Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM DAGANG

Hubungan UU Anti Monopoli dan


Hak Eksklusif dalam Hak Kekayaan Intelektual

OLEH :

SUCIYATI YUNUS

10400114152

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah…...............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. UU Antimonopoli……………................................................................3
2.2. Hak Eksklusif………………………………..........................................4
2.3. Hak Kekayaan Intelektual……………………………….......................5
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Hubungan UU Anti Monopoli Dan Hak Eksklusif …………................9
BAB III Kesimpulan
4.1. Keimpulan ............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Hukum persaingan usaha di negara Indonesia mengenal adanya pengecualian
(exemption) untuk menegaskan bahwa suatu aturan hukum dinyatakan tidak berlaku
bagi jenis pelaku tertentu ataupun perilaku/kegiatan tertentu.Hukum persaingan
usaha pada umumnya memberikan pengecualian atas dasar perjanjian, misalnya
perjanjian hak kekayaan intelektual (HKI). HKI merupakan insentif dan alasan
diberikan hak memonopoli dan proteksi karena HKI membutuhkan sumber daya dan
waktu dalam upaya mendapatkannya, berdasarkan Pasal 50huruf b UU Persaingan
Usaha Pengecualian berdasarkan Pasal 50 huruf b UU Persaingan Usaha tersebut
dijabarkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dengan mengeluarkan
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Pengecualian Penerapan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Terhadap Perjanjian yang Berkaitan Dengan Hak
Atas Kekayaan IntelektualRuang lingkup pengaturan berdasarkan PerKom Nomor 2
Tahun 2009 adalah: (1) perjanjian lisensi yang berada dalam lingkup hak paten, hak
merek, hak cipta, hak desain industri, hak desain tata letak sirkuit terpadu, dan hak
rahasia dagang. (2) merek dagang dan merek jasa. (3) desain tata letak sirkuit
terpadu
Berdasarkan Pasal 33 Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia
Tahun1945 menyatakan bahwa sistem ekonomi yang dianut negara adalah ekonomi
kerakyatan atau demokrasi ekonomi yang bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan sosial sebagai cita-cita pembangunan ekonomi. Korelasi
yang muncul kemudian dalam menyusun kebijakan perekonomian negara harus
senantiasa berusaha menghilangkan ciri-ciri negatif yang terkandung dalam sistem
ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialisme, yaitu free fight liberalism yang
membenarkan eksploitasi terhadap manusia, etatisme dimana negara beserta
aparaturnya meminimumkan potensi dan daya kreasi unit ekonomi di luar sektor
negara, dan pemusatan ekonomi pada salah satu kelompok yang bersifat monopoli
yang merugikan masyarakat. Perkembangannya kemudian munculah Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat(UU Persaingan Usaha)sebagai instrumen kelengkapan hukum
yang mendorong terciptanya efisiensi ekonomi dan iklim kesempatan berusaha yang

1|Page
sama bagi pelaku usaha. Selain itu juga sebagai rambu-rambu untuk memagari agar
tidak terjadi praktik-praktik ekonomi yang tidak sehat.
Dunia bisnis di Indonesia saat ini berkembang tanpa batas sehingga mampu
menerobos dimensi kehidupan dan perilaku perekonomian manusia.5Adanya
persaingan dalam dunia bisnis memberikan manfaat yang tidak sedikit bagi
kehidupan, namun untuk menghindari sisi negatif dari persaingan, perlu dibuat
aturan yang jelas, sehingga persaingan dapat berjalan dengan baik atau dengan kata
lain tercipta suatu level playing field, yang membuat pelaku-pelaku usaha kecil tetap
dapat menjalankan usaha di samping pelaku-pelaku usahabesar tetap dapat
menjalankan usahanya. Banyak orang yang salah kaprah, menyangka bahwa lahirnya
hak eksklusif dalam lingkup HKI seolah-olah secara otomatis melahirkan pula
praktek monopoli dan perilaku persaingan usaha tidak sehat. Padahal, seharusnya
keberadaan hak eksklusif tersebut dipisahkan terlebih dahulu dari tindakan
pengeksploitasiannya. Hak eksklusif hanya memberikan landasan hukum untuk
memonopoli, tetapi sifatnya fakultatif atau optional. Artinya, kalau pemegang hak
cipta memutuskan untuk tidak mengeksploitasi secara komersial ciptaannya,
misalnya dengan memberikan share-alike license, maka tidak akan terjadi suatu
kondisi persaingan usaha tidak sehat.

1.3. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dan dimuat oleh UU Anti Monopoli ?


2. Apakah yang dimaksud Hak Eksklusif dalam HaKi?
3.Bagaimana Hubungan UU anti Monopoli dan Hak Eksklusif dalam HaKi?

2|Page
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. PENGERTIAN UU ANTI MONOPOLI

Dalam hukum persaingan usaha terdapat kata “monopoli” dan “praktik monopoli”.

Black Law Dictionary mengartikan monopoli:12Monopoly is a privilege or


peculiar advantage vested in one or more persons or companies consisting in the
exclusive right (or power) to carry on a particular business or trade,
manufacture a particular article, or control the sale of the whole supply of a
particular commodity. A form of market structure in which one or only a few
dominate the total sales of product or service.

Dalam terjemahan bebas, dapat diartikan sebagai berikut:

’’Monopoli adalah hak istimewa atau keuntungananeh melekat pada satu atau
lebih orang atau perusahaan yang terdiri dalam hak eksklusif (atau kekuasaan) untuk
menjalankan suatu bisnis tertentu atau perdagangan, manufaktur artikel tertentu, atau
mengontrol penjualan pasokan seluruh komoditas tertentu. Suatu bentuk struktur pasar di
mana satu atau hanya beberapa mendominasi total penjualan produk atau jasa.’’

Menurut UU No. 5 Tahun 1999, monopoli diartikan sebagai penguasaan atas


produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku
atau satu kelompok pelaku usaha. Adapun pengertian praktik monopoli berdasarkan
bunyi Pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1999 yaitu pemusatan kekuasaan ekonomi oleh
satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau
pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha
tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Dari bunyi Pasal 1 angka 2 tersebut,
jelas bahwa yang dikatakan sebagai praktik monopoli adalah apabila ada perilaku yang
anti-persaingan usaha dan hal itu dapat menimbulkan kerugian bagi kepentingan umum.

Pengertian “pemusatan kekuasaan ekonomi” dikemukakan dalam Pasal 1 angka 3


UU No. 5 Tahun 1999, yaitu penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh
satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga barang dan/atau
jasa.14Dengan demikian, dari bunyi Pasal 1 angka 3 sudah jelas bahwa salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk menentukan telah terjadi suatu peristiwa
pemusatan kekuatan ekonomi adalah apabila telah terjadi “penguasaan atas suatu pasar
secara nyata”, sehingga harga barang diperdagangkan dan/atau jasa yang ditawarkan

3|Page
kepada konsumen tidak lagi didasarkan pada mekanisme pasar, tetapi ditentukan sendiri
oleh seseorang atau beberapa pelaku usaha yang telah menguasai pasar yang
bersangkutan.

Perkembangannya kemudian munculah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999


tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat(UU Persaingan
Usaha)sebagai instrumen kelengkapan hukum yang mendorong terciptanya efisiensi
ekonomi dan iklim kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha. Selain itu juga
sebagai rambu-rambu untuk memagari agar tidak terjadi praktik-praktik ekonomi yang
tidak sehat dan tidak wajar. Undang-UndangPersaingan Usahainilah yang kemudian juga
mengatur mengenai ketentuan perjanjian-perjanjian yang dilarang.

Ketentuan tentang uu anti monopoli ini tercantum dalam Pasal 50 huruf b UU


No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat yang berbunyi:Yang dikecualikan dari ketentuani undang-undang ini adalah
perjanjianyang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi,paten,
merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elek-tronik terpadu, dan
rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitandengan waralaba.Jika ditilik dari kaedah
normatif HaKI, ketentuan pengecualian tersebutjustru terlihat kontradiktif dengan
dilekatnya larangan licensor untuk menentu-kan persyaratan dalam perjanjian lisensi
yang dapat mengakibatkan persaingantidak sehat.

2.2. PENGERTIAN HAK EKSKLUSIF DALAM HaKi

HKI umumnya mendapatkan perlindungan melalui pendaftaran yang


melahirkan hak ekslusif. Pendaftaran memberikan perlindungan dalam batas-batas
teritorial suatu negara. Hak ekslusif dimiliki selama jangka waktu tertentu, yang
memberikan kewenangan hanya kepada si pemegang hak untuk menggunakan haknya
dan mencegah pihak lain menggunakan HKI tersebut. Dengan pendaftaran diperoleh
perlindungan bagi pemilik hak kekayaan intelektual berupa perolehan hak ekslusif.
Tanpa upaya pendaftaran tidak ada perlindungan sehingga juga tidak diperoleh hak
ekslusif. Hak ekslusif yang diberikan oleh hukum merupakan reward yang sesuai bagi
para investor dan pencipta HKI. Melalui rewards tersebut orang-orang yang kreatif
didorong untuk terus mengasah kemampuan intelektualnya agar dapat dipergunakan
untuk membantu peningkatan kehidupan manusia. Tujuan utama sistem hukum HKI
adalah menjamin agar proses kreatif tersebut terus berlangsung dengan menyediakan
perlindungan hukum yang memadai dan menyediakan sanksi terhadap pihak yang
menggunakan proses kreatif tersebut tanpa izin.

4|Page
Hak ekslusif yang diberikan oleh hukum merupakan reward yang sesuai bagi para
investor dan pencipta HKI. Melalui rewards tersebut orang-orang yang kreatif didorong
untuk terus mengasah kemampuan intelektualnya agar dapat dipergunakan untuk
membantu peningkatan kehidupan manusia. Tujuan utama sistem hukum HKI adalah
menjamin agar proses kreatif tersebut terus berlangsung dengan menyediakan
perlindungan hukum yang memadai dan menyediakan sanksi terhadap pihak yang
menggunakan proses kreatif tersebut tanpa izin.

2.3. HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ( HaKi )

Hak kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat HKI) merupakan terjemahan


resmi dari Intellectual Property Rights. HKI lahir setelah Revolusi Industri, dimulai dari
Paris Convention for the Protection of Industrial Property dan Berne Conventonfor the
Protection of Artistic and Literaty works di abad ke 19.5 Hak kekayaan intelektual
bernuansa ekonomi dan tertuang dalam beberapa perjanjian internasional, sehingga
konsep HKI menjadi universal dengan mengundang sebanyak mungkin negara menjadi
peserta. Berdasarkan substansinya menurut Tomy Suryo Utomo6 HKI berhubungan erat
dengan benda (tidak berwujud) serta melindungi karya intelektual yang lahir dari cipta,
rasa dan karsa manusia. WIPO (World Intellectual Property Organization), sebuah
lembaga internasional di bawah PBB yang menangani masalah HKI, mendefinisikan HKI
sebagai; kreasi yang dihasilkan dari pikiran manusia yang meliputi ; invensi karya
sastra dan seni, symbol, nama citra dan desain yang digunakan dalam perdagangan. HKI
adalah suatu hak lahir sebagai hasil pemikiran kreasi intelelektual yang
menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia.

HKI juga bisa diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah
membuat sesuatu yang berguna bagi orang lain. Objek yang diatur dalam HKI adalah
karya-karya yang lahir dari kemampuan intelektual (daya pikir) manusia.

Adapun dari definisi di atas, HKI selalu dikaitkan dengan tiga elemen berikut ini:

a. Adanya sebuah hak ekslusif yang diberikan oleh hukum;


b. Hak tersebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan
pada kemampuan intelektual;
c. Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi.

5|Page
Karya-karya intelektual tersebut dilahirkan dengan pengorbanan menjadikan
karya yang dihadirkan menjadi bernilai, apalagi dengan manfaat ekonomi yang dapat
dinikmati, maka nilai ekonomi yang melekat menumbuhkan konsep kekayaan
(property) terhadap karya- karya intelektual itu bagi dunia usaha, atau karya-karya itu
dikatakan sebagai suatu asset.

Hak ekslusif yang diberikan oleh hukum merupakan reward yang sesuai bagi para
investor dan pencipta HKI. Melalui rewards tersebut orang-orang yang kreatif didorong
untuk terus mengasah kemampuan intelektualnya agar dapat dipergunakan untuk
membantu peningkatan kehidupan manusia. Tujuan utama sistem hukum HKI adalah
menjamin agar proses kreatif tersebut terus berlangsung dengan menyediakan
perlindungan hukum yang memadai dan menyediakan sanksi terhadap pihak yang
menggunakan proses kreatif tersebut tanpa izin.

HKI pada intinya terdiri dari beberapa jenis, yang secara konvensional dipilah
dalam 2 kelompok, yaitu:

a) Hak Cipta (copyright) dan hak-hak terkait

b) Hak atas Kekayaan Industri (Industrial Property) yang berisikan

1) Paten/ Patent

2) Merek / Trademark

3) Desain Industri / Industrial Design

4) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

5) Rahasia Dagang / Trade Secret

6) Varietas Tanaman

2. Beberapa Prinsip Umum HKI yang terkait dengan Perlindungan

Bagian ini akan mendiskusikan tentang prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam
Hak Kekayaan Intelektual seperti:

a. Prinsip HKI sebagai hak ekslusif

Maksudnya hak yang diberikan oleh HKI bersifat khusus dan hanya dimiliki oleh
orang yang terkait langsung dengan kekayaan intelektual yang dihasilkan. Melalui

6|Page
hak tersebut pemegang hak dapat mencegah orang lain untuk membuat,
menggunakan atau berbuat sesuatu tanpa izin.

b. Prinsip melindungi karya intelektual berdasarkan pendaftaran

Secara umum pendaftaran merupakan syarat bagi kekayaan intelektual yang


dihasilkan oleh seseorang untuk mendapatkan perlindungan. Beberapa cabang HKI
yang mewajibkan seseorang untuk melakukan pendaftaran adalah Merek, Paten,
Desain Industry, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Perlindungan Varietas
Tanaman. Prinsip ini mendasari semua regulasi HKI di seluruh dunia dan
membawa konsekuensi bahwa pemilik kekayaan intelektual yang tidak
melakukan pendaftaran tidak dapat menuntut seseorang yang dianggap telah
menggunakan kekayaannya secara melawan hukum. Beberapa pengecualian
diberikan oleh hukum nasional negara tertentu yang dapat melakukan tuntutan
terhadap pelanggaran hukum terkait hak kekayaan intelektual meskipun kekayaan
intelektualnya belum

c. Prinsip perlindungan yang dibatasi oleh batasan teritorial

Sistem HKI mengatur bahwa pendaftaran yang melahirkan perlindungan Hukum


bersifat territorial. Artinya perlindungan Hukum hanya diberikan ditempat
pendaftaran tersebut dilakukan. Sistem ini selaras dengan kedaulatan negara di dalam
hukum publik dimana keputusan yang dihasilkan oleh perangkat administrasi
negara tidak dapat dipaksakan berlaku di negara lainnya. Dalam rezim HKI setiap
negara bebas untuk menerima sebuah pendaftaran kekayaan intelektual.
Keputusan yang diambil oleh sebuah negara tidak berpengaruh terhadap putusan
yang akan diambil oleh negara lain.

d. Prinsip adanya pemisahan antara benda secara fisik dengan HKI yang terdapat
dalam benda tersebut

Sistem ini bersifat sangat unik dan merupakan ciri khas HKI karena dalam cabang
hukum lain yang bersifat berwujud (tangible), penguasaan secara fisik dari sebuah
benda sekaligus membuktikan kepemilikan yang sah atas benda tersebut. Di
dalam sistem HKI seseorang yang menguasai benda secara fisik tidaklah otomatis
memiliki hak ekslusif dari benda fisik itu. Sebagai contoh, jika seseorang membeli
sebuah buku maka orang itu hanya berhak atas buku tersebut (benda secara fisik)
untuk penggunaan secara pribadi, misalnya dibaca, diberikan sebagai hadiah kepada
orang lain).

7|Page
e. Prinsip perlindungan HKI bersifat terbatas

Meskipun ada cabang HKI (merek) yang dapat diperpanjang jangka waktu
perlindungannya, secara umum jangka waktu perlindungan HKI tidaklah bersifat
selamanya (hanya terbatas). Tujuan pembatasan perlindungan ini adalah untuk
memberikan kesempatan kepada masyarakat mengakses hak kekayaan intelektual
tersebut secara optimal melalui usaha-usaha pengembangan lebih lanjut dan
sekaligus mencegah monopoli atas kekayaan intelektual tersebut.

f. Prinsip HKI yang berakhir jangka waktu perlindungannya berubah menjadi


public domain HKI yang telah berakhir jangka waktu perlindungannya akan menjadi
milik umum (public domain). Semua orang berhak untuk mengakses HKI yang telah
berakhir waktu perlindungannya. Pasca berakhirnya perlindungan hukum pemegang
HKI tidak boleh menghalangi atau melakukan tindakan seolah-olah masih memiliki
hak ekslusif. Sebagai contoh perjanjian lisensi dengan kewajiban membayar royalty
bagi pihak licensee tidak boleh dilakukan jika jangka waktu perlindungan HKI yang
menjadi dasar

8|Page
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hubungan UU Anti Monopoli Dan Hak Eksklusif

Salah satu kritik terhadap konsep HaKI adalah kecenderungan tidakadanya keseimbangan
antara aset privat subyek pemilik HaKI dengan kepenting-an masyarakat. Hak eksekutif
berupa monopoli yang diberikan negara kepadapemilik HaKI membuka peluang untuk
menentukan syarat-syarat dalam lisensiyang bukan hanya tidak memberikan keuntungan
bagi masyarakat, namun dapatmerugikan kepentingan umum. Dalam pemahaman
sepintas demikian, hukumkekayaan intelektual berada di posisi berlawanan terhadap
hukum anti mono-poli.Di satu sisi, hukum anti monopoli di desain untuk menghilangkan
pem-batasan perniagaan dan perilaku yang anti persaingan atau yang memiliki kecen-
derungan untuk menciptakan monopoli. Sedangkan di sisi lain, hukum kekaya-an
intelektual melindungi eksploitasi HaKI untuk mendatangkan kenikmatanekonomi bagi
pemiliknya melalui pemberian lisensi. Dalam perspektif HaKI, pemberian monopoli
privat merupakan “hargasebanding” atas konstribusinya terhadap peningkatan kualitas
kehidupan manu-sia.65 Sebaliknya, hukum anti monopoli menghilangkan monopoli
privat yangdianggap merugikan kepentingan masyarakat. Dalam rangka
menyeimbangkan kepentingan publik dan privat di atasserta memperjelas obyek yang
menjadi pertautan hukum anti monopoli dan li-sensi HaKI, maka diperlukan adanya
pembaharuan. Pembaharuan ini dimaksud-kan untuk mendapatkan keuntungan dari
keduanya, yakni adanya perlindunganlisensi HaKI tanpa mereduksi kepentingan publik.

Ketentuanpengecualian terhadap perjanjiandalam hukum persaingan usaha berkaitan


dengan hak atas kekayaan intelektual (HKI) seperti lisensi, paten, merek dagang, hak
cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang. Pasal 50
hurufb UU Persaingan Usaha mengecualikan perjanjian yang berkaitandengan hak atas
kekayaan intelektual seperti lisensi, paten, merek dagang,hak cipta, desain produk
industri, rangkaian elektronik terpadu, danrahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan
dengan waralaba.

Di Indonesia, lisensi HaKI pada awalnya termasuk sebagai perjanjianyang


dikecualikan dari keberlakuan kaedah normatif anti monopoli. Ketentuan ini tercantum
dalam Pasal 50 huruf b UU No. 5 Tahun 1999 tentang LaranganPraktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat yang berbunyi:Yang dikecualikan dari ketentuani undang-
undang ini adalah perjanjianyang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti

9|Page
lisensi,paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elek-tronik
terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitandengan waralaba.Jika ditilik
dari kaedah normatif HaKI, ketentuan pengecualian tersebutjustru terlihat kontradiktif
dengan dilekatnya larangan licensor untuk menentu-kan persyaratan dalam perjanjian
lisensi yang dapat mengakibatkan persaingantidak sehat. Ketentuan HaKI yang
mengakomodir “semangat persaingan sehat”ini dapat diketahui dari:

1) Pasal 9 ayat (1) UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, ya-ng
berbunyi:Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapatmenimbulkan akibat
yang merugikan perekonomian Indonesia ataumemuat ketentuan yang mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehatsebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang ber-laku.

2) Pasal 36 ayat (1) UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri,


yangberbunyi:Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapatmenimbulkan
akibat yang merugikan perekonomian Indonesia ataumemuat ketentuan yang
mengakibatkan persaingan usaha tidak sehatsebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

3) Pasal 28 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata LetakSirkuit Terpadu,
yang berbunyi:Perjanjian Lisensi dilarang memuatketentuan yang dapat menimbulkan
akibat yang merugikan bagi pere-konomian Indonesia atau memuat ketentuan yang
mengakibatkan per-saingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan per-
undang-undangan yang berlaku.

4) Pasal 71 ayat (1) UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten, yang berbunyi:Perjanjian
Lisensi tidak boleh memuat ketentuan, baik langsung mau-pun tidak langsung, yang
dapat merugikan perekonomian Indonesiaatau memuat pembatasan yang menghambat
kemampuan bangsa Indo-nesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pada
umumnyadan yang berkaitan dengan Invensi yang diberi Paten tersebut padakhususnya.

5) Pasal 47 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang berbunyi:Perjanjian
Lisensi dilarang memuat ketentuan baik yang langsung mau-pun tidak langsung dapat
menimbulkan akibat yang merugikan pereko-nomian Indonesia atau memuat pembatasan
yang menghambat ke-mampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan
mengembangkanteknologi pada umumnya.

6) Pasal 47 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yang ber-bunyi:
Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat meni-mbulkan akibat yang

10 | P a g e
merugikan perekonomian Indonesia atau memuatketentuan yang mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat sebagai-mana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Dari keenam kaedah normatif HaKI di atas dapat diketahui bahwa hakistimewa berupa
monopoli yang terkandung dalam HaKI tidaklah tanpa batas.Sifat kompetisi yang
merupakan filosofi dari perlindungan HaKI haruslah ter-pelihara, sehingga “eksplotasi”
HaKI yang merugikan persaingan adalah ter-larang.9

Pembatasan ini sesuai dengan perspektif internasional sebagai termuatdalam Article 40


Trade Related of Intellectual Property Rights (sebagaimanatelah diratifikasi Indonesia
dengan UU No 7 Tahun 1994 tentang PengesahanAgreement Establishing The World
Trade Organization97)yang berbunyi: “Mem-bers agree that some licensing practices or
conditions pertaining to intellec-tual property rights which restrain competition may have
adverse effects ontrade and may impede the transfer and dissemination of technology”.
Meskipundemikian, larangan mencantumkan klausul yang bertentangan dengan persaing-
an usaha tidak sehat dalam lisensi HaKI di atas hanya terkait penolakan pen-daftaran oleh
otoritas HaKI, yakni Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.98Konsekuensinya,
larangan ini hanyalah bersifat pra-eksplotasi, bukan eksplotasiHaKI itu sendiri.
Sedangkan pengawasan terhadap eksploitasi HaKI bukanlahkewenangan Dirjen HaKI.

11 | P a g e
BAB III

KESIMPULAN

1. Apakah yang dimaksud dan dimuat oleh UU Anti Monopoli ?


UU Anti Monopoli adalah undang-undang yang dapat diartikan memberikan
pengecualian secara absolut terhadap segala perjanjian yang berkaitan dengan Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) dari pemberlakuan aturan hukum persaingan usaha dalam
Pasal 50b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU Persaingan Usaha). Pasal tersebut berbunyi:
Yang dikecualikan dari ketentuan Undang-Undang ini adalah ...perjanjian yang berkaitan
dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta,
desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang...

Tujuan pembentukan undang-undang ini adalah untuk:

1. menjaga kepentingan umum danmeningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagal


salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraanrakyat;
2. mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang
sehat sehinggamenjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi
pelaku usaha besar, pelaku usahamenengah, dan pelaku usaha kecil;
3. mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehatyang ditimbulkan
oleh pelaku usaha; dan d)terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha

2. Apakah yang dimaksud Hak Eksklusif dalam HaKi?


Hak ekslusif adalah hak yang diperuntukkan bagi pemegangnya, sehingga pemegang
hak dapat mencegah orang lain untuk meniru atau menggunakan HKI tanpa izin. Hak
esklusif mempunyai dua muatan yaitu hak ekonomi untuk memperoleh keuntungan
finansial dari perolehan pengakuan hak kekayaan intelektual berupa pengalihan dan
pemberian izin penggunaan HKInya dengan memperoleh royalti dan hak moral yang
selalu melekat atas diri si pemilik HKI yang bersifat tetap dan tidak dapat dialihkan.
Hak ekslusif adalah hak yang diberikan oleh hukum merupakan reward yang sesuai
bagi para investor dan pencipta HKI. Melalui rewards tersebut orang-orang yang kreatif
didorong untuk terus mengasah kemampuan intelektualnya agar dapat dipergunakan
untuk membantu peningkatan kehidupan manusia. Tujuan utama sistem hukum HKI
adalah menjamin agar proses kreatif tersebut terus berlangsung dengan menyediakan

12 | P a g e
perlindungan hukum yang memadai dan menyediakan sanksi terhadap pihak yang
menggunakan proses kreatif tersebut tanpa izin.

3. Bagaimana Hubungan UU anti Monopoli dan Hak Eksklusif dalam HaKi?


Lahirnya hak eksklusif dalam lingkup HKI seolah-olah secara otomatis
melahirkan pula praktek monopoli dan perilaku persaingan usaha tidak sehat sehingga
munculla uu anti monopoli yaitu pasal 50b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU Persaingan
Usaha). Pasal tersebut berbunyi: Yang dikecualikan dari ketentuan Undang-Undang ini
adalah ...perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi,
paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan
rahasia dagang...
pembentuk Undang-Undang sesungguhnya menghendaki agar UU Persaingan Usaha ini
dapat menjadi landasan hukum untuk mewujudkan kegiatan perekonomian yang efisien,
adil, dan mensejahterakan bangsa, yang oleh karena itu pembentuk UU tidak
menghendaki adanya suatu kegiatan usaha yang dapat menimbulkan persaingan usaha
tidak sehat atau merugikan kepentingan umum.
Padahal, seharusnya keberadaan hak eksklusif tersebut dipisahkan terlebih dahulu dari
tindakan pengeksploitasiannya. Hak eksklusif hanya memberikan landasan hukum untuk
memonopoli, tetapi sifatnya fakultatif atau optional. Artinya, kalau pemegang hak cipta
memutuskan untuk tidak mengeksploitasi secara komersial ciptaannya, misalnya dengan
memberikan share-alike license, maka tidak akan terjadi suatu kondisi persaingan usaha
tidak sehat .
Terdapat keterhubungan antara hukum persaingan usaha dengan hak atas
kekayaan intelektual. Sepintas mungkin terlihat bahwa keberadaan konsepsi HKI dengan
hukum persaingan usaha seakan-akan saling bertentangan satu sama lain, namun kedua
domain hukum tersebut memiliki sifat komplementer atau saling mengisi untuk
keharmonisan sistem hukum itu sendiri, yakni meningkatkan efisiensi sistem
perekonomian. Untuk memperkuat posisi pengawasan persaingan usaha dan sebagai pintu
harmonisasi antara rezim lisensi hak atas kekayaan intelektual (HKI) dan hukum
persaingan usaha, ditetapkanlah Pasal 50hurufb UU No. 5 Tahun 1999. Pada pasal
tersebut dijelaskan bahwa perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual
seperti lisensi, paten, merek, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik
terpadu, dan rahasia dagang serta perjanjian yang berkaitan dengan waralaba dikecualikan
dari ketentuan UU No. 5 Tahun 1999

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Donna, Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Atas Perjanjian Penetapan
Harga Ditinjau dari Undang-Undang Persaingan Usaha Tidak Sehat di
Indonesia dan Singapura, 2014 UIB Repository (c) 2014Martitah, 2013,
Mahkamah Konstitusi: Dari Negative Legislature ke Positive Legislature.
Jakarta: Konstitusi Press.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG


LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA
TIDAK SEHAT

Maria Edietha, Perjanjian lisensi, FH UI, 2010

Jurnal Imiah

Arvie Johan. Lisensi Haki Dalam Kaedah Normatifanti Monopoli Fakultas


HukumUniversitas Muhammadiyah Surakarta arviejohan@gmail.com

A. Zen Umar Purba, S.H.,. Hak Kekayaan Intelektual & Persaingan Usaha' Ikhtisar Tiga
Uu Baru Haki

Dani Amran. Pengecualian Perjanjianhak Kekayaan Intelektual Dalam Hukum


Persainganusaha Exclusion of Intellectual Property Rights Agreement in the
business Competition Law Hakim Universitas Diponegoro,
Semarangemail:daniamranhakim@yahoo.com

Sufiarina. Hak Prioritas Dan Hak Ekslusif Dalam Perlindungan Hki Fakultas Hukun
Universitas Tama Jagakarsa Jakarta Email : sufiarina_ole@yahoo.com

Sofian Djafar. Aspek Hukum Hak Cipta dalam PerspektifHukum Persaingan Usaha
sebagai Wujud Pembatasan Praktik Bisnis di Bidang HKI Dosen Fakultas
Hukum Universitas Malikussale

Website :

https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol22047/hki-iversusi-persaingan-usaha-?
page=2

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-hak-eksklusif/47825/3

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai