga Angkutan udara bukan niaga adalah angkutan
udara yang digunakan untuk melayani kepentingan sendiri yang dilakukan untuk
2) Angkutan udara dalam negeri Angkutan udara dalam negeri adalah kegiatan
angkutan udara niaga untuk melayani angkutan udara dari satu bandar udara ke
3) Angkutan udara luar negeri Angkutan udara luar negeri adalah kegiatan
angkutan udara niaga untuk melayani angkutan udara dari satu bandar udara di
dalam negeri ke bandar udara lain di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
4) Angkutan udara niaga Angkutan udara niaga adalah angkutan udara untuk umum
secara berjadwal dan/atau tidak berjadwal oleh badan usaha angkutan udara
niaga nasional dan/atau asing untuk mengangkut penumpang dan kargo atau
5) Angkutan udara perintis Angadalah kegiatan angkutan udara niaga dalam negeri
terpencil dan tertinggal atau daerah yang belum terlayani oleh moda transportasi
G. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian penulisan tesis ini, tipe penelitian yang digunakan adalah
yuridis normatif, atau juga sering disebut dengan penelitian hukum normatif.
terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder.”28 Dipilihnya tipe penelitian ini ditujukan guna mendapat hal-hal yang
bersifat teoretis : asas, konsepsi, doktrin hukum, serta isi kaedah hukum yang
Indonesia.
yuridis normatif, oleh karena itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
27
Agus Pramono, Dasar-dasar Hukum Udara dan Ruang Angkasa, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2011, hal. 8.
28
. Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Cetakan Ke-II, CV.Mandar
Maju, Bandung, 2016, hal. 97.
adalah Adapun pendekatan (approach) yang digunakan dalam penelitian tesis ini,
dan sesuai dengan rumusan masalah sebagai objek penelitian yang dibahas dan
Dalam penelitian ini pengumpulan bahan hukum baik bahan hukum primer
maupun bahan hukum sekunder dilakukan dengan cara menggunakan sistem kartu
2005
2005.
2011.
ini juga dari Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2019 tentang Tata
Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan terhadap Putusan KPPU, dan
primer seperti:
1. Peraturan KPPU Nomor 1 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penanganan Perkara
2. Peraturan KPPU Nomor 2 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja
4. Peraturan KPPU Nomor 4 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pengawasan dan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 01 Tahun 2015 tentang Tata Cara
6. Peraturan KPPU Nomor 01 Tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
KPPU
dan Tata Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha, dan Peraturan serta
b. Bahan hukum sekunder yaitu, bahan hukum yang memberikan penjelasan atas
negara dan hukum Administrasi Negara dan bidang hukum lainnya yang
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa: kamus
menilai dan melakukan evaluasi semua yang berhubungan dengan KPPU baik
berupa hukum positif, juga yang berbentuk Risalah dan atau kesepakatan.
F. Sistimatika Penulisan
Tulisan ini terdiri dari lima bab, tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab dan
gambaran yang lebih jelas mengenai pembahasan tesis ini, akan dikemukakan
Bab II. Bab ini mengenai pembahasan Tinjauan Pustaka, terdiri atas tinjauan
Bab III. Bab ini merupakan pembahasan, bentuk Kewenangan Komisi Pengawas
permasalahan yang ada dalam bab I dengan menggunakan teori yang ada
dalam bab I dengan menggunakan teori yang ada dalam bab II. Bab ini
merupakan bab pembahasan dari hasil pembahasan yang ada dalam bab
III.
Bab V. Merupakan Bab penutup, yang berisi kesimpulan dan saran-saran, Bab
saran dari hasil pembahasan yang ada pada bab III, dan bab IV.