Nama Anggota :
MANAJEMEN 2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman kelompok yang telah berkontribusi
dan pengarang pengarang jurnal maupun buku yang dengan memberikan ide-ide hingga makalah
ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………….....................iii
1.1 Latar Belakang………………………………………......................iii
1.2 Rumusan Masalah……………………………….......……………iii
1.3 Tujuan...............................................................................................iv
BAB IIPEMBAHASAN………………………………………………………..1
2.1 Pengertian monopoli dan persaingan curang………………….........1
2.2 perjanjian yang dilarang………………………………………….....2
2.3 kegiatan yan dilarang………………………………………………..4
2.4 posisi dominan yang dilarang……………………………………….8
2.5 persaingan usaha yang tidak sehat…………………………………..10
2.6 tugas, wewenang,fungsi KPPU………………………………...…..13
BAB III PENUTUP……………………………………………………………..16
3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………16
3.2SARAN……………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….i
iii
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iv
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
v
BAB II: PEMBAHASAN
1
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.”
“persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan
usaha.”
Istilah lain persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan curang (unfair
competition) atau praktik bisnis yang tidak jujur. Jadi, persaingan usaha tidak sehat
adalah suatu persaingan usaha yang dilakukan oleh antar pelaku usaha secara tidak
jujur atau melawan hukum atas menghambat persaingan usaha. Praktik usaha yang
tidak jujur dapat diartikan sebagai segala tingkah laku yang tidak sesuai dengan
iktikad baik, kejujuran didalam berusaha. Perbuatan ini termasuk perbuatan melawan
hukum. Karenanya praktik bisnis yang tidak jujur dilarang, dapat mematikan
persaingan yang sebenarnya ataupun merugikan perusahaan pesaing secara tidak
wajar/tidak sehat dan juga dapat merugikan konsumen. 1 (hukum persaingan usaha di
Indonesia. Rachmadi Usman, S.H.,M.H.)
2
perjanjian-perjanjian tertentu yang dapat mengaibatkan terjadinya praktik monopoli
atau persaingan usaha tidak sehat.Secara yuridis pengertian perjanjian dirumuskan
tersendiri bahwa “perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha
untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apa
pun bak tertulis maupun tidak tertulis
b. Perbuatan tersebut dilakukan oleh pelaku usaha sebagai para pihak dalam
perjanjian
1. Oligopoli
2. Penetapan harga
3. Diskriminasi harga
4. Penetapan harga dibawah harga pasar,
5. Penjualan kembali dengan harga terendah
6. Pembagian wilayah
7. Pemboikotan
8. Kartel
9. Trust
10. Oligopsoni
3
11. Integrasi vertikal
12. Perjanjian tertutup
13. Perjanjian dengan luar negeri2(hukum persaingan usaha di Indonesia.
Rachmadi Usman, S.H.,M.H. hal 187-194)
4
3.Kegiatan yang bersifat penguasaan pasar(pasal 19)
Kegiatan yang dilarang dilakukan diatur dalam BAB IV undang-undang ini mulai
pasal 17-24. Kegiatan yang dilarang oleh undang-undang ini adalah berupa
monopoli,monopsoni,penguasaan pasar dan persengkongkolan.4(Hukum dagang
Indonesia, Prof.Drs.C.S.T.Kansil.S.H. & Christine S.T.Kansil.S.H.M.H HLA 186-
189)
1. Monopoli
(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi atau pemasaran
barang dan jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi
dan pemasaran barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 apabila :
a. Barang dan jasa yang bersangkutan
b. Mengakibatkan perilaku usaha lain tidak dapat masuk kedalam persaingan
usaha barang dan jasa yang sama.
4
(Hukum dagang Indonesia, Prof.Drs.C.S.T.Kansil.S.H. & Christine S.T.Kansil.S.H.M.H HLA 186-189)
5
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
50% (lima puluh persen) mangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
2. Monopsoni
(1) Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal atas barang dan jasa dalam pasar bersangkutan yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan
pasokan atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) apabila pelaku satu usaha atau satu kelompok pelaku usaha
menguasai lebih 50% (lima puluh persen) pasar satu jenis barang atau
jasa tertentu.
3. Penguasaan Pasar
(1) Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau bebrapa kegiatan,baik
sendiri maupun Bersama pelaku usaha lain,yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat berupa:
a. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk
melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan ; atau
b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha
pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan
pelaku usaha pesaingnya itu; atau
c. Membatasi peredaran dan atau penjualan barang atau jasa
pada pasar bersangkutan; atau
d. Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha
tertentu.
(2) Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang atau jasa
dengan cara melakukan jual rugi atau mentapkan harga yang
6
sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau
mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat
mengakibatkan terjainya praktek monopoli atau persaingan usaha
tidak sehat.
(3) Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan
biaya produksi dan biaya lainnyayang menjadi bagian dan
kompnen harga barang dan jasa yang mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.
4. Persekongkolan
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk;
a. Mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat
mengakibatkan persaingan usaha tidsk sehat.
b. Mendapatkan informasi kegitsn usaha pesaingnya yang dikasifikasikan
sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat mengaibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.
c. Menghambat produksi dan atau pemasaran barang/dan atau jasa
pelaku usaha pesaingnya dengan maksud agar, barang dan atau jasa
yang di tawarkan atau dipasok dipasar bersangkutan menjadi
berkurang baik dari jumlah,kualiatas maupun ketepatan waktu yang
dipersyaratkan.
D. POSISI DOMINAN
Bagian pertama
umum
7
1. Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk:
a. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah
dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang atau jasa yang
bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas.
b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi
c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan.
2. Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud ayat (1)
apabila:
a. Satu pelaku usaha atau satu sekelompok pelaku usaha menguasai 50%
atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75%
atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
bagian kedua
jabatan rangkap
seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu
perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau
komisaris pada perusahaan lain, apabila perusahaan-perusahaan tersebut:
8
Bagian ketiga
Pemilikan saham
Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis
yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan
yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang
samapada pasar bersangkutan yang sama,apabila kepemilikan tersebut
mengakibatkan:
a. Satu pealku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
pangsa pasar satu jenis barang atau ajsa tertentu.,
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
75% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Bagian keempat
9
pengambilalihan saham perusahaan sebagiamana dimaksud ayat (2) pasal ini,
diatur dalam peraturan pemerintah.
1. Penggabungan atau peleburan badan usaha , atau pengambilalihan saham
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 yang berakibat nilai asset dan atau
nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada
komisi, selambat-lambatnya 30 hari sejak tanggal penggabungan, peleburan,
dan pengambilalihan tersebut.
2. Ketentuan tentang penetapan nilai asset dan atau nilai penjualan serta taat cara
pemberitauhan sebagaimana dimaksud ayat(1) diatur dalam peraturan
pemerintah.
10
dan efisien sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pasar yang
wajar.
c. Bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi
persaingan yang sehat dan wajar,sehingga tidak menimbulkan
d. Bahwa untuk mewujudkan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c, atas usul inisiatif Dewan Perwakialan Rakyat perlu disusun
Undang-undang tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat.
11
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa monopoli merupakan praktik
penguasaan barang dan jasa tertentu, baik yang dilakukan oleh seseorang individu
maupun yang dilakukan secara bersama-sama dengan tujuan untuk memperkaya diri.
Dalam sistem perekonomian islam yang diutamakan adalah untuk mencapai
keuntungan sosial (kolektif) sebanyak-banyaknya. Dengan demikian suatu tatanan
ekonomi yang didominasi praktirk monopoli tertentu bertentangan denganprinsip
untuk memperoleh keuntungan bersama yang sebanyak-banyaknya.
Dalam praktik monopoli, para konsumen, para pekerja miskin (pengus aha
lemah) dan masyarakat secara keseluruhan akan menjadi korban, karena tidak adanya
keseimbangan antar kepentingan pribadi dan sosial, antara milik pribadi dan sosial.
Menurut islam manusia tidak cukup hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri
bahkan juga harus memikirkan kepentingan orang lain. Sikap egoistik (ananiyah)
tidak boleh melampaui sikap sosial, karena kedua sikap ini harus berkesinambungan (
tawazun).
Dalam islam mewajibkan sikap kasih sayang sesama makhluk, sehingga dengan
demikian seorang pelaku bisnis yang menjadikan obsesi ananiyah usahanya untuk
mengumpulkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menutup kesempatan
kepada orang lain jelas haram hukumnya. Melakukan perbuatan haram sebagai
konsekuensinya, siapapun pelakunya akan berdosa sebagai mana sabda Rasulullah
saw. “barang siapa melakukan praktik monopoli ia akan berdosa (HR. Muslim)
adapun akar penyebab larangan praktik monopoli adalah egoisme dan kesesatan hati
terhadap sesama hamba Allah. 6(Hukum anti monopoli)
12
pidana ini menjadi wewenang pengadilan. KPPU ini bertanggung jawab kepada
presiden.7 (buku hukum komersia. Rahayu Hartini, SH.,M.Si)
7
(buku hukum komersia. Rahayu Hartini, SH.,M.Si hal 189-192)
13
2) melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat;
3) melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktik
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh
masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh komisi sebagai
hasil dan penelitiannya;
4) menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak
adanya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
5) memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan UU ini;
6) memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketlentluan UU ini;
7) meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud angka 6 dan 7, yang tidak
bersedia memenuhi panggilan komisi;
8) meminta ketenangan dan istansi pemerintah dalam kaitalnlnlya delngan
plenylelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar
ketentuan UU ini;
9) mendapatkan, meneiti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti
lainnya guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;
10) memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku
usaha lain atau masyarak;
11) memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan
praktik monopoli dan atau melakukan persaingan tidak sehat;
12) menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrative kepada pelaku usaha yang
melanggar ketentuan UU ini. (buku hukum komersia. Rahayu Hartini,
SH.,M.Si).
14
Fungsi KPPU sesuai dengan tugas sebagaimana yang dimaksud UU no 5 Tahun 1999
tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat pasal 35
meliputi;
KESIMPULAN
8
(jurnal Budi L Kangramanto 2007 hal : 6)
15
Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan
pemasaran barang atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta
cabang cabang produksi yang penting bagi Negara di atur dengan undang
undang dan diselenggarakan oleh badan usaha milik Negara atau lembaga
Negara atau yang ditunjuk pemerintah.
Sejak berlakunya UU semua peraturan yang mengatur atau berkaitan dengan
praktik monopoli atau persaingan usaha tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum berganti dengan yang baru berdasarkan UU.
Bagi pelaku usagha yang membuat perjanjian atau melakukan kegiatan dan
tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan UU akan terkena sanksi hukum.
SARAN
16