Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL KULIAH KERJA LAPANGAN VIRTUAL

PERAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM MENJAMIN


ADANYA KEPASTIAN KESEMPATAN BERUSAHA YANG SAMA BAGI PELAKU
USAHA MENENGAH HINGGA KECIL
(Studi di Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU-RI) Kantor Wilayah
IV KPPU – Surabaya)

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Hukum

Oleh :
Yohana Nataya
(175010101111056)

Fakultas Hukum Ilmu Hukum


Universitas Brawijaya
Malang
2020
A. JUDUL

“PERAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM MENJAMIN


ADANYA KEPASTIAN KESEMPATAN BERUSAHA YANG SAMA BAGI PELAKU
USAHA MENENGAH HINGGA KECIL”

B. LATAR BELAKANG
Persaingan dalam dunia usaha merupakan conditio sine qua non
(syarat mutlak) bagi terselenggaranya ekonomi pasar. Adanya persaingan
dalam dunia usaha melahirkan keuntungan dan dampak bagi pelaku usaha
agar terus memperbaiki produk barang atau jasa yang dihasilkan dan terus
melakukan inovasi, berupaya keras memberi produk barang atau jasa yang
terbaik bagi konsumen serta menghasilkan produk barang atau jasa secara
efisien. Pengalaman menunjukkan bahwa kompetisi dalam dunia usaha dapat
meningkatkan effisiensi dan kualitas produk serta menumbuhkan daya inovasi
yang bertujuan untuk menarik konsumen baru dan mempertahankan
konsumen lama dengan cara menawarkan harga yang murah.1 Selain itu,
konsumen juga mempunyai banyak pilihan dalam mewujudkan keinginannya.
Namun, persaingan dalam dunia usaha ini agar terus berjalan secara sehat
tentunya dipayungi oleh aturan atau regulasi guna membatasi persaingan-
persaingan yang dianggap tidak sehat.
UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam hal ini memayungi kegiatan persaingan
tersebut. Dalam dunia usaha tentunya rentan terjadi persaingan-persaingan
yang dapat merugikan pesaingnya. Misalnya monopoli, kartel, posisi dominan
dan lain sebagainya. Terjadinya persaingan usaha tidak sehat ini dapat
menyebabkan dampak yang buruh bagi para pelaku usaha, seperti hilangnya
kesempatan berusaha secara adil. Seperti halnya persaingan dalam UMKM.

1
T. K. Wie, Competition Policy in Indonesia and The New Anti-Monopoly and Fair Competition Law, Bulletin of
Indonesian Economic Studies, vol. 38, no. 3, 2002, hlm. 331.
Keberadaan UMKM dtelah terbukti mampu bertahan dan memberi pengaruh
dalam perekonomian di Indonesia. Atas berpengaruhnya peran UMKM
tersebut, setiap pelaku usaha berlomba-lomba dalam mengembangkan usaha
nya, disinilah persaingan terjadi. Dapat dimaklumi apabila persaingan
tersebut tergolong ke dalam persaingan yang sehat. Namun, bagaimana jika
hal tersebut justru menimbulkan persaingan yang tidak sehat? Sesuai dengan
Pasal 3 UU No. 5 tahun 1999, salah satu tujuan dari pembentukan UU
tersebut adalah untuk mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui
persaingan usaha yang sehar sehingga menjamin adanya kepastian
kesempatan berusaha yang sama bagi para pelaku usaha besar, menengah
dan kecil.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dan
strategis dalam perkembangan ekonomi nasional. Keberadaan usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM) yang dapat memberikan kesempatan kerja baru
dan memberikan kontribusi yang berkelanjutan bagi perekonomian nasional
menjadikan perlu adanya pemberdayaan UMKM sebagai bagian tak
terpisahkan dari perekonomian rakyat karena posisi dan perannya yang
strategis. Serta potensi untuk struktur perekonomian nasional.
Atas pengaruh UMKM yang besar terhadap pembangunan
perekonominan, maka dari itu KPPU sebagai Lembaga independent yang
dalam yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab langsung
kepada Presiden dan memiliki kewenangan diantaranya melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, melakukan penyidikan
terhadap dugaan tindakan persaingan usaha tidak sehat, dan memberikan
putusan yang merupakan bukti permulaan bagi penyidik untuk melakukan
penyelidikan lebih lanjut mengenai praktek persaingan usaha tidak sehat,
wajib untuk melindungi dan mempertahankan UMKM dimasa global ini.
Meskipun UMKM memiliki peran yang bagus dalam perekonomian, UMKM juga
tentunya masih memiliki kekurangan-kekurangan.
(PP) Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM pada dasarnya bertujuan untuk
memberdayakan UMKM dalam upaya peningkatan, perlindungan, dan
kepastian UMKM. PP ini juga memberikan wewnang kepada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam hal pengawasan pelaksanaan
hubungan kemitraan dengan focus terhadap perlindungan UMKM atas
penguasaan UMKM.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran komisi pengawas persaingan usaha dalam
menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi
pelaku usaha menengah hingga kecil?

D. PEMBAHASAN
Persaingan usaha adalah salah satu faktor penting dalam menjalankan
roda perekonomian suatu negara. Persaingan usaha (persaingan) dapat
mempengaruhi kebijakan yang berkaitan dengan perdagangan, industri, iklim
usaha yang kondusif, kepastian dan kesempatan berusaha, efisiensi,
kepentingan umum, kesejahteraan rakyat dan lain sebagainya.2 Mengenai
ketentuan dan larangan terhadap persaingan usaha itu sendiri telah diatur
dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. UU No. 5 tahun 1999 merupakan sebagai alat
control social atau tool of social control and a tool of social engineering. UU
No. 5 tahun 1999 merupakan instrument penting dalam mendorong
terciptanya efisiensi ekonomi, dan menciptkan iklim kesempatan berusaha
yang sama bagi semua pelaku usaha. UU No. 5 Tahun 1999 adalah
kelengkapan hukum yang dibutuhkan dalam hal mengatur mekanisme pasar.
Regulasi ini diperlukan untuk memastikan terselenggaranya perekonomian
bebas bersaing tanpa hambatan. UU ini juga berperan sebagai rambu untuk
membatasi agar tidak terjadi praktik ekonomi tidak sehat.
Seperti yang kita ketahui, UU No. 5 tahun 1999 memiliki 4 tujuan
dalam pembentukannya yang tercantum dalam Pasal 3, yaitu:
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;

2
Buku Teks Hukum Persaingan Usaha
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan
persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya
kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha
besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil;
c. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan
d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Pada laporan ini, penulis khusus membahas mengenai poin b yaitu bagaimana
peran KPPU dalam mewujudkan kepastian kesempatan berusaha yang sama
bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil.
Dan ditinjau dari tujuan tersebut, UU ini menghendaki adanya kebijakan
persaingan usaha yang secara sistematis mempertahankan kesempatan
berusaha yang sama antara pelaku usaha besar, menengah dan kecil ini.3
Keberadaan UMKM tidak bisa dihilangkan atau dihindari masyarakat
saat ini, karena keberadaannya sangat bermanfaat untuk distribusi
pendapatan masyarakat. Mengenai UMKM sendiri diatur dalam UU No. 20
tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan masing-masing
memiliki definisinya sendiri, yaitu:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dengan
kriteria asset: Maks. 50 Juta, kriteria Omzet: Maks. 300 juta rupiah.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
dengan kriteria asset: 50 juta - 500 juta, kriteria Omzet: 300 juta - 2,5
Miliar rupiah.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

Kppu.go.id “KPPU Melindungi Akses Usaha Kecil Yang Mau Hilang Dimakan Waktu”
3
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan dengan kriteria asset: 500 juta - 10 Miliar,
kriteria Omzet: >2,5 Miliar - 50 Miliar rupiah.
Dalam menjamin adanya kepastian kesempatan dalam berusaha, KPPU
perlu mewujudkan iklim usaha yang kondusif terlebih dahulu. Dalam
mewujudkan iklim usaha yang kondusif tersebut, KPPU memiliki tugas yang
tertulis dalam Pasal 35 UU No. 5 tahun 1999 antara lain:
a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16;
b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam
Pasal 17 sampai dengan Pasal 24;
c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan
posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam
Pasal 25 sampai dengan Pasal 28;
d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana
diatur dalam Pasal 36;
e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah
yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat;
f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan
Undang- undang ini;
g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.
KPPU perlu menghindari terjadinya monopoli atau persaingan usaha tidak
sehat guna mewujudkan iklim yang kondusif. Selain itu, KPPU juga perlu
bertindak terhadap perjanjian tertutup yang tidak jarang terjadi. Perjanjian
tertutup merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha agar
dapat menjadi sarana dan upaya bagi pelaku usaha untuk dapat melakukan
pengendalian oleh pelaku usaha terhadap pelaku usaha lain secara vertikal
(“Pengendalian Vertikal”), baik melalui pengendalian harga maupun melalui
pengendalian non-harga. Strategi perjanjian tertutup ini pada umumnya lebih
banyak dilakukan pada level distribusi produk barang dan/atau jasa.
UU No. 5 tahun 1999 juga memberikan bentuk perlindungan terhadap
pelaku usaha kecil, mikro dan menengah dalam bentuk pengecualian yang
diatur dalam Pasal 51 huruf h UU No.5 tahun 1999. Adanya pengecuallian ini
diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi para pelaku usaha kecil dalam
mengembangkan usahanya sehingga dapat berkompetisi atau memiliki
kesempatan yang sama dalam berusaha.
Dalam mendukung UMKM dalam perekonomian, KPPU berdasarkan PP
No. 17 tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU No. 20 tahun 2008 diberikan
wewenang dalam mengawasi kemitraan tersebut mengawasi dan
menegakkan hukum atas pelaksanaan kemitraan antara pelaku besar dengan
UMKM, hal ini juga tertulis dalam Peraturan Komisi Nomor 4 Tahun 2019
Tentang Tata Cara Pengawasan dan Penanganan Perkara Kemitraan.
Pengawasan terhadap pelaksanaan kemitraan bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan posisi tawar yang menyebabkan menurunnya
kemampuan UMKM dalam bersaing serta mencegah eksploitasi terhadap
UMKM yang dimanfaatkan untuk mengurangi tingkat persaingan di pasar
produk. Dalam pengawasan persaingan, terkait usaha mikro, kecil dan
menengah, KPPU hanya bisa melindungi dari praktek persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana diatur dalam UU No. 5 tahun 1999. Dalam pengawasan
kemitraan, KPPU memiliki tambahan tugas terkait dengan kemitraan yang
beberapa diantaranya tidak terjangkau oleh UU No. 5 tahun 1999 seperti
penyalahgunaan posisi tawar. Terdapat beberapa aspek yang menjadi
pengawasan kemtritaan antara lain:
1. Mewujudkan kemitraan baik antar UMKM maupun UMKM dengan
pelaku usaha besar
2. Mendorong hubungan saling menguntungkan baik antar UMKM
maupun UMKM dengan pelaku usaha besar
3. Meningkatkan posisi tawar UMKM
4. Mendorong struktur pasar yang menjamin persaingan usaha yang
sehat dan melindungi konsumen
5. Mencegah penguasaan pasar dan pemusatan usaha
Dalam memaksimalkan tugas KPPU dalam mengawasi pelaksanaan kemitraan,
KPPU membentuk suatu unit baru yang bertugas untuk mengawasi kegiatan
kemitraan usaha yaitu direktorat pengawas kemitraan dimana sebelumnya hanya
memiliki dua unit kerja yakni Direktorat Pengkajian, Kebijakan dan Advokasi serta
Direktorat Merger. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 5
Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Persaingan
Usaha No. 1 Tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut Perkom No. 5
Tahun 2016 dalam Pasal 68A menyebutkan bahwa direktorat pengawas
kemitraan mempunyai fungsi koordinasi kegiatan pengawasan pelaksanaan
kemitraan. Saat ini, sesuai dengan ketentuan Pasal 68C Perkom No. 5 Tahun
2016 Komisi Pengawas Persaingan Usaha telah membentuk satuan tugas di
daerah-daerah untuk mengawasi pelaksanaan kemitraan antara UMKM dan
Usaha besar.
Adapun tugas dari direktorat pengawas kemitraan ialah sebagai mengawasi
apakah prinsip saling membutuhkan telah berjalan dengan baik antara usaha
besar dan UMKM dalam pelaksanaan kemitraan dan sebagai pusat pemantauan,
penelitian dan pengelolaan basis data UMKM dan Usaha besar sehingga dapat
meningkatkan posisi tawar UMKM dalam pelaksaan kemitraan dengan usaha
besar.

E. KESIMPULAN
KPPU dalam mengawasi dan melindungi UMKM telah melakukan
tindakan-tindakan dan aturan-aturan yang tepat. Tentunya, KPPU dalam
tugasnya harus menghindari terjadinya monopoli dalam setiap sektor usaha.
UU No. 5 tahun 1999 sebaga payung dalam persaingan usaha, dalam pasal
51 huruf h juga turut memberikan perlindungan dalam bentuk pengecualian
terhadap sektor usaha kecil, dimana dengan adanya pengecualian ini
diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi para pelaku usaha kecil dalam
mengembangkan usahanya sehingga dapat berkompetisi atau memiliki
kesempatan yang sama dalam berusaha. Selain itu, peran KPPU juga terbukti
dalam PP No. 17 tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU No. 20 tahun 2008
dimana KPPU diberikan kepercayaan dalam mengawasi dan menegakkan
hukum atas pelaksanaan kemitraan antara pelaku besar dengan UMKM,
ditambah lagi untuk menangani lebih serius dalam pengawasan kemitraan,
KPPU membentuk Direktorat Pengkajian, Kebijakan dan Advokasi serta
Direktorat Merger. KPPU dalam Perkom No. 5 Tahun 2016 Pasal 68C, telah
membentuk satuan tugas di daerah-daerah untuk mengawasi pelaksanaan
kemitraan antara UMKM dan Usaha besar.

Anda mungkin juga menyukai