Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

HUKUM PERSAINGAN USAHA


“PERSAINGAN USAHA, ASAS DAN TUJUAN HUKUM
PERSAINGAN USAHA”

DOSEN PEMBIMBING : MAHLIL ADRIAMAN, SH.,MH.

OLEH :

KELOMPOK 1

NAMA : BETARI DWITA PUTRI

NPM : 17.040

KELAS : A1

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Sholawat
dan salam penulis lanturkan kepada junjungan kita yakni-Nya Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukan kita jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan telah menjadi anugerah terbesar bagi seluruh umat islam.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Hukum Persaingan Usaha dengan judul “ PERSAINGAN USAHA, ASAS DAN
TUJUAN HUKUM PERSAINGAN USAHA ”.

Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat Bapak
Mahlil Adriaman, SH.,MH yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis
menyelesaikan tugas makalah ini. Dan penulis juga berterima kasih kepada Bapak
yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membaca dan menyimak hasil dari
tugas makalah penulis ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan


penyajian makalah ini. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan
penulis sendiri. Oleh karena itu penulis sebagai penyusun mengharapkan saran
dan kritikan yang positif dan membangun dari Bapak guna hasil yang lebih baik
lagi untuk penyusunan tugas-tugas makalah selanjutnya. Penulis minta maaf jika
terdapat kekurangan dan hal yang kurang berkenan.

Bukittinggi, 16 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………….….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………1

B. Rumusan Masalah………………………….…………………..2

C. Tujuan Masalah………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

A. Persaingan Usaha………..…………………………….……….3

B. Asas –Asas Hukum Persaingan Usaha…………...……………9

C. Tujuan Hukum Persaingan Usaha…………..…………………10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………12

B. Saran………………………………………………………..…13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum persaingan merupakan salah satu perangkat hukum penting dalam


ekonomi pasar. Melalui hukum persaingan usaha, pemerintah berupaya
melindungi persaingan yang sehat antar pelaku usaha di dalam pasar.

Persaingan sangat dibutuhkan dalam peningkatan kualitas hidup manusia.


Dunia yang kita kenal sekarang ini adalah hasil dari persaingan manusia dalam
berbagai aspek. Persaingan yang dilakukan secar terus-menerus untuk saling
mengungguli membawa manusia berhasil menciptakan hal-hal baru dalam
kehidupan yang berangsur-angsur menuju arah yang semakin maju dari
sebelumnya. Untuk terciptanya keadilan dan kesejahteraan bagi semua pihak
persaingan yang harus dilakukan adalah persaingan yang sehat.

Kegiatan ekonomi dan bisinis pun tidak luput dari sebuah persaingan,
mengingat kegiatan ini dilakukan banyak pihak untuk menunjang
kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, hukum yang mengatur persaingan
usaha dalam kegiatan ekonomi dan bisnis sangat diperlukan semua pihak
supaya tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan.

Seiring dengan Era Reformasi, telah terjadi perubahan yang mendasar


dalam bidang hukum ekonomi dan bisnis, yang ditandai antara lain dengan
lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang di banyak negara disebut
Undang-Undang Antimonopoli. Undang-Undang seperti ini sudah sejak lama
dinantikan oleh pelaku usaha dalam menciptakan iklim usaha yang sehat dan
bebas dari praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme. Dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 telah diatur sejumlah larangan praktik monopoli dan atau
persaingan usaha yang tidak sehat lainnya, dengan harapan dapat memberikan
jaminan kepastian hukum dan perlindungan yang sama kepada setiap pelaku
usaha atau sekelompok pelaku usaha dalam berusaha.

1
Dengan adanya larangan ini, pelaku usaha atau sekelompok pelaku usaha
dapat bersaing secara wajar dan sehat serta tidak merugikan masyarakat banyak
dalam berusaha sehingga dapat pada gilirannya penguasaan pasar yang terjadi
timbul secara kompetitif. Disamping itu dalam rangka menyongsong era
perdagangan bebas, kita juga dituntut untuk menyiapkan dan
mengharmonisasikan rambu-rambu hukum yang mengatur hubungan ekonomi
dan bisnis antar bangsa. Dengan demikian dunia internasional juga mempunyai
andil dalam mewujudkan lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu hukum persaingan usaha ?

2. Apa saja asas-asas hukum persaingan usaha itu?

3. Apa tujuan dari hukum persaingan usaha ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu hukum persaingan usaha.

2. Untuk mengetahui apa saja asas-asas dari hukum persaingan usaha.

3. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari hukum persaingan usaha.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERSAINGAN USAHA

1. Sejarah Hukum Persaingan Usaha

Latar belakang langsung penyusunan undang-undang antimonopoli adalah


perjanjian yang dilakukan antara Dana Moneter Internasional (IMF) dengan
pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 15Januari 1998. Dalam perjanjian
tersebut, IMF menyetujui pemberian bantuan keuangan kepada Negara Republik
Indonesia sebesar US$ 43 miliar yang bertujuan untuk mengatasi krisis ekonomi,
akan tetapi dengan syarat Indonesia melaksanakan reformasi ekonomi dan hukum
ekonomi tertentu.

Hal ini menyebabkan diperlukannya undang-undang antimonopoli. Akan


tetapi, perjanjian dengan IMF tersebut bukan merupakan satu-satunya alasan
penyusunan undang-undang tersebut. Sejak 1989, telah terjadi diskusi intensif di
Indonesia mengenai perlunya perundang-undangan antimonopoli. Reformasi sistem
ekonomi yang luas dan khusunya kebijakan regulasi yang dilakukan sejak tahun
1980, dalam jangka waktu 10 tahun telah menimbulkan situasi yang dianggap
sangat kritis. Timbul klongomerat pelaku usaha yang dikuasai oleh keluarga atau
partai tertentu dan klongomerat tersebut dikatakan menyingkirkan pelaku usaha
kecil dan menengah melalui praktek usaha yang kasar serta berusaha untuk
mempengaruhi semaksimal mungkin penyusunan undang-undang serta pasar
keuangan.

Dengan latar belakang demikian maka disadari bahwa pembubaran


ekonomi yang dikuasai Negara dan perusahaan monopoli saja tidak cukup untuk
membangun suatu perekonomian yang bersaing. Disadari juga hal-hal yang
merupakan dasar pembentukan setiap perundang-undangan antimonopoli, yaitu
justru pelaku usaha itu sendiri yang cepat atau lambat melumpuhkan dan
menghindarkan dari tekanan persaingan serta penyalahgunaan posisi kekuasaan
ekonomi untuk merugikan pelaku usaha yang lebih kecil.

3
Disadari adanya keperluan bahwa negara menjamin keutuhan proses
persaingan usaha terhadap gangguan dari pelaku usaha terhadap gangguan dari
pelaku usaha dengan menyusun undang-undang yang melarang pelaku usaha
mengganti hambatan perdagangan oleh Negara yang baru saja ditiadakan dengan
hambatan persaingan swasta.

Tahun-tahun awal reformasi di Indonesia memunculkan rasa keprihatinkan


rakyat terhadap fakta bahwa perusahaan-perusahaan besar yang disebut
klongomerat menikmati pasar terbesar dalam perkonomian nasional Indonesia.
Dengan berbagai cara mereka berusaha mempengaruhi berbagai kebijakan
ekonomi pemerintah sehingga mereka dapat mengatur pasokan atau supply barang
dan jasa serta menetapkan harga-harga secara sepihak yang tentu saja
menguntungkan mereka. Koneksi yang dibangun dengan birokrasi Negara
membuka kesempatan luas untuk menjadikan mereka sebagai pemburu rente. Apa
yang mereka lakukan sebenarnya hanyalah mencari peluang untuk menjadi
penerima rente (rent seeking) dari pemerintah yang diberikan dalam bentuk
lisensi, konsensi, dan hak-hak istimewa lainnya. Kegiatan pemburuan rente
tersebut oleh pakar ekonomi William J. Baumol dan Alan S. Blinder dikatakan
sebagai salah satu sumber utama penyebab inefisiensi dalam perkonomian dan
berakibat pada ekonomi biaya tinggi (high cost economy).

Indonesia sendiri baru memiliki aturan hukum dalam bidang persaingan


usaha setelah atas inisiatif DPR disusun RUU Larangan Praktek Monolopi dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. RUU tersebut akhirnya disetujui dalam Siodang
Paripurna DPR pada tanggal 18 Februari 1999, dalam hal ini pemerintah diwakili
oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rahardi Ramelan.

Setelah seluruh prosedur legislasi terpenuhi, akhirnya Undang-Undang


tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
ditandatangani oleh Presiden B.J. Habibie dan diundangkan pada tanggal 5 Maret
1999 serta berlaku saat berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai tindak
lanjut hasil Sidang Istimewa MPR-RI yang digariskan dalam ketetapan MPR-RI
No. X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka
Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional, maka Indonesia memasuki
babak baru pengorganisasian ekonomi yang berorientasikan pasar.

4
2. Pengertian Hukum Persaingan Usaha

Persaingan usaha merupakan persaingan antar usaha dalam menjalankan


kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa. Definisi ini diambil
dari difinisi persaingan usaha tidak sehat yang ada didalam rumusan istilah pasal 1
angka 6 Undanh-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang berbunyi “Persaingan usaha
tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara
tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

Persaingan usaha itu sangatlah penting, dikarenakan :


1. Persaingan memaksa perusahaan untuk menekan biaya menjadi
lebih rendah.
2. Persaingan memaksa perusahaan berinovasi.
3. Persaingan memaksa terciptanya pelayanan yang lebih baik.
4. Menguntungkan konsumen.

Sedangkan hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur tentang


interaksi perusahaan antar pelaku usaha di pasar, sementara tingkah laku
perusahaan ketika berinteraksi dilandasi atas motif-motif ekonomi.1 Pengertian
persaingan usaha secara yuridis selalu dikaitkan dengan persaingan dalam
ekonomi yang berbasis pada pasar, dimana pelaku usaha baik perusahaan maupun
penjual secara bebas berupaya untuk mendapatkan konsumen guna mencapai
tujuan usaha atau perusahaan tertentu yang didirikannya.2

1
Andi Fahmi Lubis, Dkk, Hukum persaingan Usaha: Antara Teks dan Konteks. (Jakarta: Creative
Media, 2009), hal 21
2
Kagramanto.Mengenal Hukum Persaingan Usaha. (sidoarjo:laras, 2010), hal. 57.
Secara yuridis konstitusional, kebijakan dan peraturan hukum persaingan
usaha didasarkan kepada ketentuan dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Tahun
1945, yang mengamanatkan tidak pada tempatnya adanya monopoli yang
merugikan masyarakat dan persaingan usaha yang tidak sehat. Secara tidak
langsung pemikiran tentang demokrasi ekonomi telah tercantum dalam pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945, dimana demokrasi memiliki ciri khas yang proses
perwujudannya diwujudkan oleh semua anggota masyarakat untuk kepentingan
seluruh masyarakat, dan harus mengabdi kepada kesejahteraan seluruh rakyat.

Pemikiran yang demokrasi ekonomi perlu diwujudkan untuk menciptakan


ekonomi yang sehat, maka disusunlah Undang-Undang tentang Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dapat menegakkan hukum dan dapat
memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha dalam upaya
menciptakan persaingan usaha yang sehat. Ketentuan hukum ini terdapat dalam
UU No. 5 Tahun 1999 tentang Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 No. 33 pada tanggal 5 Maret 1999 dan berlaku secara efektif 1 (satu) tahun
sejak diundangkan.

Penerapan hukum persaingan usaha bertujuan untuk menghindari


timbulnya persaingan usaha tidak sehat. Pasal 1 Angka (6) UU No. 5 Tahun 1999
menyatakan bahwa persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku
usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau
jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha. Pengertian persaingan usaha tidak sehat ini dapat
dilakukan dalam bentuk perjanjian yang dilarang dan kegiatan yang dilarang serta
penyalahgunaan posisi dominan.

6
Pentingnya hukum persaingan usaha adalah sebuah persaingan
membutuhkan adanya aturan main, karena terkadang tidak selamanya mekanisme
pasar dapat bekerja dengan baik (adanya informasi yang asimetris dan monopoli).
Dalam pasar biasanya ada usaha-usaha dari pelaku usaha untuk menghindari atau
menghilangkan terjadinya persaingan diantara mereka. Berkurangnya atau
hilangnya persaingan memungkinkan pelaku usaha baru terwujud pada tahun
1999 saat Undang-Undang Nomor 5 Tahun1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat disahkan. Kelahiran Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut ditunjang pula dengan tuntutan masyarakat
akan reformasi total dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk
penghapusan kegiatan monopoli di segala sektor.

Adapun falsafah yang melatarbelakangi kelahiran undang-undang tersebut


ada tiga hal, yaitu :
1. Bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada
terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
2. Bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya
kesempatan yang sama bagis etiap warga negara untuk berpartisipasi
dalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau jasa, dalam iklim
usaha yang sehat, efektif, dan efisien, sehingga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar.
3. Bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi
persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak meni,bulkan adanya
pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu, denga tidak
terlepas dari kesepakatan yang telah dilaksanakannya oleh Negara
Republik Indonesia terhadap perjanjian-perjanjian internasional.

7
Oleh karena itu, perlu disusun undang-undang tentang larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang dimaksud untuk menegakan
aturan hukum dan memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha
di dalam upaya untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat. Undang-undang
ini memberikan jaminan kepastian hukum untuk lebih mendorong percepatan
pembangunan ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan umum, serta
sebagai implementasi dari semangat dan jiwa Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan demikian kelahiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999


dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindunmgan
yang sama kepada setiap pelaku usaha dalam berusaha, dengan cara mencegah
timbulnya praktik-praktik monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak sehat
lainnya dengan harapan dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif, dimana
setiapa pelaku usaha dapat bersaing secara wajar dan sehat.

Adapun beberapa tujuan diadakannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun


1999 antara lain :

1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efideinsi ekonomi


nasional sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan
persaingan usaha yang sehat.
3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
yang ditimbulkan oleh pelaku usaha.
4. Berusaha menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam rangak
usaha.

Dampak positif lain dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah


terciptanya pasar tidak terdistorsi, sehingga menciptakan peluang usaha yang
semakin besar bagi para pelaku usaha. Keadaan ini akan memaksa para pelauk
usaha untuk lebih inovatif dalam menciptakan dan memasarkan produk (barang
dan jasa) mereka.

Jika hal ini tidak dilakukan, para konsumen akan beralih kepada produk
yang lebih baik dan kompetitif. Ini bearti bahwa, secara tidak langsung Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 akan memberikan keuntungan bagi konsumen
dalam bentuk produk yang lebih berkualitas, harga yang bersaing, dan pelayanan
yang lebih baik. Namun perlu diingat bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 bukan merupakan ancaman lagi bagi perusahaan-perusahaan tersebut tidak
melakukan praktik-praktik yang dilarang oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999.

B. ASAS HUKUM PERSAINGAN USAHA

Asas dari UU No. 5 Tahun 1999 sebagaimana diatur pada pasal 2 bahwa :
“ Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya bersaskan
demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antar kepentingan
pelaku usaha dan kepentingan umum “.

Asas demokrasi ekonomi tersebut merupakan penjabaran pasal 3 UUD


1945 dan ruang lingkup pengertian demokrasi ekonomi yang dimaksud dahulu
dapat ditemukan dalam penjelasan atas pasal 33 UUD 1945. Demokrasi ekonomi
pada dasarnya dapat dipahami dari sistem ekonominya sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Dasar.

Dalam risalah sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1845 di Gedung


Pejambin Jakarta dapat diketahui bahwa Supomo selaku ketua Panitia Perancang
UUD menolak paham individualisme dan menggunakan semangat kekeluargaan
yang terdapat dalam masyarakat pedesaan Indonesia. Di sini ia mengikuti ajaran
filsafat idealisme kekeluargaan dari Hegel, Adam Muller, dan Spinoza. Adam
Muller adalah penganut aliran NeoRomantisisme Jerman, aliran yang timbul
sebagai reaksi terhadap ekses-ekses individualisme Revolusi Perancis.

C. TUJUAN HUKUM PERSAINGAN USAHA


Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
adalah sebagai berikut :

1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiens ekonomi


nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan
persaingan usaha yang ehat, sehingga menjamin adanya kepastian
kesempatan berusaha yang sma bagi pelaku usaha besar,pelaku
usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
yang ditimbulkan oleh pelaku usaha.
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Dua hal yang menjadi unsur penting bagi penemuan kebijakan (policy
objectives) yang ideal dalam pengaturan persaingan di negara-negara yang
memiliki undang-undang persaingan adalah kepentingan umum ( public interest)
dan efisiensi ekonomi (economic efficiency). Ternyata dua unsur penting tersebut
(Pasal 3(a)) juga merupakan bagian dari tujuan diundangkannya UU No. 5 Tahun
1999, Pasal 2 dan 3tersebut diatas menyebutkan asas dan tujuan-tujuan utama UU
No. 5 Tahun 1999. Diharapkan bahwa peraturan mengenai persaingan akan
membantu dalam mewujudkan demokrasi ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 Ayat 1 UUD 1945 (Pasal 2) dan menjamin sistem persaingan usaha yang
bebas dan adil untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat serta menciptakan sistem
perekonomian yang efisien (Pasal 3).

Oleh karena itu, mereka mengambil bagian pembukaan UUD 1945 yang
sesuai dengan Pasal 3 Hurufa dan b UU No. 5 Tahun 1999 dari struktur ekonomi
untuk tujuan perealisasian kesejahteraan nasional menurut UUD 1945 dan
demokrasi ekonomi, dan yang menuju pada sistem persaingan bebas dan
adildalam pasal 3 Huruf a dan b UU No. 5 Tahun 1999.

10
Hal ini menandakan adanya pemberian kesempatan yang sama kepada
setiap pelaku usaha dan ketiadaan pembatasan persaingan usaha, khususnya
penyalahgunaan wewenang di sektor ekonomi. Selaku asas dan tujuan, Pasal 2
dan 3 tidak memiliki relevansi langsung terhadap pelaku usaha, karena kedua
pasal tersebut tidak menjatuhkan tuntutan konkrit terhadap perilaku pelaku usaha.
Walaupun demikian kedua pasal tersebut harus digunakan dalam interprestasi dan
penerapan setiap ketentuan dalam UU No. 5 Tahun 1999.

Peraturan persaingan usaha agar diinterprestasikan sedemikian rupa


sehingga tujuan-tujuan yang termuat dalam pasal 2 dan 3 tersebut dapat
dilaksanakan seefisien mungkin. Misalnya, sehubungan dengan penerimaan dan
jangkauan dari rule of reason dalam rangka ketentuan tentang perjanjian-
perjanjian yang dilarang ( Pasal 4-16 ), harus diperhatikan bahwa Pasal 2 dan 3
tidak menetapkan tujuan-tujuan yang dilaksanakan dalam bidang sumber daya
manusia, kebijakan struktural dan perindustrian.

Tujuan utama dari hukum persaingan usaha :


1. Agar persaingan antar pelaku usaha tetap hidup.
2. Agar persaingan yang dilakuakan tetap sehat.
3. Mencegah penyalahgunaan kekuatan ekonomi.
4. Melindungi kebebasan konsumen dan produsen.
5. Efisensi ekonomi.
6. Meningkatkan kesejahteraan konsumen.
7. Melindungi usaha kecil.
8. Menciptakan keadilan dan kejujuran dalam berusaha.
9. Mengendalikan inflasi.

11
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Persaingan usaha merupakan persaingan antar pelaku usaha dalam


menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barangdan atau jasa.
Sedangkan hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur tentang
interaksi perusahaan antarpelaku usaha di pasar, sementara tingkah laku
perusahaan ketika berinteraksi dilandasi atas motif-motif ekonomi. Hukum
persaingan usaha diatur dalam Undang-Undang Pasal 5 No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus


bersaskan dewmokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan
umum.

Didalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999, pelaku usaha


Indonesia dalam menjalankan kegiatan dengan memperhatikan keseimbanagn
antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum. Tujuan yang terkandung
di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, adalah sebagai berikut :

1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional


sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan
pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

12
B. SARAN

Tercapainya tujuan pembentukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999


masih tergantung pada beberapa faktor, yakni Pertama, kemampuan undang-
undang itu sendiri dalam memberikan sejumlah rambu-rambu sebagai
pengaturannya patut dinilai apakah rambu-rambu tersebut realistis untuk saat ini
untuk menciptakan reformasi dalam hukum bisnis. Kedua, tergantung pada
struktur hukum bisnis yang berlaku di Indonesia pada saat ini. Usaha untuk
mempaduserasikan undang-undang ini dengan berbagai undang-undang yang
mengatur persoalan bisnis di negara kita perlu dilakukan dan memerlukan waktu.
Dengan kata lain,berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini masih
harus ditindak lanjuti dengan usaha reformasi hukum bisnis pada umumnya.

Selain itu dapat terlaksana atau tidaknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun


1999 akan tergantung pada kemauan kuat, bukan kemauan setengah hati. Oleh
karena itu, pemerintah dituntut untuk melakukan penataan kelembagaan yang
memungkinkan dilaksanakannya Undang-Undang Nomor 5 Tahuin 1999 dan
menyiapkan personel yang handal sebagai pendukungnya.

Untuk itu diperlukan kajian yang mendalam dan komprehensif bukan


hanya pada materi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 saja tetapi juga
terhadap semua komponen hukum bisnis yang berhubungan dengan hal tersebut.
Selain itu, pengkajian dan sosialisasi terhadap masyarakat juga penting dalam
mewujudkan terlaksananya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

13
DAFTAR PUSTAKA

 http://etheses.uin-malang.ac.id/306/6/09220063%20Bab%202.pdf
 Andi Fahmi Lubis, Dkk, Hukum persaingan Usaha: Antara Teks
dan Konteks. (Jakarta: Creative Media, 2009), hal 21
 Budi Kagramanto.Mengenal Hukum Persaingan Usaha.
(sidoarjo:laras, 2010), hal. 57.

Anda mungkin juga menyukai