&
PERSAINGAN TIDAK SEHAT
Disusun oleh :
Kelas : II D AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah kami yang berjudul “Anti
Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat” adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
yang bersangkutan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah memberi
bimbingan dan motivasi yang sangat membantu dalam penyelesaian pembuatan
makalah ini. Ucapan terimakasih ini kami sampaikan kepada :
1. Ibu Inova Fitri Siregar, SE., M.Ak., AK., GA selaku dosen mata kuliah Hukum
bisnis.
2. Kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi serta doa kepada kami.
3. Serta teman-teman semua kelas 2 D Akuntansi yang telah memberikan semangat
dan dukungan kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk
perbaikan diwaktu yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
Monopoli dan persaingan usaha tidak sehat merupakan hal yang baru bagi
Indonesia.Hal ini dapat dilihat dengan baru keluarnya Undang-Undang tentang
Monopoli pada tanggal 5 Maret 1999 dan berlaku secara efektif pada tanggal 5
Maret 2000, secara lengkapnya dengan nama Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
tentang larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sementara
di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat hal ini sudah menjadi perhatian sejak
masa lalu,bahkan telah diundangkan sejak ratusan tahun lalu. berlakunya Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek.
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat diharapkan dapat menjamin
tercapainyaiklim usaha yang kondusif bagi para pelaku pasar, sehingga nantinya
dapat terciptakesempatan berusaha yang lebih kompetitif.
Dengan adanya undang-undang tersebut diharapkan dapat menciptakan
efisiensi dalam melakukan kegiatan usaha, serta mendorong suatu kondisi
persaingan usaha yang sehat dan wajar sehingga tidak menimbulkan adanya
pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu.
Upaya-upaya untuk menyempurnakan undang-undang ini masih harus tetap
dilakukan monopoli sebenarnya bukanlah suatu tindakan yang terlarang dan
undang undang tidak melarang adanya monopoli ini, asalkan monopoli ini
diperoleh dengan mendapatkan posisi pasar tersebut melalui kemampuannya
berusaha secara jujur dengan prediksi usaha atau kejelian bisnis yang tinggi,
menghasilkan barang yang berkualitas dengan harga barang atau jasa yang
dikehendaki oleh konsumen, sumber daya manusia yang berkualitas dan lainnya,
sehingga perusahaan tersebut mampu berkembang sedemikian rupa dan dapat
menguasai pasar
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini seperti:
1. Apa pengertian praktek monopoli dan persaingan tidak sehat?
2. Apa saja yang termasuk pada praktek monopoli?
3. Hal-hal apa saja yang tidak tergolong dalam praktek monopoli?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian praktek monopoli dan persaingan tidak sehat
2. Mengetahui hal yang termasuk dalam praktek monopoli.
3. Memahami hal yang tidak termasuk praktek monopoli.
Pengertian
Asas
Tujuan
1) Monopoli
Adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas
penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
2) Monopsoni
Adalah situasi pasar dimana hanya ada satu pelaku usaha atau kelompok pelaku
usaha yang menguasai pangsa pasar yang besar yang bertindak sebagai pembeli
tunggal,sementara pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha yang bertindak
sebagai penjual jumlahnya banyak.
3) Penguasaan pasar
Di dalam UU no.5/1999 Pasal 19,bahwa kegiatan yang dilarang dilakukan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya penguasaan pasar yang merupakan
praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat yaitu :
4) Persekongkolan
Adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha
lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku
usaha yang bersekongkol (pasal 1 angka 8 UU No.5/1999).
5) Posisi Dominan
6) Jabatan Rangkap
7) Pemilikan Saham
1. Oligopoli
2. Penetapan harga
3. Pembagian wilayah
4. Pemboikotan
5. Kartel
6. Trust
7. Oligopsoni
8. Integrasi vertikal
9. Perjanjian tertutup
10. Perjanjian dengan pihak luar negeri
(a) Oligopoli
(d) Pemboikotan
(e) Kartel
(f) Trust
(g) Oligopsoni
(a) Monopoli
(b) Monopsoni
(d) Persekongkolan
3. Posisi dominan, yang meliputi :
(a) Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang bersaing
Di dalam kenyataan yang terjadi, penegakan hukum UU praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat ini masih lemah. Dan kelemahan tersebut
"dimanfaatkan" oleh pihak Carrefour Indonesia untuk melakukan ekspansi bisnis
dengan mengakuisisi PT Alfa Retailindo Tbk. Dengan mengakuisisi 75% saham
PT Alfa Retailindo Tbk dari Prime Horizon Pte Ltd dan PT Sigmantara Alfindo.
Berdasarkan laporan yang masuk ke KPPU, pangsa pasar Carrefour untuk sektor
ritel dinilai telah melebihi batas yang dianggap wajar sehingga berpotensi
menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat.
Dari latar belakang di atas dapat ditarik suatu permasalahan sebagai berikut :
Sejauh mana PT Carrefour melanggar Undang Undang No. 5 Tahun 1999, sanksi
apa yang telah diberikan untuk pelanggaran tersebut, dan apa yang seharusnya
dilakukan oleh pemerintah dalam menangani kasus tersebut ?
Akuisisi biasanya menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan efisiensi dan
kinerja perusahaan. Dalam bahas inggrisnya dikenal dengan istilah acquisition
atau take over. Pengertian acquisition atau take over adalah pengambilalihan suatu
kepentingan pengendalian perusahaan oleh suatu perusahaan lain. Istilah Take
Over sendiri memiliki 2 ungkapan:
1. Friendly take over (akuisisi biasa)
2. Hostilr take over (akuisisi yang bersifat "mencaplok"), Pengambilalihan
tersebut ditempuh dengan cara membeli saham dari perusahaan tersebut.
Esensi dari akuisisi adalah praktek jual beli. Dimana perusahaan pengakuisisi
akan menerima hak atas saham dan perusahaan terakuisisi akan menerima hak
atas sejumlah uang harga saham tersebut. menurut pasal 125 ayat (2) UU No. 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menjelaskan bahwa pengambilalihan
dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan. Jika pengambilalihan
dilakukan oleh perseorangan, maka keputusan akuisisi harus mendapat
persetujuan dari RUPS. Dan pasal yang sama ayat 7 menyebutkan
pengambilalihan saham perseroan lain langsung dari pemegang saham tidak perlu
didahului dengan membuat rancangan pengambilalihan, tetapi dilakukan langsung
melalui perundingan dan kesepakatan oleh pihak yang akan mengambil alih
dengan pemegang saham dengan tetap memperhatikan anggaraan dasar perseroan
yang diambil alih.
Dalam mengakuisisi perusahaan yang akan mengambilalih harus
memperhatikan kepentingan dari pihak yang terkait yang disebutkan dalam UU
No. 40 tahun 2007, yaitu Perseroan, Pemegang Saham Minoritas, Karyawan
Perseroan, Kreditor, Mitra Usaha lainnya dari Perseroan, masyarakat serta
persaingan sehat dalam melakukan usaha.
Dalam sidang KPPU tanggal 4 November 2009, Majelis Komisi menyatakan
Carrefour terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 (1) dan Pasal
25 (1) huruf a UU No.5/1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat. Pasal 17 UU No.5/1999, yang memuat ketentuan mengenai
larangan bagi pelaku usaha untuk melakukan penguasaan pasar, sedangkan Pasal
25(1) UU No.5/1999 memuat ketentuan terkait dengan posisi dominan.
Kesimpulannya :
Pelanggarab etika bisnis dapat melemahkan daya siang hasil industri dipasar
internasional. Ini bisa terjadi sikap para pengusaha kita. Kecendrungan makin
banyaknya pelanggaran etika bisnis membuat keprihatinan banyak pihak.
Pengabaian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian tidak saja buat
masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para
pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan nama
mereka sendiri dan negara.
B. Kasus PT PLN
Usaha PT. PLN termasuk ke dalam jenis monopoli murni. Hal ini
ditunjukkan karena PT. PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk
yang unik dan tanpa barang pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk
menerapkan harga berapapun yang mereka kehendaki.
Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa sumber daya alam dikuasai negara
dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Sehingga. Dapat
disimpulkan bahwa monopoli pengaturan, penyelengaraan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan
hukumnya ada pada negara. Pasal 33 mengamanatkan bahwa perekonomian
Indonesia akan ditopang oleh 3 pemain utama yaitu koperasi, BUMN/D (Badan
Usaha Milik Negara/Daerah), dan swasta yang akan mewujudkan demokrasi
ekonomi yang bercirikan mekanisme pasar, serta intervensi pemerintah, serta
pengakuan terhadap hak milik perseorangan. Penafsiran dari kalimat “dikuasai
oleh negara” dalam ayat (2) dan (3) tidak selalu dalam bentuk kepemilikan tetapi
utamanya dalam bentuk kemampuan untuk melakukan kontrol dan pengaturan
serta memberikan pengaruh agar perusahaan tetap berpegang pada azas
kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari paparan penjelasan diatas mengenai monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat maka pengertian dari masing-masingnya dapat disimpulkan sebagai
berikut.Monopoli adalah penguasaan atas produksi atau pemasaran barang atau
atas penggunaan jasa tertentu oleh suatu pelaku usaha atau suatu kelompok usaha
hal ini diperjelas dalam UU nomor 5 tahun 1999 pasal 1 butir 1 UU
Antimonopoli. Persaingan usaha tidak sehat (curang) adalah suatu persaingan
antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran
barang atau jasa dilakukan dengan cara melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha, tentang persaingan usaha yang tidak sehat pun juga tercantum
dalam nomor 5 tahun 1999 pasal 1 butir 6 UU Antimonopoli.
1.2 Saran
Menyadari bahwa kami sebagai penulis dan penyusun makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, kami penulis akan lebih fokus dan detaildan tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.Dan mohon maaf apabila ada salah kata maupun penulisan
dalam makalah ini.Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan
juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang
telah di jelaskan.Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Atas
perhatiannya kami ucapkan terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, Raja
Grafindo Persada, Jakarta: 2006, hal 53
Faisal Basri, Perekonomian Indonesia, Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan
Indonesia, Erlangga, Jakarta: 2002, hal 326
Munir fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Kedua, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung: 1999, hal 146