Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HUKUM DAGANG DAN BISNIS

HUKUM ANTI MONOPOLI dan


PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
DISUSUN

INNESYA MAGHFIRAH MUNTHE (1806200448)

MUHAMMAD APRIYALDI (1806200451)

NOVRIZAL HABIB SOLEN (1806200457)

ILMA AKBAR YUSWAR (1806200444)

BAYU ABDI (1806200492)

M. ABDILLAH SIREGAR (1806200470)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puja puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua, tak lupa pula shalawat beriringkan salam kita hanturkan keharibaan
Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Bahasa
Indonesia Hukum ini.

Makalah dengan judul “Hukum Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat” ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Dagang dan Bisnis yang diberikan oleh
Ibu Ida Nadira

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ida Nadira, S.H, M.H selaku Dosen mata
kuliah Hukum Dagang dan Bisnis serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf.

Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Penulis, 1 juli 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
2.2. Dasar Hukum Persaingan Usaha ..................................................................................... 3
2.3. Tindakan-tindakan yang Dilarang ................................................................................... 6
2.4. Posisi Dominan yang Dilarang........................................................................................ 9
2.5. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ................................................................. 9
BAB III .................................................................................................................................... 10
PENUTUP................................................................................................................................ 10
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 10
3.2. Saran .............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11
BAB I
LATAR BELAKANG

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu negara besar di Asia
Tenggara dan juga negara Indonesia merupakan negara berkembang di kawasan Asia Tenggara
yang memiliki tingkat populasi penduduk yang tinggi sehingga perekonomian di Indonesia
harus selalu baik guna dapat meningkatkan taraf hidup penduduknya. Semakin banyaknya
bermunculan pelaku-pelaku bisnis baru maka dipastikan makin ketatnya persaingan diantara
pelaku bisnis tersebut, sehingga diharapkan terjadinya pembangunan dalam bidang ekonomi
yang mengarah terwujudnya kesejahteraan rakyat.

Sejak dahulu juga masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat senang dan
mudah gotong-royong. Terkadang tindakan bersaing atau berkompetisi secara tidak sehat tidak
memiliki tempat di masyarakat kita suka bergotong-royong. Namun pada kenyataannya, pada
era globalisasi dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat
semakin banyak pelaku usaha berlomba-lomba meningkatkan taraf hidup masing-masing,
semakin banyak timbul persaingan usaha yang tidak sehat.

Didalam dunia bisnis dan usaha, Persaingan juga harus dipandang sebagai hal yang
positif dan sangat esensial dalam dunia usaha.Dengan persaingan, para pelaku usaha akan
berlomba-lomba untuk terus menerus memperbaiki produk dan melakukan inovasi atas produk
yang dihasilkan untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggan. Dari sisi konsumen, mereka
akan mempunyai pilihan dalam membeli produk dengan harga murah dan kualitas terbaik.
Seiring dengan berjalannya usaha para pelaku usaha mungkin lupa bagaimana bersaing dengan
sehat sehingga muncullah persaingan-persaingan yang tidak sehat dan pada akhirnya timbul
praktek monopoli.

Dengan adanya pratek monopoli pada suatu bidang tertentu, berarti terbuka kesempatan
untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya bagi kepentingan kantong sendiri. Disini
monopoli diartikan sebagai kekuasaan menentukan harga, kualitas dan kuantitas produk yang
ditawarkan kepada masyarakat. Masyarakat tidak pernah diberi kesempatan untuk menentukan
pilihan, baik mengenai harga, mutu maupun jumlah. Kalau mau silakan dan kalau tidak mau
tidak ada pilihan lain. Itulah citra kurang baik yang ditimbulkan oleh keserakahan pihak
tertentu yang memonopoli suatu bidang.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat (Curang)

Hukum mengartikan monopoli sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha. Dengan demikian, menurut Perundang-undangan tentang Anti
Monopoli, dengan Praktek Monopoli dimaksudkan adalah sebagai suatu pemusatan kekuatan
ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau
pemasaran atas barang atau jasa tertentu sehingga menimbulkan suatau persaingan usaha secara
tidak sehat dan dpat merugikn kepentingan umum.1

Sedangkan yang dimaksudkan dengan “persaingan curang” (persaingan tidak sehat)


adalah suatu persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang atau jasa yang dialkukan dengan cara-cara yang tidak jujur atau dengan cara
melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.2

Jadi, Hukum Anti Monopoli dan Persainga Usaha Tidak Sehat adalah semua ketentuan
yang mengatur tentnag pencegahan atau peniadaan monopoli serta menjamin terjadinya
persaingan yang sehat dan melarang persaingan yang tidak jujur.34

Mengapa praktek monopoli dilarang? Adam Smith menyatakan sistem monopoli tidak
baik dalam perekonomian karena dalam sistem monopoli ini para konsumen dipaksa harus
membayar harga yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu sistem monopoli
merupakan sistem yang tidak adil.

Monopoli harus dilarang dan diatur oleh hukum karena tindakan monopoli dapat
memberikan dampak negative terhadap:

 Harga barang dan/atau jasa.


 Kualitas barang dan/jasa.
 Kuantitas barang/atau jasa.

Larangan dan pengaturan tentang monopoli ini diatur dalam Perundang-undangan yang
berkenaan dengan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Tujuan pengaturannya adalah
agar tercapai keadilan dan efisiensi di pasar dengan jlan menghilangkan distorsi pasar.5

Selain itu tujuan Hukum Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah:

1. Melindungi konsumen dari pasar yang tidak sehat.

1
Ida Nadira, Buku Ajar Hukum Dagang dan Bisnis, (Medan : CV. Pustaka Prima 2019), hlm 281.
2
Loct.cit.
3
Shohib Muslim dan Khotbatul Laila, Hukum Bisnis, (Malang: Polinema Press 2018), hlm 170.
4
Asril Sitompul, Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Tinjauan Terhadap Undang-Undang No
5 Tahun1999), (Bandung: Pt Citra Aditya Bakti 1999), hlm 7.
5
Ida Nadira, Op. Cit, hlm 282.

3
2. Memelihara kompetisi yang bebas (maintance of free competition).
3. Mencegah penyalahgunaan kekuatan ekonomi (prevention of abuse of economic
power)
4. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha tidak
sehat.6

2.2. Dasar Hukum Persaingan Usaha


Secara yuridis konstitusional, kebijakan dan pengaturan hukum persaingan usaha
didasarkan kepada ketentuan-ketentuan dalam pasal 33 Undang-undang Dasar tahun 1945,
yang mengamanatkan tidak adanya monopoli yang merugikan masyarakat dan persaingan
usaha yang tidak sehat. Secara tidak langsung pemikiran tentang demokrasi ekonomi telah
tercantum pasal 33 UUD 1945, dimana demokrasi memiliki ciri khas yang proses
perwujudannya diwujudkan oleh semua anggota masyarakat untuk kepentingan seluruh
masyrakat dan harus mengabdi kepada kesejahteraan seluruh rakyat. Pemikiran yang
demokrasi ekonomi perlu diwujudkan untuk menciptakan ekonomi yang sehat, maka
disusunlah Undang-undang tentang Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU
no 5 tahun 1999).7

Persoalan monopoli merupakan persoalan yang sangat menarik untuk dibahas. Bahkan
permasalahan ini mendapat perhatian yang serius dari ajaran Islam.8 Allah SWT berfirman:

“ Apa saja harta rampasan yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota Mekkah addalah untuk Allah, untuk Rasul, kerabat Rasul, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang ada dalam perjalanan, supaya agar harta itu
jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumNya.
(QS. Al-Hasyr (59):7).

Diundangkannya UU tentang Anti monopoli ini diharapkan akan membawa angin


segar bagi iklim bisnis di Indonesia yang meskipun sedang mengalami kelesuan bahkan
dikatakan kemandekan. Hal ini memperlihatkan setidaknya telah tampak niat baik Pemerintah
untuk membuka sistem ekonomi dan bisnis yang selama ini penuh dengan “proteksi” dan
“praktek monopoli” baik dari pemerintah melalui BUMN maupun monopoli swasta melalui
sindikasi ataupun konglomerasi.9

Dengan UU ini diharapkan pula dapat dihentikan, setidaknya dikurangi, campur tangan
pemerintah (terutama pusat) yang terlalu jauh dalam bisnis dan perekonomian sampai saat ini

6
Shohib Muslim dan Khotbatul Laila,Op. Cit, hlm 170.
7
Ibid, hlm 168
8
Duwi handokodkk, “Makalah Anti Monopoli dan PUTS”, diakses dari
https://books.google.co.id/books?id=jqlWhUY6NL4C&pg=PR1&dq=hukum+anti+monopoli+dan+persaingan+us
aha+tidak+sehat&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj0toHW55XjAhUCiXAKHaaoCuwQ6AEITTAF#v=onepage&q=huku
m%20anti%20monopoli%20dan%20persaingan%20usaha%20tidak%20sehat&f=false, pada tanggal 2 juli 2019
pukul 15:33.
9
Asril Sitompul, Op. Cit, hlm 6.

4
memang sangat jauh), coba bayangkan masalah perdagangan sarang burung wallet di
Kalimantan saja, diatur oleh Pemerintah Pusat.10

2.3. Tindakan-tindakan yang Dilarang


 Jenis-jenis Perjanjian yang Dilarang
Sesuai dengan pengaturan perjanjian dalam KUH Perdata, maka hukum perdata
menyatakan bahwa suatu perjanjian haruslah:
a. Mempunyai kausa yang diperbolehkan
b. Tidak bertentangan dengan ketertiban umum
c. Dilakukan dengan itikad baik
d. Sesuai dengan asas-asas kepatutan
e. Sesuai dengan kebiasaan

Berdasarkan beberapa prinsip perjanjian dalam hukum perdata tersebut, maka


perundang-undangan di bidang anti monopoli mengatur lebih jauh tentang perjanjian-
perjanjian yang dilarang, khususnya yang berkenaan dengan anti monopoli dan persaingan
tidak sehat.

Adapun perjanjian-perjanjian yang dilarang oleh perundang-undangan tentang anti


monopoli adalah sebagai berikut :

1. Oligopoli
Adalah perjanjian antara beberapa pelaku usaha yang sama dalam produksi
barang/jasa yang diproduksi untuk menguasai pasar dan mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli.11
Dalam hal ini pelaku usaha patut diduga telah melakukan praktek oligopoly
mana kala secara Bersama-sama oleh 2 atau lebih pelaku usaha melakukan
penguasaan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa sebesar lebih dari 75%
dari pangsa pasar terhadap satu jenis barang dan atau jasa tertentu.12
2. Penetapan Harga
Adalah perjanjian antara beberapa pelaku usaha untuk menetapkan harga atas
barang/jasa yang harus dibayar oleh konsumen. Dengan maksud untuk
mempengaruhi harga dengan mengatur produksi atau pemasaran barang dan atau
jasa yang dapat mengakibatkan praktek monopoli.13
Dalam hal ini hukum melarang kegiatan perjanjian yang menetapkan harga
sebagai berikut:
a. Persaingan harga yang sama di antara pelaku usaha (dengan pesainganya),
kecuali:
 Perjanjian dalam rangka usaha patungan, atau
 Perjanjian yang didasarkan pada undang-undang

10
Ibid, hlm 6.
11
Shohib Muslim dan Khotbatul Laila,Op. Cit, hlm 170.
12
Ida Nadira, Op. Cit, hlm 285.
13
Shohib Muslim dan Khotbatul Laila,Op. Cit, hlm 170.

5
b. Penetapan harga yang berbeda terhadap barang dan atau jasa yang sama
c. Penetapan harga yang di bawah harga pasar dengan pelaku usaha lain.
d. Penetapan minimum harga jual kembali.14
3. Pembagian wilayah
Yang dimaksud dengan pembagian wilayah dalam hal ini adalah:
 Membagi wilayah untuk memperoleh atau memasok barang dan/atau jasa
 Menetapkan dari siapa saja ddapat memperoleh atau memasok barang
dan/atau jasa.

Tindakan pembagian wilayah tersebut jelas dapat menimbulkan praktek


monozpoli dan persaingan tidak sehat. Karena itu, perjanjian untuk maksud
tersebut dilarang oleh hukum.15

4. Pemboikotan
Perjanjian pemboikotan yang dilarang oleh hukum adalah perjanjian sebagai
berikut:
 Perjanjian yang dapat menghalangi pelaku usaha yang lain (pihak ketiga)
untuk melakukan usaha.
 Perjanjian untuk menolak menjual setiap barang dan/jasa dari pelaku usaha
lain (pihak ketiga).
5. Kartel
Adalah suatu kerja sama di antara produsen/pedagang, yang bertujua untuk
mengawasi produksi, penjualan dan harga, dan untuk melakukan monopoli
terhadap komoditas atau industri tertentu. Perjanjian untuk melakukan kartel
tersebut dapat membatasi persaingan, sehingga dilarang oleh hukum. Perjanjian
kartel yang dilarang tersebut adalah perjanjian dengan pelaku usaha pesaing dengan
tujuan mempengaruhi harga dengan cara mengatur produksi dan pemasaran.
6. Trust
Adalah suatu kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaaan atau
membentuk perusahaan yang lebih besar, tetapi dengan tetap mempertahankan
eksistensi dari masing-masing perusahaan anggota tersebut, dengan tujuan untuk
mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa. Hukum
melarang trust yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan tidak sehat.16
7. Oligopsoni

Adalah perjanjian beberapa pelaku (pembeli) yang bertujuan untuk secara


bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat
mengendaikan harga atas barang atau jasa dalam pasar tersebut.

8. Integrasi Vertikal

14
Ida Nadira, Op. Cit, hlm 284.
15
Loc. Cit.
16
Loc. Cit.

6
Adalah penguasaan serangkaian proses produksi mulai dari hulu sampai hilir,
atau proses yang berlanjut atas suatu layaanan jasa tertentu oleh seorang pelaku
usaha tertentu. Perjanjian integrasi vertical yang dilarang oleh hukum adalah
perjanjian yang bertujuan untuk menguasai sejumlah produk yang termasuk ke
dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu di mana setiap rangkaian
produksi tersebut merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam
rangkain langsung maupun tidak langsung.17
9. Perjanjian tertutup
Adalah perjanjian yang dapat membatasi kebebasan pelaku usaha tertentu untuk
memiliki sendiri pembeli, penjual atau pemasok. Perjanjian tertutup yang dilarang
adalah perjanjian dengan pelaku usaha lain yang klausanya memuat salah satu di
antara tindakan sebagai berikut:
 Penerima produk hanya akan memasok kembali produk tersebut kepada
pihak tertentu lainnya.
 Penerima produk tidak akan memasok kembali produk tertentu kepada
pihak tertentu.
 Penerima produk hanya akan memasok kembali produk produk tersebut
pada tempat tertentu saja.
 Penerima produk tidak akan memasok kembali produk tersebut pada
tertentu saja.
 Penerima produk harus bersedia membeli produk lain dari pelaku
pemasok tersebut (tie in agreement atau tying agreement).
 Penerima produk diberikan potongan harga jika bersedia membeli
produk lain.
 Penerima produk diberikan potongan harga jika tidak membeli produk
pelaku pesaing dari pelaku pemasok.
10. Perjanjian dengan pihak luar negeri.
Adalah suatu perjanjian dengan pihak luar negeri tentu boleh-boleh saja
dilakukan dan hukum tidak melarang. Akan tetapi, yang dilarang adalah apabila
perjanjian dengan pihak luar negeri tersebut memuat ketentuan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat,
yaitu melakukan perjanjian-perjanjian untuk melakukan hal-hal seperti: oligopoly,
penetapan harga, pembagian wilayah, pemboikatan, kartel, trust, oligopsony,
integrasi vertical, perjanjian tertutup, monopoli, monopsoni, penguasaan pangsa
pasar yang besar, persekongkolan yang dilarang dll.
 Jenis -jenis kegiatan yang dilarang

Disamping dilarangnya berbagai perjanjian yang dapat mengakibatkan


timbulnya monopoli dan persaingan curang, maka perundang-undangan tentang anti
monopoli juga melarang kegiatan tertentu. Kegiatan-kegiatan yang dilarang tersebut
adalah sebagai berikut:

17
Loc. Cit.

7
a. Monopoli
Adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi barang dan jasa sehingga dapat
mengakibatkab persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan
umum.
Pemusatan ekonomi tersebut adalah penguasaan nyata atas barang atau jasa oleh
satu orang pelaku usaha yang dapat menentukan dan menguasai harga secara
sepihak.18
b. Monopsoni
Adalah penguasaan pembelian oleh satu orang sehingga hal tersebut akan
mempengaruhi harga dalam pasar dan harga cenderung lebih rendah dari pasar yang
kompetitip.
c. Penguasaan pangsa pasar
Monopoli dan atau persaingan tidak sehat dapat terjadi karena dilakukan
penguasaan pangsa pasar secara tidak fair, yaitu:
 Menolak pesaing
 Menghalangi konsumen untuk berbisnis dengan pesaing
 Membatasi peredaran produk
 Doskriminasi pelaku usaha
 Melakukan jual rugi atau jual dengan harga sangat rendah’
 Penetapan biaya secara curang
d. Persekongkolan
Monopoli dan atau persaingan curang dapat terjadi karena tindakan persekongkolan
dengan pihak lain berupa:
 Untuk mengatur tender
 Untuk memperoleh rahasia perusahaan
 Untuk menghambat pasokan produk
 Hal-hal yang dikecualikan
Perundang-undangan di bidang anti monopolimengecualikan beberapa hal,
sehingga terhadap hal tersebut, meskipun dapat mengakibatkan timbulnya monopoli
dan atau persaingan curang, tetapi oleh hukum tidak dilarang. Pengecualian-
pengecuallian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perbuatan atau perjanjian yang bertujuan untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Perjanjian yang berkaitan dengan ha katas kekayaan intelektual.
3. Perjanjian penetapan standar teknis produk.
4. Perjanjian dalam rangka keagenan.
5. Perjanjian dalam rangka penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar hidup
masyarakat luas.
6. Perjanjian internasional yang telah diratifikasi.
7. Perjanjian atau perbuatan yang bertujuan ekspor.
8. Pelaku usaha kecil.

18
Shohib Muslim dan Khotbatul Laila,Op. Cit, hlm 173.

8
9. Kegiatan usaha koperasi, khusunya yang bertujuan untuk melayani anggotanya.

2.4. Posisi Dominan yang Dilarang


Posisi dominan di pasar juga dapat mengakibatkab terjadinya monopoli dan persaingan
curang, karena itu doatur bahkan dilarang oleh perundang-undangan tentang anti monopoli.
Adapun poisi dominan yang dilarang tersebut adalah sebagi berikut:19

1. Penyalahgunaan posisi dominan


Penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya prktek
monopoli dan atau persaingan curang dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut:
 Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang bersaing
 Pembatasan pasar dan pengembangan teknologi
 Menghambat pesaing untuk bisa masuk pasar
2. Jabatan rangkap
Jabatan rangkap yang dapat menimbulkan monopoli dan atau persaingan curang
adalah jabatan doreksi atau komisaris di 2 perusahaan dimana:
 Kedua perusahaan tersebut berda di dalam pasar yang sama
 Kedua perusahaan tersebut secara Bersama-sama dapat menguasia pangsa
pasar
3. Pemilikan saham
Monopoli dan atau persaingan tidaks ehatr juga dapat terjadi manakal terjadinya
kepemilikan saham (secara mayoritas) di dua perusahaan sejenis dengan bidang
kegiatan yang sama di pasar yang sama, jika dengan kepemilikan saham tersebut
mengakibatkan:
 Satu pelaku usaha atau kelompok usaha menguasai lebih 50% pangsa pasar
 Dua atau lebih pelaku usaha atau kelompok usaha menguasai lebih dari 75%
pangsa pasar
4. Merger, akuisisi dan konsolidasi
Tindakan merger, akuisisi dan konolidasi juga rentan terhadap terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Karena itu, perundang-
undangan tentang anti monopoli melarang merger, akuisisi dan konsolidasi yang dpat
mengakibatkaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan curang.

2.5. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)


Untuk mengawasi UU Anti Monopoli dibentuklah KPPU yang berdiri secara
independen melalui Keppres no.75 tahun 1999. Berdasarkan keppres tersebut, penegakan
hukum anti monopoli berda dalam kewenangan KPPU. Berdasarkan pasal 30-37 UU no.5
tahun 1999 dengan tegas mengamantkan berdirinya suatu komisi yang independen yang
disebut dengan Komisi Pengawas Persaingan usaha (KPPU). KPPU berdiri berdasarkan
Keputusab Presiden RI no.75 tahun 1999. Dalam menjalankan fungsinya, KPPU memiliki
kewenangan sebagai investigator, penyidik, pemeriksa, penuntut, pemutus dan juga fungsi
konstitusi.20

19
Ida Nadira, Op. Cit, hlm 290.
20
Shohib Muslim dan Khotbatul Laila,Op. Cit, hlm 177.

9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
 Hukum Anti Monopoli dan Persainga Usaha Tidak Sehat adalah semua
ketentuan yang mengatur tentnag pencegahan atau peniadaan monopoli serta
menjamin terjadinya persaingan yang sehat dan melarang persaingan yang tidak
jujur.
 untuk menciptakan ekonomi yang sehat, maka disusunlah Undang-undang
tentang Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU no 5 tahun
1999).
 Posisi dominan yang dilarang adalah penyalahgunaan posisi dominan, jabatan
rangkap, pemilikan saham dan merger.
 Untuk mengawasi UU Anti Monopoli dibentuklah KPPU yang berdiri secara
independen melalui Keppres no.75 tahun 1999. Berdasarkan keppres tersebut,
penegakan hukum anti monopoli berda dalam kewenangan KPPU.

3.2. Saran
Semoga dengan makalah ini, wawasan mengenai hukum anti monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat bertambah.

10
DAFTAR PUSTAKA
Nadira Ida. Buku Ajar Hukum Dagang dan Bisnis. Medan : CV. Pustaka Prima. 2019.
Muslim shohib dan Khotbatul Laila. Hukum Bisnis. Malang: Polinema Press. 2018.
Sitompul Asril. Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Tinjauan Terhadap

Undang-Undang No. 5 Tahun 1999). Bandung: Pt Citra Aditya Bakti. 1999.

http://risaristanti.blogspot.com/2016/04/makalah-perlindungan-konsumen.html

https://www.coursehero.com/file/18654843/MAKALAH-ANTI-MONOPOLI-DAN-
PERSAINGAN-TIDAK-SEHAT/

11

Anda mungkin juga menyukai