Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERSAINGAN USAHA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Dagang

Dosen Pengampu: Achmad Badarus Syamsi, S.H.I., M.H.

Oleh Kelompok 4:

1. Anis Setiyowati (190711100015)


2. Nadia Eva Diyah A.R (190711100068)
3. Lina Dwi Kartika (190711100121)
4. Moh. Zein (190711100105)

PRODI HUKUM BISNIS SYARIAH


FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke Hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
akan membahas mengenai Persaingan Usaha.
Makalah ini telah kami buat berdasarkan informasi yang kami peroleh dari
berbagai macam sumber pembelajaran, baik dari media cetak maupun internet.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu, kami memberi kesempatan kepada para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang dapat membangun. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Bangkalan, 18 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................1

C. TUJUAN PEMBAHASAN..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2

A. PENGERTIAN PERSAINGAN USAHA...........................................................2

B. DASAR HUKUM PERSAINGAN USAHA........................................................3

C. UU NO. 5 TAHUN 1999.......................................................................................5

BAB III PENUTUP........................................................................................................10

KESIMPULAN...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

LAMPIRAN HASIL OBSERVASI...............................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam hukum persaingan, persaingan usaha yang sehat sangat
diperlukan didalam era dunia usaha.analogi persaingan dalam kehidupan
sehari-hari dan didalam berbisnis adalah dimana persaingan dianggap
bersifat individualistik dan selalu berorientasi kepada keuntungan.
Pada makalah ini, kami akan membahas tentang persaingan usaha
yang dimana didalam persaingan usaha tersebut diharapkan memenuhi
penyediaan sumber daya yang cocok demi memenuhi kesejahteraan
masyarakat

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan persaingan usaha?
2. Bagaimana dasar hukum persaingan usaha?
3. Bagaimana UU No 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli
dan persaingan tidak sehat?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Persaingan usaha.
2. Untuk mengetahui dasar hukum persaingan usaha.
3. Untuk mengetahui UU No 5 Tahun 1999.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERSAINGAN USAHA

Persaingan usaha merupakan sebuah hal yang menentukan jalannya


kegiatan ekonomi di dalam negara. Persaingan usaha (persaingan) bisa
berpengaruh pada peraturan yang berhubungan dengan perdagangan,industri,
iklim usaha yang kondusif, kepastian dan kesempatan berusaha, efisiensi,
kepentingan umum, kesejahteraan rakyat dan lain-lain. Para ahli ekonomi
berpendapat jika persaingan pada teori pasar dapat membuat pelaku usaha berpikir
kedepan agar membuahkan produk inovatif beragam yang harganya bersaing serta
member keuntungan kepada penjual ataupun pembeli. Persaingan diharapkan
menempati penyediaan sumberdaya yang cocok dan bagian yang praktis juga
menumbuhkan kesejahteraan masyarakat. Persaingan ditetapkan oleh kebijakan
persaingan (completion policy).

Undang-undang persaingan usaha di setiap Negara mayoritas berfokus


terhadap kepentingan umum dan kesejahteraan rakyat (consumer welfare).
Keperluan akan adanya sebuah kebijakan dan undang-undang persaingan usaha
menjadi variable penentu jalannya system persaingan. Hukum persaingan sering
mengatakan bahwa proses persaingan merupakan focus utama dibandingkan
dengan perlindungan kepada pelaku usahanya. Persaingan di dunia usaha adalah
cara memperoleh laba disebuah mekanisme pasar yang mana puncak hasilnya
dapat dirasakan oleh konsumen. Contohnya, dalam bentuk harga murah, berbagai
macam produk, pelayanan, ketersediaan, dan pilihan1 .

Dalam pengertian lain persaingan usaha secara tidak sehat adalah


persaingan yang dilakukan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi atau pemasaran barang dan jasa yang dilaksanakan dengan cara tidak
1
Cita Citrawinda, HukumPersaingan Usaha (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2019), hal.
7-9.

2
jujur atau melawan hukum atau dapat dikatakan bisa menghambat persaingan
usaha. Persaingan usaha atau “competition” sebenarnya merupakan satu
karakteristik yang lekat dengan kehidupan manusia yang cenderung untuk saling
menandingi atau mengungguli dalam banyak hal. Meskipun begitu, pendapat atau
opini bahwa persaingan dibidang ekonomi merupakan salah satu bentuk kompetisi
atau persaingan yang paling utama diantara sekian banyak persaingan yang
dilakukan antar manusia, kelompok tertentu, kelompok masyarakat, atau bahkan
bisa juga bangsa. Salah satu kompetisi atau persaingan yang banyak terjadi adalah
persaingan usaha sebagai salah satu bentuk dari persaingan dalam bidang
ekonomi. 2

B. DASAR HUKUM PERSAINGAN

Dasar hukum persaingan usaha3

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945


Didalam bab XIV pasal 33 ayat (4) UUD NKRI 1945 menyatakan
bahwa “perekonomian nasioanal diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Untukuitu,
untukmewujudkankeseimbangan,kemajuan dan kesatuanekonomi,
persainganusaha yang sehat yang dilakukan oleh para pelaku usaha
merupakan keharusan bagi setiap pelaku usaha.

2. Undang-undang no 1 tahun 1946 tentang KUHP


KUHP merupakan hukum pidana yang mengatur mengenai perbuatan
yang dilarang yang berakibatkannya hukuman bagi yang melakukan
pelanggaran dan sudah memenuhi unsur-unsur perbuatan yang disebutkan.
KUHP mengatur persaingan usaha tidak sehat atau disebut persaingan curang
yang terdapat pada pasal 382 bis KUHP yang berbunyi sebagai berikut:
2
Asmah, HukumPersaingan Usaha “HakikatFungsi KPPU di Indonesia” (CV. Social Politic
Genius (SIGn), 2017), hal.42.

3
CitaCitrawinda. Hukum Persaingan Usaha (Surabaya: JakadMedia Publishing, 2021). Hal. 25

3
“Barang siapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil
perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan
perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seorang tertentu,
diancam, jika perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkuren-
konkurennya atau konkuren-konkuren orang lain, karena persaingan curang,
dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda
paling banyak tiga belas ribu lima ratus rupiah.”

3. Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP


Hukum material dapat diterapkan dikarenakan adanya hukum acara atau
hukum formil yang dimana mengatur cara agar hukum material itu dapat
diterapkan terhadap subyek hukum yang telah memenuhi unsur yang diatur.
Pemeriksaan perkara pidana di Indonesia merujuk kepada peraturan induk yang
ada di dalam UU no. 8 tahun 1981 tentang kitab undang-undang hukum acara
pidana (KUHAP), dan aturan lainnya yang memiliki keterkaitan dengan
ketentuan tersebut. Adapun tahapan pemeriksaaan menurut KUHAP adalah
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan disidang pengadilan, upaya
hukum biasa dan luar biasa, serta pelaksanaan putusan pengadilan atau
eksekusi. Terkait dengan ketentuan penggeledahan dan penyitaan yang dimiliki
oleh penyidik, sebelum penggeledahan dan penyitaan itu dilakukan harus
mendapat izin dari ketua pengadilan negeri (pasal 33 dan pasal 38 KUHAP).
Hal ini berarti jika KPPU diberi kewenangan oleh undang-undang untuk
melakukan penggeledahan dan penyitaan, kewenangan tersebut harus sejalan
dengan ketentuan yang ada didalam KUHAP.4

4. UU 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha


tidak sehat
UU 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat mengatur mengenai perjanjian yang dilarang, kegiatan yang
dilarang, posisi dominan, komisi pengawas persaingan usaha, dan penegakkan
hukum.

4
Ibid. hal. 27

4
Undang-undang no 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat, memiliki aturan-aturan pelaksanaan yaitu:5
a. Pp no. 57/2010 tentang penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilan saham perusahaan yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Melaksanakan
ketentuan pasal 28 ayat 3.
b. Pp no. 57/2010 tentang penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilan saham perusahaan yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Melaksanakan
ketentuan pasal 29ayat2.
c. Keputusan presiden no. 75/1999 tentang komisi pengawas persaingan
usaha sebagaimana telah diubah dengan peraturan presiden no. 80 tahun
2008 tentang perubahan atas. Keputusan presiden no. 75/1999
tentang komisi pengawas persaingan usaha. Melaksanakan ketentuan
pasal 34 ayat 1.
d. Undang-undang no 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat disahkan dijakarta pada tanggal 5
maret 1999 oleh presiden BJ. Habibie. UU 5 tahun 1999 tentang
larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
diundangkan dijakarta pada tanggal 5 maret 1999 oleh mensesneg
Akbar Tanjung
e. Undang-undang no 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat ditempatkan dalam lembaran negara
republic Indonesia tahun 1999 no 33. Penjelasan atas UU 5 tahun 1999
tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha ditempatkan
dalam tmbahan lembaran republic Indonesia nomor 3817. Agar setiap
orang mengetahuinya

C. UU No 5 Tahun 1999

Undang-undang nomor 5 tahun 1999 yang berisi tentang larangan


praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, yang merupakan

5
Ibid. hal. 28

5
bentuk upaya Negara untuk menata kembali menjadi Negara yang lebih
tertib berwibawa, dan kuat dihadapan pengusaha kapitalis Indonesia.salah
satu pentingnya hukum persaingan usaha diindonesia merupakan prasyarat
akan berjalanya sisitem ekonomi demokrasi yang berdasarkan
pancasila.dalam UU No 5 Tahun 1999 tidak lepas dari pertimbangan
dalam meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional.secara mendasar,
undang –undang ini juga mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia.

Kebijakan persaingan usaha sebagai alat politik menuju Negara yang


kuat undang –undang ini dapat menjadi alat politik yang tapat untuk
mengendalikan peran swasta dengan cara yang halus.karena undang –
undang ini disusun dengan semangat jiwa UUD 1945.dengan demikian
UU No 5 Tahun 1999 ini bertujuan untuk memberikan jaminan kepastian
hukum dan perlindungan yang adil kepada setiap pelaku usaha dalam
bersaha.

Masyarakat pada masa ini jauh lebih krisis jika dibandingkan


dengan pada masa orde baru. temuan – temuan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat sebagian besar adalah hasil temuan
masyarakat yang dilaporkan kepada KPPU.hal ini menunjukkan fungsi
pengawasan sosial masyarakat terhadap swasta yang berindikasi melawan
hukum persaingan usaha telah berjalan dengan baik.6

Politik hukum dalam pembentukan undang-undang persaingan usaha


dapat kita lihat dalam kondisi yang mengharuskan pemerintah mencari
bantuan donor – donor lain , baik yang bersifat kolektif maupun Negara
per Negara. Ketergantungan pada bantuan asing ini mengharuska
pemerintah untuk mengikuti berbagai persyaratan yang telah disepakati ,
semua meletakkan Indonesia pada posisi lemah .walau demikian banyak
hal yang mengandung hikmah dari persyaratan utang luar negri tersebut.

6
Muladi,”Menyongsong keberadaan UU Persaingan Sehat di indonesia”,dalam UU Anti monopoli
seperti apakah sesungguhnya kita butuhkan Newsletter Nomor 34 Tahun IX,(Jakarta:Yayasan
Pusat Pengkajian Hukum),hal.35-36

6
Tujuan dengan adanya undang-undang No 5 Tahun 1999 ini adalah
sebagai berikut:7

1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi


nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat .
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan
persaingan usaha yang sehat . sehingga menjamin adanya kepastian
kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku
usaha menengah serta pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat
yang ditimbulkan oleh pelaku usaha
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

7
Azizah,Hukum Persaingan Usaha diindonesia,(Malang :Inteligensia media,2020) hal,34

7
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Persaingan usaha merupakan sebuah hal yang menentukan jalanya kegiatan


ekonomi didalam Negara ,persaingan usaha bisa berpengaruh pada peraturan yang
berhubungan dengan perdagangan industry, iklim usaha yang kondusif, kepastian
dan kesempatan berusaha, efisiensi, kepentingan umum, kesejahteraan dll.

Diantara dasar hukum persaingan usaha adalah undang-undang dasar Negara


republic Indonesia tahun 1945, undang-undang no 1 tahun 1946 tentang KUHP,
Undang-undang no 8 tahun1981 tentang KUHAP, dan undang-undang no 5 tahun
1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Undang-undang no 5 tahun 1999 yang berisi tentang larangan praktik


monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang merupakan bentuk upaya Negara
untuk menata kembali menjadi Negara yang lebih tertib, berwibawa, dan kuat
didepan pengusaha kapitalis indonesia

8
DAFTAR PUSTAKA

Asmah, 2017 “Hukum persaingan usaha hakikat fungsi KPPU diindonesia”. CV :


sosial politic Genius (siGn)

Azizah, 2020 “Hukum persaingan usaha diindonesia” Malang: inteligensia media.

Citrawinda cita, 2019 “Hukum persaingan usaha” Surabaya : CV Jakad media


publishing.

Muladi, 2019 “Menyongsong keberadaan UU Persaingan sehat diindonesia


dalam UU anti monopoli” Jakarta : yayasan pusat pengkajian hukum.

Juwana Hikmahanto, 1999 “Sekilas Tentang Hukum Persaingan dan UU No 5”,


Jurnal Magister Hukum, Vol. 1 No 1, Yogyakarta: UII.

https://m.bisnis.com/kabar24/read/20170711/16/670224/persaingan-usaha-aqua-
vs.-le-minerale.

9
LAPORAN HASIL OBSERVASI

Bagi dunia usaha persaingan harus dipandang sebagai hal positif.


Sebagaimana yang dijelaskan di dalam teori ekonomi, persaingan yang sempurna
(perfect competition) adalah suatu kondisi pasar (market) yang ideal. Paling tidak
ada empat asumsi yang melandasi agar terjadi persaingan yang sempurna pada
suatu pasar tertentu. Pertama, pelaku usaha tidak dapat menentukan secara
sepihak harga atas produk atau jasa. Adapun yang menentukan harga adalah pasar
berdasarkan ekuiblirium permintaan dan penawaran (supply and demand). Dengan
demikian, pelaku usaha dalam pasar persaingan sempurna tidak bertindak secara
price marker melainkan ia hanya bertindak sebagai price taker. Kedua, barang
atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha benar-benar sama (product
homogeneity). Selanjutnya, pelaku usaha mempunyai kebebasan untuk masuk
ataupun keluar dari pasar (perfect mobility of Resources). Keempat, konsumen
dan pelaku usaha memiliki informasi yang sempurna tentang berbagai hal,

10
diantaranya kesukaan (preferences), tingkat pendapatan, biaya dan teknologi yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.8

Namun dalam kenyataannya hampir tidak pernah ditemui suatu pasar di


mana terdapat persaingan sempurna. Yang sering terjadi adalah persaingan tidak
sempurna. Kendati demikian, persaingan tetap dipandang sebagai sesuatu yang
esensial dalam ekonomi pasar. Persaingan tetap diakui hanya saja asumsi-asumsi
yang mendasarinya tidak sama dengan asumsi yang mendasari persaingan
sempurna. Didalam persaingan yang tidak sempurna inilah akan ditemui praktek-
praktek monopolistic dan oligopoly. Peraktek-peraktek monopolistic inilah yang
lebih popular disebut sebagai persaingan tidak sehat.

Di dalam Undang- undang No 5/1999, Persaingan Usaha Tidak Sehat


adalah “persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan
atau usaha pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur
atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.” Selanjutnya pada bab I
Ketentuan Umum pasal 1 ayat 1 ditegaskan bahwa monopoli adalah “penguasaan
atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu
oleh suatu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.” Sedangkan pada ayat
2 dijelaskan bahwa praktek monopoli adalah, “pemusatan kekuatan ekonomi oleh
satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau
pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan
usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Bisa dipahami
mengapa persaingan usaha tidak sehat dan praktek monopoli dilarang karena
dapat menimbulkan distorsi pasar. Pasar menjadi tidak seimbang dan pada
gilirannya harga-harga tidak lagi dikendalikan oleh hukum pasar, melainkan
ditentukan oleh sekelompok orang yang menguasai kekuatan pasar. Akibat lebih
jauh, yang merasakan dampaknya adalah masyarakat atau konsumen. Demikian
buruknya akibat yang ditimbulkan oleh praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat ini, maka undang-undang ini dilahirkan. 9

8
Hikmahanto Juwana, “Sekilas Tentang Hukum Persaingan dan UU No 5 tahun 1999” dalam,
Jurnal Magister Hukum, Vol. 1 No 1 September 1999, UII Yogyakarta, halaman 30-31
9
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016, PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK
SEHAT DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI DAN HUKUM ISLAM, h.57

11
 Contoh Pertama

Untuk contoh observasi dapat kita ketahui dari pengertian monopoli


dagang atau persaingan usaha bisnis yang tidak sehat memiliki dua contoh, untuk
kasus yang pertama kami mengambil contoh dari internet yakni tentang
Persaingan Usaha Tidak Sehat: Asal Mula Kasus Aqua vs. Le Minerale
Persaingan produsen air minum dalam kemasan (AMDK) khususnya di wilayah
Jabodetabek tengah ramai dengan kasus yang menyeret penguasa pasar PT Tirta
Investama (terlapor I) dan distributornya, PT Balina Agung Perkasa (terlapor II).

Persaingan produsen air minum dalam kemasan (AMDK) khususnya di


wilayah Jabodetabek tengah ramai dengan kasus yang menyeret penguasa pasar
PT Tirta Investama (terlapor I) dan distributornya, PT Balina Agung Perkasa
(terlapor II). Perkaranya tengah bergulir di Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU) yang terdaftar dengan nomor perkara No.22/KPPU-L/2016. Bagaimana
sebenarnya asal-mula kasus Aqua vs. Le Minerale ini? Dalam kasus ini produsen
Aqua PT Tirta Investama diduga melanggar tiga pasal sekaligus, yaitu Pasal 15
ayat (3), Pasal 19 dan Pasal 25 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

“Aqua dituduh melarang outlet di Jabotabek untuk menjual produk Le


Minerale. Hal itu tertuang dalam surat perjanjian yang harus disepakati oleh
pedagang outlet. Pedagang ini yang ramai-ramai melapor ke KPPU,” ujar Direktur
Penindakan KPPU Gopprera Panggabean.

Perkara ini bermula dari laporan para pedagang ritel maupun eceran ke
Kantor KPPU pada September 2016. Pedagang mengaku dihalangi oleh pihak PT
Tirta Investama untuk menjual produk Le Minerale yang diproduksi PT Tirta
Fresindo Jaya (Mayora Group). Salah satu klausul perjanjian ritel menyebutkan,
apabila pedagang menjual produk Le Minerale maka statusnya akan diturunkan
dari star outlet (SO) menjadi Wholesale (eceran).

12
Atas perbuatan itu, PT Tirta Fresindo Jaya ini melayangkan somasi
terbuka terhadap PT Tirta Investama di surat kabar pada 1 Oktober 2017. Somasi
ini selanjutnya ditanggapi oleh otoritas persaingan usaha. KPPU mengendus
praktik persaingan usaha tidak sehat dalam industri AMDK.

Dari sidang-sidang di KPPU diketahui bahwa tim investigator setidaknya


memiliki tiga bukti. Salah satu bukti yang dimiliki tim investigator yakni bukti
komunikasi berupa e-mail.

Investigator mengaku menemukan komunikasi dua arah antara terlapor I


dan II, yang saling dikirim melalui alamat e-mail kantor. E-mail yang ditemukan
tim investigator berjudul "Degradasi Star Outlet (SO) Menjadi Wholesale." E-
mail itu berisi sanksi yang diterapkan oleh terlapor II kepada pedagang SO
Bahkan, terlapor II disebut telah mengeksekusi sanksi tersebut kepada salah satu
SO. Menanggapi tuduhan itu kubu PT Tirta Investama melalui kuasa hukumnya,
Ririk Rizkiyana dari kantor hukum Assegaf Hamzah & Partner, mengatakan Aqua
berbisnis sesuai undang-undang. Diakui memang ada hubungan antara perseroan
dengan terlapor II berupa prinsipal dan distributor. Namun, Aqua tidak pernah
bersepakat menghambat kompetitor lain untuk bersaing di pasar yang sama.
Sistem distribusi Tirta Investama menganut sistem jual putus kepada distributor,
sehingga ketika perusahaan menjual produk ke distributor independen, proses
setelahnya bukan menjadi domain Aqua. Sementara itu kubu PT Balina Agung
Perkasa, distributor Aqua, menganggap e-mail kantor juga dapat digunakan untuk
kepentingan pribadi, sehingga bukti surat elektronik tentang klausul penurunan
level pedagang merupakan pertanggungjawaban pribadi. Kuasa hukum PT Balina
Agung Perkasa Ketut Widya mengatakan tugasnya distributor adalah menjual
produk, dan tidak seperti apa yang dituduhkan lewat temuan surat elektronik.
Menurutnya, di perusahaan penggunaan e-mail kantor juga dapat dimungkinkan
untuk kepentingan pribadi. Terkait dengan degradasi grosir besar menjadi

13
Wholesale, kata Ketut, akibat kesalahan internal, bukan karena menjual produk Le
Minerale. Perkara ini masih terus berlanjut. Terakhir, Senin (10/7/2017), adalah
agenda mendengar saksi dari kubu PT Tirta Fresindo Jaya yang diwakili National
Sales Manajer PT Inbisco Niagatama Semesta Carol Mario Sampouw. PT Inbisco
Niagatama merupakan perusahaan yang mendistribusikan produk Mayora,
termasuk Le Minerale.10

 Contoh Kedua

Untuk contoh yang kedua kami melakukan observasi pada usaha pedagang
di pasar tradisional, yakni adanya pedagang ikan atau pedagang-pedagang yang
notabene memiliki jenis dagangan yang sama pasti diantaranya ada yang paling
laris mengingat mereka memiliki kualitas barang yang sesuai dengan minat
maysarakat, barang yang segar, namun harganya relatif. Hal ini membuat
pedagang lainnya merasa tersaingi karena pelanggannya berkurang sehingga
mereka melakukan berbagai macam cara agar dapat menarik pelanggannya
kembali baik itu dengan cara yang baik maupun tidak baik. Pedagang tersebut
memilih untuk menggunakan boraks untuk membuat ikan dagangannya yang
tidak fresh menjadi tampak seperti segar kembali tentunya dengan penawaran
harga yang lebih terjangkau dibanding dengan yang lainnya akhirnya banyak
orang yang berminat membeli dagangannya.

10
Prahita Deliana, Dkk. "Persaingan Usaha Tidak Sehat: Asal Mula Kasus Aqua vs. Le Minerale"

14

Anda mungkin juga menyukai