Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HUKUM ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK


SEHAT

Dosen Pengampu : Dr. Ramlan, S.H., M.Hum.

DISUSUN OLEH:

MUNA NISRINA (2206200080)


SUCHY ANANDA PUTRI (2206200581)
FARIZ FAUZAN GINTING (2206200591)
M. RAFLI IRGI REANDA (2206200551)
TAUFIK HIDAYAT (2206200188)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
memberikan kemudahan dan kesehatan kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan sebuah makalah kelompok untuk mata kuliah hukum dagang dan
bisnis dengan judul “ Hukum Anti Monopoli Dan Usaha Tidak Sehat ”.
Makalah yang sudah kami susun ini untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
yang mesti digarap bersama karena membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup
besar. Di tengah pergumulan diskusi yang alot dan panjang sesama kelompok tujuh,
kami pun akhirnya berhasil menemukan pola menarik untuk membentuk orang
kreatif.
Kemudian makalah berikut bisa rampung berkat pihak-pihak yang sudah
membantu, khususnya dosen pembimbing mata kuliah hukum dagang dan bisnis
Bapak Dr. Ramlan, S.H., M.Hum. dan narasumber-narasumber lainnya. Kami pun
menyadari jika isi makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kami.
Oleh sebab itu, kami harapkan adanya umpan balik berupa kritik dan saran
yang membangun agar di kemudian hari kami sanggup makalah yang lebih maksimal.
Akhirnya, semoga makalah yang sudah kami susun bersama-sama bisa bermanfaat
bagi dunia pendidikan.

Medan, 25 Mei 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 3
BAB II .......................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4
A. ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT ............................ 4
B. TUJUAN DIBENTUKNYA UU NO 5 TAHUN 1999 ........................................ 7
C. SANKSI PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT ... 9
BAB III ....................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................. 12
A. KESIMPULAN............................................................................................... 12
B. SARAN ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hukum anti monopoli dan persaingan tidak sehat adalah bagian dari hukum
persaingan usaha yang bertujuan untuk mencegah praktik monopoli yang merugikan
konsumen dan menghambat persaingan sehat dalam pasar. Definisi hukum anti
monopoli dan persaingan tidak sehat dapat bervariasi di setiap negara, namun prinsip
dasarnya serupa.

Pasar yang kompetitif dan persaingan yang sehat merupakan salah satu pilar
penting dalam perekonomian yang berfungsi untuk mendorong efisiensi, inovasi, dan
kesejahteraan masyarakat. Namun, dalam realitasnya, seringkali terjadi monopoli atau
praktik persaingan yang tidak sehat yang dapat menghambat persaingan yang adil dan
merugikan konsumen serta pesaing yang lain. Oleh karena itu, diperlukan hukum anti
monopoli dan persaingan tidak sehat yang bertujuan untuk mengatasi masalah
tersebut dan menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan berkeadilan.

Hal ini dapat ditelusuri hingga periode awal revolusi industri. Pada masa itu,
terjadi konsolidasi kekuatan ekonomi yang signifikan di tangan beberapa perusahaan
besar yang menguasai pasar dan mengendalikan harga serta persaingan. Situasi ini
memunculkan kekhawatiran akan ketidakadilan dan ketidakseimbangan dalam
perekonomian. Salah satu kasus monopoli yang paling terkenal dalam sejarah adalah
kasus Standard Oil Company di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20. Perusahaan tersebut dikendalikan oleh John D. Rockefeller dan berhasil
mencapai dominasi pasar minyak bumi di Amerika Serikat. Standard Oil Company
menggunakan praktik-praktik yang tidak sehat, seperti pemerasan harga dan
pembelian persaingan untuk mencapai dan mempertahankan posisi dominannya. Hal

1
ini memicu kekhawatiran dan protes dari masyarakat dan pesaing yang merasa
dirugikan oleh praktik monopoli tersebut.

Perkembangan teori ekonomi juga berperan penting dalam pembentukan latar


belakang hukum anti monopoli dan persaingan tidak sehat. Salah satu konsep kunci
dalam teori ekonomi adalah keseimbangan pasar yang dicapai melalui persaingan
yang bebas dan adil. Persaingan yang sehat memungkinkan harga yang efisien,
alokasi sumber daya yang optimal, dan mendorong inovasi. Namun, ketika
persaingan terhambat atau terdistorsi, keseimbangan pasar dapat terganggu dan
efisiensi ekonomi menurun.

Krisis ekonomi juga menjadi faktor pendorong dalam pembentukan hukum


anti monopoli dan persaingan tidak sehat. Pada masa-masa krisis, seperti Depresi
Besar di Amerika Serikat pada tahun 1930-an, muncul kebutuhan untuk melindungi
konsumen dan mencegah monopoli yang dapat memperburuk situasi ekonomi yang
sudah sulit. Pemerintah melihat perlunya intervensi dalam pasar untuk memastikan
persaingan yang adil dan melindungi kepentingan konsumen. Perlindungan
konsumen juga menjadi salah satu aspek penting dalam latar belakang hukum anti
monopoli dan persaingan tidak sehat. Praktik-praktik persaingan yang tidak sehat,
seperti penipuan, manipulasi harga, atau penyalahgunaan posisi dominan, dapat
merugikan konsumen dengan harga yang tinggi, kualitas produk yang rendah, atau
pilihan yang terbatas. Dalam lingkungan bisnis yang sehat, konsumen harus
dilindungi dari praktik-praktik yang merugikan mereka.

Dalam rangka mengatasi masalah monopoli dan persaingan tidak sehat,


banyak negara telah mengadopsi hukum anti monopoli dan persaingan tidak sehat.
Hukum-hukum ini mengatur perilaku perusahaan dan mencegah praktik-praktik yang
merugikan persaingan, seperti monopoli, kartel, atau penyalahgunaan posisi dominan.
Otoritas pengawas yang berwenang ditunjuk untuk memantau dan menegakkan
hukum ini, dengan wewenang untuk menyelidiki pelanggaran, memberikan sanksi
kepada pelanggar, dan memastikan kepatuhan terhadap prinsip persaingan yang adil.

2
Hal ini semua berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi, teori ekonomi,
kasus-kasus monopoli terkenal, krisis ekonomi, dan perlindungan konsumen. Dalam
upaya untuk menciptakan lingkungan bisnis yang sehat, adil, dan berkeadilan, hukum
anti monopoli dan persaingan tidak sehat berperan penting dalam memastikan
persaingan yang adil, melindungi kepentingan konsumen, dan mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi monopoli dan persaingan tidak sehat ?

2. Tujuan dibentuknya UU NO 5 Tahun 1999 ?

3. Bagaimana sanksi terhadap praktek monopoli dan persaingan usaha tidak


sehat ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT

A. ANTI MONOPOLI
Monopoli didefenisikan sebagai bentuk penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku atau satu
kelompok pelaku usaha. Dalam Blacks Law Dictionary, Monopoli diartikan sebagai a
privilege or peculiar advantage vested in one or more persons or companies
consisting in the exclusive right (or power) to carry on a particular article, or control
the sale of the whole supply of a particular commodity. Berbeda dari defenisi yang
diberikan dalam undang-undang yang secara langsung menunjuk pada penguasaan
pasar, dalam Blacks Law Dictionary penekanan lebih diberikan pada adanya “hak
istimewa”(Privilege) yang menghapuskan persaingan bebas, yang tentu pada
akhirnya juga akan menciptakan penguasaan pasar.1
Secara etimologi, kata “monopoli” berasal dari kata Yunani ‘Monos’ yang
berarti sendiri dan ‘Polein’ yang berarti penjual. Dari akar kata tersebut secara
sederhana orang lantas memberi pengertian monopoli sebagai suatu kondisi dimana
hanya ada satu penjual yang menawarkan (supply) suatu barang atau jasa tertentu.
(Arie Siswanto:2002). Disamping istilah monopoli di USA sering digunakan kata
“antitrust” untuk pengertian yang sepadan dengan istilah “anti monopoli” atau istilah
“dominasi” yang dipakai masyarakat Eropa yang artinya juga sepadan dengan arti
istlah “monopoli” Disamping itu terdapat istilah yang artinya hampir sama yaitu
“kekuatan pasar”.
Dalam praktek keempat kata tersebut, yaitu istilah “monopoli”, “antitrust”,
“kekuatan pasar” dan istilah “dominasi” saling dipertukarkan pemakaiannya.
Keempat istilah tersebut dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana
seseorang menguasai pasar, dimana dipasar tersebut tidak tersedia lagi produk

1
Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Buku Anit monopoli, (2006) 12-13

4
subtitusi yang potensial, dan terdapatnya kemampuan pelaku pasar tersebut untuk
menerapkan harga produk tersebut yang lebih tinggi, tanpa mengikuti hukum
persaingan pasar atau hukum tentang permintaan dan penawaran pasar.
Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999 memberi arti kepada
monopoli sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku
usaha (pasal 1 ayat (1) Undang-undang Anti Monopoli). Sementara yang dimaksud
dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan kekuatan ekonomi oleh salah
satu atau lebih pelaku yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran
atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu persaingan usaha
secara tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Sesuai dalam Pasal 1 ayat
(2) UndangUndang Anti Monopoli.2

B. PERSAINGAN TIDAK SEHAT


Menurut rumusan pasal angka 1 ayat 6 Undang-Undang Anti monopoli, yang
dimaksud dengan persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan
usaha.3
Satu hal yang cukup menarik dari undang-undang ini adalah bahwa selama
suatu pemusatan kekuatan ekonomi tidak menyebabkan terjadinya persaingan usaha
tidak sehat (sebgaimana didefenisikan), maka hal itu tidak dapat dikatakan telah
terjadi suatu praktek monopoli, yang melanggar atau bertentangan dengan undang
undang ini, meskipun monopoli itu sendiri secara nyata-nyata telah terjadi (dalam
bentuk penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa tertentu. Jadi
jelaslah bahwa monopoli itu sendiri tidak dilarang, yang dilarang adalah praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.)4

2
Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999
3
Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Buku Anit monopoli, (2006) Hal 18
4
ibid

5
Dalam UU nomor 5 tahun 1999 pasal 1 butir 6 UU Anti monopoli, Persaingan
curang (tidak sehat) adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dilakukan dengan
cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha dengan
ditandai tiga alternative kriteria, yaitu: persaingan usaha yang dilakukan dengan cara
tidak jujur, melawan hukum, dan menghambat persaingan usaha. Tindakan
persaingan usaha tidak sehat sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
tindakan anti persaingan (anti competition) dan tindakan persaingan curang (unfair
competition practice). Tindakan anti persaingan adalah tindakan yang bersifat
mencegah terjadinya persaingan dan dengan demikian mengarah pada terciptanya
kondisi tanpa atau minim persaingan, sedangkan persaingan curang adalah tindakan
tidak jujur yang dilakukan dalam kondisi persaingan.5

5
PERSAINGAN TIDAK SEHAT : 5 UU nomor 5 tahun 1999 pasal 1 butir 6 UU Antimonopoli

6
C. TUJUAN DIBENTUKNYA UU NO 5 TAHUN 1999

Tujuan pembentukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang


Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang tercantum pada
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang menyatakan Tujuan
pembentukan Undang-Undang ini adalah untuk :

a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional


sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan


usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku
usaha kecil;

c. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan

d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.” Guna menjaga


eksistensi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 di dalam dunia bisnis di
Indonesia, tentunya membutuhkan suatu badan atau lembaga yang diberi
tugas pokok dan wewenang mengawasi dan menindak setiap pelaku usaha
yang berusaha dengan melanggar ketentuan yang ada pada UndangUndang
Nomor 5 Tahun 1999. 6

Oleh karena itu, dibentuklah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

6
Keppres No.75 Tahun 1999 Tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Disahkan dan
Diundangkan pada Tanggal 08 Juli 1999

7
KPPU memiliki wewenang meliputi penerimaan laporan dari masyarakat dan
atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat, melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan
usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, melakukan penyelidikan dan atau
pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktik monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang
ditemukan oleh Komisi sebagai hasil penelitiannya, serta wewenang lainnya yang
diatur dalam UU Persaingan Usaha.

8
D. SANKSI PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK
SEHAT

Bagian Pertama Tindakan Administratif (Pasal 47)

(1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif


terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.

(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:

a. Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4


sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau

b. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau
c. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti
menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha
tidak sehat dan atau merugikan masyarakat; dan atau
d. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi
dominan; dan atau
e. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; dan atau

f. Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau

g. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 ( satu miliar


rupiah) dan setinggi-tingginya
Rp 25.000.000.000,00 ( dua puluh lima miliar rupiah ).7

7
UU No.5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab VIII,
Pasal 47 Hal. 14

9
Bagian Kedua Pidana Pokok (Pasal 48)

1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal


14, Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28
diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp25.000.000.000 (dua
puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp100.000.000.000
(seratus miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-
lamanya 6 (enam) bulan.

2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal


15, Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang
ini diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp5.000.000.000 ( lima
miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000 (dua puluh
lima miliar rupialh), atau pidana kurungan pengganti denda selama-
lamanya 5 (lima) bulan.

3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam


pidana denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah),
atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.8

8
UU No.5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab VIII,
Pasal 48, Hal. 15

10
Bagian Ketiga Pidana Tambahan (Pasal 49)

Sanksi tambahan sesuai dalam Pasal 48 juga dapat dikenakan pidana berupa:
a) Pencabutan izin usaha; atau
b) Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan
pelanggaran terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan
direksi/komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya
5(lima) tahun; atau
c) Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan
timbulnya kerugian pada pihak lain.9

9
UU No.5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab VIII,
Pasal 49, Hal. 1

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
A. ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT
Hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat merupakan
seperangkat peraturan hukum yang bertujuan untuk mengatur dan melindungi
persaingan usaha yang sehat dan adil dalam suatu negara.

B. TUJUAN TERBENTUKNYA UU NO 5 TAHUN 1999

Untuk menjaga eksistensi dan penerapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun


1999 di dalam dunia bisnis di Indonesia, diperlukan suatu badan atau lembaga
yang bertugas untuk mengawasi dan menindak setiap pelaku usaha yang
melanggar ketentuan yang ada dalam undang-undang ini. Oleh karena itu,
dibentuklah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai lembaga
pengawas dan regulator yang berwenang untuk memantau dan menegakkan
hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di Indonesia. KPPU
memiliki peran penting dalam menjaga integritas persaingan usaha dan
melindungi kepentingan konsumen serta pesaing dari praktik bisnis yang
merugikan.

C. SANKSI PRAKTEK ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK


SEHAT

Sanksi-sanksi tersebut mencakup denda administratif berdasarkan


persentase omset perusahaan atau nilai transaksi tertentu, tuntutan ganti rugi atas
kerugian yang ditimbulkan, pembubaran perjanjian yang melanggar hukum,
peringatan, perintah berhenti, dan dalam beberapa kasus serius, sanksi pidana
seperti denda atau hukuman penjara.

12
A. SARAN

Selain menjalankan tugas utama mencegah terjadinya dan menindak


pelanggar Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dalam upaya
menegakkan UndangUndang No. 5 Tahun 1999, KPPU (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha sebagai pemerintah) juga menjalankan peran penasihat
kebijakan (policy advisory) terhadap kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi persaingan usaha. Upaya ini sangat diperlukan dan penting
mengingat penciptakan iklim persaingan sehat merupakan hal baru, baik bagi
pemerintah sendiri maupun pelaku usaha, konsumen, maupun masyarakat
secara keseluruhan. Sampai saat ini beberapa peraturan perUndang-Undangan
yang menjadi penyebab timbulnya iklim persaingan usaha tidak sehat.
Bahkan, beberapa peraturan perUndang-Undangan memberi kesempatan
kepada pelaku usaha untuk berperilaku anti persaingan (anticompetitive
behavior). Pada tahapan inilah peran KPPU sangat penting dalam
menciptakan kebijakan persaingan usaha yang sehat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Yani, Ahmad dan Gunawan widjaja. Buku Anti Monopoli Persaingan Tidak Sehat (2006): 12-
13 .

Effendy Choirie, Privatisasi Versus Neo-Sosialisme Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES,


2003), hlm. 100.

Yani, Ahmad dan Gunawan widjaja. Buku Anti Monopoli Persaingan Tidak Sehat (2006): 18.

UU nomor 5 tahun 1999 pasal 1 butir 6 UU Anti monopoli

Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999

Keppres No.75 Tahun 1999 Tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Disahkan
dan Diundangkan pada Tanggal 08 Juli 1999

Bandung: Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi UNPAD, 1976.

Shidarta, Karakteristik Panalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan, (Bandung: CV


Utomo, 2006), hlm. 15

Joe A. Oppenheimer, Small Steps Forward for Political Economy, (World Politics 33, No. 1,
1980), hlm. 121.

Remy Sjahdeni, Larangan Praktisi Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dalam
jurnal Hukum Bisnis, vol. 10 tahun 2005, hlm. 4.

UU No.5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab
VIII, Pasal 47 Hal. 14

UU No.5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab
VIII, Pasal 48, Hal. 15

UU No.5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab
VIII, Pasal 49, Hal. 1

14
15

Anda mungkin juga menyukai