Erry Setiana
NIM. A2021221042
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Aktris Nuryanti, S.H., M.Hum.
2023
A. Latar Belakang
Perekonomian merupakan hal yang sangat penting bagi setiap negara dan pemerintah.
merupakan negara kesejahteraan sesuai dengan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia
1945. Negara kesejahteraan di suatu negara mempunyai banyak perbedaan antara negara
dengan sistem pemerintahan yang berbeda, namun tujuannya adalah menciptakan kemajuan
Sejak dahulu juga masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang senang dan
mudah gotong-royong. Terkadang tindakan bersaing atau berkompetisi secara tidak sehat
tidak memiliki tempat di masyarakat kita suka bergotong-royong. Namun pada kenyataannya,
pada era globalisasi dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat
semakin banyak timbul persaingan usaha yang tidak sehat. Salah satu hal yang terjadi
mengenai timbulnya persaingan usaha yang tidak sehat contohnya para pengusaha yang dekat
dengan atau memiliki koneksi dengan elit kekuasaan memiliki kemudahan-kemudahan yang
kuat yang tidak didukung dengan semangat kewirausahaan sejati merupakan salah satu faktor
yang mengakibatkan perekonomian menjadi sangat rapuh dan tidak mampu bersaing secara
sehat. Melihat kondisi tersebut diatas, kita dituntut untuk mencermati dan menata kembali
kegiatan usaha di Indonesia yang sudah tidak sesuai dengan cita-cita dan tujuan
perekonomian Indonesia yaitu yang tertera dalam Undangundang no.5 tahun 1999 yaitu
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, agar dunia usaha
dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan benar sehingga terciptanya iklim persaingan
yang sehat sehingga terhindar dari bentuk praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat.
Negara Indonesia merupakan negara yang sangat luas, terdiri banyak pulau-pulau
kecil maupun pulau besar dan persebaran masyarakatnya tidak merata. Sehingga
Pulau dan Provinsi di Indonesia berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga. Salah
satunya Negara Malaysia yang berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Barat.
ekonomi, kegiatan ekonomi tersebut adalah suatu bentuk dagang lintas batas oleh masyarakat
Indonesia. Secara fungsional, kawasan perbatasan memiliki nilai strategis dalam berbagai
dimensi, yaitu : kedaulatan negara, pertahanan, keamanan, dan ekonomi. Dewasa ini
merupakan halaman belakang negara yang cukup dikelola ala kadarnya. Wilayah perbatasan
merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara lain (Undang-
Undang No. 43 Tahun 2008). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018
Tentang Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN) maka wilayah perbatasan ditetapkan
sebagai Kawasan Strategis Nasional dari sudut pandang pertahanan dan keamanan. Kawasan
Perbatasan Entikong Kabupaten Sanggau terletak cukup jauh dengan Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) Kota Pontianak. Kondisi demikian menyebabkan akses terhadap pelayanan
ke Ibukota Provinsi tersebut terbatas karena jarak yang jauh serta aksesibilitas yang rendah.
Batas-batas wilayah suatu negara menempati posisi yang penting dilihat dari aspek geografis,
hukum maupun politis (Magraretha, 2006:3). Secara geografis, batas wilayah menandai luas
wilayah suatu negara yang meliputi daratan, lautan dan udara yang ada di atasnya. Wilayah
perbatasan yang menjadi fokus perhatian penting adalah meningkatnya perhatian terhadap
jaringan, mobilitas, arus globalisasi, dan kosmopolitanisasi yang berperan dalam mewarnai
sifat sebuah kawasan perbatasan. (Rumford, 2006:4). Dalam teori sosial, secara umum
digunakan sebuah pendekatan perbatasan dengan konteks ide jaringan yang terdiri atas
beberapa komponen penting, yaitu: mobilitas, pergerakan, kondisi yang berubah-ubah, dan
karakter fisiknya. Beberapa komponen tersebut merupakan kunci penting dalam memahami
Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU 5/1999) lahir sebagai kelengkapan hukum yang
diperlukan dalam suatu perekonomian yang menganut mekanisme pasar. Di satu pihak,
undang-undang ini diperlukan untuk menjamin agar bersaing dalam perekonomian dapat
berlangsung tanpa hambatan. Namun di lain pihak, undang-undang ini berfungsi sebagai
rambu-rambu untuk memagari agar tidak terjadinya praktik yang tidak sehat maupun tidak
wajar dalam dunia bisnis di Indonesia. Keberadaan undang-undang ini disusun berasaskan
kepada demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara pelaku usaha dan
yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama
bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;
c. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ketahui,
Bahwa undang-undang ini juga dilahirkan di tengah kemelut krisis moneter yang
kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah
yang berkuasa saat itu. Pihak IMF (International Monetary Fund) sebagai pemberi bantuan
keuangan maupun finance advice dalam rangka pemulihan perekonomian Indonesia menilai
bahwa salah satu instrument yang dapat memperbaiki keadaan perekonomian Indonesia
adalah adanya pengaturan tentang persaingan sehat (fair competition). Pihak Pemerintah
Indonesia juga melalui pihak terkait yang menangani perihal persaingan usaha tidak sehat
seharusnya dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat bertindak aktif dalam mengawasi berbagai
tindakan perilaku pelaku usaha yang dapat merugikan maupun memberikan dampak yang
luas bagi kesehatan persaingan bagi para pelaku usaha di Wilayah hukum Indonesia.
Indonesia dari sisi perwilayahan juga merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah
luas termasuk wilayah laut maupun datar. Tidak menutup kemungkinan juga memiliki
banyak lapangan usaha serta berbagai elemen terkait mata rantai maupun roda ekonomi yang
Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat UndangUndang Nomor 5 tahun 1999
tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Wilayah perdagangan
lintas batas sendiri mesti ada pengawasan yang serius oleh KPPU agar pelaku usaha di
perbatasan khususnya PLBN Entikong dapat saling bersaing secara sehat. KPPU
1. Perjanjian yang dilarang, yaitu melakukan perjanjian dengan pihak lain untuk
secara bersama-sama mengontrol produksi dan pemasaran barang atau jasa yang dapat
menyebabkan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat seperti perjanjian
penetapan harga, diskriminasi harga, boikot, perjanjian tertutup, oligopoli, predatory pricing,
pembagian wilayah, kartel, trust (persekutuan), dan perjanjian dengan pihak luar negeri yang
pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang dapat menyebabkan praktek monopoli atau
Kartu Identitas Lintas Batas (KILB) adalah kartu yang dikeluarkan oleh kantor
pabean yang membawahi Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) yang diberikan kepada
pelintas batas, setelah dipenuhi persyaratan tertentu. Setiap pelintas batas yang membawa
barang impor wajib memiliki KILB yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pabean yang
mengawasi PPLB atas permohonan pelintas batas. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
KILB, pelintas batas harus mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pabean dengan
melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk dan fotokopi Pas Lintas Batas yang
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. KILB di PLBN Entikong telah resmi berlaku
sejak 1970 berdasarkan Border trade Agreement (BTA) 1970, dengan harapan dapat
masyarakat perbatasan.
pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor dengan ketentuan nilai
Paling banyak RM 600 (enam ratus ringgit Malaysia) per orang untuk jangka waktu 1
(Satu) bulan, apabila melewati batas daratan (land border); atau setara dengan Rp. 2.067.600
apabila melewati batas lautan (sea border); Jika barang pribadi pelintas batas melebihi batas
nilai pabean tersebut di atas, maka atas kelebihan nilai pabean tersebut dipungut bea masuk
Adapun tata cara pengeluaran barang pribadi pelintas batas adalah sebagai berikut :
1. Pelintas batas yang tiba dari luar daerah pabean dengan membawa barang bawaan wajib
menunjukan KILB dan memberitahukan barang bawaannya kepada Pejabat Bea dan Cukai di
PPLB.
2. Pelintas batas yang tidak dapat menunjukan KILB tidak diberikan fasilitas berupa
pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor.
3. Pejabat bea dan cukai melakukan pemeriksaan fisik dan menuangkan hasil pemeriksaan
fisik
4. Pejabat bea cukai menetapkan besarnya bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang
harus dipungut dengan dasar nilai pabean dikurangi dengan nilai pabean yang mendapatkan
pembebasan bea masuk, dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan kedapatan nilai pabean
5. Pejabat bea cukai memberikan persetujuan pengeluaran barang setelah bea masuk dan
6. Dalam hal ditemukan adanya penyalahgunaan fasilitas pembebasan bea masuk dan tidak
dipungut pajak dalam rangka impor atas barang pelintas batas, maka fasilitas pembebasan bea
Terkait adanya laporan dari masyarakat mengenai tarif harga test PCR yang mencapai
Rp. 400.000 – Rp. 600.000 membuat masyarakat resah. Sekda Kalimantan Barat, Horisson
menegaskan kepada pihak PLBN Entikong untuk tidak sembarangan menaikan tarif PCR
bagi masyarakat yang akan melewati pos lintas batas Indonesia Malaysia tersebut.
“Saya akan pastikan dulu, kami akan koordinasi dengan Badan Nasional Pengelola
Perbatasan (BNPP) karena informasi yang kita dapat, harga PCR disana antara Rp. 400.000
sampai Rp. 600.000 dan ini jelas menyalahi aturan” kata Horisson di Pontianak. Dia
menjelaskan, jika mengacu kepada Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/I/4198/2021 tentang
pelaksanaan ketentuan atas batas tarif tertinggi pemeriksaan Covid-19 Rp275.000 untuk
pulau Jawa dan Bali, serta Rp. 300.000 untuk luar pulau Jawa dan Bali. Dirinya
kawasan perbatasan Kalbar maupun pertumbuhan ekonomi di wilayah provinsi ini secara
umum dengan cara menghambat atau membebani lalu lintas orang di perbatasan.
tetangga Malaysia Timur yaitu : Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang, dan
Secara ekonomi kehidupannya sangat jauh tertinggal, baik dengan penduduk perkotaan
maupun dengan warga negara Jiran, Malaysia Timur. Kesenjangan ekonomi ini apabila
dibiarkan terus menerus akan berpengaruh pada rasa nasionalisme yang pada gilirannya akan
Salah satu persoalan krusial yang dihadapi oleh masyarakat perbatasan Entikong
dengan Malaysia Timur ini adalah kesulitan mendapatkan bahan-bahan kebutuhan hidup
sehari-hari secara sah / legal. Jika didatangkan dari dalam negeri (baik Kota Pontianak
maupun dari Pulau Jawa), dengan jarak angkut yang sangat jauh mengakibatkan biaya angkut
menjadi mahal, sehingga harga jual menjadi sangat tinggi. Saat ini masyarakat perbatasan
ekonomi masyarakat perbatasan dan membuat masyarakat kecewa. Belum lagi dampak dari
perbataan, para cukong ini memanfaatkan KILB masyarakat perbatasan yang iya kumpulkan
lalu mereka berbelanja ke Malaysia Timur untuk memenuhi kebutuhan pokok dan untuk
dijual kembali di pasar-pasar daerah perbatasan yang mana masyarakat lebih mudah
mengaksesnya namun dengan harga yang sangat terjangkau sehingga para cukong ini
sebetulnya sangat jelas terlihat persaingan usaha yang tidak sehat dilakukan oleh cukong-
cukong demi kepentingan mereka masing-masing. Pemerintah dalam hal ini perlu
mempertegas dan membuat kebijakan yang berpihak kepada masyarakat, agar masyarakat di
wilayah perbatasan Entikong juga dapat merasakan dampak dari KILB itu sendiri. Walaupun
sebetulnya nilai nominal belanja maksimal dari KILB itu sangatlah terbatas. KPPU juga perlu
adanya pengawasan yang lebih ketat untuk menekan para cukong agar tidak meraja lela di
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Ini karena
wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan strategis, yaitu kawasan yang secara
nasional menyangkut hajat hidup orang banyak, ditinjau dari sudut kepentingan politik,
Tebedu, Divisi Serian Malaysia jika dikaji secara hukum masuk dalam yurisdiksi Malaysia.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pedagang perbatasan asal Indonesia telah
melakukan lintas batas serta melakukan dagang di Malaysia tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan telah terjadi pelanggaran atas yurisdiksi negara Malaysia.Yurisdiksi adalah
kekuasaan atau kewenangan hukum negara terhadap orang, benda atau peristiwa (hukum).
C. Penutup
Kesimpulan
tahun silam sampai saat ini adalah cukong-cukong yang memonopoli dan memanfaatkan
KILB para masyarakat perbatasan yang dikumpulkan untuk berbelanja di Malaysia Timur
dan kembali di dagangkan kembali oleh cukong di pasar perbatasan dengan harga yang cukup
tinggi, serta para cukong juga memanfaatkan situasi pandemi covid ini bekerjasama dengan
petugas PLBN untuk menaikan tarif PCR. Sehingga perdangangan lintas batas sangat tidak
efektif karena terhambat oleh para cukong yang menjadikan persaingan usaha tidak sehat,
kedua terbatasnya KILB yang diatur oleh border trade agreement (BTA 1970). Maka
seharusnya pemerintah pusat maupun pemerintah daerah perlu membuat kebijakan yang
berpihak pada masyarakat perbatasan serta menindak tegas para cukong agar tidak
Maka, penulis meyarankan agar pemerintah pusat maupun daerah harus peduli dengan
keberadaan PLBN Entikong agar dapat bermanfaat bagi masyarakat perbatasan serta juga
bermanfaat bagi pendapatan baik pemda maupun pendapatan negara melalui pajak, serta
memang perlu dilakukan pertemuan bilateral khusus antara Indonesia Malaysia untuk
membicarakan KILB yang tergolong kecil pada saat ini sehingga perlu adanya revisi pada
Buku-buku:
Adisasmita, Rahardjo. 2008. Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori. Yogyakarta : Graha
Ilmu. Anggoro,
Kusnanto. 2005. Reformasi Sektor Keamanan, Kewenangan Negara, dan Partisipasi Publik.
Anisiewicz, Renata dan Palmowski, Tadeusz. 2014. Small Border Traffic and Cross-border
Tourism
Jurnal: