Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH HUKUM PERSAINGAN USAHA

TENTANG KASUS MONOPOLI PT TIRTA INVESTAMA DAN


PT BALINA AGUNG PERKASA

DISUSUN OLEH :

RANI FEPRIANA – 2110005600020

TIARA YANITA P – 2110005600012

ASTRI NOVIA ARLIN - 2110005600022

CANDRA RIANTO – 2110005600040

NOFRI BASIRULAH – 2110005600034

NAMA DOSEN : DWIKORNIDA.SH.MH

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG

2023/ 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 3 Januari 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Dengan berkembangnya dunia usaha
saat ini, para pelaku usaha dalam dunia industri air mineral terlibat persaingan usaha yang
sangat ketat. Dengan adanya persaingan usaha maka pelaku usaha saling memperbaiki produk
atau jasa yang dimiliki, berusaha memberikan produk atau jasa yang berkualitas tinggi bagi
konsumen.

Dampak baiknya bagi persaingan usaha ini setiap pelaku usaha akan memberikan yang
terbaik dalam produk atau jasanya, dan konsumen mempunyai pilihan dalam membeli produk
atau jasa tersebut dengan harga murah tetapi kualitas sangat baik. Persaingan dalam dunia
usaha seharusnya dipandang sebagai suatu hal yang positif. Namun dengan berjalannya
perkembangan usaha yang pesat, para pelaku usaha tidak sedikit yang melakukan persaingan
usaha dengan tidak sehat demi meraup keuntungannya sendiri 1

Persaingan industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia relatif sehat karena
ada lebih dari 700 produsen AMDK dengan berbagai merek bersaing memperebutkan pasar
AMDK yang masih sangat luas dengan tingkat persaingan yang cukup tinggi namun hambatan
usahanya tergolong rendah. Merek AMDK tersebut diantaranya adalah Aqua, Ades,Vit,
2Tang,Cleo, Le Minerale, dan sebagainya. Jumlah perusahaan AMDK yang banyak membentuk
pasar pasar persaingan sempurna.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan hukum persaingan usaha?


2. Bagaimana kronologi kasus PT Tirta Investama dan PT Balina Agung Perkasa?
3. Bagaimana analisa hukum PT Tirta Investama dan PT Balina Agung Perkasa ?

1
1L. Budi Kagramanto, Mengenal Hukum Persaingan Usaha Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1999 (Surabaya:
Laros,2008), hlm. 16.
B. TUJUAN MAKALAH
1. Menyebutkan apa itu hukum persaingan usaha
2. Menjelaskan kronologi kasus PT Tirta Investama dan PT Balina Agung Perkasa
3. Bagaimana analisa hukum PT Tirta Investama dan PT Balina Agung Perkasa
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HUKUM PERSAINGAN USAHA DAN MONOPOLI

Hukum persaingan merupakan salah satu perangkat hukum penting dalam ekonomi pasar
(market economy). Melalui hukum persaingan usaha, pemerintah berupaya melindungi persaingan
yang sehat antar pelaku usaha di dalam pasar. Penerapan hukum persaingan usaha bertujuan untuk
menghindari timbulnya persaingan usaha tidak sehat. Istilah yang sering digunakan untuk menunjuk
pranata hukum persaingan usaha, antara lain hukum persaingan usaha, hukum kompetisi, hukum
tentang persaingan bisnis curang, dan hukum antimonopoli.

Perkembangan usaha berdampak pada tumbuhnya pengusaha-pengusaha baru. Semakin


banyak pemilik usaha maka persaingan antar pelaku usaha semakin ketat. Persaingan usaha yang
terjadi bukan hanya persaingan antar pasar di dalam negeri, namun juga pasar global, adanya
kecendrungan menganut pasar bebas, pelaku usaha dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan
memberikan produk yang beragam sekaligus efisien.Persaingan usaha merupakan hal yang paling
menjadi perhatian dalam konteks dunia usaha. Sebuah praktik monopoli bisa merupakan sebuah
masalah dalam dunia usaha sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan implikasinya
adalah tidak kompetitifnya pasar sehingga menyebabkan melemahnya daya saing pelaku usaha.

Pada hakikatnya orang menjalankan kegiatan usaha adalah untuk memperoleh keuntungan
dan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan primer, sekunder,
maupun kebutuhan tersier. Atas dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup itulah yang mendorong
banyak orang menjalankan kegiatan usaha, baik kegiatan usaha yang sejenis maupun kegiatan usaha
yang berbeda. Keadaan yang demikian itulah sesungguhnya yang menimbulkan atau melahirkan
persaingan usaha di antara para pelaku usaha. Oleh karena itulah, persaingan dalam dunia usaha
merupakan hal yang biasa terjadi. Bahkan dapat dikatakan persaingan dalam dunia usaha itu
merupakan condition sine qua non atau persyaratan mutlak bagi terselenggaranya ekonomi pasar.
Walaupun diakui bahwa adakalanya persaingan usaha itu sehat (fair competition), dan dapat juga
tidak sehat (unfair competition).

Berdasarkan banyaknya persaingan usaha yang tidak sehat di Indonesia, Pemerintah


mengeluarkan Perundang-undangan tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 5 yang bertujuan untuk
memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan yang sama kepada setiap pelaku usaha
dalam berusaha dengan cara mencegah timbulnya praktik-praktik monopoli dan/atau persaingan
usaha yang tidak sehat lainnya, setiap pelaku usaha dapat bersaing secara wajar dan sehat, Terkait
dengan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, perlu dikemukakan beberapa
pengertian dalam UU Nomor 5 Tahun 1999, antara lain:

1. Monopoli, yaitu penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas
penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha (Pasal 1 Angka 1
UU Nomor 5 Tahun 1999);

2. Praktek monopoli, yaitu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu
sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum (Pasal
1 Angka 2 UU Nomor 5 Tahun 1999);

3. Pemusatan kekuatan ekonomi, yaitu penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh
satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga barangdan/atau jasa (Pasal 1 Angka
3 UU Nomor 5 Tahun 1999);

4. Pelaku usaha, yaitu setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi (Pasal 1 Angka 5 UU Nomor 5
Tahun 1999)

5. Persaingan usaha tidak sehat, yaitu persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum atau menghambat persaingan usaha (Pasal 1 Angka 6 UU Nomor 5 Tahun 1999)

6. Pasar, yaitu lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual,baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang dan/atau jasa (Pasal 1 Angka 9 UU
Nomor 5 Tahun 1999)

7. Pasar bersangkutan, yaitu pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran
tertentu oleh pelaku usahaatas barang dan/atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari
barang dan/atau jasa tersebut (Pasal 1 Angka 10 UU Nomor 5 Tahun 1999);

8. Struktur pasar, yaitu keadaan pasar yang memberikan petunjuk tentang aspekaspek yang memiliki
pengaruh penting terhadap perilaku pelaku usaha dan kinerja pasar, antara lain jumlah penjual dan
pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar, keragaman produk, sistem distribusi, dan penguasaan
pangsa pasar (Pasal 1 Angka 11 UU Nomor 5 Tahun 1999)

9. Pangsa pasar, yaitu persentase nilai jual atau beli barang atau jasa tertentu yang dikuasai oleh
pelaku usaha pada pasar bersangkutan dalam tahun kalender tertentu (Pasal 1 Angka 13 UU Nomor
5 Tahun 1999)

10. Harga pasar, yaitu harga yang dibayar dalam transaksi barang dan/atau jasa sesuai kesepakatan
antara para pihak di pasar bersangkutan (Pasal 1 Angka 14 UU Nomor 5 Tahun 1999).

KPPU merupakan pengawas yang mengatur penyelesaian pelanggaran hukum persaingan usaha
yang diatur dalam Pengaturan Komisi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penanganan Perkara.
yang menjelaskan bahwa KPPU dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999
tentang KPPU sebagai pelaksana dari ketentuan Pasal 34 ayat (1) UU Persaingan Usaha. Pasal 2 angka
1 Perkom 1 Tahun 2010, menentukan bahwa KPPU menangani perkara atas dasar laporan pelapor,
laporan pelapor dengan permohonan ganti rugi, atau berdasarkan inisiatif KPPU.

Berdasarkan inisiatifnya KPPU telah melakukan penelitian melakukan pemeriksaan, dan memutus
perkara dugaan pelanggaran hukum persaingan usaha pada PT Tirta Investama dan PT Balina Agung
Perkasa pada pertengahan tahun 2016. PT. Tirta Investama merupakan Perseroan yang memproduksi
Air Minum Kemasan yang dalam hal ini yaitu Aqua. Target pasar Aqua ditujukan untuk mengevaluasi
dan membandingkan kelompok yang diidentifikasikan dan kemudian memilih satu atau beberapa
diantaranya sebagai calon dengan potensi yang paling besar.

Bauran pemasaran kemudian dirancang yang akan memberikan hasil terbaik dalam penjualan,
selain itu menciptakan nilai maksimum bagi konsumen. Dapat dilihat bahwa target pasarnya
cenderung kepada masyarakat metropolitan yang aktif dan dinamis. Namun dalam hal ini Aqua
didapati melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

B.KASUS MONOPOLI PT TIRTA INVESTAMA DAN PT BALINA AGUNG PERKASA

Pasar persaingan sempurna adalah pasar yang terdapat banyak penjual dan kemampuan
setiap perusahaan sangat kecil untuk mempengaruhi harga pasar.Dikarenakan banyaknya
penjual tersebutsehinggamenimbulkan banyak persaingan, dari yang sifatnya adalah persaingan
usaha sehat maupun persaingan usaha tidak sehat. Sebuah atau beberapa perusahaan yang
memonopoli produk tentu dapat menentukan harga suatu produk dengan sesuka hatinya,
karena mekaisme pasar sudah tidak berjalan lagi. Apalagi produk tersebut adalah produk primer.
Dapat dipastikan bahwa mereka akan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
Pangsa pasar Le Minerale pada 2015 terus menanjak. Tapi sejak adanya pemberitahuan
yang dilakukan BAP pada September 2016 menyebabkan pangsa pasar Le Minerale terlihat
stagnan. Sementara Aqua masih menjadi pemimpin pasar di setiap tahun. Berdasarkan data dari
Goldman Sachs 2015, Aqua setidaknya menguasai pangsa pasar hingga 46,7 persen bisnis
AMDK. Diikuti Club 4 persen (Indofood), 2 Tang (PT Tang Mas) 2,8 persen, Oasis (PT Santa Rosa
Indonesia) 1,8 persen, Super O2 (Garuda Food) 1,7 persen, dan Prima (Sosro) 1,4 persen . Dalam
persidangan pun terbukti komunikasi yang dilakukan Aqua dengan BAP itu masing-masing
menggunakan surat elektronik pribadi perusahaan. Dengan demikian, secara resmi ini
merupakan tindakan yang dilakukan perusahaan.BAP merupakan distributor yang hanya
menjual merek Aqua di 12 wilayah, Babelan, Bekasi, Cikarang, Cikampek, dan Pulo gadung.

Perkara ini bermula dari laporan para pedagang ritel maupun eceran ke kantor KPPU pada
september 2016. Pedagang mengaku dihalangi oleh pihak PT Tirta Investama untuk menjual
produk Le Minerale yang diproduksi PT Tirta Fresindo Jaya.

salah satu klausul perjanjian ritel menyebutkan, apabila pedagang menjual produk Le
Minerale maka statusnya akan diturunkan dari Star Outlet (SO) menjadi Wholesaler (eceran).
Atas perbuatan itu PT Tirta Fresindo Jaya melayangkan somasi terbuka terhadap PT Tirta
Investama di surat kabar pada tanggal 1 Oktober 2017. Somasi ini lalu ditanggapi oleh Otoritas
Persaingan Usaha. KPPU menduga ada praktik persaingan usaha tidak sehat dalam industri
AMDK (Air Mineral Dalam Kemasan).

Selain itu terdapat bukti komunikasi email antara PT Tirta Investama dan PT Balina Agung
Perkasa mengenai tindakan degradasi toko Star Outlet dengan pertimbangan toko Star Outlet
tersebut masih menjual produk kompetitor, dan dalam hal tersebut adalah tindakan nyata
bahwa terlapor melakukan tindakan anti persaingan dengan tujuan untuk menghambat laju
kompetitor, sehingga akibat dari tindakan pelarangan untuk menjual produk tersebut, maka PT
Tirta Investama dan PT Balina Agung Perkasa melanggar ketentuan Pasal 15 ayat (3) huruf b
mengenai perjanjian tertutup dan Pasal 19 huruf a dan b mengenai penguasaan pasar. 9

Tidak sampai disini PT Tirta Investama dan PT Balina Agung Perkasa tidak menerima atas
putusan yang dikeluarkan oleh KPPU dan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan dan putusan menyatakan bahwa PT Tirta Investama dan PT Balina Agung Perkasa tidak
bersalah dan membatalkan putusan KPPU, Atas vonis itu, giliran KPPU yang tidak terima dan
mengajukan kasasi.
Perkara itu bernomor 806 K/Pdt.Sus-KPPU/2019. Duduk sebagai ketua majelis hakim
agung Hamdi. Sedangkan anggota majelis kasasi adalah hakim agung Panji Widagdo dan
Sudrajad Dimyati. Dari permasalahan tersebut Penulis melakukan penelitian terhadap
persaingan usaha tidak sehat dan juga meneliti putusan Nomor 806/K/PDT.SUS-KPPU/2019 Hal
ini diteliti karena kurang pahamnya pelaku usaha dalam mengkualifikasikan pelanggaran
persaingan usaha.

ANALISIS KASUS

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini telah mengatur mengenai tata cara
penanganan perkara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 38 sampai dengan Pasal 46 yang
kemudian diimplementasikan lebih lanjut dengan Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
No. 01 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU ini adalah pengganti dan
menyempurnakan Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha N0.05/KPPU/KEP/IX/2000
Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyampaian Laporan dan Penanganan Dugaan Pelangagaran
Terhadap Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999. Sanksi-sanksi yang akan dijatuhkan terhadap
pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang tersebut yang terdapat dapat dalam
Pasal 47 sampai Pasal 49.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia no.
96/MIDN/PER/12/2011, AMDK memiliki definisi yang jelas, yaitu air yang telah diproses, tanpa
bahan pangan lainnya dan bahan tambahan pangan, dikemas, serta aman untuk diminum.
Airminum dalam kemasan yang aman, harus memenuhi persyaratan air minum dalam kemasan
yang diatur sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor SNI01-3SS3-1996. Untuk hal
tersebut diperlukan pengendalian mutu dari awal sampai dengan akhir meliputi, bahan baku,
proses produksinya, serta produk jadi, dalam hal ini yaitu produk AMDK. Air minum kemasan
atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam Kemasan), merupakan air minum yang siap di
konsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu.
Air dalam kemasan mencakup air mineral dan air demineral. Air mineral adalah air
minum dalam kemasan yang mengandung mineral dalam jumlah tertentu tanpa menambahkan
mineral, sedangkan air demineral merupakan air minum dalam kemasan yang diperoleh melalui
proses pemurnian seperti destilasi, reverse osmosis, dan proses setara.
Air minum dalam kemasan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitukemasan galon (19 liter) dan small/single pack. Kemasangalon biasanya dilakukan
pengisisan ulang baik oleh produsen bermerek maupun depot air minum isi ulang (tanpa
merek), dan lebih banyak dikonsumsi oleh konsumen yang berada di perkantoran, hotel, dan
rumah tangga. edangkan konsumen utama AMDK kemasan Small/single pack atau kemasan
yang dapat dibawa secara praktis seperti kemasan 1500ml /600ml (botol), 240 ml/220 ml (gelas)
dikonsumsi orangorang yang sedang melakukan perjalanan.16
Air adalah sebuah zat yang ada di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan
bumi berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada
suhu seratus derajat celcius. Ahli kimia mendefinisikannya terdiri dari dua unsur yaitu oksigen
dengan dua ‘lengan’ menggandeng hidrogen membentuk satu kesatuan disebut molekul. Air
yang ada di alam ini pada hakekatnya semua adalah timbunan molekul- molekul yakni pasangan
oksigen dan dua hidrogen.17
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan keberadaannya dikuasi oleh
negara. Hal itu dijelaskan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, bahwa “Bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Air sebagai salah satu kekayaan alam yang
dilindungi negara memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai air minum. Dalam ketentuan
umum Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum, disebutkan bahwa air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsungdiminum. Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam Kemasan),
merupakan air minum yang siap di konsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses
pemanasan terlebih dahulu.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Dan Saran PT Balina Agung Perkasa dan PT Tirta Investama telah melakukan
praktek perjanjian tertutup dan penguasaan pasar karena telah melanggar pasal 15 ayat (3)
huruf b dan pasal 19 huruf a dan b. Dalam membuktikan perbuatan tersebut yang harus
dilakukan adalah melihat struktur pasar, pangsa pasar, pasar bersangkutan, setelah itu baru
dapat melakukan pembuktian terhadap adanya penguasaan pasar dan perjanjian tertutup. Hal
tersebut berawal dari somasi yang dilakukan oleh PT Fresindo Jaya (Le Minerale) akibat larangan
penjualan produk Le Minerale yang dilakukan oleh PT Tirta Investama dan PT Balina Agung
(Aqua) kepada toko Star Outlet dengan ancaman degradasi toko. Bentuk penguasaan pasar yang
dilakukan adalah parater lapor melakukan monitoring pada toko toko di level Star Outlet yang
masih tetap menjual produk Le Minerale. Tidak hanya dengan lisan saja, namun dibuktikan
dengan adanya surat pernyataan, surat elektronik, bukti komunikasi, dan sebagainya. Surat
pernyataan berisi perintah yang mengharuskan untuk tidak menjual air kemasan Le Minerale.

Putusan KPPU yang telah dijatuhkan kepada PT Tirta Investama dan PT Balina Agung
Perkasa telah tepat karena telah memenuhi unsur pada pasal 15 ayat (3) huruf b dan pasal 19
huruf a dan b UU No. 5 Tahun 1999. Ada baiknya agar KPPU mengkaji lebih lanjut mengenai
kasus ini, karena menurut penulis sebenarnya PT Tirta Investama dan PT Balina Agung Perkasa
dapat melanggar ketentuan pasal 25 UU No. 5 Tahun 1999 tentang penyalahgunaan posisi
dominan. Aqua sebenarnya memiliki market power karena pangsa pasar yang paling tinggi
diantara merek air minum dalam kemasan yang lain. Pemilik market power ini juga sebagai
pemilik posisi dominan di pasar bersangkutan. Sebagai pemilik posisi dominan, tidak seharusnya
Aqua melakukan perbuatan yang dapatmerugikan pelaku usaha pesaing yakni penguasaan pasar
dan melakukan perjanjian tertutup.
DAFTAR PUSTAKA

47f27c20a72a2f9f4f902ce71a63520c.pdf(Diakses 03 januari 2023)

229-Article Text-1803-1-10-20210513.pdf (Diakses03 januari 2023)

Dani M Dahwilani, “Faisal Basri Nilai Persaingan Industri di Indonesia Masih Sehat”
https://ekbis.sindonews.com/read/1251604/34/faisal-basri-nilai-persaingan-industri-amdk-di-
indonesia-masih-sehat-1508926260, diakses 8 Oktober 2020 (Diakses 03 januari 2023)

Jurnal Betriks Eva Kalangi. 2017. Prosedur Penanganan Perkara Monopoli Dan Persaingan Curang
Serta Sanksi Hukum Terhadap Pelanggaran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Lex Crimen
Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/ 2017 (Diakses 03 januari 2023)

Anda mungkin juga menyukai