Anda di halaman 1dari 21

Hukum Monopoli dan Persaingan Usaha

Nama Anggota :

1. Taufik Hidayat 1800011172


2. Haryanti Mahmudin 1800011182
3. Safitri Nurramdani 1800011219
4. Aris Setiawan 1800011249
5. Zakia Nisa Azzahra 1800011312
6. Meilani Putri 1800011315
7. Nur Adillah Amalia 1800011346

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MANAJEMEN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman kelompok yang telah berkontribusi
dan pengarang pengarang jurnal maupun buku yang dengan memberikan ide-ide hingga makalah
ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 18 maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………….....................iii
1.1 Latar Belakang………………………………………......................iii
1.2 Rumusan Masalah……………………………….......……………iii
1.3 Tujuan...............................................................................................iv
BAB IIPEMBAHASAN………………………………………………………..1
2.1 Pengertian monopoli dan persaingan curang………………….........1
2.2 perjanjian yang dilarang………………………………………….....2
2.3 kegiatan yan dilarang………………………………………………..4
2.4 posisi dominan yang dilarang……………………………………….8
2.5 persaingan usaha yang tidak sehat…………………………………..10
2.6 tugas, wewenang,fungsi KPPU………………………………...…..13
BAB III PENUTUP……………………………………………………………..16
3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………16
3.2SARAN……………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….i

iii
BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan usaha merupakan ekspresi kebebasan yang dimili setiap individu


dalam rangka bertindak untuk melakukan transaksi perdagangan dipasar. Persaingan
usaha diyakini sebagai mekanisme untuk dapat mewujudkan efisiensi dan kesejahteraan
masyarakat. Bila persaingan dipelihara secara konsisten, akan terciptanya kemanfaatan
bagin masyakarakat konsumen, yaitu berupa pilihan produk yang berfariatif dengan harga
pasar serta dengan kualitas tinggi.sebaliknya, bila persaingan dibelenggu oleh peraturan-
peraturan, atau dohambat oleh perilaku-perilaku usaha tidak sehat dari perilaku pasar,
maka akan muncul dampak kerugian pada konsumen.

Negara indonesia sendiri, permah mengalami krisis ekonomi yang


berkepanjangan pada tahun 1997 dan mengalami puncak krisis pada tahun 1998 yang
pada akibatnya memicu reformasi dan strukturisasi pada berbagai bidang, yang salah
satunya adalah kebijakan dalam kompetisi atau persaiangan usaha yang ada di indonesia.
Jangka waktu yang dibutuhkan untuk merekstrukturisasi peraturan mengenai persaingan
usaha ini memakan waktu yang cukup lama, yang pada akhirnya indonesia memiliki
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang mengatur tentang larangan praktek monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat (selanjutnya disebut UU No. 5 Tahun 1999). Undang-
undang memberikan subtansi tentang larangan praktek monopoli. Persaingan usaha tidak
sehat di antara para pelaku usaha, menjabarakan perbuatan apa saja yang dapat
didefinisikan sebagai perbuatan yang dapat merusak persaingan usaha melalui monopoli.
UU No 5 Tahun 1999 juga mengatur mengenai komisi independen yang disebut dengan
komisi pengawas persaingan usaha ataun yang selanjutnya disingkat KPPU yang
mengatur mengenai sanksi dan prosedur penegakan hukum persaingan usaha.

iv
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian monopoli dan persaingan curang?


2. Apa saja perjanjian yang dilarang?
3. Kegiatan apa saja yang dilarang?
4. Apa posisi dominan yang dilarang?
5. Bagaimana persaingan usaha tidak sehat?
6. Apa tugas, wewenang, dan fungsi KPU?

C. Tujuan

1. Menjelaskan pengertian monopoli dan persaingan curang.


2. Menjelaskan perjanjian yang dilarang.
3. Menjelaskan kegiatan yang dilarang.
4. Menjelaskan posisi dominan yang dilarang.
5. Menjelaskan persaingan usaha yang tidak sehat.
6. Menjelaskan tugas, wewenang dan fungsi KPU.

v
BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian monopoli dan persaingan curang


Seperti dikatakan Frank Fishwick, bahwa kata “monopoli” berasal dari kata
Yunani yang berarti “penjual tunggal” (Munir Fuady, 1999: 4). Disamping istilah
monopoli, di Amerika Serikat sering digunakan antitrust untuk pengertian yang
sepadan dengan istilah “anti monopoli” atau istilah “dominasi” yang dipakai oleh
masyarakat Eropa, yang artinya juga sepadan dengan istilah “monopoli”. Selain itu,
terdapat lagi istilah yang artinya mirip-mirip yaitu istilah “kekuatan pasar”. Istilah
tersebut dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana seseorang
menguasai pasar, dimana pasar tersebut tidak tersedia lagi produk substitusi potensial,
dan terdapatnya kemampuan pelaku pasar tersebut untuk menerapkan harga produk
tersebut yang lebih tinggi, tanpa mengikuti hukum persaingan pasar atau hukum
tentang permintaan dan penawaran pasar (Munir Fuady, 1999: 4).

Kamus Hukum Ekonomi yang disusun ELIPS (1997:113) mengartikan


monopoli (monopoly) sebagai berikut : Situasi pasar dimana hanya ada satu orang
produsen atau penjual suatu produk tertentu dengan banyak pembeli, akibatnya
produsen atau penjual tersebut dapat mengendalikan jumlah produksi dan harga
produknya untuk meraih keuntungan setinggi-tingginya.

Secara yuridis pasal 1 angka 1 undang-undang nomor 5 tahun 1999


merumuskan pengertian monopoli sebagai berikut: Monopoli adalah penguasaan atas
produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu
pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.”

Secara yuridis pasal 1 angka 2 undang-undang nomor 5 tahun 1999,


merumuskan pula pengertian praktik monopoli, yaitu: “praktik monopoli adalah
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan

1
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.”

Pengertian persaingan usaha tidak sehat dalam undang-undang nomor 5 tahun


1999 sebagaimana dalam pasal 1 angka 6 sebagai berikut:

“persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan
usaha.”

Istilah lain persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan curang (unfair
competition) atau praktik bisnis yang tidak jujur. Jadi, persaingan usaha tidak sehat
adalah suatu persaingan usaha yang dilakukan oleh antar pelaku usaha secara tidak
jujur atau melawan hukum atas menghambat persaingan usaha. Praktik usaha yang
tidak jujur dapat diartikan sebagai segala tingkah laku yang tidak sesuai dengan
iktikad baik, kejujuran didalam berusaha. Perbuatan ini termasuk perbuatan melawan
hukum. Karenanya praktik bisnis yang tidak jujur dilarang, dapat mematikan
persaingan yang sebenarnya ataupun merugikan perusahaan pesaing secara tidak
wajar/tidak sehat dan juga dapat merugikan konsumen. 1 (hukum persaingan usaha di
Indonesia. Rachmadi Usman, S.H.,M.H.)

B. PERJANJIAN YANG DILARANG

Dilarangnya perjanjian dalam hukum perasaingan usaha

Diantara larangan yang dilakukan pelaku usaha bagaimana diatur dalam


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah larangan untuk mengadakan

(hukum persaingan usaha di Indonesia. Rachmadi Usman, S.H.,M.H.)


1

2
perjanjian-perjanjian tertentu yang dapat mengaibatkan terjadinya praktik monopoli
atau persaingan usaha tidak sehat.Secara yuridis pengertian perjanjian dirumuskan
tersendiri bahwa “perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha
untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apa
pun bak tertulis maupun tidak tertulis

Dari rumusan Yuridis tersebut,dapat disimpulkan unsur-unsur perjanjian dalam


konteks Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,meliputi:

a. Perjanjian terjadi karena suatu perbuatan

b. Perbuatan tersebut dilakukan oleh pelaku usaha sebagai para pihak dalam
perjanjian

c. Perjanjian dapat dibuat secara tertulis atau tidak tertulis

d. Tidak menyebutkan tujuan perjanjian

Adapun perjanjian-perjanjian yang dilarang oleh hukum persaingan usaha


sebagaimana diatur dalam pasal 4 sampai pasal dengan pasal 16 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 yaitu:

1. Oligopoli
2. Penetapan harga
3. Diskriminasi harga
4. Penetapan harga dibawah harga pasar,
5. Penjualan kembali dengan harga terendah
6. Pembagian wilayah
7. Pemboikotan
8. Kartel
9. Trust
10. Oligopsoni

3
11. Integrasi vertikal
12. Perjanjian tertutup
13. Perjanjian dengan luar negeri2(hukum persaingan usaha di Indonesia.
Rachmadi Usman, S.H.,M.H. hal 187-194)

C. KEGIATAN YANG DILARANG

Pengertian dan dilarangnya kegiatan dalam hukum persaingan usaha

Selain dari adanya berbagai bentuk “perjanjian”yang mengakibatkan


terjadinya pesaingan curang,terdapat juga berbagai kegiatan” yang juga dapat
mengakibatkan terjadinya suatu persaingan curang,sehingga hal tersebut pun harus
dilarang.3(konsep hukum persaingan usaha. Rhido Jusmadi, SH., MH.)

Berbeda dalam istilah “perjanjian”yang dipergunakan dalam UUD No 5


Tahun 1999 tidak dapat kita temukan suatu definisi mengenai kegiatan tersebut
adalah tindakan atau perbuatan hukum sepihak yang dilakukan satu perilaku usaha
atau kelompok pelaku usaha tanpa adanya keterkaitan hubungan secara langsung
dengan pelaku usaha lainnya.Dari pasal tersebut diketahui bentuk-bentuk kegiatan
yang dilarang dilakukan pelaku usaha dalam konteks hukum persaingan usaha
berdasarkan UUD NO 5 Tahun 1999,yaitu:

1.Kegiatan yang bersifat monopoli(pasal 7)

2.Kegiatan yang bersifat monopsoni(pasal 18)

(hukum persaingan usaha di Indonesia. Rachmadi Usman, S.H.,M.H. hal 187-194)


2

(konsep hukum persaingan usaha. Rhido Jusmadi, SH., MH.)


3

4
3.Kegiatan yang bersifat penguasaan pasar(pasal 19)

4.Kegiatan jual rugi(20)

5.Kegiatan penetapan biaya produksi secara curang(pasal 21)

6.Kegiatan persengkolan(pasal 22 sampai dengan pasal-pasal 24)

KEGIATAN YANG BERSIFAT MONOPOLI

1. Dasar Hukum Larangan Praktik Monopoli


2. Pengertian dan Ruang Lingkup Praktik Monopoli
3. Penjabaran Undang-undang Pasal 17 UUD NO 5 Tahun 1999
4. Pasal yang Terkait dengan pasal 17 Undang-undang No 5 Tahun 1999
5. Pengaturan Mengenai Monopoli

Kegiatan yang dilarang dilakukan diatur dalam BAB IV undang-undang ini mulai
pasal 17-24. Kegiatan yang dilarang oleh undang-undang ini adalah berupa
monopoli,monopsoni,penguasaan pasar dan persengkongkolan.4(Hukum dagang
Indonesia, Prof.Drs.C.S.T.Kansil.S.H. & Christine S.T.Kansil.S.H.M.H HLA 186-
189)

1. Monopoli
(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi atau pemasaran
barang dan jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi
dan pemasaran barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 apabila :
a. Barang dan jasa yang bersangkutan
b. Mengakibatkan perilaku usaha lain tidak dapat masuk kedalam persaingan
usaha barang dan jasa yang sama.
4
(Hukum dagang Indonesia, Prof.Drs.C.S.T.Kansil.S.H. & Christine S.T.Kansil.S.H.M.H HLA 186-189)

5
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
50% (lima puluh persen) mangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
2. Monopsoni
(1) Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal atas barang dan jasa dalam pasar bersangkutan yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan
pasokan atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) apabila pelaku satu usaha atau satu kelompok pelaku usaha
menguasai lebih 50% (lima puluh persen) pasar satu jenis barang atau
jasa tertentu.
3. Penguasaan Pasar
(1) Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau bebrapa kegiatan,baik
sendiri maupun Bersama pelaku usaha lain,yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat berupa:
a. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk
melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan ; atau
b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha
pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan
pelaku usaha pesaingnya itu; atau
c. Membatasi peredaran dan atau penjualan barang atau jasa
pada pasar bersangkutan; atau
d. Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha
tertentu.
(2) Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang atau jasa
dengan cara melakukan jual rugi atau mentapkan harga yang

6
sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau
mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat
mengakibatkan terjainya praktek monopoli atau persaingan usaha
tidak sehat.
(3) Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan
biaya produksi dan biaya lainnyayang menjadi bagian dan
kompnen harga barang dan jasa yang mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.
4. Persekongkolan
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk;
a. Mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat
mengakibatkan persaingan usaha tidsk sehat.
b. Mendapatkan informasi kegitsn usaha pesaingnya yang dikasifikasikan
sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat mengaibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.
c. Menghambat produksi dan atau pemasaran barang/dan atau jasa
pelaku usaha pesaingnya dengan maksud agar, barang dan atau jasa
yang di tawarkan atau dipasok dipasar bersangkutan menjadi
berkurang baik dari jumlah,kualiatas maupun ketepatan waktu yang
dipersyaratkan.

D. POSISI DOMINAN

Bagian pertama

umum

7
1. Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk:
a. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah
dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang atau jasa yang
bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas.
b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi
c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan.
2. Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud ayat (1)
apabila:
a. Satu pelaku usaha atau satu sekelompok pelaku usaha menguasai 50%
atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75%
atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

bagian kedua

jabatan rangkap

seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu
perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau
komisaris pada perusahaan lain, apabila perusahaan-perusahaan tersebut:

a. Berada dalam pasar bersangkutan yang sama


b. Memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang atau jenis usaha atau
perusahaan-perusahaan memiliki keterkaitan yang erat apabila perusahaan-
perusahaan tersebut saling mendukung atau berhubungan langsung dalam
proses produksi, pemasaran, atau produksi dan pemasaran
c. Secara Bersama dapat menguasai pngsa pasar barang dan jasa tertentu, yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat.

8
Bagian ketiga

Pemilikan saham

Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis
yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan
yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang
samapada pasar bersangkutan yang sama,apabila kepemilikan tersebut
mengakibatkan:

a. Satu pealku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
pangsa pasar satu jenis barang atau ajsa tertentu.,
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
75% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Bagian keempat

Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan

1. Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha


yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
Badan usaha adalah perusahaan atau bentuk usaha, baik yang berbentuk badan
hukum( misalnya perseroan terbatas) maupun bukan badan hukum, yang
menjalankan suatu jenisusaha yang bersifat tetap dan terus menerus dengan
tujuan untuk memperoleh laba.
2. Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain
apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan tidak sehat.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan atau peleburan badan usaha
yang dilarang sebagai mana dimaksud ayat (1), dan ketentuan mengenai

9
pengambilalihan saham perusahaan sebagiamana dimaksud ayat (2) pasal ini,
diatur dalam peraturan pemerintah.
1. Penggabungan atau peleburan badan usaha , atau pengambilalihan saham
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 yang berakibat nilai asset dan atau
nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada
komisi, selambat-lambatnya 30 hari sejak tanggal penggabungan, peleburan,
dan pengambilalihan tersebut.
2. Ketentuan tentang penetapan nilai asset dan atau nilai penjualan serta taat cara
pemberitauhan sebagaimana dimaksud ayat(1) diatur dalam peraturan
pemerintah.

E. PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT


1) Monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

Dalam hukum nasional masalah monipoli, masalah monopoli dan persaingan


usaha tidak sehat diatur dalam undang-undang nomor 5 tahun 1999 disebutkan
bahwa, monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha. Dasar pertimbangan lahirnya undang undang ini: 5(Hukum bisnis, membangun
wacana integrasi perundangan nasional dengan syariah. Hal 378-382)

a. Bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada terwujudnya


kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar 1945.
b. Bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya kesempata
yang sama bagi setiap warga negara untuk berpatisipasi didalam produksi dan
pemasaran barang dan atau jasa, dengan iklim usaha yang tidak sehat, efektif
5
Hukum bisnis, membangun wacana integrasi perundangan nasional dengan syariah. Hal 378-382)

10
dan efisien sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pasar yang
wajar.
c. Bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi
persaingan yang sehat dan wajar,sehingga tidak menimbulkan
d. Bahwa untuk mewujudkan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c, atas usul inisiatif Dewan Perwakialan Rakyat perlu disusun
Undang-undang tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat.

Dalam demikian filosofi dikeluarkanya undang-undang ini yang paling prinsip


adalah untuk mengatur jalannya demokrasi dibidang ekonomi agar semua warga
negara diberi kesempatan untukmelakukan usaha. Disamping juga untuk menciptakan
situasi yang kondusif demi terciptanya persaingan usaha yang sehat dan wajar
sehingga tidak menimbulkan pemusatan kekuatan ekonomi hanya pada pelaku usaha
tertentu, dengan kata lain undang-undang ini berupaya untuk mengatasi agar dalam
dunia usaha tidak terjadi praktik monopoli dan menciptakan iklim usaha yang fair dan
sehat.

Dalam undang-undang ini monopoli dimaksudkan sebagai penguasaan atas


produksi dan pemasaran barang dan atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku
usaha dan kelompok pelaku usaha(pasal 1). Sedangkan praktik monopoli
dimaksudkan sebagai pemusatan kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku
usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi danpemasaran atas barang atau jasa
tertentu shingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum(pasal 1). Dengan demikian persaingan usaha tidak sehat adalah
persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi pemasaran
barang dan jasa yang dilakukan dengan cara orang tidak jujur atau menghambat
persaingan usaha.

11
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa monopoli merupakan praktik
penguasaan barang dan jasa tertentu, baik yang dilakukan oleh seseorang individu
maupun yang dilakukan secara bersama-sama dengan tujuan untuk memperkaya diri.
Dalam sistem perekonomian islam yang diutamakan adalah untuk mencapai
keuntungan sosial (kolektif) sebanyak-banyaknya. Dengan demikian suatu tatanan
ekonomi yang didominasi praktirk monopoli tertentu bertentangan denganprinsip
untuk memperoleh keuntungan bersama yang sebanyak-banyaknya.

Dalam praktik monopoli, para konsumen, para pekerja miskin (pengus aha
lemah) dan masyarakat secara keseluruhan akan menjadi korban, karena tidak adanya
keseimbangan antar kepentingan pribadi dan sosial, antara milik pribadi dan sosial.
Menurut islam manusia tidak cukup hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri
bahkan juga harus memikirkan kepentingan orang lain. Sikap egoistik (ananiyah)
tidak boleh melampaui sikap sosial, karena kedua sikap ini harus berkesinambungan (
tawazun).

Dalam islam mewajibkan sikap kasih sayang sesama makhluk, sehingga dengan
demikian seorang pelaku bisnis yang menjadikan obsesi ananiyah usahanya untuk
mengumpulkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menutup kesempatan
kepada orang lain jelas haram hukumnya. Melakukan perbuatan haram sebagai
konsekuensinya, siapapun pelakunya akan berdosa sebagai mana sabda Rasulullah
saw. “barang siapa melakukan praktik monopoli ia akan berdosa (HR. Muslim)
adapun akar penyebab larangan praktik monopoli adalah egoisme dan kesesatan hati
terhadap sesama hamba Allah. 6(Hukum anti monopoli)

F. KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)

KPPU merupakan suatu lembaga independen yang yang terlepas dari


pengaruh pemerintah dan pihak lain, yang berwenang melakukan persaingan usaha
dan menjatuhkan sanksi yang berupa tindakan administrative, sedangkan untuk sanksi
6
(Hukum anti monopoli)

12
pidana ini menjadi wewenang pengadilan. KPPU ini bertanggung jawab kepada
presiden.7 (buku hukum komersia. Rahayu Hartini, SH.,M.Si)

Tugas dan wewenang serta fungsi KPPU

Menurut pasal 35 UU NO 5 Tahun 1999, tugas komisi meiputi:

1) Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan


terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam pasal 4 sampai dengan pasal 16;
2) Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan peaku usaha
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat sebagaimana di atur dalam pasal 17 sampai pasai 24;
3) Melakukan pleniaian terhadap ada atau tidak adanya penyaalahgunaan posisi
dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoi dan latalu
persaingan usaha tidak sehat sebagimana diatur dalam pasal 25 sampai dengan
pasal 28;
4) Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisi sebagaimana di atur
dalam pasal 36;
5) Memberikan saran dan pertimbangan kepada kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
6) Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan UU ini;
7) Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada presiden
dan dewan perwakilan raklyat. Sedangkan wewenang komisi pasal 36
meliputi:
1) menerima laporan dan masyarakat dan atau pelaku usaha tentangl dugaan
terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

7
(buku hukum komersia. Rahayu Hartini, SH.,M.Si hal 189-192)

13
2) melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat;
3) melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktik
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh
masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh komisi sebagai
hasil dan penelitiannya;
4) menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak
adanya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
5) memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan UU ini;
6) memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketlentluan UU ini;
7) meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud angka 6 dan 7, yang tidak
bersedia memenuhi panggilan komisi;
8) meminta ketenangan dan istansi pemerintah dalam kaitalnlnlya delngan
plenylelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar
ketentuan UU ini;
9) mendapatkan, meneiti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti
lainnya guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;
10) memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku
usaha lain atau masyarak;
11) memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan
praktik monopoli dan atau melakukan persaingan tidak sehat;
12) menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrative kepada pelaku usaha yang
melanggar ketentuan UU ini. (buku hukum komersia. Rahayu Hartini,
SH.,M.Si).

14
Fungsi KPPU sesuai dengan tugas sebagaimana yang dimaksud UU no 5 Tahun 1999
tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat pasal 35
meliputi;

1) penilaian terhadap perjanjian terhadap kegiatan usaha dan penyalahgunaan


posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.
2) Pengambilan tindakan sebagai pelaksanaan kewenangan.
3) Pelaksanaan administrative 8(jurnal Budi L Kangramanto 2007 hal :6)

BAB III: PENUTUP

KESIMPULAN

8
(jurnal Budi L Kangramanto 2007 hal : 6)

15
Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan
pemasaran barang atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta
cabang cabang produksi yang penting bagi Negara di atur dengan undang
undang dan diselenggarakan oleh badan usaha milik Negara atau lembaga
Negara atau yang ditunjuk pemerintah.
Sejak berlakunya UU semua peraturan yang mengatur atau berkaitan dengan
praktik monopoli atau persaingan usaha tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum berganti dengan yang baru berdasarkan UU.
Bagi pelaku usagha yang membuat perjanjian atau melakukan kegiatan dan
tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan UU akan terkena sanksi hukum.

SARAN

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan


menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami
semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.

16

Anda mungkin juga menyukai