HUKUM DAGANG
OLEH :
SUCIYATI YUNUS
10400114152
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah…...............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. UU Antimonopoli……………................................................................3
2.2. Hak Eksklusif………………………………..........................................4
2.3. Hak Kekayaan Intelektual……………………………….......................5
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Hubungan UU Anti Monopoli Dan Hak Eksklusif …………................9
BAB III Kesimpulan
4.1. Keimpulan ............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1|Page
sama bagi pelaku usaha. Selain itu juga sebagai rambu-rambu untuk memagari agar
tidak terjadi praktik-praktik ekonomi yang tidak sehat.
Dunia bisnis di Indonesia saat ini berkembang tanpa batas sehingga mampu
menerobos dimensi kehidupan dan perilaku perekonomian manusia.5Adanya
persaingan dalam dunia bisnis memberikan manfaat yang tidak sedikit bagi
kehidupan, namun untuk menghindari sisi negatif dari persaingan, perlu dibuat
aturan yang jelas, sehingga persaingan dapat berjalan dengan baik atau dengan kata
lain tercipta suatu level playing field, yang membuat pelaku-pelaku usaha kecil tetap
dapat menjalankan usaha di samping pelaku-pelaku usahabesar tetap dapat
menjalankan usahanya. Banyak orang yang salah kaprah, menyangka bahwa lahirnya
hak eksklusif dalam lingkup HKI seolah-olah secara otomatis melahirkan pula
praktek monopoli dan perilaku persaingan usaha tidak sehat. Padahal, seharusnya
keberadaan hak eksklusif tersebut dipisahkan terlebih dahulu dari tindakan
pengeksploitasiannya. Hak eksklusif hanya memberikan landasan hukum untuk
memonopoli, tetapi sifatnya fakultatif atau optional. Artinya, kalau pemegang hak
cipta memutuskan untuk tidak mengeksploitasi secara komersial ciptaannya,
misalnya dengan memberikan share-alike license, maka tidak akan terjadi suatu
kondisi persaingan usaha tidak sehat.
2|Page
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dalam hukum persaingan usaha terdapat kata “monopoli” dan “praktik monopoli”.
’’Monopoli adalah hak istimewa atau keuntungananeh melekat pada satu atau
lebih orang atau perusahaan yang terdiri dalam hak eksklusif (atau kekuasaan) untuk
menjalankan suatu bisnis tertentu atau perdagangan, manufaktur artikel tertentu, atau
mengontrol penjualan pasokan seluruh komoditas tertentu. Suatu bentuk struktur pasar di
mana satu atau hanya beberapa mendominasi total penjualan produk atau jasa.’’
3|Page
kepada konsumen tidak lagi didasarkan pada mekanisme pasar, tetapi ditentukan sendiri
oleh seseorang atau beberapa pelaku usaha yang telah menguasai pasar yang
bersangkutan.
4|Page
Hak ekslusif yang diberikan oleh hukum merupakan reward yang sesuai bagi para
investor dan pencipta HKI. Melalui rewards tersebut orang-orang yang kreatif didorong
untuk terus mengasah kemampuan intelektualnya agar dapat dipergunakan untuk
membantu peningkatan kehidupan manusia. Tujuan utama sistem hukum HKI adalah
menjamin agar proses kreatif tersebut terus berlangsung dengan menyediakan
perlindungan hukum yang memadai dan menyediakan sanksi terhadap pihak yang
menggunakan proses kreatif tersebut tanpa izin.
HKI juga bisa diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah
membuat sesuatu yang berguna bagi orang lain. Objek yang diatur dalam HKI adalah
karya-karya yang lahir dari kemampuan intelektual (daya pikir) manusia.
Adapun dari definisi di atas, HKI selalu dikaitkan dengan tiga elemen berikut ini:
5|Page
Karya-karya intelektual tersebut dilahirkan dengan pengorbanan menjadikan
karya yang dihadirkan menjadi bernilai, apalagi dengan manfaat ekonomi yang dapat
dinikmati, maka nilai ekonomi yang melekat menumbuhkan konsep kekayaan
(property) terhadap karya- karya intelektual itu bagi dunia usaha, atau karya-karya itu
dikatakan sebagai suatu asset.
Hak ekslusif yang diberikan oleh hukum merupakan reward yang sesuai bagi para
investor dan pencipta HKI. Melalui rewards tersebut orang-orang yang kreatif didorong
untuk terus mengasah kemampuan intelektualnya agar dapat dipergunakan untuk
membantu peningkatan kehidupan manusia. Tujuan utama sistem hukum HKI adalah
menjamin agar proses kreatif tersebut terus berlangsung dengan menyediakan
perlindungan hukum yang memadai dan menyediakan sanksi terhadap pihak yang
menggunakan proses kreatif tersebut tanpa izin.
HKI pada intinya terdiri dari beberapa jenis, yang secara konvensional dipilah
dalam 2 kelompok, yaitu:
1) Paten/ Patent
2) Merek / Trademark
6) Varietas Tanaman
Bagian ini akan mendiskusikan tentang prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam
Hak Kekayaan Intelektual seperti:
Maksudnya hak yang diberikan oleh HKI bersifat khusus dan hanya dimiliki oleh
orang yang terkait langsung dengan kekayaan intelektual yang dihasilkan. Melalui
6|Page
hak tersebut pemegang hak dapat mencegah orang lain untuk membuat,
menggunakan atau berbuat sesuatu tanpa izin.
d. Prinsip adanya pemisahan antara benda secara fisik dengan HKI yang terdapat
dalam benda tersebut
Sistem ini bersifat sangat unik dan merupakan ciri khas HKI karena dalam cabang
hukum lain yang bersifat berwujud (tangible), penguasaan secara fisik dari sebuah
benda sekaligus membuktikan kepemilikan yang sah atas benda tersebut. Di
dalam sistem HKI seseorang yang menguasai benda secara fisik tidaklah otomatis
memiliki hak ekslusif dari benda fisik itu. Sebagai contoh, jika seseorang membeli
sebuah buku maka orang itu hanya berhak atas buku tersebut (benda secara fisik)
untuk penggunaan secara pribadi, misalnya dibaca, diberikan sebagai hadiah kepada
orang lain).
7|Page
e. Prinsip perlindungan HKI bersifat terbatas
Meskipun ada cabang HKI (merek) yang dapat diperpanjang jangka waktu
perlindungannya, secara umum jangka waktu perlindungan HKI tidaklah bersifat
selamanya (hanya terbatas). Tujuan pembatasan perlindungan ini adalah untuk
memberikan kesempatan kepada masyarakat mengakses hak kekayaan intelektual
tersebut secara optimal melalui usaha-usaha pengembangan lebih lanjut dan
sekaligus mencegah monopoli atas kekayaan intelektual tersebut.
8|Page
BAB III
PEMBAHASAN
Salah satu kritik terhadap konsep HaKI adalah kecenderungan tidakadanya keseimbangan
antara aset privat subyek pemilik HaKI dengan kepenting-an masyarakat. Hak eksekutif
berupa monopoli yang diberikan negara kepadapemilik HaKI membuka peluang untuk
menentukan syarat-syarat dalam lisensiyang bukan hanya tidak memberikan keuntungan
bagi masyarakat, namun dapatmerugikan kepentingan umum. Dalam pemahaman
sepintas demikian, hukumkekayaan intelektual berada di posisi berlawanan terhadap
hukum anti mono-poli.Di satu sisi, hukum anti monopoli di desain untuk menghilangkan
pem-batasan perniagaan dan perilaku yang anti persaingan atau yang memiliki kecen-
derungan untuk menciptakan monopoli. Sedangkan di sisi lain, hukum kekaya-an
intelektual melindungi eksploitasi HaKI untuk mendatangkan kenikmatanekonomi bagi
pemiliknya melalui pemberian lisensi. Dalam perspektif HaKI, pemberian monopoli
privat merupakan “hargasebanding” atas konstribusinya terhadap peningkatan kualitas
kehidupan manu-sia.65 Sebaliknya, hukum anti monopoli menghilangkan monopoli
privat yangdianggap merugikan kepentingan masyarakat. Dalam rangka
menyeimbangkan kepentingan publik dan privat di atasserta memperjelas obyek yang
menjadi pertautan hukum anti monopoli dan li-sensi HaKI, maka diperlukan adanya
pembaharuan. Pembaharuan ini dimaksud-kan untuk mendapatkan keuntungan dari
keduanya, yakni adanya perlindunganlisensi HaKI tanpa mereduksi kepentingan publik.
9|Page
lisensi,paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elek-tronik
terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitandengan waralaba.Jika ditilik
dari kaedah normatif HaKI, ketentuan pengecualian tersebutjustru terlihat kontradiktif
dengan dilekatnya larangan licensor untuk menentu-kan persyaratan dalam perjanjian
lisensi yang dapat mengakibatkan persaingantidak sehat. Ketentuan HaKI yang
mengakomodir “semangat persaingan sehat”ini dapat diketahui dari:
1) Pasal 9 ayat (1) UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, ya-ng
berbunyi:Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapatmenimbulkan akibat
yang merugikan perekonomian Indonesia ataumemuat ketentuan yang mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehatsebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang ber-laku.
3) Pasal 28 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata LetakSirkuit Terpadu,
yang berbunyi:Perjanjian Lisensi dilarang memuatketentuan yang dapat menimbulkan
akibat yang merugikan bagi pere-konomian Indonesia atau memuat ketentuan yang
mengakibatkan per-saingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan per-
undang-undangan yang berlaku.
4) Pasal 71 ayat (1) UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten, yang berbunyi:Perjanjian
Lisensi tidak boleh memuat ketentuan, baik langsung mau-pun tidak langsung, yang
dapat merugikan perekonomian Indonesiaatau memuat pembatasan yang menghambat
kemampuan bangsa Indo-nesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pada
umumnyadan yang berkaitan dengan Invensi yang diberi Paten tersebut padakhususnya.
5) Pasal 47 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang berbunyi:Perjanjian
Lisensi dilarang memuat ketentuan baik yang langsung mau-pun tidak langsung dapat
menimbulkan akibat yang merugikan pereko-nomian Indonesia atau memuat pembatasan
yang menghambat ke-mampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan
mengembangkanteknologi pada umumnya.
6) Pasal 47 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yang ber-bunyi:
Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat meni-mbulkan akibat yang
10 | P a g e
merugikan perekonomian Indonesia atau memuatketentuan yang mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat sebagai-mana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dari keenam kaedah normatif HaKI di atas dapat diketahui bahwa hakistimewa berupa
monopoli yang terkandung dalam HaKI tidaklah tanpa batas.Sifat kompetisi yang
merupakan filosofi dari perlindungan HaKI haruslah ter-pelihara, sehingga “eksplotasi”
HaKI yang merugikan persaingan adalah ter-larang.9
11 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN
12 | P a g e
perlindungan hukum yang memadai dan menyediakan sanksi terhadap pihak yang
menggunakan proses kreatif tersebut tanpa izin.
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Donna, Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Atas Perjanjian Penetapan
Harga Ditinjau dari Undang-Undang Persaingan Usaha Tidak Sehat di
Indonesia dan Singapura, 2014 UIB Repository (c) 2014Martitah, 2013,
Mahkamah Konstitusi: Dari Negative Legislature ke Positive Legislature.
Jakarta: Konstitusi Press.
Jurnal Imiah
A. Zen Umar Purba, S.H.,. Hak Kekayaan Intelektual & Persaingan Usaha' Ikhtisar Tiga
Uu Baru Haki
Sufiarina. Hak Prioritas Dan Hak Ekslusif Dalam Perlindungan Hki Fakultas Hukun
Universitas Tama Jagakarsa Jakarta Email : sufiarina_ole@yahoo.com
Sofian Djafar. Aspek Hukum Hak Cipta dalam PerspektifHukum Persaingan Usaha
sebagai Wujud Pembatasan Praktik Bisnis di Bidang HKI Dosen Fakultas
Hukum Universitas Malikussale
Website :
https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol22047/hki-iversusi-persaingan-usaha-?
page=2
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-hak-eksklusif/47825/3
14 | P a g e