Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH HUKUM BISNIS

“Antimonopoli dan Persaingan Tidak Sehat”

Dosen Pengampu:
DR.DAILIBAS,SE,MM.,M.AK

Disusun Oleh:

1. Andika Pirmansah (1810631030081)

S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPEBANGSA KARAWANG
Jl. HS Ronggo Waluyo, Puseurjaya, Teluk Jambe Timur, Kabupaten
Karawang

2021
KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan puji serta syukur Kehadirat Tuhan yang maha kuasa,
yang telah memberikan anugerah dan karunia-Nya kepada kita, sehingga masih
diberikan Rezeki, kesehatan, kekuatan, dan kemampuan untuk terus belajar dan
berkarya, yang semoga dapat bermanfaat bagi kemajuan bangsa. Makalah
‘HUKUM BISNIS” ini kami harapkan dapat memberikan wawasan kepada kita
tentang penjelasan umum mengenai “Antimonopoli dan Persaingan Tidak Sehat”
sehingga dapat dimanfaatkan dan di aplikasikan dalam kebutuhan kerja.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikanya makalah ini.

Bekasi, 15 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Pengertian Monopoli.........................................................................................................3
2.2 Alasan Utama Terjadinya Monopoli.................................................................................3
2.3 Alasan Lain Munculnya Monopoli...................................................................................3
2.4 Keuntungan Pasar Monopoli.............................................................................................4
2.5 Kekurangan Pasar Monopoli.............................................................................................4
2.6 Pengertian Persaingan Usaha Tidak Sehat........................................................................4
2.7 Teori-Teori Hukum Antimonopooli dalam sejarah..........................................................5
2.8 Pengertian Komisi Pengawas Persaingan Usaha..............................................................9
2.9 Tugas dan Kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha.........................................9
2.10 Hukum Acara Persaingan Usaha ( KPPU ) Dasar Hukum.............................................10
2.11 Hal-Hal yang Dikecualikan dalam UU Anti Monopoli..................................................11
2.12 Antimonopoli dan Prinsip Perdagangan Menurut Syariah.............................................11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................15
3.2 Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam monopoli terdapat kemungkinan berlakunya harga akan lebih tinggi, jumlah
produksi akan rendah, dan keuntungan lebih besar dari pada di dalam pasar persaingan
sempurna, berdasarkan kemungkinan kebanyakan ahli ekonomi berpendapat bahwa
monopoli menimbulkan akibat yang buruk terhadap kesejahteraan msyarakat dan
distribusi pendapatan menjadi tidak merata. Monopoli akan memperoleh keuntungan
yang lebih dari normal, dan ini akan dinikmati oleh pengusaha monopoli dan pemegang-
pemegang saham lainnya, mereka terdiri dari penduduk yang berpendapatan tinggi atau
menegah,para pekerja yang merupakan golongan yang relatif miskin tidak akan
memperoleh sesuatu apa pun dari keuntungan monopoli yang lebih tinggi dari
keuntungan normal tersebut.

Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan


Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, adapun tujuan dari pembentukan
Undang-Undang tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
adalah menjaga kepentingan umum dan meningkatkanefisiensi ekonomi nasional sebagai
salah satu upaya untuk menigkatkan kesejahteraan rakyat.

Sebetulnya sudah sejak lama masyarakat Indonesia, khususnya para pelaku bisnis
merindukan sebuah undang-undang secara komprehensif mengatur persaingan sehat.
Keinginan itu didorong oleh munculnya praktik-praktik perdaganan yang tidak sehat,
terutama karena penguasa sering memberikan perlindungan ataupun privileges kepada
para pelaku bisnis tertentu yang mana sebagai bagian dari praktik-praktik kolusi, korupsi,
dan nepotisme. Dikatakan komprehensif, karena sebenarnya secara pragmentaris,
batasan-batasan yuridis terhadap praktikpraktik bisnis yangtidak sehat atau curang dapat
ditemukan secara tersebar di berbagai hukum positif. Tetapi karena sifatnya yang
sectoral, perundang-undangan tersebut sangat tidak efektif untuk memenuhi berbagai
indicator sasaran yang ingin dicapai oleh undang-undang persaingan sehat tersebut dari
sisi konseptualnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan monopoli dan antimonopoli?
2. Apa saja teori-teori dari antimonopoli?
3. Apa saja pembagian dari Antimonopoli?
4. Apa saja syarat-syarat persaingan usaha yang sehat?
5. Apa fungsi dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada para
pembaca tentang antimonopoli dan persaingan tidak sehat, baik itu pengertian dari badan,
macam-macam teori dari antimonopoli, sehingga pembaca mampu memahami materi
yang berkaitan dengan konsep pemikiran monopoli dan anti monopoli, perjanjian yang
dilarang, hal-hal yang dikecualikan dari UU anti monopoli, anti monopoli dan prinsip
perdagangan menurut syariah. Di samping itu makalah ini juga bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis, yang diberikan oleh bapak Dr. Dailibas.,
SE., Ak., M.Ak., MM., CA., PIA., CFrA.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Monopoli


Menurut UU No.5 Tahun 1999, Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan
atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau
satu kelompok pelaku usaha. Monopoli dapat terjadi dalam setiap sistem ekonomi. Dalam
setiap ekonomi kapitalisme dan liberalisme,dengan instrumen kebebasan
pasar,kebebasan keluar masuk tanpa restriksi,serta informasi dan bentuk pasarnya yang
atomistik monopolistik telah melahirkan monopoli sebagai anak kandungnya.
Adanya persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya perusahan – perusahaan
secara naluriah ingin mengalahkan pesaing- pesaing agar menjadi paling besar, paling
hebat, dan paling kaya. Sedangkan dalam sistem ekonomi sosialisme dan komunisme,
monopoli juga terjadi dengan bentuk yang khas.Dengan nilai instrumental perencanaan
ekonomi yang sentralistik mekanistik dan pemilikan faktor produksi secara kolektif,
segalanya dimonopoli negara dan diatur dari pusat.

2.2 Alasan Utama Terjadinya Monopoli


Secara garis besar, ada tiga penyebab terjadinya monopoli. 
a. Monopoli dari pemerintah (Monopoly by Law), yang terjadi karena produk yang
dijual menyangkut hajat hidup orang banyak. 
b. Monopoli secara alamiah (Monopoly by Nature). Misalnya karena perusahaan
tersebut berada di lokasi yang sangat strategis dengan sumber daya yang digunakan.
Sehingga mereka menguasai sumber daya tersebut. Monopoly by Nature juga
biasanya terjadi secara alamiah. Misalnya karena iklim dan/atau letak geografis dari
perusahaan tersebut. Sehingga menjadikan perusahaan tersebut sebagai pasar satu-
satunya .
c. Terakhir adalah monopoli yang terjadi karena hak paten alias kekayaan intelektual
(Monopoly by License). Di mana tidak ada satu pun individu lain yang boleh
menggunakan (memiliki hak cipta). Secara praktis perusahaan tersebut pun menjadi
pasar monopoli. Contoh dari monopoly by license adalah Microsoft Office.

2.3 Alasan Lain Munculnya Monopoli


Selain tiga di atas, monopoli juga terjadi karena beberapa hal. Berikut penjabarannya:
a. Jika perusahaan tersebut memiliki spesialisasi tersendiri dalam membuat produk yang
dijual. Teknik tersebut tidak dikuasai oleh perusahaan mana pun. 
b. Modal yang sangat besar juga bisa menjadikan sebuah perusahaan memonopoli pasar.
Perusahaan tersebut pun akan membeli kompetitor. Sehingga tidak ada lagi
kompetitor yang tersisa di pasaran.
c. Selain teknik untuk membuat sebuah produk. Perusahaan bisa memonopoli pasar jika
memiliki teknologi yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain. Hal ini menjadi
nilai plus yang juga bisa menyingkirkan semua pesaingnya.

3
d. Sebuah perusahaan sudah menjadi sangat besar. Sehingga tidak hanya memproduksi
produk, perusahaan tersebut juga sudah menguasai hulu ke hilir dalam hal bahan baku

2.4 Keuntungan Pasar Monopoli


Sebagai perusahaan satu-satunya yang memiliki kuasa penuh, pasar monopoli memiliki
beberapa keuntungan, seperti:
1. Perusahaan tidak perlu melakukan banyak promosi karena berapapun harganya
masyarakat akan tetap setia.
2. Peluang kompetisi yang kecil.
3. Meningkatkan kreativitas dari perusahan tersebut. Perusahaan juga akan melakukan
inovasi dan mengembangkan ide-ide baru untuk membuat konsumennya tetap setia.
4. Dalam Monopoly by Nature, perusahaan tidak akan bisa mencapai skala ekonomi
(economies scale). Produksi pun bisa menjadi lebih efisien.
5. Monopoly by License, membuat pemilik hak paten tersebut menjadi bisa lebih
leluasa. Dalam mengembangkan produknya ke arah yang lebih baik dan bagus lagi.
Karena tidak perusahaan lain tidak bisa mengusik hak cipta yang dimiliki.
6. Salah satu kelebihan memonopoli pasar juga didapat oleh pemerintah. Pemerintah
bisa ikut mengendalikan harga produk di pasaran.

2.5 Kekurangan Pasar Monopoli


Selain kelebihan yang dirasakan oleh perusahaan dan pemerintah. Kekurangan pasar
monopoli hanya akan dirasakan oleh konsumennya saja. 
1. Karena tidak memiliki kompetitor lain sebagai pembatas. Perusahaan yang menguasai
pasaran pun bisa seenaknya menaikkan dan menurunkan harga. Meskipun harganya
terkadang tidak masuk akal.
2. Selain dinaikkan, perusahaan pun tidak akan takut kehilangan konsumen. Sebab
konsumen tidak memiliki pilihan lain selain membeli produk perusahaan tersebut.
Konsumen pun akan merasa dirugikan karena tidak memiliki pilihan.
3. Menjadi pemicu hadirnya pasar gelap. Pasar gelap adalah transaksi atau kegiatan
ekonomi yang memperjualbelikan produk serupa.

2.6 Pengertian Persaingan Usaha Tidak Sehat


Sementara itu, dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999, dirumuskan pula
pengertian persaingan usaha tidak sehat sebagaimana dalam Pasal 1 angka 6 sebagai
berikut “ Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan Hukum atau menghambat persaingan usaha.”
Dalam literatur ilmu hukum anti monopoli, biasanya yang diartikan anti persaingan sehat
adalah dampak negatif tindakan tertentu terhadap :
1. Harga barang dan/atau jasa
2. Kualitas barang dan/ atau jasa
3. Kuantitas barang dan/ atau jasa
Kepada pengertian “ Pemusatan kekuasaan Ekonomi.” Undang – Undang Anti
monopoli memberi arti sebagai penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan

4
oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga barang dan atau jasa.
Istilah lain persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan curang ( unfair
competition ) atau praktik bisnis yang tidak jujur. Jadi, persaingan usaha tidak sehat itu
adalah suatu persaingan usaha yang dilakukan oleh antar pelaku usaha secara tidak jujur
atau melawan hukumatau penghambat persaingan usaha. Pelaku usaha di sini melakukan
cara – cara persaingan usaha yang dilakukan pelaku usaha tersebut dapat menghambat
persaingan usaha. Praktisi bisnis tidak jujur dapat diartikan sebagai segala tingkah laku
yang tidak sesuai dengan itikat baik, kejujuran di dalam berusaha. Perbuatan ini termasuk
perbuatan melawan hukum.
Sementara yang dimaksud dengan “pelaku usaha” adalah setiap perseorangan atau badan
usaha, baik berbentuk badan hukum atau tidak, yang didirikan atau berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah Republik Indonesia yang menyelenggarakan berbagai
kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.
Jadi dalam hal ini ke dalam kategori “ pelaku usaha “ termasuk
1. Orang perorangan;
2. Badan Usaha Badan Hukum
3. Badan Usaha Bukan Badan Hukum;
Dengan dimasukannya badan usaha bukan badan Hukum sebagimana pelaku usaha,
sebagaimana pelaku usaha, maka cakupannya menjadi luas.Yakni termasuk juga tentunya
badan Usaha termasuk CV,Firma, Yayasan, dan berbagai bentuk perkumpulan lainnya.
Undang – Undang Anti monopoli No.5 Tahun 1999 masih melihat pelaku usaha dalam
arti suatu bentuk dalam arti suatu bentuk usaha, baik badan hukum atau tidak. Jadi, jika
suatu kelompok usaha ada dua badan hukum misalnya, maka hal tersebut dianggap
sebagai dua pelaku usaha.
Karena itu, bagi Undang – undang Anti Monopoli Tahun 1999 tersebut, tidak begitu
relevan misalnya membedakan apakah suatu distribusi ganda ( dual distribution )
berbentuk “sejajar” atau berbentuk “campuran “ ( myriadi ) karena akibat hukumnya
tetap sama. Yang dimaksud dengan distribusi ganda adalah jika ada satu perusahaan yang
mengangkat distributornya lebih dari satu, tetapi kedua distibutornya lebih dari satu,
tetapi kedua perusahaan distribusi tersebut berada diluar grup dan saling bersaig satu
sama lain.
Sementara itu, yang dimaksud dengan distribusi ganda campuran adalah dimana
produsen mengangkat dua distributor, satu merupakan distributor yang satu lagi adalah
distributor bebas, yakni yang berada diluar kelompok usaha yang bersangkutan. Sehingga
dalam distribusi ganda yang campuran tersebut terancam baik persaingan usaha yang
vertikal maupun horizontal. Disamping itu, ada juga yang mengartikan kepada tindakan
monopoli sebagai suatu keistimewaaan atau keuntungan khusus yang diberikan seorang
atau beberapa orang atau perusahaan, yang merupakan hak atau kekuasaan yang eksklutif
untuk menjalankan bisnis atau perdagangan tertentu, atau memproduksi barang – barang
khusus, atau mengontrol penjualan terhadap seluruh suplai barang tertentu.

2.7 Teori-Teori Hukum Antimonopooli dalam sejarah


Dalam hubungan dengan aplikasi dan hukum monopoli , kita beberapa teori yuridis,yaitu sebagai
berikut ;
1. Teori Keseimbangan ( blancing )
Teori ini lebih menitikberatkan kepada pertimbangan apakah tindakan yang dilakukan

5
seorang yang dilakukan seorang pelaku pasar lebih jurus kepada pengrbrian atau
bahkan penghancuran persaingan pasar atau sebaliknya bahkan dapat lebih
mempromisikan persaingan tersebut. Dalam memberikan juga kepentingan ekonomi
dan social termasuk kepentingan ekonomi dan social termasuk kepentingan pihak
pembisniskecil, sehingga teori ini dijuluki sebagai teori kemasyaratan.

2. Teori Per Se
Teori ini meniktikberatkan kepada struktur pasar tanpa terlalu memeprhitungkan
kepentingan ekonomi dan social yang lebih luas.Karena itu,pendekatan yang
dilakukukan oleh penganut-penganut teori per se ini adalah kaum structruralist
dengan paham structuralismnya.Menurut teori ini, misalnya pertukaran informasi
harga antara pihak competitor, bagaimana pun juga dianggap bertentangan dengan
hokum antimonopoly.

3. Terori Rule of Reason


Teori ini diterapkan dengan menimbang – nimbang antara akibat negative dari
tindakan tertentu terhadap persaingan dengan keuntungan ekonomisnya.

4. Analisis keuangan (Output Analysis)


Analisis ouput ini dilakukan dengancara menganalisis apakah tindakan yang
dilakukan oleh pelaku usaha, misalnya penetapan harga bersama ( price fixing )
dirancang atau mempunyai efek yang negative terhadap persaingan pasar. Jadi dalam
hal ini, yang dilihat bukan penetapan harga bersama per se, melainkan yang dilihat
adalah efeknya terhadap persaingan pasar.

5. Analisis kekuatan pasar (market Power Analysis)


Analisis kekutan pasar ini atau disebut dengan analisis structural ( structural analysis )
merupakan suatu pendekatan dimana dimana agar suatu tindakan dari pelaku pasar
dapat dikatakan melanggar hukum monopoli, maka disamping dianalisis terhadap
tindakan yang dilakukan itu tetapi juga dilihat kepada kekuatan atau struktur pasar.

6. Doktrin pembatasan tambahan (Ancillary Restraint)


Teori ini mengajarkan kepada kita bahwa tidak semua monopoli atau pembatasan
persaingan dapat dianggap bertentangan dengan hukum. Hanya perbuatan – perbuatan
yang mempengaruhi persaingan “ secara langsung dan segera “( direct and immiadate
) yang beretentangan dengan hukum. Apabila efeknya terhadap persaingan pasar
terjadi secara “ tidak langsung dan segera “ ( direct and immiadate “ ) yang dapat
dianggap bertentangan dengan hukum.

7. Rule of Reason yang dikembangkan


Banyak juga usaha-usaha pengembangan terhadap teori Rule of Reason. Sebabnya
adalah karena teori per se dianggap dapat melarang apa yang seharusnya bahkan baik
untuk kepentinganpersaingan, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
efek pemberatasan antimonopli yang over dosis.
Dengan kata lain teori of reason mengharuskan pembuktian, mengevaluasi mengenai
akibat perjanjian atau kegiatan tersebut menghambat atau mendukung peersaingan

6
usaha. Apabila tujuannya adalah tercapainya efisiensi (ekonomi) seperti di Amerika
Serikat,maka praktis bisnis misalnya integrasi vertikal tidak akan dilarang apabila
integrasi tersebut terbukti menghasilkan produk yang lebih efisien ketimbang tidak
terintegrasi.Demikian juga apabila hukum persaingan yang berlaku suatu negara
mempunyai tujuan ekonomi, maka alasan ( reason ) non – ekonomi dapat digunakan
dalam melarang suatu kegiatan usaha.19

8. Teori Per Se Modern


Tetapi dilain pihak, toeri per se juga dapat dikembangkan. Misalnya terhadap
tindakan penetapan harga (harga tetap, harga maksimum, atau harga minimum) tetapi
dianggap bertentangan dengan hukum sendirian (per se) tanpe mempertimbangkan
lagi efeknya terhadap persaingan pasar.
a. Jenis – Jenis Perjanjian yang dilarang
Undang – Undang Antimonopoli diatur dalam pasal 4-16. Adapapun jenis- Jenis
perjanjian tersebuat adalah :
 Oligopoli
Oligopoli menurut UU Antimonopoli dalam pasal 4 ayat (1) dan (2) yang
berbunyi :Pasal 4 ayat (1) “Pelaku Usaha lain untuk secara bersama-sama
melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan / atau
jasa yang dapat mengakibatkan terjadinnya praktik monopoli dan/atau
persaingan tidak sehat.”
Pasal 4 Ayat (2) “Pelaku Usaha patut diduga atau dianggap secara
bersama- sama melakukan penguasahaan produksi dan/atau pemasaran
barang dan/atau jasa, sebagaimana dimaksud Ayat (1), apabila dua atau
tiga pelaku usaha menguasai lebih dari 75 % ( tujuh puluh lima persen )
panga pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.”

 Penetapan Harga
Mengenai perjanjian penetapan harga ini dibedakan dalam (empat) macam
sebagaimana diatur dalam pasal 5-8 Undang-Undang Antimonopoli,yaitu :
a. Penetapan Harga ( price fixing)
Perjanjian penetapan Harga ( price fixing ) ini diatur dalam ketentuan
Pasal 5 ayat (1) dan (2) ,selngkapnya dinyatakan bahwa:
Pasal 5 ayat (1): Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya untuk menetapan harga atas suatu barang
dan/ atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada
pasar bersangkutan yang sama.
Pasal 5 ayat (2):Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)
tidak berlaku lagi:
I Suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha
patungan,atau
II Suatu perjanjian yang didasarkan undang- undang yang
berlaku.

b. Diskriminasi Harga ( Price discrimination )


Diskriminasi harga terhadap pemmbeli yang satu dengan pembeli lain
untuk barang dan/atau jasa yang sama ditentukan dalam pasal 6,yang

7
artinya :Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang
mengakibatkan pembeliyang harus membayar dengan harga yang
berbeda dari harga. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang
mengakibatkan pembeli yang harus membayar dengan harga yang
berbeda dari harga yang harus dibayarkan oleh pembeli lain untuk
barang dan/atau jasa yang sama.

c. Penetapan Harga dibawah pasar ( predatory pricing )


Diatur dalam ketentuan Pasal 7 Undang-undang antimonopoli yaitu:
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapan harga dibawah pasar, yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat.
d. Perjanjian dengan persyaratan tertentu.
Diatur dalam ketentuan Pasal 8 Undang-undang antimonopoli yaitu
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
yang memuat persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa tidak
akan menjual atau memasok kembali barang dan atau jasa yang
diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang
telah diperjanjikan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.”

b. Kegiatan dilarang
Adapun Jenis-jenis dari kegiatan yang dilarang menurut Undang – Undang
Antimonopoli adalah sebagai berikut;

1. Monopoli ( Monopoly)
Diatur dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
Antimonopoli menyatakan bahwa:
Pasal 17 ayat (1):
“pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli dan atau persaingan tidak sehat.”22
2. Monopsoni
3. Monopsoni adalah menguasai penerimaan pasokan atau menjasi pembeli
tunggal atas barang dan / atau jasa dalam pasar yang bersangkutan
sebagaimana diatur dalam Pasal ayat ( 1), dan (2).

Penguasaan Pasar
Penguasaan pasar ini adalah kegiatan yang dilarang karena dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat,sebagaimana yang diatur dalam pasal 19,20,21 Undang- Undang No.5
tahun 1999.

Persekonglan
Persekonglanatau konspirasi usaha adalah bentuk kerja sama yang dilakukan
oleh pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai psar bersangkutan
bagi kepentingan pelaku usaha yang bersengkol.Persengkolah diatur dalam

8
Pasal 22, pasal 23, dan Pasal 24 Undang –Undang Antimonopoli.

2.8 Pengertian Komisi Pengawas Persaingan Usaha


Komisi Pengawas Persaingan Usaha ( KPPU ) adalah sebuah lembaga Independen yang
terlepas dari penggaruh dan kekuasaan pemerintahan serta pihak lain.Komisi bertanggung
jawab kepada Prisiden.Komisi terdiri atas sesorang Ketua merangkap anggota,wakil
ketua merangkap anggota,dan sekurang - kurangnya 7( tujuh ) orang anggota.Anggota
Komisi diangkat dan diberhentikan oleh Prisiden atas Persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat. Masa Jabatan angoota Komisi adalah 5 ( lima ) tahun dan dapat diangkat kembali
untuk 1 ( satu ) kali masa jabatan berikutnya. Apabila karena berakhirnya masa jabatan
akan terjadi kekosongan dalam keanggotaan Komisi,maka masa jabatan anggota dapat
diperpanjang penggangatan anggota baru.
KPPU sebgaai badan independen yang merupakan Independent self regulatory body
adalah wujud dari Produk demokrasi yang dibentuk dalam tatanan Negara Republik
Indonesia.Sebagaimana layaknya Komisi pengawas persaingan usaha dinegara
lain,KPPU juga diberikan kewenangan dan tugas yang sangat luas,yang meliputi wilayah
eksekutif, yudikatif, legislatif serta konsulatif.Kewenangan diatas meneyebabkan KPPU
dapat tumpang tindih karena bertindak sebagai investigator ( investigation
function ),penyidik, pemeriksa,
penuntut ( prosecuting function ),pemutus (adjudication function ) maupun fungsi
kosulatif ( consultative function ). Walaupun demikian sementara kalangan juga
berpendapat bahwa meskipun KPPU bukan lembaga judical ataupun penyidik,tetapi
KPPU adalah Lembaga penegak Hukum yang tepat untuk menyelesaikan masalah
persaingan usaha.24

2.9 Tugas dan Kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha


Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen di
Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang no. 5 tahun 1999
tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
a. KPPU menjalankan tugas untuk mengawasi pada UU tersebut:
1. Perjanjian yang dilarang, yaitu melakukan perjanjian dengan pihak lain untuk
secara bersama-sama mengontrol produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau
jasa yang dapat menyebabkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak
sehat seperti perjanjian penetapan harga, diskriminasi harga, boikot, perjanjian
tertutup, oligopoli, predatory pricing, pembagian wilayah, kartel, trust
(persekutuan), dan perjanjian dengan pihak luar negeri yang dapat menyebabkan
persaingan usaha tidak sehat.
2. Kegiatan yang dilarang, yaitu melakukan kontrol produksi dan/atau pemasaran
melalui pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang dapat menyebabkan praktik
monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
3. Posisi dominan, pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi dominan yang
dimilikinya untuk membatasi pasar, menghalangi hak-hak konsumen, atau
menghambat bisnis pelaku usaha lain. Dalam pembuktian, KPPU menggunakan

9
unsur pembuktian per se illegal, yaitu sekedar membuktikan ada tidaknya
perbuatan, dan pembuktian rule of reason, yang selain mempertanyakan eksistensi
perbuatan juga melihat dampak yang ditimbulkan.

b. Yang menjadi wewenang dari komisi Pengawas adalah sebagai berikut :


1. Menampung Laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan
telah terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan curang.
2. Melakukan penelitian mengenai dugaan adanya kegiatan usaha atau tindakan
pelaku usaha yang dapat menimbulkan praktek monopoli dan atau persaingan
tidak sehat.
3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap dugaan praktek monopoli
dan atau persaingan curang yang didapatkan karena:Laporan Masyarakat
;Laporan Pelaku Usaha; Dikemukan sendiri oleh Komisi Pengawas dari hasil
penelitiannya.
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan / atau pemeriksaan tentang adanya suatu
praktek monopoli dan atau persaingan curang.
5. Melakukan pemanggilan terhadap pelaku usaha yang diduga telah melakukan
pelanggaran terhadap Undang – Undang Anti Monopoli.
6. Melakukan pemanggilan dan menghadirkan saksi – saksi, saksi ahli,dan setiap
orang yang di anggap menghetahui pelanggaran terhadap ketentuan Undang –
Undang Anti Monopoli.
7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku Usaha, saksi – saksi ahli
atau pihak lainnya yang tidak bersedia memenuhi panggialan Komisi Pengawas.
8. Meminta Keterangan dari Instansi pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan/ atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar
ketentuan dalam Undang- Undang Anti Monopoli.
9. Mendapatkan , meneliti, dan/ atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain
guna penyelidikan dan atau pemeriksaan.
10. Memberikan Keputusan atau Ketetapan tentang ada atau tidaknya kerugian bagi
pelaku usaha lain atau masyarakat.
11. Menginformasikan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan
praktek monopoli dan/atau persaingan curang.
12. Memberikan sanksi burupa tindakan adminstratif kepada pelaku usaha yang
melanggar ketentuan Undang – Undang Anti Monopoli.

2.10 Hukum Acara Persaingan Usaha ( KPPU ) Dasar Hukum


Undang – Undang No.5 Tahun 1999 tidak mengatur hukum acara yang dipergunakan
sebagai acuan beracara di komisi Pengawaas Persaingan Usaha ( KPPU ). Pengaturan
mengenai Hukum acara untuk penangganan perkara, Undang– undang memerintahkan
supaya hal tersebut diatur lebih lanjut oleh KPPU. Tata cara penyampaian laporan diatur
lebih lanjut oleh komisi. Karena Undang- Undang No.5 tahun 1999 tidak mengatur
tentang hukum acara yang berlaku didalam penyelasaian perkara di KPPU, 28 maka dasar
hukum untuk beracara di hukum dapat dikemukan atau tersebar dalam beberapa
perundang – undangan. Adapun peraturan perundang - undangan yang menjadi dasar
hukum untuk beracara di KPPU adalah:

10
1. Pasal 34 – 46 Undang – Undang No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek Monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat.
2. Peraturan Perundangan – undangan yang tidak bertentangan dengan Undang –
Undang No. 5 tahun 1999.
3. Keputusan Prisiden No.75 tahun 1999 tentangKomisiPengawas persaingan
usaha.
4. Peraturan Mahkamah Agung ( perma ) No.3 tahun 2009 tentang cara pengajuan
Upaya Hukum keberatan terhadap putusan KPPU.
5. Peraturan Mahkamah Agung No. 1 tahun 2008 tentang prosedur Mediasi di
Pengadilan.
6. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha ( KPPU ) No. 1 tahun 2006 tentang
tata cara penangganan perkara di KPPU.
7. Herziene Indonesisch Reglement ( HIR ) / Hukum Acara Perdata, S. 1848 No.16,S.
1941 No. 44.

2.11 Hal-Hal yang Dikecualikan dalam UU Anti Monopoli

Di dalam Undang-Undang Anti Monopoli Nomor 5 Tahun 1999,terdapat hal-hal yang


dikecualikan terdapat pada Bab IX Ketentuan Lain pasal 50 dan pasal 51, yaitu :
 Pasal 50
a. perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; atau
b. perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi,
paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik
terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan dengan waralaba;
atau
c. perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang tidak
mengekang dan atau menghalangi persaingan; atau
d. perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk
memasok kembali barang dan atau jasa dengan harga yang lebih rendah daripada
harga yang telah diperjanjikan; atau
e. perjanjian kerjasama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar hidup
masyarakat luas; atau
f. perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia; atau
g. perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak
mengganggu kebutuhan dan atau pasokan pasar dalam negeri; atau
h. pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil; atau
i. kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani
anggotanya.

 Pasal 51
Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta

11
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara diatur dengan undangundang dan
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau badan atau lembaga yang
dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah

2.12 Antimonopoli dan Prinsip Perdagangan Menurut Syariah


Istilah monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam terminologi Islam tidak
ditemukan secara konkrit namun dalam Islam terdapat satu ungkapan yang disinyalir
(hampir mirip) dengan monopoli yaitu al-Ihtikar. Menurut Hukum Islam, Ikhtikar
diartikan sebagai suatu praktik atau proses monopoli atas supply dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan tertentu. Pada prinsipnya berusaha dan berikhtiar mencari
rezeki itu adalah wajib, namun agama tidak mewajibkan memilih suatu bidang usaha dan
pekerjaan, setiap orang dapat memilih usaha dan pekerjaan sesuai dengan bakat,
keterampilan dan faktor-faktor lingkungan masing-masing. Salah satu bidang pekerjaan
yang boleh dipilih ialah berdagang sepanjang tuntunan syari‟at Allah SWT dan
Rasulnya.Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-bai‟, al-tijarah dan al-
mubadalah. Sedangkan menurut istilah (terminologi) yang di maksud dengan jual beli
adalah Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan.
Prinsip dasar perdagangan Islam adalah adanya unsur kebebasan dalam melakukan
transaksi tukar-menukar, tetapi kegiatan tersebut tetap di sertai dengan harapan di
perolehnya keridhaan Allah SWT. Islam memberikan ajaran kapan seorang muslim dapat
melakukan transaksi bagaimana mekanisme transaksi dan komoditas barang maupun jasa
apa saja yang dapat diperjual belikan di pasar muslim. Islam mengatur bagaimana
seorang pedagang mengharmonisasikan aktivitas perdagangan dengan kewajiban
beribadah.
Ekonomi Islam dibangun di atas empat landasan filosifis, yaitu tauhid, keadilan dan
keseimbangan, kebebasan dan pertanggungjawaban. Tauhid menempati urutan pertama
dalam bisnis Islam, karena manusia sebagai pelaku ekonomi harus mengikuti ketentuan
Allah dalam segala aktivitasnya termasuk dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu seluruh
kebijakan ekonomi juga harus mempertimbangkan keadilan dan keseimbangan, yakni
antara penjual dan pembeli misalnya memiliki kedudukan yang sama dalam transaksi.
Kebebasan mengandung arti bahwa manusia bebas melakukan seluruh aktivitas ekonomi
sepanjang tidak ada ketentuan Tuhan yang melarangnya.Berikut adalah etika yang harus
di miliki dalam sebuah perdagangan :
1. Shidiq (Jujur)
Shiddiq adalah sifat nabi Muhammad SAW yang artinya benar dan jujur. Seorang
pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli, Jujur dalam arti
luas tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengadangada, fakta, tidak berkhianat,
serta tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya. Mengapa harus jujur karena
berbagai tindakan tidak jujur selain merupakan perbuatan yang jelas-jelas berdosa,
jika biasa di lakukan dalam berdagang juga akan mewarnai dan berpengaruh negatif
kepada kehidupan pribadi dan keluarga pedagang itu sendiri. Bahkan lebih jauh
lagi, sikap dan tindakan yang seperti itu akan mewarnai dan mempengaruhi
kehidupan masyarakat
2. Amanah (Tanggung Jawab)
Amanah artinya adalah tidak mengurangi apa-apa yang tidak boleh di kurangi dan

12
sebaliknya tidak boleh di tambahkan, maka seorang yang di beri amanah harus
benar-benar menjaga amanah tersebut. Sikap amanah harus dimiliki oleh seorang
pebisnis muslim sikap itu bisa di miliki jika dia selalu menyadari bahwa apapun
aktivitas yang dilakukan termasuk pada saat ia bekerja selalu di ketahui oleh Allah
SWT, sikap amanah dapat dibangun dengan jalan saling menasehati dalam
kebajikan serta mencegah berbagai penyimpangan yang terjadi. Setiap pedagang
harus bertanggung jawab atas usaha dan pekerjan dan atau jabatan sebagai
pedagang yang telah di pilihnya tersebut, tanggung jawab di sini artinya mau dan
mampu menjaga amanah (kepercayaan) masyarakat yang memang secara otomatis
terbeban di pundaknya. Berbicara tentang kegiatan ekonomi, maka kajian yang
dibahas tak jauh mengenai kajian ekonomi M. Abdul Mannan menjelaskan dalam
buku teori dan praktek ekonomi Islam, bahwa ilmu ekonomi Islam adalah ilmu
tentang manusia, bukan sebagai individu yang terisolasi, tetapi mengenai individu
sosial yang meyakini nilai-nilai hidup Islam.
3. Tidak Memperjual-belikan Barang Haram
Prinsip yang harus di pegang oleh seorang pebisnis atau pedagang muslim adalah
menjual barang/produk yang halal, kehadiran barang halal adalah wajib dalam
kehidupa setiap muslim. Nabi melarang beberapa jenis perdagangan, baik karena
hakekat perdagangan itu memang dilarang maupun karena adanya unsur-unsur
yang di haramkan di dalamnya, barang yang di larang tersebut di antaranya seperti
alkohol dan babi.
4. Tidak Menimbun Barang Dagangan
Jangan menimbun barang dagangan pada saat masyarakat sedang membutuhkannya
dengan tujuan memperoleh laba sebanyak-banyaknya. Penimbunan barang adalah
halangan terbesar dalam pengaturan persaingan pasar Islam, hal tersebut di
karenakan pengaruhnya terhadap jumlah barang yang ditimbun, dimana pedagang
memilih untuk menahan barang dagangannya dan tidak menjualnya karena
menunggu naiknya harga.
5. Murah Hati
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW menganjurkan agar para pedagang selalu
bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam pengertian ramah
tamah, sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggung
jawab.
6. Tidak Melupakan Akhirat
Salah satu nilai dasar yang harus diperhatikan oleh pedagang adalah selalu ingat
kepada akhirat, karena pada dasarnya kehidupan di dunia adalah jembatan menuju
akhirat. Jika ini menjadi salah satu pegangan dalam melakukan perdagangan maka
seorang pedagang akan tetap menegakkan syariat agama, terutama shalat yang
merupakan hubungan abadi antara manusia dengan Tuhannya Jual beli adalah
perdagangan dunia, sedangkan melaksanakan kewajiban syariat Islam adalah
perdagangan akhirat. Keuntungan akhirat pasti lebih utama ketimbang keuntungan
dunia, Pedagang muslim hendaknya jangan sampai di sibukkan oleh
perdagangannya hingga lalai dari kewajiban agamanya dari mengingat Allah.
Perdagangan tidak boleh melalaikan diri manusia dari beribadah kepada Allah
(zikir, sholat, haji dan zakat).
7. Tidak Bersumpah Palsu

13
Seorang pedagang muslim hendaknya jangan bersumpah palsu bahkan sedapat
mungkin harus menjauhi sumpah, meskipun itu benar. Penjual harus menjauhi
sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu barang. Nabi Muhammad SAW telah
menetapkan dasar-dasar moral, manajemen dan etos kerja mendahului zamannya
dalam melakukan perniagaan atau perdagangan. Dasar-dasar etika dan manajemen
bisnis tersebut telah mendapat legitimasi keagamaan setelah beliau diangkat
menjadi Nabi, prinsip-prinsip bisnis yang di wariskan semakin mendapat
pembenaran akadamisi di penghujung abad ke-20 atau awal abad ke-21. Prinsip
bisnis modern seperti tujuan pelanggan, pelayanan yang unggul, kompetensi,
efesiensi, transparansi, dan persaingan yang sehat, semuanya telah menjadi
gambaran pribadi dan etika bisnis prinsip nabi Muhammad SAW ketika ia muda.
Perilaku yang baik dalam diri seorang pelaku pasar di dasarkan atas dasar ajaran
Islam, ketika seseorang sudah ber‟syahadat dan mengaku dirinya sebagai seorang
muslim, maka kewajibannya tidak hanya berhenti di wilayah ibadah yang bersifat
ritual seperti shalat, akan tetapi ketika ia berdagang, memproduksi atau
mengkonsumsi suatu barang dan segala macam aktivitas lainnya, harus didasarkan
karena motivasi beribadah kepada Allah. Dengan begitu maka ia akan selalu
mengawasi dirinya agar tidak masuk ke area yang dilarang oleh Allah, Ia akan
menghindari perbuatan yang merugikan orang lain dengan begitu mekanisme pasar
akan terhindar dari kejahatan dan kecurangan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah lahirnya UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat berangkat dari berbagai permasalahan yang
muncul dari berbagai praktis dunia bisnis yang melibatkan pelaku usaha dan konsumen,
serta ada beberapa peran pihak pemerintah dalam melindungi suatu kepentingan tertentu.
UU terkait persaingan usaha ini hadir bertujuan untuk memberikan pengawasan serta
memberikan pemahaman terkait bagaimana praktik-praktik persaingan usaha yang sehat
Indonesia saat ini telah memiliki lembaga yang berwenang dalam menjalankan serta
mengawasi dari tegaknya aturan peraturan perundang-undangan hukum persaingan usaha
UU 5/1999, yakni Komisi Pengawasan Persaingan Usaha. Peran KPPU sangat penting
dalam menjaga stabilitas kondisi perekonomian persaingan usaha yang sehat di
Indonesia. Dengan adanya lembaga yang mengangani terkait persaingan usaha yang
sehat, maka diharapkan berkurangnya berbagai praktikpraktik yang dapat mematikan
usaha masyarakat kecil oleh kepentingan pihak tertentu dan praktik-praktik usaha yang
tidak sehat lainnya.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1) Dilakukan amandemen terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha tidak sehat, terutama terkait
dengan status lembaga KPPU.
2) Amandemen tersebut juga dititikberatkan pada tambahan kewenangan bagi KPPU,
khususnya agar memiliki kewenangan untuk melakukan penggeledahan dan
penyitaan. Apabila muncul ketakutan akan adanya tumpang tindih kewenangan
penggeledahan dan penyitaan dengan penegak hukum lainnya, kewenangan
penggeledahan dan penyitaan yang nantinya diberikan kepada KPPU bisa dilakukan
secara terbatas, misalnya KPPU hanya dapat melakukan penggeledahan dan
penyitaan apabila telah mendapatkan izin dari Pengadilan Negeri setempat dan pada
bagian tim KPPU yang melakukan penggeledahan dan penyitaan harus terdapat unsur
dari Kepolisian yang dimaksudkan terjalinnya kerjasama yang baik antara penegak
hukum.

15
3) Saran yang terakhir yaitu adanya perluasan definisi pelaku usaha, tidak hanya yang
ada di Indonesia tetapi juga pelaku usaha di luar wilayah Indonesia yang berdampak
pada perekonomian di Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (t.thn.). Diambil kembali dari


http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/296/5/138400170_file5.pdf

Anonim. (2020, Maret 10). UU 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Diambil kembali dari Jogloabang: https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-
5-1999-larangan-praktek-monopoli-persaingan-usaha-tidak-sehat

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. (2007). UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999


TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT.
Diambil kembali dari KPPU: https://www.kppu.go.id/docs/UU/UU_No.5.pdf

Prameswari, G. (2021, Januari 5). Kelebihan dan Kekurangan Pasar Monopoli. Diambil kembali dari
Kompas.com: https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/05/180638869/kelebihan-dan-
kekurangan-pasar-monopoli

PT. Tokopedia. (2021, April 6). Tokopedia Kamus Keuangan. Diambil kembali dari Kamus Tokopedia:
https://kamus.tokopedia.com/m/monopoli/#:~:text=%E2%80%9CSituasi%20yang%20pengadaan
%20barang%20dagangannya,(membuat%20dan%20sebagainya).%E2%80%9D

Putra, R. N. (2018). Bussiness Law Review: One. URGENSI KEBERADAAN HUKUM PERSAINGAN
USAHA DAN ANTI, 38-45.

Riau, UIN Suska. (2011). KONSEP ETIKA PERDAGANGAN DALAM ISLAM. Diambil kembali dari
Repository Uin Suska: http://repository.uin-suska.ac.id/19769/8/8.%20BAB%20III
%20%281%29.pdf

Saretta, I. R. (2020, Desember 2). Pengertian Pasar Monopoli Beserta Keuntungan dan Kekurangannya.
Diambil kembali dari Cermati.com: https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pasar-monopoli-
beserta-keuntungan-dan-kekurangannya

17

Anda mungkin juga menyukai