Dosen Pengampu:
DR.DAILIBAS,SE,MM.,M.AK
Disusun Oleh:
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPEBANGSA KARAWANG
Jl. HS Ronggo Waluyo, Puseurjaya, Teluk Jambe Timur, Kabupaten
Karawang
2021
KATA PENGANTAR
Marilah kita panjatkan puji serta syukur Kehadirat Tuhan yang maha kuasa,
yang telah memberikan anugerah dan karunia-Nya kepada kita, sehingga masih
diberikan Rezeki, kesehatan, kekuatan, dan kemampuan untuk terus belajar dan
berkarya, yang semoga dapat bermanfaat bagi kemajuan bangsa. Makalah
‘HUKUM BISNIS” ini kami harapkan dapat memberikan wawasan kepada kita
tentang penjelasan umum mengenai “Antimonopoli dan Persaingan Tidak Sehat”
sehingga dapat dimanfaatkan dan di aplikasikan dalam kebutuhan kerja.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikanya makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Pengertian Monopoli.........................................................................................................3
2.2 Alasan Utama Terjadinya Monopoli.................................................................................3
2.3 Alasan Lain Munculnya Monopoli...................................................................................3
2.4 Keuntungan Pasar Monopoli.............................................................................................4
2.5 Kekurangan Pasar Monopoli.............................................................................................4
2.6 Pengertian Persaingan Usaha Tidak Sehat........................................................................4
2.7 Teori-Teori Hukum Antimonopooli dalam sejarah..........................................................5
2.8 Pengertian Komisi Pengawas Persaingan Usaha..............................................................9
2.9 Tugas dan Kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha.........................................9
2.10 Hukum Acara Persaingan Usaha ( KPPU ) Dasar Hukum.............................................10
2.11 Hal-Hal yang Dikecualikan dalam UU Anti Monopoli..................................................11
2.12 Antimonopoli dan Prinsip Perdagangan Menurut Syariah.............................................11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................15
3.2 Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam monopoli terdapat kemungkinan berlakunya harga akan lebih tinggi, jumlah
produksi akan rendah, dan keuntungan lebih besar dari pada di dalam pasar persaingan
sempurna, berdasarkan kemungkinan kebanyakan ahli ekonomi berpendapat bahwa
monopoli menimbulkan akibat yang buruk terhadap kesejahteraan msyarakat dan
distribusi pendapatan menjadi tidak merata. Monopoli akan memperoleh keuntungan
yang lebih dari normal, dan ini akan dinikmati oleh pengusaha monopoli dan pemegang-
pemegang saham lainnya, mereka terdiri dari penduduk yang berpendapatan tinggi atau
menegah,para pekerja yang merupakan golongan yang relatif miskin tidak akan
memperoleh sesuatu apa pun dari keuntungan monopoli yang lebih tinggi dari
keuntungan normal tersebut.
Sebetulnya sudah sejak lama masyarakat Indonesia, khususnya para pelaku bisnis
merindukan sebuah undang-undang secara komprehensif mengatur persaingan sehat.
Keinginan itu didorong oleh munculnya praktik-praktik perdaganan yang tidak sehat,
terutama karena penguasa sering memberikan perlindungan ataupun privileges kepada
para pelaku bisnis tertentu yang mana sebagai bagian dari praktik-praktik kolusi, korupsi,
dan nepotisme. Dikatakan komprehensif, karena sebenarnya secara pragmentaris,
batasan-batasan yuridis terhadap praktikpraktik bisnis yangtidak sehat atau curang dapat
ditemukan secara tersebar di berbagai hukum positif. Tetapi karena sifatnya yang
sectoral, perundang-undangan tersebut sangat tidak efektif untuk memenuhi berbagai
indicator sasaran yang ingin dicapai oleh undang-undang persaingan sehat tersebut dari
sisi konseptualnya.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan monopoli dan antimonopoli?
2. Apa saja teori-teori dari antimonopoli?
3. Apa saja pembagian dari Antimonopoli?
4. Apa saja syarat-syarat persaingan usaha yang sehat?
5. Apa fungsi dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada para
pembaca tentang antimonopoli dan persaingan tidak sehat, baik itu pengertian dari badan,
macam-macam teori dari antimonopoli, sehingga pembaca mampu memahami materi
yang berkaitan dengan konsep pemikiran monopoli dan anti monopoli, perjanjian yang
dilarang, hal-hal yang dikecualikan dari UU anti monopoli, anti monopoli dan prinsip
perdagangan menurut syariah. Di samping itu makalah ini juga bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis, yang diberikan oleh bapak Dr. Dailibas.,
SE., Ak., M.Ak., MM., CA., PIA., CFrA.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
d. Sebuah perusahaan sudah menjadi sangat besar. Sehingga tidak hanya memproduksi
produk, perusahaan tersebut juga sudah menguasai hulu ke hilir dalam hal bahan baku
4
oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga barang dan atau jasa.
Istilah lain persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan curang ( unfair
competition ) atau praktik bisnis yang tidak jujur. Jadi, persaingan usaha tidak sehat itu
adalah suatu persaingan usaha yang dilakukan oleh antar pelaku usaha secara tidak jujur
atau melawan hukumatau penghambat persaingan usaha. Pelaku usaha di sini melakukan
cara – cara persaingan usaha yang dilakukan pelaku usaha tersebut dapat menghambat
persaingan usaha. Praktisi bisnis tidak jujur dapat diartikan sebagai segala tingkah laku
yang tidak sesuai dengan itikat baik, kejujuran di dalam berusaha. Perbuatan ini termasuk
perbuatan melawan hukum.
Sementara yang dimaksud dengan “pelaku usaha” adalah setiap perseorangan atau badan
usaha, baik berbentuk badan hukum atau tidak, yang didirikan atau berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah Republik Indonesia yang menyelenggarakan berbagai
kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.
Jadi dalam hal ini ke dalam kategori “ pelaku usaha “ termasuk
1. Orang perorangan;
2. Badan Usaha Badan Hukum
3. Badan Usaha Bukan Badan Hukum;
Dengan dimasukannya badan usaha bukan badan Hukum sebagimana pelaku usaha,
sebagaimana pelaku usaha, maka cakupannya menjadi luas.Yakni termasuk juga tentunya
badan Usaha termasuk CV,Firma, Yayasan, dan berbagai bentuk perkumpulan lainnya.
Undang – Undang Anti monopoli No.5 Tahun 1999 masih melihat pelaku usaha dalam
arti suatu bentuk dalam arti suatu bentuk usaha, baik badan hukum atau tidak. Jadi, jika
suatu kelompok usaha ada dua badan hukum misalnya, maka hal tersebut dianggap
sebagai dua pelaku usaha.
Karena itu, bagi Undang – undang Anti Monopoli Tahun 1999 tersebut, tidak begitu
relevan misalnya membedakan apakah suatu distribusi ganda ( dual distribution )
berbentuk “sejajar” atau berbentuk “campuran “ ( myriadi ) karena akibat hukumnya
tetap sama. Yang dimaksud dengan distribusi ganda adalah jika ada satu perusahaan yang
mengangkat distributornya lebih dari satu, tetapi kedua distibutornya lebih dari satu,
tetapi kedua perusahaan distribusi tersebut berada diluar grup dan saling bersaig satu
sama lain.
Sementara itu, yang dimaksud dengan distribusi ganda campuran adalah dimana
produsen mengangkat dua distributor, satu merupakan distributor yang satu lagi adalah
distributor bebas, yakni yang berada diluar kelompok usaha yang bersangkutan. Sehingga
dalam distribusi ganda yang campuran tersebut terancam baik persaingan usaha yang
vertikal maupun horizontal. Disamping itu, ada juga yang mengartikan kepada tindakan
monopoli sebagai suatu keistimewaaan atau keuntungan khusus yang diberikan seorang
atau beberapa orang atau perusahaan, yang merupakan hak atau kekuasaan yang eksklutif
untuk menjalankan bisnis atau perdagangan tertentu, atau memproduksi barang – barang
khusus, atau mengontrol penjualan terhadap seluruh suplai barang tertentu.
5
seorang yang dilakukan seorang pelaku pasar lebih jurus kepada pengrbrian atau
bahkan penghancuran persaingan pasar atau sebaliknya bahkan dapat lebih
mempromisikan persaingan tersebut. Dalam memberikan juga kepentingan ekonomi
dan social termasuk kepentingan ekonomi dan social termasuk kepentingan pihak
pembisniskecil, sehingga teori ini dijuluki sebagai teori kemasyaratan.
2. Teori Per Se
Teori ini meniktikberatkan kepada struktur pasar tanpa terlalu memeprhitungkan
kepentingan ekonomi dan social yang lebih luas.Karena itu,pendekatan yang
dilakukukan oleh penganut-penganut teori per se ini adalah kaum structruralist
dengan paham structuralismnya.Menurut teori ini, misalnya pertukaran informasi
harga antara pihak competitor, bagaimana pun juga dianggap bertentangan dengan
hokum antimonopoly.
6
usaha. Apabila tujuannya adalah tercapainya efisiensi (ekonomi) seperti di Amerika
Serikat,maka praktis bisnis misalnya integrasi vertikal tidak akan dilarang apabila
integrasi tersebut terbukti menghasilkan produk yang lebih efisien ketimbang tidak
terintegrasi.Demikian juga apabila hukum persaingan yang berlaku suatu negara
mempunyai tujuan ekonomi, maka alasan ( reason ) non – ekonomi dapat digunakan
dalam melarang suatu kegiatan usaha.19
Penetapan Harga
Mengenai perjanjian penetapan harga ini dibedakan dalam (empat) macam
sebagaimana diatur dalam pasal 5-8 Undang-Undang Antimonopoli,yaitu :
a. Penetapan Harga ( price fixing)
Perjanjian penetapan Harga ( price fixing ) ini diatur dalam ketentuan
Pasal 5 ayat (1) dan (2) ,selngkapnya dinyatakan bahwa:
Pasal 5 ayat (1): Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya untuk menetapan harga atas suatu barang
dan/ atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada
pasar bersangkutan yang sama.
Pasal 5 ayat (2):Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)
tidak berlaku lagi:
I Suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha
patungan,atau
II Suatu perjanjian yang didasarkan undang- undang yang
berlaku.
7
artinya :Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang
mengakibatkan pembeliyang harus membayar dengan harga yang
berbeda dari harga. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang
mengakibatkan pembeli yang harus membayar dengan harga yang
berbeda dari harga yang harus dibayarkan oleh pembeli lain untuk
barang dan/atau jasa yang sama.
b. Kegiatan dilarang
Adapun Jenis-jenis dari kegiatan yang dilarang menurut Undang – Undang
Antimonopoli adalah sebagai berikut;
1. Monopoli ( Monopoly)
Diatur dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
Antimonopoli menyatakan bahwa:
Pasal 17 ayat (1):
“pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli dan atau persaingan tidak sehat.”22
2. Monopsoni
3. Monopsoni adalah menguasai penerimaan pasokan atau menjasi pembeli
tunggal atas barang dan / atau jasa dalam pasar yang bersangkutan
sebagaimana diatur dalam Pasal ayat ( 1), dan (2).
Penguasaan Pasar
Penguasaan pasar ini adalah kegiatan yang dilarang karena dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat,sebagaimana yang diatur dalam pasal 19,20,21 Undang- Undang No.5
tahun 1999.
Persekonglan
Persekonglanatau konspirasi usaha adalah bentuk kerja sama yang dilakukan
oleh pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai psar bersangkutan
bagi kepentingan pelaku usaha yang bersengkol.Persengkolah diatur dalam
8
Pasal 22, pasal 23, dan Pasal 24 Undang –Undang Antimonopoli.
9
unsur pembuktian per se illegal, yaitu sekedar membuktikan ada tidaknya
perbuatan, dan pembuktian rule of reason, yang selain mempertanyakan eksistensi
perbuatan juga melihat dampak yang ditimbulkan.
10
1. Pasal 34 – 46 Undang – Undang No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek Monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat.
2. Peraturan Perundangan – undangan yang tidak bertentangan dengan Undang –
Undang No. 5 tahun 1999.
3. Keputusan Prisiden No.75 tahun 1999 tentangKomisiPengawas persaingan
usaha.
4. Peraturan Mahkamah Agung ( perma ) No.3 tahun 2009 tentang cara pengajuan
Upaya Hukum keberatan terhadap putusan KPPU.
5. Peraturan Mahkamah Agung No. 1 tahun 2008 tentang prosedur Mediasi di
Pengadilan.
6. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha ( KPPU ) No. 1 tahun 2006 tentang
tata cara penangganan perkara di KPPU.
7. Herziene Indonesisch Reglement ( HIR ) / Hukum Acara Perdata, S. 1848 No.16,S.
1941 No. 44.
Pasal 51
Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta
11
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara diatur dengan undangundang dan
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau badan atau lembaga yang
dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah
12
sebaliknya tidak boleh di tambahkan, maka seorang yang di beri amanah harus
benar-benar menjaga amanah tersebut. Sikap amanah harus dimiliki oleh seorang
pebisnis muslim sikap itu bisa di miliki jika dia selalu menyadari bahwa apapun
aktivitas yang dilakukan termasuk pada saat ia bekerja selalu di ketahui oleh Allah
SWT, sikap amanah dapat dibangun dengan jalan saling menasehati dalam
kebajikan serta mencegah berbagai penyimpangan yang terjadi. Setiap pedagang
harus bertanggung jawab atas usaha dan pekerjan dan atau jabatan sebagai
pedagang yang telah di pilihnya tersebut, tanggung jawab di sini artinya mau dan
mampu menjaga amanah (kepercayaan) masyarakat yang memang secara otomatis
terbeban di pundaknya. Berbicara tentang kegiatan ekonomi, maka kajian yang
dibahas tak jauh mengenai kajian ekonomi M. Abdul Mannan menjelaskan dalam
buku teori dan praktek ekonomi Islam, bahwa ilmu ekonomi Islam adalah ilmu
tentang manusia, bukan sebagai individu yang terisolasi, tetapi mengenai individu
sosial yang meyakini nilai-nilai hidup Islam.
3. Tidak Memperjual-belikan Barang Haram
Prinsip yang harus di pegang oleh seorang pebisnis atau pedagang muslim adalah
menjual barang/produk yang halal, kehadiran barang halal adalah wajib dalam
kehidupa setiap muslim. Nabi melarang beberapa jenis perdagangan, baik karena
hakekat perdagangan itu memang dilarang maupun karena adanya unsur-unsur
yang di haramkan di dalamnya, barang yang di larang tersebut di antaranya seperti
alkohol dan babi.
4. Tidak Menimbun Barang Dagangan
Jangan menimbun barang dagangan pada saat masyarakat sedang membutuhkannya
dengan tujuan memperoleh laba sebanyak-banyaknya. Penimbunan barang adalah
halangan terbesar dalam pengaturan persaingan pasar Islam, hal tersebut di
karenakan pengaruhnya terhadap jumlah barang yang ditimbun, dimana pedagang
memilih untuk menahan barang dagangannya dan tidak menjualnya karena
menunggu naiknya harga.
5. Murah Hati
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW menganjurkan agar para pedagang selalu
bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam pengertian ramah
tamah, sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggung
jawab.
6. Tidak Melupakan Akhirat
Salah satu nilai dasar yang harus diperhatikan oleh pedagang adalah selalu ingat
kepada akhirat, karena pada dasarnya kehidupan di dunia adalah jembatan menuju
akhirat. Jika ini menjadi salah satu pegangan dalam melakukan perdagangan maka
seorang pedagang akan tetap menegakkan syariat agama, terutama shalat yang
merupakan hubungan abadi antara manusia dengan Tuhannya Jual beli adalah
perdagangan dunia, sedangkan melaksanakan kewajiban syariat Islam adalah
perdagangan akhirat. Keuntungan akhirat pasti lebih utama ketimbang keuntungan
dunia, Pedagang muslim hendaknya jangan sampai di sibukkan oleh
perdagangannya hingga lalai dari kewajiban agamanya dari mengingat Allah.
Perdagangan tidak boleh melalaikan diri manusia dari beribadah kepada Allah
(zikir, sholat, haji dan zakat).
7. Tidak Bersumpah Palsu
13
Seorang pedagang muslim hendaknya jangan bersumpah palsu bahkan sedapat
mungkin harus menjauhi sumpah, meskipun itu benar. Penjual harus menjauhi
sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu barang. Nabi Muhammad SAW telah
menetapkan dasar-dasar moral, manajemen dan etos kerja mendahului zamannya
dalam melakukan perniagaan atau perdagangan. Dasar-dasar etika dan manajemen
bisnis tersebut telah mendapat legitimasi keagamaan setelah beliau diangkat
menjadi Nabi, prinsip-prinsip bisnis yang di wariskan semakin mendapat
pembenaran akadamisi di penghujung abad ke-20 atau awal abad ke-21. Prinsip
bisnis modern seperti tujuan pelanggan, pelayanan yang unggul, kompetensi,
efesiensi, transparansi, dan persaingan yang sehat, semuanya telah menjadi
gambaran pribadi dan etika bisnis prinsip nabi Muhammad SAW ketika ia muda.
Perilaku yang baik dalam diri seorang pelaku pasar di dasarkan atas dasar ajaran
Islam, ketika seseorang sudah ber‟syahadat dan mengaku dirinya sebagai seorang
muslim, maka kewajibannya tidak hanya berhenti di wilayah ibadah yang bersifat
ritual seperti shalat, akan tetapi ketika ia berdagang, memproduksi atau
mengkonsumsi suatu barang dan segala macam aktivitas lainnya, harus didasarkan
karena motivasi beribadah kepada Allah. Dengan begitu maka ia akan selalu
mengawasi dirinya agar tidak masuk ke area yang dilarang oleh Allah, Ia akan
menghindari perbuatan yang merugikan orang lain dengan begitu mekanisme pasar
akan terhindar dari kejahatan dan kecurangan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah lahirnya UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat berangkat dari berbagai permasalahan yang
muncul dari berbagai praktis dunia bisnis yang melibatkan pelaku usaha dan konsumen,
serta ada beberapa peran pihak pemerintah dalam melindungi suatu kepentingan tertentu.
UU terkait persaingan usaha ini hadir bertujuan untuk memberikan pengawasan serta
memberikan pemahaman terkait bagaimana praktik-praktik persaingan usaha yang sehat
Indonesia saat ini telah memiliki lembaga yang berwenang dalam menjalankan serta
mengawasi dari tegaknya aturan peraturan perundang-undangan hukum persaingan usaha
UU 5/1999, yakni Komisi Pengawasan Persaingan Usaha. Peran KPPU sangat penting
dalam menjaga stabilitas kondisi perekonomian persaingan usaha yang sehat di
Indonesia. Dengan adanya lembaga yang mengangani terkait persaingan usaha yang
sehat, maka diharapkan berkurangnya berbagai praktikpraktik yang dapat mematikan
usaha masyarakat kecil oleh kepentingan pihak tertentu dan praktik-praktik usaha yang
tidak sehat lainnya.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1) Dilakukan amandemen terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha tidak sehat, terutama terkait
dengan status lembaga KPPU.
2) Amandemen tersebut juga dititikberatkan pada tambahan kewenangan bagi KPPU,
khususnya agar memiliki kewenangan untuk melakukan penggeledahan dan
penyitaan. Apabila muncul ketakutan akan adanya tumpang tindih kewenangan
penggeledahan dan penyitaan dengan penegak hukum lainnya, kewenangan
penggeledahan dan penyitaan yang nantinya diberikan kepada KPPU bisa dilakukan
secara terbatas, misalnya KPPU hanya dapat melakukan penggeledahan dan
penyitaan apabila telah mendapatkan izin dari Pengadilan Negeri setempat dan pada
bagian tim KPPU yang melakukan penggeledahan dan penyitaan harus terdapat unsur
dari Kepolisian yang dimaksudkan terjalinnya kerjasama yang baik antara penegak
hukum.
15
3) Saran yang terakhir yaitu adanya perluasan definisi pelaku usaha, tidak hanya yang
ada di Indonesia tetapi juga pelaku usaha di luar wilayah Indonesia yang berdampak
pada perekonomian di Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2020, Maret 10). UU 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Diambil kembali dari Jogloabang: https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-
5-1999-larangan-praktek-monopoli-persaingan-usaha-tidak-sehat
Prameswari, G. (2021, Januari 5). Kelebihan dan Kekurangan Pasar Monopoli. Diambil kembali dari
Kompas.com: https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/05/180638869/kelebihan-dan-
kekurangan-pasar-monopoli
PT. Tokopedia. (2021, April 6). Tokopedia Kamus Keuangan. Diambil kembali dari Kamus Tokopedia:
https://kamus.tokopedia.com/m/monopoli/#:~:text=%E2%80%9CSituasi%20yang%20pengadaan
%20barang%20dagangannya,(membuat%20dan%20sebagainya).%E2%80%9D
Putra, R. N. (2018). Bussiness Law Review: One. URGENSI KEBERADAAN HUKUM PERSAINGAN
USAHA DAN ANTI, 38-45.
Riau, UIN Suska. (2011). KONSEP ETIKA PERDAGANGAN DALAM ISLAM. Diambil kembali dari
Repository Uin Suska: http://repository.uin-suska.ac.id/19769/8/8.%20BAB%20III
%20%281%29.pdf
Saretta, I. R. (2020, Desember 2). Pengertian Pasar Monopoli Beserta Keuntungan dan Kekurangannya.
Diambil kembali dari Cermati.com: https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pasar-monopoli-
beserta-keuntungan-dan-kekurangannya
17