FILSAFAT HUKUM
Dosen :
Prof. Dr. Basuki Rekso W, SH., MS.
Oleh:
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM
Jakarta
2021
0
DAFTAR ISI
BAB I
1
BAB I
PENDAHULUAN
mempunyai peran yang cukup besar, yaitu sebagai lembaga yang menegakan
memungkinkan terciptanya kekuatan pasar yang tersebar dan tidak dikuasai oleh
suatu negara berkembang, maka hal yang harus dilakukan adalah, melakukan
Barat pada tahun 1700, yang dicangkokan adalah sistem (baik itu sistem hukum,
sistem ekonomi, maupun sistem politik) yang digunakan oleh negara maju seperti
1
Menurut R.Subekti dan R. Tjitrosoedibio, pengertian peradilan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan tugas Negara untuk menegakkan hukum dan keadilan. Lihat : Sjachran
Basah, Mengenal Peradilan di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 9
2
Emmy Simanjuntak, “Analisis Hukum Ekonomi Terhadap Hukum Persaingan”, Makalah,
Penataran Hukum Perdata & Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
23-30 Agustus 1999, hlm. 5.
2
negara-negara di Eropa Barat. Cara ini dinamakan Legal Transplant
(Transplantasi Hukum).3
asing dan kemudian melakukan modifikasi terhadap hukum asing tersebut. Selain
itu, hukum akan efisien jika secara substansi, hukum dapat mempromosikan
alokasi yang efektif atas semua sumber daya ekonomi (kepada pasar). Di sisi lain,
segala aspek kehidupannya, baik sosial, politik, budaya serta peranannya dalam
disatu pihak dan tidak terbatasnya permintaan atau kebutuhan akan sumber
ekonomi dilain pihak, agar dapat mencegah timbulnya konflik antara sesama
5
Richard A. Posner, Creating A Legal Framework, Dikutip dari Ahmad kaylani, Negara dan Pasar
dalam Bingkai Kebijakan Persaingan, Cetakan Pertama (Jakarta : Komisi Pengawas Persaingan
Usaha, 2011), hlm 21-22.
6
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dalam Teori dan Praktik serta
Penerapan Hukumnya, Cetakan Pertama (Jakarta : Kencana, 2012), hlm 1-2.
3
dengan tepat. Persaingan atau Competition oleh Webster dijabarkan sebagai “... a
struggle or contest between two or more persons for the same object.” Dengan
mengungguli dalam banyak hal.7 Oleh karena itu, sebagai sebuah bentuk
dunia pada era globalisasi, maka keterlibatan negara perlu didukung oleh suatu
usahanya se-efisien mungkin agar bisa menjual barang dan/ atau jasa dengan
lomba untuk paling efisien dalam rangka bersaing dengan pelaku usaha yang lain,
maka pada gilirannya konsumen bisa memilih alternatif terbaik bagi barang
dan pihak lain, serta berwenang melakukan pengawasan dan menjatuhkan sanksi.
7
Munir Fuady, Hukum tentang Akuisisi, Take Over dan LBO, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2014), hlm. 92.
8
Farid Ibrahim Suhandi, Kebijakan Pre-Merger Notification Badan Usaha Sebagai Penegakan
Hukum di Era Revolusi Industri 4.0, UKM Lex Scientia, Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang, Hlm 133.
9
Togar Tandjung, Law and Market Economy, https://lawmark.wordpress.com., Diakses pada
tanggal 24 Januari 2021.
4
Sanksi tersebut berupa tindakan administratif, sedangkan sanksi pidana
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU dalam pelaksanaan
tugas lembaga negara pokok yaitu lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. 12
pelengkap dari lembaga negara utama. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa
lahirnya KPPU tidak serta merta meniadakan peran lembaga negara utama dalam
kesejahteraan konsumen dan pelaku usaha sendiri, serta sebagai bentuk usaha
10
Susanti Adi Nugroho.,Op.Cit., hlm 542.
11
Alum Simbolon, “Kedudukan Hukum Komisi Pengawas Persaingan Usaha Melaksanakan
Wewenang Penegakan Hukum Persaingan Usaha”, Jurnal Mimbar Hukum Edisi No. 3 Vol. 24
(2012), hlm 540.
12
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Cetakan
Kedua (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), hlm 24.
13
Rio Satriawan et. al., Analisis Kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, GEMA Tahun XXVII/50/Pebruari - Juli 2015, hlm 1719.
14
Rizki Tri Anugrah Bhakti, “ANALISIS YURIDIS DAMPAK TERJADINYA PASAR OLIGOPOLI
BAGI PERSAINGAN USAHA MAUPUN KONSUMEN DI INDONESIA”, Jurnal Cahaya Keadilan
3, no. 2: HLM. 64-78, 73.
15
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm.
91-93.
5
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat memuat tiga kategori tindakan yang dilarang
yaitu perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang, dan juga posisi dominan.
yang tidak dapat dilakukan oleh pelaku usaha yaitu oligopoli, penetapan harga,
Secara umum alat perlengkapan negara yang berupa state auxiliaries atau
ada melalui cara membentuk lembaga baru yang lebih spesifik. Masalah
6
Indonesia.18 Penegakan hukum pada persaingan usaha merupakan salah satu
kewenangan KPPU.19
bentuk komisi. Bentuk komisi yang dipakai oleh beberapa negara di dunia juga
pembuat kebijakan dalam bidang persaingan usaha. Para pihak dalam hal
ini dapat mengajukan banding pada pengadilan. Model pertama ini dipakai
Putusan ini juga dapat diajukan banding. Model ini dipakai oleh Jerman
dan Italia.
18
Ni`matul Huda, Sengketa Kewenangan Lembaga Negara dalam Teori dan Praktik di Mahkamah
Konstitusi, Cetakan Pertama (Yogyakarta : UII Press, 2016), hlm 73-74.
19
Jimly Asshidiqie dalam Andi Fami Lubis, Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan Konteks
(Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2009), 312
20
Kurnia Ditha Wiradiputra dan Freddy Harris, Pengantar Hukum Persaingan Usaha, Dikutip dari
I Made Sarjana, Prinsip Pembuktian dalam Acara Persaingan Usaha, Cetakan Pertama (Sidoarjo :
Zifatama Publisher, 2014) hlm 33-34.
7
4. Model keempat yang dipakai oleh Amerika Serikat, kewenangan
model yang kedua, KPPU merupakan lembaga yang bebas dari intervensi
berlaku, tidak asal meniru dan mengambil model lembaga persaingan usaha milik
negara maju.
Pada dasarnya dapat dikemukakan alasan dari segi filosofis dan juga
sosiologis dari pembentukan KPPU ini. Salah satu alasan filosofis dari
diperlukan suatu lembaga yang mendapat kewenangan dari negara. Adapun alasan
citra pengadilan didalam memeriksa dan mengadili suatu perkara. Selain itu dunia
usaha membutuhkan penyelesaian yang cepat dan bersifat rahasia. Oleh karena itu
21
Rio Satriawan, Rony Setyawan dan Taufik Dwi Paksi, “Analisis Kedudukan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia,” GEMA 27, no. 50 (2015): 1719-
1731, 1723
8
hukum agar terjadi penyelesaian yang efektif terwujud.22 KPPU terdiri dari
seorang Ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua mernagkap anggota dan
Salah satu peran hukum sebagai alat kontrol pembangunan adalah untuk
Meksiko, dan Selandia Baru) karena dianggap efektif dan tidak kontraproduktif
Pada sisi lainnya, instrumen pengaturan kebijakan struktur digunakan oleh negara-
negara yang telah masuk dalam kategori negara industri maju, guna mengawasi
ketatnya persaingan dalam negeri. Pola pengaturan persaingan usaha seperti itu
9
dasarkan pada teori dan ahli hukum negara masing-masing dalam menentukan
mengungkap kasus persaingan usaha tidak sehat, tentunya lembaga ini harus
dibekali dengan kewenangan khusus dalam menindak pelaku usaha yang di duga
dan penyitaan.
pelaku usaha dan tempat-tempat dan lain yang relevan untuk menggeledah
mendadak di tempat-tempat pelaku usaha dan dapat memaksa pelaku usaha untuk
person affected by the seizure shall be informed thereof without delay”. 29 Hal ini
27
Masahiro Murakami, The Japanese Antimonopoly Act 2003, Dikutip dari Andi Fahmi Lubis, et.
al., Hukum Persaingan Usaha Antara teks & Konteks, (Jakarta: ROV Creative Media,2009) hlm
320.
28
Gesetz gegen Wettbewerbsbeschränkungen Pasal 58 ayat (1).
29
Terjemahan : Lembaga persaingan dapat mengambil objek yang mungkin penting sebagai bukti
di penyelidikan. Orang yang terkena dampak penyitaan harus diberitahu tanpa penundaan.
10
diatur dalam Gesetz gegen Wettbewerbsbeschränkungen (GWB) / German Act
Berdasarkan uraian diatas, perlu dikaji, apakah KPPU juga harus diberikan
kewenangan serupa atau sudah cukup dengan kewenangan yang ada, Kewenangan
penggeledahan dan penyitaan merupakan tugas penyidik, oleh karena itu KPPU
usaha yang semakin kompleks dan rumit tentunya perlu mendapat perhatian
dan penguatan kelembagaan KPPU untuk mewujudkan iklim usaha yang sehat.
Hukum persaingan usaha memang bersifat khusus karena memiliki lingkup yang
30
Gesetz gegen Wettbewerbsbeschränkungen (GWB) / German Act against Restraints of
Competition adalah Undang-Undang Persaingan Usaha yang dimiliki oleh Jerman
31
Ibid. hlm. 540
11
Tahun 1999 mengatur tata cara penanganan perkara penegakan hukum persaingan
Pengawas persaingan usaha dapat melakukan secara pro aktif atau dapat
pasar sangat erat kaitannya dengan pemilikan posisi dominan dan kekuatan pasar
apabila pelaku usaha, baik secara sendiri maupun bersama-sama, tidak memiliki
terobosan untuk membentuk Mobil Nasional, serta instrumen tataniaga jeruk serta
32
Lihat Pasal 38 sampai 46 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
33
Rahmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Graha Media Pustaka
Utama, 2004), hlm. 110.
34
Irwan Sugiarto, "Perspektif Ilmu Ekonomi dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Terhadap Diskriminasi Harga,"
Jurnal Wawasan Hukum Volume 33 Nomor 2 (September Tahun 2015), hlm. 169.
35
Sudirman Said, Mencegah Kebangkrutan Bangsa Pelajaran dari Krisis, (Penerbit: Masyarakat
Transparansi Indonesia (MTI), Jakarta, 2003), hlm. 6.
12
dikuasai oleh satu orang atau satu kelompok, sehingga harganya dapat
dikendalikan.36
membawa angin baru bagi regulasi persaingan usaha di Indonesia yang selama ini
tersebar dalam berbagai regulasi, namun di satu sisi juga melahirkan suatu
kewenangan KPPU yang belum maksimal. Sebagai lembaga yang memiliki fungsi
memutus.38
menjatuhkan sanksi yang terlepas dari pengaruh pemerintah dan pihak lain.
tertuang dalam Undang-Undang Anti Monopoli yang mana terdapat dalam Pasal
dibahas di DPR, perlu dikaji secara mendalam, bagaimana kinerja KPPU beberapa
36
Hermansyah, Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), hlm.3.
37
Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Cetakan ke-2, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2004), hlm.
93-94.
38
Muh.Risnain, “Kedudukan Lembaga Quasi Peradilan dalam Sistem Peradilan Indonesia :
Komisi Pengawas Persaingan Usaha” Vol.2
39
Jimly Asshiddiqie, , Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (Jakarta:
Gramedia, 2007), Hal. 23.
13
tahun terakhir, apa kendala yang sering ditemui, serta apa saja kewenangan yang
perlu ditambahkan kedepannya untuk KPPU. Sampai saat ini poin-poin yang
2. Denda maksimum sebesar 30% dari keuntungan kartel bagi pelaku usaha
5. Pengadopsian Leniency.
terkait suatu badan peradilan.42 Sebagai pengawas UU No. 5 Tahun 1999, KPPU
40
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt575805e2373f0/“uu-persaingan-usahadiubahpahami-
lima
fokus-revisi” Akses 3 Septermber 2020.
41
Leniency merupakan program yang mirip dengan Justice Collaborator, Justice Collaborator
merupakan salah satu pelaku tindak pidana tertentu, mengakui yang dilakukannya, bukan pelaku
utama dalam kejahatan tersebut. serta memberikan keterangan sebagai saksi didalam proses
peradilan, dalam
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4fb7bff86349a/“perbedaan_iwhistleblower-i
danijusticecollaborator-i”, Akses 3 September 2020.
42
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2014), hlm. 546.
14
memiliki peran penting didalam bidang hukum terkait persaingan usaha yang
meliputi:43
b. Penyusunan peraturan.
d. Pelaksanaan peraturan.
Tugas dan fungsi terpenting dari KPPU adalah dalam hal menjatuhkan
yang disertai pemberian sanksi untuk pelanggar. Putusan yang dijatuhkan KPPU
bersifat Final and binding, namun apabila pihak pelanggar merasa keberatan
sebagai upaya hukum di Pengadilan Negeri atau dilanjutkan oleh yang dikalahkan
ke Mahkamah Agung.
Republik Indonesia Tahun 1945 telah memberikan ruang bagi terciptanya badan-
hukum persaingan usaha. Secara sederhana state auxiliary organ adalah lembaga
negara yang dibentuk diluar konstitusi dan merupakan lembaga yang membantu
43
Berli Yudiansah, Fungsi Komisi Pengawas Persaingan Usaha dan Larangan Praktik Monopoli,
Indonesian Private Law Review, Fakultas Hukum, Universitas Lampung, Volume 1, Hlm. 80
44
Lihat Pasal 24 Ayat (3) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
15
pelaksanaan tugas lembaga pokok negara (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif).45
Lembaga negara yang dibentuk diluar konstitusi juga sering disebut dengan
semu negara menjadi penting sebagai upaya rensponsif bagi negara – negara yang
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat merupakan salah satu instrumen
kesempatan berusaha yang sama bagi semua pelaku usaha.47 Undang - Undang ini
sebagai implementasi semangat dan jiwa dari Undang - Undang Dasar Negara
peraturan pelaksananya dapat berjalan efektif sesuai asas dan tujuannya, maka
banyak negara menganut pasar bebas, di mana pelaku usaha “secara bebas” dapat
sekaligus efisien. Kebebasan pasar dalam sistem ini tidak jarang membuat pelaku
45
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
(Jakarta: Konpres, , 2008). hlm. 24
46
Jimly Asshidiqie dalam Andi Fami Lubis, dkk, Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan
Konteks, (Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2009), hlm. 312.
47
Hermansyah, Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha, cet. 1 (Jakarta :Prenada Media Group,
2008), hlm. 8.
16
pasar (market structure) yang bersifat monopolistik atau oligopolistik merupakan
perwujudan dari kondisi persaingan usaha yang tidak sehat. 48 Kepemilikan dan
Sejak berdirinya AFTA (Asean Free Trade) dan APEC (Asia Pacific
untuk ikut serta dalam lingkaran perdagangan regional dan internasional terutama
merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perdagangan global dalam tatanan
dan kesatuan ekonomi dunia tanpa batas.50 Oleh karena begitu pentingnya
seperti Magna Charta bagi free enterprise untuk menjaga kebebasan ekonomi dan
sistem fre enterprise atau seperti halnya Bill of Rights bagi Hak Asasi Manusia
48
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha Teori dan Praktiknya di IndonesiaI (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 1
49
Mashur Malaka, Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha, Jurnak Syariah dan Ekonomi Islam
STAIN Kendari Vo. 7 No. 2 (Juli 2014, hlm. 40.
50
Mohammad Taufik Makarao, dan Suharsil, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 3
51
Sutan Remi Sjahdeini, Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Jurnal
Hukum Bisnis, vol. 10, 2000.
17
persaingan usaha tidak sehat telah memberikan banyak manfaat. Banyak
kebiasaan yang menunjukan bahwa perilaku dunia usaha cukup banyak berubah
pencapaian positif yang dicapai KPPU tersebut, harus diakui juga bahwa perkara-
terkait kartel. Ketentuan kartel dalam UU No. 5 Tahun 1999 diatur dalam Pasal 5
dari total 272 perkara yang telah diputus oleh KPPU. Melihat jumlah perkara
kartel di luar persekongkolan yang telah diputus oleh KPPU tersebut, jumlah
perkara yang ditangani oleh KPPU sebanyak 25 dapat dikatakan tidak signifikan
dilakukan selama rentang waktu 15 tahun. Hal ini mengingat laporan dugaan
52
Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan Perkembangannya,
CICODS (Centre for Intellectual Property, Competition, and Dispute Settlement), (Fakultas
Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2009), hlm. 37.
53
Selama ini KPPU telah menerima ratusan laporan dugaan persekongkolan tender, menahan
pasokan dan kartel di beberapa komoditas dengan pola yang mirip satu sama lain. Lihat
Muhammad Syarkawi Rauf, 2013, “Kartel dan Negara Gagal”, Bisnis Indonesia, 12 September
2013. Di tahun 2016 ini, terdapat juga beberapa perkara kartel yang telah diputusa oleh KPPU,
diantara kartel ayam, tanggal 13 Oktober 2016, Nomor Perkara 02/KPPU-I/2016, pelanggaran
terhadap Pasal 11 UU No. 5 Tahun 1999. SeLin itu, juga terdapat dugaan pelanggaran Pasal 5 UU
No. 5 tahun 1999 dalam Industri Sepeda Motor Jenis Skuter Matik 110-125 CC di Indonesia oleh
dua produsen besar (Yamahan dan Honda) dengan Nomor Perkara 04/KPPU-I/2016.“KPPU Gelar
Sidang Perdana Dugaan Kartel Motor Matic”, http://finance.detik.com/beritaekonomi-bisnis/d-
3292654/kppu-gelar-sidang-perdana-dugaan-kartel-motor-matic, diakses 12 januari 2020.
18
hingga Februari 2015 (selama empat tahun), telah berhasil memutuskan perkara
pada tahun 2012, dengan nilai denda mencapai Rp. 21,3 triliun.54
kebutuhan manusia yang sifatnya tidak terbatas dengan barang dan jasa yang
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan/atau Persaingan Usaha Tidak Sehat
Black law dictionary mengartikan kartel adalah suatu kerja sama dari
penjualan dan harga untuk melakukan monopoli terhadap komoditas atau industri
tertentu.57
kebijaksanaan atau tindakan dinilai baik secara moral kalau hanya mendatangkan
manfaat besar bagi orang sebanyak mungkin.58 Teori tersebut dipelopori oleh
54
Chandra Setiawan, “Memberantas Kartel: Menghadapi Perlawanan”, dalam Komisi Pegawas
Persaingan Usaha, Komitmen dari Harmoni, Lima Belas Tahun Implementasi Kebijakan
Persaingan Usaha di Indonesia, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Jakarta, hlm. 152.
55
Serge Christope Kolm, Modern Theories of Justice, (London : The MIT Press, Cambridge,
Massachusetts, 1996), hlm. 3. Lihat juga Michael Dua, Filsafat Ekonomi : Upaya Mencari
Kesejahteraan Bersama, (Yogyakarta : Kanisius, 2008), hlm. 11.
56
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia,(Jakarta: Kencana, 2012), hlm.
176.
57
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta :Sinar Grafika,2013), hlm.
283
58
A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm.
93- 94. Utilitarisme berasal dari kata Latin utilities yang berarti “manfaat”
19
Jeremy Bentham dan selanjutnya dikembangkan oleh John Stuart Mill. Betham
kebahagiaan kelompok itu, atau dengan kata lain meningkatkan atau melawan
kebahagiaan itu.59
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa UU No. 5 Tahun 1999 yang berfungsi
sebagai code of conduct mengarahkan pelaku usaha untuk bersaing secara sehat.
(IMF) dengan Negara Indonesia pada tanggal 15 Januari 1998. Dalam perjanjian
US$ 43 miliar yang bertujuan untuk mengatasi krisis ekonomi dengan syarat
Indonesia melaksanakan reformasi ekonomi dan hukum ekonomi tertentu. Hal ini
No. 5 Tahun 1999. Sejak tahun 1989, telah terjadi diskusi intensif di Indonesia
mengenai perlunya suatu Undang – Undang yang bertitik fokus pada persaingan
59
Verry Iskandar, Jurnal Persaingan Usaha, Edisi 5 Tahun 2011, Hlm. 11
60
Lihat Pasal 2 dan 3 UU Nomor 5 Tahun 1999, Pasal 2 mengatur mengenai asas UU yang
menyatakan bahwa: Pelaku Usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan
demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum. Sedangkan Pasal 3 mengatur mengenai tujuan UU yang menyatakan bahwa
salah satu tujuan pembentukan undang-undang ini adalah untuk menjaga kepentingan umum dan
meningkatkan efisiensi nasional sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.
20
usaha. Dalam kurun 10 tahun timbul konglomerasi dari pelaku usaha yang
dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan the Trade Practices Act 1974 dan
peraturan peraturan yang lain. ACCC mempunyai seorang ketua, wakil ketua,
anggota komisi tetap, anggota komisi yang diangkat secara ex officio dan
Komisi ini berisi anggota full time dan atau associate dan ex officio commisioners
yang mempunyai keahlian dalam bidang bidang tertentu. Komisi ini bertemu
Selain Monopoli dan Kartel ada bahasa lain yang digunakan oleh Undang -
Undang No. 5 Tahun 1999 yakni oligopoli. Pasar oligopoli adalah pasar yang
terdiri dari hanya beberapa produsen saja. Ada kalanya pasar oligopoli terdiri dari
dua perusahaan saja, yang dinamakan pasar duopoli. Cara untuk mengetahui pasar
standar atau barang berbeda corak. Kekuasaan menentukan harga ada kalanya
61
Andi Fahmi Lubis, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, (Jakarta : ROV
Creative Media, 2009), hlm. 12
62
The Australian Competition and Consumer Commission, Roles and Activities, 2 Mei 2009.
63
Mustafa, Kamal Rokan, op.cit., hlm. 12
21
KPPU memiliki kewenangan dalam proses pemeriksaan hingga pemberian
putusan. Eksistensi KPPU mulai disegani oleh para pelaku usaha. KPPU sebagai
Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan KPPU bukan sebagai penegak
hukum dibidang pidana seperti polisi, jaksa dan hakim yang memiliki upaya paksa
persaingan usaha berada dalam kewenangan KPPU, akan tetapi bahwa tidak ada
lembaga lain yang berwenang menangani perkara monopoli dan persaingan usaha
juga tidak benar. Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung (MA) secara
perkara pidana karena tidak dijalankannya putusan KPPU yang sudah in kracht.
Persaingan Usaha, akan tetapi KPPU bukan lembaga peradilan khusus persaingan
64
Isis Ikhwansyah, Hukum Persaingan Usaha Dalam Implementasi Teori dan Praktik (Bandung:
UNPAD PRESS, 2010), hlm. 12
65
Rai Mantili, Hazar Kusmayanti, Anita Afriana, "Problematika Penegakan Hukum Persaingan
Usaha di Indonesia dalam Rangka Menciptakan Kepastian Hukum," PJIH: Padjadjaran Jurnal Ilmu
Hukum, Volume 3 Nomor 1 (Tahun 2016), hlm. 118.
66
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis: Anti Monopoli, Cetakan Kedua,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2000), hlm. 53.
22
nya pun bersifat administratif.67 Kedudukan KPPU berdasarkan Undang – Undang
No. 5 Tahun 1999 adalah sebagai lembaga publik, penegak dan pengawas
penjatuhan sanksi, dan lain sebagainya. KPPU tidak memiliki daya paksa
persaingan usaha tertutama dari sisi hukum acara tentu harus dikaji ulang secara
komprehensif.69
penegakan hukum persaingan usaha yang ekfektif, yang berakibat tidak saja pada
kepastian hukum, tetapi juga berpengaruh pada faktor ekonomi dan politik. 70
Penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia saat ini dapat dikatakan masih
jauh dari konsep negara hukum (rechtstaat).71 Penegakan hukum itu sendiri dapat
ditinjau dari dua sudut, yaitu dari sudut subjeknya dan dari sudut objeknya. Dari
sudut subjeknya penegakan hukum persaingan usaha terdapat pada KPPU, PN,
67
Dewa Ayu Reninda Suryanitya, Ni Ketut Sri Utari, Kedudukan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU) Sebagai Lembaga Pengawas Persaingan Usaha Yang Independen, Jurnal Kertha
Semaya, Vol. 04, No. 03, April 2016, Udayana, Denpasar
68
Hermansyah, op.cit., hlm. 75.
69
Johnny Ibrahim, op. cit., hlm. 1.
70
Rai Mantili, Hazar Kusmayanti, Anita Afriana, op.cit., hlm. 119.
71
Rechtstaat sebenarnya menitikberatkan pada sistem hukum yang ada pada suatu negara. Lihat
Philipus M. Hadjon, sebagaimana dikutip Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi
Indonesia. Cetakan keempat. (Jakarta, Kencana, 2012), hlm. 21.
23
KPPU dalam menjalankan tugasnya diberi kewenangan menerima laporan
pemeriksaan serta menyimpulkan ada tidaknya praktik monopoli dan atau usaha
persaingan tidak sehat. KPPU bahkan dapat memutuskan ada tidaknya kerugian
dari pelaku usaha lain atau masyarakat serta meminta bantuan penyidik untuk
membuktikan adalah memberikan kepastian yang layak menurut akal tentang: (a)
apakah hal yang tertentu itu sungguh-sungguh terjadi dan (b) apa sebabnya
pemeriksaan KPPU terdiri dari keterangan saksi, keterangan ahli, surat dan atau
KPPU pada prinsipnya sama dengan ketiga negara tersebut, walaupun pada
72
Munir Fuadi, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1999), hlm. 37.
73
Policyrountables :Prosecuting Cartels without Direct Evidence, Global Forum OCDC
(Organization for Economic Co-operation and Development), 2006, hlm. 5.
74
Lihat Pasal 42 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
24
dibanding KPPU.75 Begitu juga dengan Australia yang memiliki kewenangan
untuk memasuki tempat manapun dan untuk memeriksa tempat manapun dan
untuk memeriksa dokumen yang dimiliki atau dikuasai oleh seorang dan
terhadap suatu objek apabila hal tersebut dianggap perlu untuk kepentingan
agama, peradilan militer, tata usaha negara, dan oleh Mahkamah Konstitusi.79
lembaga quasi judisial diatur dalam bab tersendiri dengan judul bab “Badan-
25
lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang
– Undang.80
Dalam konteks KPPU pelaku usaha yang tidak menerima putusan KPPU
upaya hukum yang ditempuh oleh pelaku usaha diajukan ke lingkungan peradilan
umum. Hal ini merupakan suatu pertentangan dalam tata cara penanganan perkara
persaingan usaha, terutama berkenaan peran peradilan saat ada keberatan terhadap
mengadili, dan memutus perkara pidana dan perdata sesuai dengan ketentuan
sengketa niaga seperti kepailitan, HKI, Pengadilan niaga yang dimaksud oleh
pengadilan niaga berada dilingkungan peradilan umum, maka tidak ada posisi
80
Jimly Asshidiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (Jakarta: BIP,
2007), hlm. 511.
81
Siti Anisah, “Permasalahan Seputar Tata Cara Pengajuan Keberatan terhadap Putusan
KPPU”, Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis, vol 24, No.2 2005, hlm. 4
82
Telah ditetapkan menjadi Undang-Undang oleh Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 yang
telah diganti menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2007 tentang Kepailitan.
26
Keputusan yang dihasilkan KPPU bersifat mengikat, tetapi tidak final,
atas putusan KPPU kepada Pengadilan Negeri tempat terlapor berdomisili, bahkan
segala sesuatu yang bertalian dengan tugas hakim dalam memutus perkara, baik
ditaatinya hukum.85
83
Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Edisi
Ke-2, (Bandung : Alumni, 1997) hlm.39
84
Suparto, Pemisahan Kekuasaan, Konstitusi dan Kekuasaan Kehakiman yang Independen
Menurut Islam, Jurnal Selat, Volume 4 Nomor 1, 2016, Hlm. 123.
85
Sudikno Mertokusumo, Sejarah Peradilan dan Perundang-undangannya di Indonesia sejak
1942 dan apakah kemanfaatannya bagi kita bangsa Indonesia. (Bandung: Kilat Maju, 1971), hlm.
2.
27
Dengan status KPPU sebagai lembaga quasi peradilan sesungguhnya
kewenangan untuk menegakan putusan KPPU itu sendiri. Pasal 30 ayat (3) 86
86
KPPU bertanggungjawab kepada Presiden
87
Bagir Manan, Hukum Positif Indonesia : Suatu Kajian Teoritik, (Yogyakarta: FH UII Press,
2004), hlm. 50.
28
1.2 Rumusan Masalah
2015-2020?
29
usaha, selain itu dengan adanya tulisan ini penulis berharap dapat
masyarakat.
dan landasan bagi penulis lanjutan dan praktisi hukum, serta dapat
30
swasta yang menentukan. Penggalangan tersebut dapat dilakukanoleh
c. Posisi dominan;
merupakan conditio Sine Quanon pasar bebas. Teori ekonomi pasar murni
atau pasar bebas pertama kali diungkapkan oleh Adam Smith. 91 Apabila
untung sendiri. Dalam hal ini, seperti juga dalam hal lain ia dituntun oleh
Segala campur tangan negara tersebut dikritik dan ditolak oleh aliran
90
Hal ini diatur didalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut UU Monopoli) pada Pasal 4.
91
Adam Smith lahir di Kirckcaldy, Skotlandia Tahun 1723, dekat Edinburgh. Adam Smith
dianggap sebagai pendiri aliran ekonomi klasik. Lebih jauh lihat George Soule, Tcleas Ideas of
The Great Economist, dialihbahasakan oleh T. Gilarso, Pemikiran Para Pakar Ekonomi
Terkemuka, (Jogjakarta:Kanisius, 1994), hlm. 52-55. Nail MacCormick, "Adam Smith on Law",
Valparaiso University Law Review, (Vol. 15, 198 l), hlm. 244-245.
92
George Soule, Ibid, hlm. 57.
31
tidak terjadi suatu perilaku yang merugikan (harm) yang dilakukan oleh
pelaku pasar.93
93
A. Sonny Keraf, Pmar Bebas, KeadiIan, dan Peran Pemerintah . (Jakarta: Prisma, 9 September
1995), hlm. 199 sebagaimana dikutip oleh Ridwan Khairandy, lkrikad Baik dalam Kebebasan
Berkonfrak, (Jakarta:Progarn Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), him.
226-227.
94
Karen S. Fishman, C:on.sumer Tm, dalam Donald P. Rothschild&David W. Carroll, Consumer
Protection, hlm 3, sebagaimana dikutip Inosentius Samsul, Yerlindungan Konsumen:
Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab Mutlak, (Jakarta:Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2004)., hlm.26-27
95
Laissez faire merupakan salah satu pandangan dari ekonom klasik yang mempengaruhi teori-
teori perubahan sosial dikemudian hari. Lebih lanjut lihat Mansour Fakih, Runtuhnya Teori
Pembangunan dan Globalisasi, (Jogjakarta: Insist Press, cetakan pertama, bekerjasama dengan
Pustaka Pelajar, 2002), hlm.46. Prinsip laissez faire bukan suatu prinsip mutlak karena prinsip ini
dibatasi atau dikendalikan oleh prinsip tidak memgikan orang lain. Artinya, atas dasar tidak ikut
carnpur, setiap orang memang dibiarkan untuk melakukan apa saja yang ia kehendakai. Tetapi, ini
tidak berarti bahwa ia dibiarkan melakukan apa saja sesuka hatinya. Ini bukan merupakan prinsip
"apa saja boieh". Karena pada tempat pertama setiap orang dikendalikan dan dibatasi oleh prinsip
tidak merugikan orang lain dibawah pengawasan sebagai wasit yang adil.
32
campur tangan pemerintah tetapi pada tingkat yang seminimal mungkin.96
barang tidak selalu tepat sama dengan nilai riil. Apabila permintaan dan
penawaran pada harga berada dalam keseimbangan, maka itu artinya pada
efektif tidak berjalan, dan jika produksi dan pengembangan nilai-nilai serta
96
Luiz Muniz Arguelles, "A Theory on The Will Theory: Fredoom of Contract in Historical and
Comparative Perspective",Revista Juriclica De La Uiniversidad De Puerto Rico, hlm. 254.,
sebagaimana dikutip oleh Ridwan Khairandy, op.cit., hlm.66.
97
Arie Siswanto, Hukum Persaingan Ilsaha,(Jakarta: Ghalia Indonesia,2002), hlm. 21.
98
Ibid. hlm 56
99
Jadi orang akan memperoleh keuntungan dari pasar bebas, karena setiap orang dapat
memperoleh apa yang ia butuhkan pada harga yang paling rendah, dengan dernikian setiap orang
akan melakukan kegiatan apa yang menurutnya paling baik dilakukan, dan sumber-surnber
produktif akan dibagi-bagikan sesuai dengan kebutuhan para konsumen, Ibid., hlm 56.
100
Mubyarto menjelaskan bahwa dalam Sistem Ekonomi Pasar Sosial (SEPS), justru memerlukan
pemerintah yang kuat dan haws melakukan campur tangan ("menguasai") jika benarbenar
diperlukan. Lebih jauh lihat Mubyarto, Membangun Sisrem Ekonomi, (Jogjakarta:BPFE, 2000).,
hlm. 84.
33
Persaingan efektif memerlukan perlindungan usaha dan dorongan
alokasi sumber daya yang optimal, dan produktivitas, yang juga optimal. 101
bagi persaingan bebas dan fair. Ini tidak berarti pasar menerima dan
dibawah keadilan yang fair bagi semua pihak tanpa pandang bulu.102
oleh pasar, atau yang dapat disediakan oleh pasar secara tidak teratur.
praktik persaingan tidak sehat dan monopoli didalam pasar dimana pelaku
34
sebab pasar dapat didefinisikan baik secara sempit maupun luas. 105 Dalam
ilmu ekonomi, maka sebagai langkah pertama yaitu definisi dari pasar
negara dalam bidang ekonomi, yaitu terkait sejauh mana negara boleh ikut
kesejahteraan rakyat.
pada masa lalu. Mereka yang termasuk kiri lama selalu mengatakan
salah satu dari tiga asas penting yang dibutuhkan dalam rangka pembinaan
cita hukum dari asas- asas hukum Nasional ditinjau dari aspek Hukum
105
Neil B. Cohen dan Charles k Sullivan, "The Hedindahl-Heriscman Index and The New
Antitrust Merger Guidelines: Concentrating on Concentration," 62 Texas Law Review,(November,
1983), hlm. 459.
106
Ningrum Natasya Sirait, hlm. 223.
107
Anthony Giddens, The Third Way and Its Critics....op.cit., hlm 87.
35
Dagang dan Ekonomi. Dua asas lain adalah asas keseimbangan dan asas
pengawasan publik.108
dibutuhkan, karena melalui campur tangan itu akan lahir kepastian hukum,
stabil. Pada dasarnya ada hubungan yang sangat kuat, terkait intervensi
lebih luas, selain itu juga adanya liberalisasi pasar atau sistem pasar bebas.
menciptakan monopoli. Dua hal itu saling terkait, karena dalam situasi-
108
Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapannya di
Indonesia, Cetakan Ketiga (Malang : Bayumedia Publishing, 2009), hlm. 35.
109
Johnny Ibrahim, Pendekatan Ekonomi terhadap Hukum Teori dan Implikasi
Penerapannya dalam Penegakan Hukum, Cetakan Pertama (Surabaya; ITS Press, 2009), hlm 27
36
situasi sulit, perusahaan-perusahaan dapat saja merger atau menyatu
ekonomi sering berusaha mengukuhkan monopoli dan kartel karena hal itu
kompetisi.111
dibedakan dalam tiga wilayah atau domain, yaitu negara (state), pasar
dicampuradukan.112
110
Anthony Giddens, The Third Way and Its Critics....op.cit hlm 44.
111
Ibid.
112
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Cetakan Kedua (Jakarta :
Sinar Grafika, 2012) hlm 133
37
karena setiap domain mempunyai mekanisme tersendiri. Dunia usaha
negara (state) dan masyarakat (civil society). Maka dunia usaha harus
(state) dan masyarakat (civil society). Untuk itu harus ada hubungan yang
tidak dapat berfungsi secara efektif tanpa pengaruh asosiasi sipil yang
38
Pemerintah adalah serangkaian upaya untuk menciptakan keseimbangan
Misalnya melarang adanya praktek monopoli oleh swasta yang tidak sehat
(anti trust law).116 Dalam era perekonomian modern, tak ada satu pun
murni.117
menjaga dan menertibkan para pelaku usaha juga mengawasi para pelaku
116
Guritno Mangkoesoebroto, Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia Substansi dan Urgensi,
Cetakan Pertama (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. 41.
117
Ibid., hlm 3.
39
mengendalikan setidaksetaraan agar tidak berkembang dan menjamin
barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha
kepentingan umum.120
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan
bidang ekonomi.121
118
Anthony Giddens, The Third Way and Its Critics...,op.cit., hlm 162.
119
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No 5 Tahun 1999,
120
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No 5 Tahun 1999
121
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
40
atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum
5. Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk
mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan
dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud
yang bersekongkol.124
7. Pasar adalah lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual baik
atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau
jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa
tersebut.126
9. Konsumen adalah setiap pemakai dan atau pengguna barang dan atau
pihak lain.127
122
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
123
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
124
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang no. 5 Tahun 1999
125
Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
126
Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
127
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
41
agar tidak melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat.128
persaingan usaha.
128
Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
129
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Cetakan Ketigabelas, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2015), hlm 13.
130
Ibid,hlm 14
42
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Keuangan.
Administratif
Penanganan Perkara.
43
Sementara itu bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang
d. Jurnal-jurnal hukum.
f. Karya tulis hukum atau pendapat ahli hukum yang termuat dalam
media masa.
44
pikiran. Pendekatan ini digunakan untuk memahami konsep-
hukum.
satu dengan lembaga hukum (yang kurang lebih sama dari sistem
131
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cetakan Keempat
(Malang: Bayumedia Publising, 2008), hlm 313.
132
Kerangka Acuan Kunjungan Kerja Panitia Kerja Komisi VI DPR RI ke Jerman Dalam Rangka
Memperkuat Analisis Dalam Penyusunan Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat, dalam www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/K6-12
b352b54b38fc2638cab4b75ec54ac44e.pdf, Akses 8 September 2020.
45
Bahan hukum dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan
1.6 Asumsi
Asumsi penelitian biasa disebut sebagai anggapan dasar atau postulat, yaitu
mengumpulkan data.133
dari program pascasarjana program doktor ilmu hukum yang dikeluarkan oleh
berikut ini :
133
STAIN Jember Press, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: STAIN Jember
Press, 2012), hlm. 37.
46
Pendekatan Per Se Illegal Dan Rule of Reason Dalam Hukum Persaingan
Bab III berisi tentang pembahasan, yang akan penulis bagi menjadi dua bagian
perkara serta didalam praktek yang dilakukan oleh pelaku usaha, serta
Bab V: Berisi tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang dilakukan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Susanti Adi, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dalam Teori dan
Praktik serta Penerapan Hukumnya, Cetakan Pertama,
Kencana, Jakarta, 2012.
Lubis, Andi Fahmi, et. al., Hukum Persaingan Usaha Antara teks & Konteks,
ROV Creative Media, Jakarta, 2009
Keraf, A. Sonny, Pasar Bebas, KeadiIan, dan Peran Pemerintah , Prisma, Jakarta
1995)
Giddens, Anthony, The Third Way the Renewal of Social Democracy, Terjemah,
Ketut Arya Mahardika, Jalan Ketiga Pembaruan Demokrasi
48
Sosial, Cetakan Keempat, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2002
Neil B. Cohen dan Charles k Sullivan, "The Hedindahl-Heriscman Index and The
New Antitrust Merger Guidelines: Concentrating on
Concentration," 62 Texas Law Review, November, 1983
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Cetakan Ketigabelas, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2015
Rio Satriawan et. al., Analisis Kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, GEMA Tahun
XXVII/50/Pebruari - Juli 2015, hlm 1719.
49
Gesetz gegen Wettbewerbsbeschränkungen (GWB) / German Act against
Restraints of Competition adalah Undang-Undang Persaingan Usaha yang dimiliki
oleh Jerman
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt575805e2373f0/“uu-persaingan-
usahadiubahpahami-limafokus-revisi
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4fb7bff86349a
www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/K6-12
b352b54b38fc2638cab4b75ec54ac44e.pdf,
50