Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA


TIDAK SEHAT

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis
Dosen Pengampu :

Raden Nadia Nahdia, MH

Disusun oleh :
Nurul Arifiyana

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


MANAJEMEN BISNIS INDONESIA
BOGOR 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesainya makalah ini,
sholawat dan salam tak lupa saya sanjungkan kepada baginda Nabi.Muhammad SAW.

Makalah Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ini saya susun dengan
tujuan agar memudahkan kita dalam proses belajar, guna menambah wawasan bagi rekan-
rekan sehingga kita semua mampu untuk berfikir agar menjadi lebih maju.

Terima kasih kepada Ibu Raden Nadia Nahdiah, MH. sebagai dosen pengampu mata
kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini, masih jauh
dari ke sempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang dapat membangun tetap saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Bogor, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ...........................3

B. Azas dan Tujuan Anti Monopoli ..........................................................................3

C. Kegiatan yang Dilarang .........................................................................................4

D. Perjanjian yang Dilarang .......................................................................................5

E. Hal-Hal yang Dikecualikan Dalam UU Anti Monopoli. .......................................6

F. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) .......................................................7

G. Sanksi Praktek Monopoli ......................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan bisnis yang melaju cepat di Dunia, terutama di indonesia membuat


ketentuan Pasal 1365 KUHP Perdata dan Pasal 362 KUHP tidak mampu dalam mengcover
perkembangan praktek persaingan dan anti monopoli. tanpa dibuatnya Undang-undang baru
yang dapat menjadi payung untuk menjamin persaingan usaha yang sehat, dikhawatirkan akan
muncul monopoli - monopoli pasar yang nantinya justru akan merugikan masyarakat sebagai
konsumen itu sendiri.

Akhirnya untuk menyehatkan iklim persaingan dunia usaha ini, perlu dibentuk Undang -
Undang anti monopoli. Substansi Undang - Undang ini cukup memadai dan mencangkup
pengaturan tentang larangan membuat perjanjian Oligopoli, penetapan harga, pembagian
wilayah, pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, integrasi vertikal, perjanjian tertutup, dan
perjanjian luar negeri yang menimbulkan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. bentuk
pelanggaran yang tidak diperbolehkan adalah monopoli, monopsoni, penguasaan pasar, dan
persekongkolan. Dan untuk mengawasi pelaksaan Undang - Undang ini dibentuk Komisi
pengawas persaingan Usaha sebagai "lembaga independen yang terlepas dari pengaruh
pemerintah serta pihak lain dan bertanggung jawab kepada presiden" (Emil Salim, 2000:111)

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya memiliki inisiatif untuk membuat suat
Undang-Undang yang dapat mencegah monopoli itu terjadi, dan dengan persetujuan dari
presiden, lahir Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang Mulai efektif berlaku sejak tanggal 5 Maret 2000.

1
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengertian anti monopoli dan persaingan tidak sehat?


2. Apa asas dan tujuan anti monopoli?
3. Apa sajakah kegiatan yang dilarang dalam Anti Monopoli?
4. Apa sajakah perjanjian yang dilarang dalam Anti Monopoli?
5. Apa saja hal-hal yang dikecualikan dari anti monopoli?
6. Apa itu Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)?
7. Bagaimana sanksi terhadap praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisann dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian pengertian anti monopoli dan persaingan tidak sehat


2. Mengetahui asas dan tujuan anti monopoli
3. Mengetahui kegiatan yang dilarang dalam Anti Monopoli
4. Mengetahui perjanjian yang dilarang dalam Anti Monopoli
5. Mengetahui hal-hal yang dikecualikan dari anti monopoli
6. Mengetahui Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
7. Mengetahui sanksi terhadap praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat

Dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat dalam Ketentuan Umum memuat beberapa pengertian dalam hubungannya dengan
kegiatan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat :

a. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau
atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
b. Praktek monopoli adalah pemusatan kegiatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan
jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum.
c. Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu pasar
bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga
barang dan atau jasa.

Sedangkan pengertian Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

B. Azas dan Tujuan Anti Monopoli

Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus berasaskan demokrasi
ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum.

Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, adalah sebagai
berikut :

1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai


salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang
sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi
pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.

3
3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan
oleh pelaku usaha.
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

C. Kegiatan Yang Dilarang


Kegiatan-kegiatan yang dilarang dalam kegiatan anti monopoli sebagai berikut :
1. Monopoli
Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang
dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
2. Monopsoni
Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal
atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
3. Penguasaan Pasar
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun
bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak seha.
4. Persekongkolan
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat
5. Posisi dominan
Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun
tidak langsung
6. Jabatan rangkap
Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu
perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau
komisaris pada perusahaan lain.
7. Pemilikan saham
Pelaku usaha dilarang memiliki usaha mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang
melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang
sama, atau mendirikan beberpa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama
pada pasar bersangkutan yang sama.
4
8. Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.

D. Perjanjian Yang Dilarang


Perjanjiann-perjanjian yang dilaranng dalm kegiatann anti monopoli sebagai berikut :

1. Oligopoli
Oligopoli adalah keadaan pasar dengan produsen dan pembeli barang hanya
berjumlah sedikit, sehingga mereka atau seorang dari mereka dapat mempengaruhi harga
pasar.
2. Penetapan Harga
Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas barang dan
atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang
sama.
3. Pembagian Wilayah
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang
bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau
jasa.
4. Pemboikotan
Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk
tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
5. Kartel
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang
bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran
suatu barang dan atau jasa.
6. Trust
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk
melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih
besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup tiap-tiap
perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau
pemasaran atas barang dan atau jasa.

5
7. Oligopsoni
Keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau
menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar komoditas.
8. Integrasi Vertikal
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan
untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi
barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil
pengelolaan atau proses lanjutan baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak
langsung.
9. Perjanjian Tertutup
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat
persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau
tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada
tempat tertentu.
10. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang memuat
ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.

E. Hal-Hal yang Dikecualikan Dalam Undang-Undang Anti Monopoli

Hal-hal yang dikeculikan dari undang-undang Monopoli, antara lain :

1. Penjanjian yang Dikecualikan


Adapun perjanjian yang dikecualikan dalam kegiatan anti monopoli antara lain :
a. Perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual, termasuk lisensi,
paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik
terpadu, dan rahasia dagang.
b. Perjanjian yang berkaitan dengan waralaba
c. Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan/atau jasa yang tidak
mengekang dan/atau menghalangi persaingan.
d. Perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk
memasok kembali barang dan/atau jasa dengan harga yang lebih rendah dari harga
yang telah diperjanjikan.

6
e. Perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar hidup
masyarakat luas.

2. Perbuatan yang Dikecualikan.


Adapun perbuatan yang dikecualikan dalam kegiatan anti monopoli antara lain :
a. Perbuatan pelaku usaha yang tergolong dalam pelaku usaha.
b. Kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani anggota.

3. Perbuatan dan/atau Perjanjian yang Diperkecualikan


Adapun perbuatan dan/atau perjanjian yang diperkecualikan dalam kegiatan anti
monopoli antara lain :
a. Perbuatan atau perjanjian yang bertujuan untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
b. Perbuatan dan/atau perjanjian yang bertujuan untuk eksport dan tidak mengganggu
kebutuhan atau pasokan dalam negeri.

F. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen di


Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. KPPU merupakan
lembaga independen yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak
lainnya atau dengan kata lain KPPU hanya bertanggung jawab kepada Presiden.

1. Visi dan Misi KPPU

Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya


memerlukan adanya arah pandang yang jelas, sehingga apa yang menjadi tujuannya dapat
dirumuskan dengan seksama dan pencapaiannya dapat direncanakan dengan tepat dan
terinci. Adapun arah pandang KPPU tersebut kemudian dirumuskan dalam suatu visi dan
misi KPPU sebagai berikut:

a. Visi KPPU
Visi KPPU sebagai lembaga independen yang mengemban amanat UU No. 5
Tahun 1999 adalah “Terwujud Ekonomi Nasional yang Efisien dan Berkeadilan untuk
Kesejahteraan Rakyat”.

7
b. Misi KPPU
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka dirumuskan misi KPPU sebagai
berikut:
• Pencegahan dan Penindakan,
• Internalisasi Nilai-nilai Persaingan Usaha, serta
• Penguatan Kelembagaan.

G. Sanksi Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat


Adapun sanksi-sanksi praktek monopoli dan persaingan tidak sehat sesusia pada pasal
47,48 dan 49 adalah sebagai berikut :

1. Bagian Pertama Pidana Pokok (Pasal 47)

Adapun sanksi sanksi praktek monopoli dan persaingan tidak sehat sesuai pada bagian
pertama tindakan administratif (pasal 47) adalah sebagai berikut

1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap


pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.
2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau
b. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau
c. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti
menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha
tidak sehat dan atau merugikan masyarakat; dan atau
d. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi
dominan; dan atau
e. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; dan atau
f. Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau
g. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah).

8
2. Bagian Kedua Pidana Pokok (Pasal 48)

Adapun sanksi sanksi praktek monopoli dan persaingan tidak sehat sesuai pada
bagian kedua tindakan administratif (pasal 48) adalah sebagai berikut:
1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal 16
sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-
tingginya Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah), atau pidana kurungan
pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.
2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal 20
sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang ini diancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp5.000.000.000 ( lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya
Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupialh), atau pidana kurungan pengganti
denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya
Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda
selama-lamanya 3 (tiga) bulan.

3. Bagian Ketiga Pidana Tambahan (Pasal 49)

Adapun sanksi sanksi praktek monopoli dan persaingan tidak sehat sesuai pada
bagian ketiga tindakan administratif (pasal 49) adalah sebagai berikut:
Sanksi tambahan sesuai dalam Pasal 49 juga dapat dikenakan pidana berupa:
a. Pencabutan izin usaha; atau
b. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran
terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi/komisaris
sekurang-kurangnya 2(dua) tahun dan selama-lamanya 5(lima) tahun; atau
c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya
kerugian pada pihak lain.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Persaingan Tidak Sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Sementara yang dimaksud dengan
“praktek monopoli” adalah suatu pemusatan kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih
pelaku yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau
jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha secara tidak sehat yang kemudian dapat
merugikan kepentingan umum.
Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus berasaskan demokrasi
ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum
Kegiatan-kegiatan yang dilarang seperti Monopoli, Monopsoni, Penguasaan pasar,
Persekongkolan, Posisi dominan, Jabatan rangkap, Pemilikan saham, Penggabungan,
peleburan, dan pengambilalihan
Perjanjian yang dilarang yaitu Oligopoli, Penetapan Harga, Pembagian Wilayah,
Pemboikotan, Kartel, Trust, Oligopsoni, Integrasi Vertikal, Perjanjian Tertutup, Perjanjian
dengan Pihak Luar Negeri

Hal-hal yang dikecualikan dari Undang-undang anti monopoli yaitu Penjanjian yang
Dikecualikan, Perbuatan yang Dikecualikan, Perbuatan dan/atau Perjanjian yang
Diperkecualikan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen di
Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. KPPU merupakan lembaga
independen yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lainnya atau
dengan kata lain KPPU hanya bertanggung jawab kepada Presiden.
Sanksi praktek monopoli dan persaingan tidak sehat bagian pertama tindakan
administratif (Pasal 47), bagian kedua pidana pokok (Pasal 48), bagian ketiga pidana tambahan
(Pasal 49).

10
DAFTAR PUSTAKA

Emil Salim. 2000. Kembali Ke Jalan Lurus: esai-esai 1966-99. AlvaBet. Jakarta.

Fuady, Munir. 2003. Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat.
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Indonesia. Undang-undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, UU No. 5 Tahun 1999.

Sari Kartika E., Simangunsong A. 2008. Hukum dalam Ekonomi. PT. Grasindo. Jakarta.

Kooswanto T., Dea Y., Suryo Y. Keadaan Pasar Indonesia Pasca Undang-Undang No. 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Private Law, Edisi 02 Juli-Oktober 2013.

Website
KPPU, http://www.kppu.go.id/ Diakses pada tanggal 18 Maret 2022, Pukul 13.00 – 16.00 WIB.

11

Anda mungkin juga menyukai