Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

HUKUM BISNIS

DOSEN: Dr.Irsan Tricahyadinata , SE., M. Si

Di Susun Oleh:

NAMA:

KHUSNUL KHOTIMAH (1801025200)

FIFI ARISTA(1801035185)

ULFA AINSUN (1801035005

NOVELINKA.A.L(1801025165)

NANDITA SEPTIANTI(1801035167)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MULAWARMAN

KALIMANTAN TIMUR

2018

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara harfiah kata bisnis berasal dari istilah Inggris “business” yang berarti kegiatan
usaha. Menurut Richard Burton Simatupang kata bisnis sering diartikan sebagai
keseluruhan kegiatan usaha uang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur dan
terus menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang atas jasa-jasa maupun
fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan atau disewagunakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan.

Adapun kegiatan bisnis secara umum dapat dibedakan 3 bidang usaha yaitu :

1. Bisnis dalam arti kegiatan perdangan (commerce), yaitu keseluruhan kegiatan jual
beli yang dilakukan oleh orang-orang dan badan-badan, baik di dalam negeri maupun
diluar negeri ataupun antara Negara tujuan memperoleh keuntungan.

2. Bisnis dalam arti kegiatan industry (Industry) yaitu kegiatan memproduksi atau
menghasilkan barang-barang yang nilainya lebih berguna dari asalnya.

3. Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa (service), yaitu kegiatan yang menyediakan
jasa-jasa yang dilakukan baik oleh orang maupun badan.

Semua kegiatan-kegiatan dalam bisnis tentu memerlukan aturan dan peraturan yang
mengatur tata cara melakukan kegiatan dalam bisnis demi kepentingan para pihak dalam
berbisnis. Dari penjelasan diatas, muncul suatu pertanyaan, kenapa hukum itu diperlukan
dalam bisnis. Sehingga untuk mengatur segala kegiatan-kegiatan dalam bisnis maka
diciptakan suatu hukum yang mengaturnya yaitu hukum bisnis.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari sekian banyak macam dan jenis bisnis, semua jenis kegiatan-kegiatan tersebut
tentunya mempunyai aturan-aturan untuk mengatur segala kegiatan dalam bisnis itu, demi
kepentingan para pihak.

Adapun hakikat dari bisnis antara lain sebgai berikut:


a. Merupakan sarana bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat

b. Adanya antara pelaku bisnis denga masyarakat.

c. Adanya tujuan yang sama yaitu untuk mendapatkan keuntungan

d. Untuk memenuhi kepuasan hidup manusia

Adapun dasar dari berlakunya hukum bagi kegiatan bisnis yaitu :

a. Untuk memberikan kepastian hukum

b. Untuk memberikan kesebandingan hukum

c. Untuk melindungi kepentingan para pihak

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Adapun tujuan pembahasan makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Memberikan pemahaman secara singkat pengertian tentang hukum bisnis.

2. Mengetahui kenapa hukum itu diperlukan dalam bisnis

3. Mengetahui apa hubungan hukum dengan kegiatan bisnis

4. Mengetahui pentingnya hukum bisnis bagi pelaku bisnis

5. Unsur-unsur yang terpenting dalam hukum bisnis


BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMAHAMAN TERHADAP PENGERTIAN HUKUM BISNIS & HUBUNGAN


HUKUM DENGAN BISNIS

Sistem perekonomian dan kegiatan bisnis yang sehat seringkali bergantung pada sistem
perdagangan/bisnis/usaha yang sehat sehingga masyarakat membutuhkan seperangkat
aturan yang dengan pasti dapat diberlakukan untuk menjamin terjadinya sistem
perdagangan/bisnis tersebut.

Atuan-aturan hukum itu dibutuhkan karena hal-hal sebgai berikut :

a. Para pihak terlibat dalam persetujuan bisnis itu membutuhkan sesuatu yang lebih
daripada sekedar janji serta iktikad baik saja.

b. Adanya kebutuhan untuk menciptakan upaya-upaya hukum yang dapat digunakan


seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya, tidak memenuhi janjinya.

Disini lah peran hukum bisnis tersebut. Istilah hukum bisnis sebagai terjemahan dari
“business law”. Hukum binis yaitu hukum yang berkenaan dengan suatu bisnis. Dengan
kata lain hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tentang tata
cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industry atau keuangan yang dihubungkan
dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para
entrepreneur dalam risiko tertentu dangan usaha tertentu dengan motif adalah untuk
mendapatkan keuntungan.

Sedangkan menurut DR. Johannes Ibrahi, SH.,MHum, hukum bisnis adalah


seperangkat kaidah-kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur serta menyelesaikan
persoalan-persoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia khususnya dalam bidang
perdagangan.

Berdasarkan hal diatas sangatlah terlihat bahwa hukum sangat penting dalam dunia
ekonomi/bisnis sebagai alat pengatur bisnis tersebut. Kemajuan suatu ekonomi/bisnis
tidak akan berarti kalau kemajuan tidak berdampak pada kesejahteraan dan keadilan yang
dinikmati secara merata oleh rakyat. Negara harus menjamin semua itu. Agar tidak ada
terjadi pengusaha kuat menindas pengusaha lemah, yang kaya semakin kaya yang miskin
semakin miskin, sehingga tidak ada keseimbangan dalam tatanan kehidupan masyarakat.
Disinilah peran hukum membatasi hal tersebut. Maka dibuat perangkat hukum yang
mengatur dibidang bisnis tersebut (hukum bisnis).

Dengan telah dibuatnya hukum bisnis tersebut (peraturan perundang-undangan) imbasnya


adalah hukum bisnis tersebut harus diketahui/dipelajari oleh pelaku bisnis sehingga
bisnisnya berjalan sesuai dengan koridor hukum dan tidak mempraktikkan bisnis yang
bisa merugikan masyarakat luas (monopoli dan persaingan usaha tidak sehat).
Bagaimanapun juga adanya pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks
melahirkan berbagai bentuk kerjasama bisnis. Kerjasama bisnis yang terjadi sangat
beraneka ragam tergantung pada bidang bisnis apa yang sedang dijalankan.
Keanekaragaman kerjasama bisnis ini tentu saja melahirkan masalah serta tantangan baru
karena hukum harus siap untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang muncul.

B. FUNGSI, RUANG LINGKUP, DAN SUMBER-SUMBER HUKUM BISNIS.

I. Fungsi Hukum Bisnis (Business Law).

Adapun fungsi dari hukum bisnis itu antara lain sebagai berikut :

1. Sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis,

2. Untuk memahami hak-hak dan kewajibannya dalam praktik bisnis,

3. Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang berkeadilan, wajar,
sehat dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian hukum).

II. Ruang Lingkup Hukum Bisnis

Secara garis besar yang merupakan ruang lingkup dari hukum bisnis, antara lain sebagai
berikut:

1. Kontrak bisnis

2. Bentuk-bentuk badan usaha (PT, CV, Firma)

3. Perusahaan go publik dan pasar modal

4. Jual beli perusahaan

5. Penanaman modal/investasi (PAM/PMDN)

6. Kepailitan dan likuidasi

7. Merger, konsolidasi dan akuisisi

8. Perkreditan dan pembiayaan


9. Jaminan hutang

10. Surat-surat berharga

11. Ketenagakerjaan/perburuhan

12. Hak Kekayaan Intelektual, yaitu Hak Paten (UU No. 14 tahun 2001, Hak Merek UU
No. 15 tahun 2001, Hak Cipta (UU No. 1 19 tahun 2002), Perlindungan Varietas
Tanaman (UU No. 29 tahun 2000), Rahasia Dagang (UU No. 30 tahun 2000 ), Desain
Industri, (UU No. 31 tahun 2000), dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (UU No. 32
tahun 2000).

13. Larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

14. Perlindungan konsumen (UU No.8/1999)

15. Keagenan dan distribusi

16. Asuransi (UU No. 2/1992)

17. Perpajakan

18. Penyelesaian sengketa bisnis

19. Bisnis internasional

20. Hukum pengangkutan (dart, laut, udara)

21. Alih Teknologi – perlu perlindungan dan jaminan kepastian hukum bagi pemilik
teknologi maupun pengguna teknologi seperti mengenai bentuk dan cara pengalihan
teknologi asing ke dalam negeri.

22. Hukum perindustrian/industri pengolahan.

23. Hukum Kegiatan perusahan multinasional (ekspor – inport)

24. Hukum Kegiatan Pertambangan

25. Hukum Perbankan (UU No. 10/1998) dan surat-surat berharg

26. Hukum Real estate/perumahan/bangunan

27. Hukum Perjanjian internasional/perdagangan internasional.

28. Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang (UU No. 15 tahun 2002)

III. Sumber-Sumber Hukum Bisnis

Yang dimaksud dengan sumber hukum bisnis Business Law disini adalah dimana kita
bisa menemukan sumber hukum bisnis itu. Yang mana nantinya sumber hukum tersebut
dijadikan sebagai dasar hukum berlakunya hukum yang dipakai dalam menjalankan
bisnis tersebut. Sumber hukum bisnis yang utama/pokok (1338 ayat 1 KUHPerdata)
adalah :

Ø Asas kontrak (perjanjian) itu sendiri yang menjadi sumber hukum utama, dimana
masing-masing pihak terikat untuk tunduk kepada kontrak yang telah disepakati. (kontrak
yg dibuat diberlakukan sama dgn UU),

Ø Asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak bebas untuk membuat dan menentukan
isi dari kontrak yang mereka sepakati.

Secara umum sumber hukum bisnis (sumber hukum perundangan) tersebut adalah :

1. Hukum Perdata (KUHPerdata)

2. Hukum Dagang (KUHDagang)

3. Hukum Publik (pidana Ekonomi/KUHPidana)

4. Peraturan Perundang-undangan diluar KUHPerdata, KUHPidana, KUHDagang

Atau menurut Munir Fuady, sumber-sumber hukum bisnis adalah :

1. Perundang-undangan

2. Perjanjian

3. Traktat

4. Jurisprudensi

5. Kebiasaan

6. Pendapat sarjana hukum (doktrin),

Ø Hukum Perdata (KUHPerdata), misalnya hukum perjanjian (kontrak), hak-hak


kebendaan, sebagai sumber terjadinya bisnis.

Ø Hukum Publik (Pidana Ekonomi/Bisnis), misalnya kejahatan-kejahatan di bidang


ekonomi/bisnis : Penyeludupan, illegal logging, korupsi, dll

Ø Hukum Dagang (KUH Dagang), misalnya kewajiban pembukuan, perusahaan


persekutuan (Firma, CV), asuransi, pengangkutan, surat berharga, pedagang perantara,
keagenan/distributor, dll).

Ø Peraturan perundang-undangan diluar KUHPerdata dan KUHDagang, misalnya


kepailitan, perlindungan konsumen, anti monopoli/persaingan tidak sehat, penanaman
modal (PMA/PMDN), pasar modal (go public), Perseroan Terbatas, likuidasi, akuisisi,
merger, pembiayaan, hak kekayaan intelektual (cipta, merek, paten), penyelesaian
sengketa bisnis/arbitrase, perdagangan intenasional (WTO)
C. PENTINGNYA HUKUM BISNIS BAGI PELAKU BISNIS.

Dewasa ini aktivitas bisnis berkembang begitu pesatnya dan terus merambah ke berbagai
bidang, baik menyangkut barang maupun jasa. Bisnis merupakan salah satu pilar
penopang dalam upaya mendukung perkembangan ekonomi dan pembangunan.

Dalam melakukan bisnis tidak mungkin pelaku bisnis terlepas dari hukum karena hukum
sangat berperan mengatur bisnis agar bisnis bisa berjalan dengan lancar, tertib, aman
sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan akibat adanya kegiatan bisnis tersebut,
contoh hukum bisnis adalah undang-undang perlindungan konsumen (UU No. 8 tahun
1999).

Dalam undang-undang perlindungan konsumen dalam pasal disebut diatur tentang


kewajiban pengusaha mencantumkan lebel halal dan kadaluarsa pada setiap produk yang
ia keluarkan. Dengan kewajiban tersebut konsumen terlindungi kesehatannya karena ada
jaminan perlindungan jika produk sudah daluarsa. Begitu juga dengan konsumen umat
islam adanya lebel halal akan terjamin dari mengkonsumsi produk haram. Contoh-contoh
hukum yang mengatur dibidang bisnis, hukum perusahaan (PT, CV, Firma), kepailitan,
pasar modal, penanaman modal PMA/PMDN, kepailitan, likuidasi, merger, akuisisi,
perkreditan, pembiayaan, jaminan hutang, surat berharga, hukum
ketenagakerjaan/perburuhan, hak kekayaan intelektual, hukum perjanjian (jual
beli/transaksi dagang), hukum perbankan, hukum pengangkutan, hukum investasi, hukum
teknologi, perlindungan konsumen, hukum anti monopoli, keagenan, distribusi, asuransi,
perpajakan, penyelesaian sengketa bisnis, perdagangan internasional/WTO, kewajiban
pembukuan, dan lain-lain.

Dengan demikian jelas aturan-aturan hukum tesebut diatas sangat dibutuhkan dalam
dunia bisnis. Aturan-aturan hukum itu dibutuhkan karena :

Ø Pihak-pihak yang terlibat dalam persetujuan/perjanjian bisnis itu membutuhkan


sesuatu yang lebih daripada sekadar janji serta itikad baik saja.

Ø Adanya kebutuhan untuk menciptakan upaya-upaya hukum yang dapat digunakan


seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya, tidak memenuhi janjinya.

Untuk itu pemahaman hukum bisnis dewasa ini dirasakan semakin penting, baik oleh
pelaku bisnis dan kalangan pembelajar hukum, praktisi hukum maupun pemerintah
sebagai pembuat regulasi kebijakan yang berkaitan dengan dunia usaha. Hal ini tidak
terlepas dari semakin intens dan dinamisnya aktifitas bisnis dalam berbagai sektor serta
mengglobalnya sistem perekonomian.
Perkembangan Sumber Hukum Bisnis di Indonesia

Sumber-sumber hukum bisnis di Indonesia sangat beragam, mengingat kajian


Hukum Bisnis sendiri berbeda dengan Hukum Dagang dan Hukum Perniagaan
yang lebih sempit daripada Hukum karena dalam pelaksanaannya kedua hukum
tersebut dianggap Tradisional. Sedangkan untuk Hukum Ekonomi kajiannya lebih
luas daripada Hukum Bisnis sendiri karena kajiannya itu menyangkut Ekonomi
secara Makro dan Ekonomi Secara Mikro. Dalam perkembangannya sumber-
sumber hukum bisnis terbagi kedalam beberapa kelompok diantaranya adalah :
a.       Hukum tertulis
b.      Kebiasaan
c.       Yurisprudensi
d.      Perjanjian Internasional
e.       Perjanjian yang dibuat para Pihak
Adapun penjelasan mengenai sumber-sumber hukum bisnis diatas adalah
sebagai berikut :
a.       Hukum Tertulis
menurut Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis (2012 : 4-7)  menjelaskan
mengenai dasar hukum tertulis dari hukum bisnis di Indonesia kedalam 7 Kategori
diantaranya adalah :
1)      KUH Dagang yang belum banyak diubah
Masih ada ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya belum berubah
yang mengatur tentang berbagai aspek hukum bisnis, meskipun sudah barang
tentu sudah banyak ketentuan yang sudah dimakan zaman.
2)      KUH Dagang yang sudah banyak berubah
Di samping itu, masih ada ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya
masih berlaku tetapi telah banyak berubah yang mengatur tentang berbagai aspek
dari hukum bisnis.
3)      KUH Dagang yang sudah diganti dengan perundang-undangan yang baru
Selanjutnya, ada juga ketentuan dalam KUH Dagang yang telah dicabut dan
diganti dengan perundang-undangan yang baru sehingga secara yuridis formal
tidak berlaku lagi.
4)      KUH Perdata yang belum banyak diubah
Kemudian, masih ada ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya belum
berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis.
5)      KUH Perdata yang sudah banyak dirubah
Di samping itu, masih ada ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya
masih berlaku tetapi telah banyak berubah yang mengatur tentang berbagai aspek
dari hukum bisnis.
6)      KUH Perdata yang sudah diganti dengan perundang-undangan yang baru
Selanjutnya, ada juga ketentuan dalam KUH Perdata yang telah dicabut dan
diganti dengan perundang-undangan yang baru sehingga secara yuridis formal
tidak berlaku lagi.
7)      Perundang-undangan yang tidak terkait dengan KUH Dagang maupun KUH
Perdata
Banyak juga ketentuan perundang-undangan Indonesia yang mengatur berbagai
facet dari hukum bisnis yang tidak terkait, baik dengan KUH Dagang maupun
KUH Perdata.

b.      Kebiasaan
Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan tidak terputus dan sudah
diterima oleh masyarakat pada umumnya serta pedagang pada khususnya, dapat
dipakai juga sebagai sumber hukum pada Hukum Dagang. Hal ini sesuai dengan
pasal 1339 KUH Perdata bahwa perjanjian tidak saja mengikat yang secara tegas
diperjanjikan, tetapi juga terikat pada kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan
perjanjian tersebut. Contohnya tentang pemberian komisi, jual beli dengan
angsuran, dan sebagainya.
c.       Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah putusan-putusan Hakim atau Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai
Pengadilan kasasi, atau putusan Mahkamah Agung sendiri yang sudah
berkekuatan hukum tetap.
d.      Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional diadakan dengan tujuan agar pengaturan tentang
persoalan Hukum Dagang dapat diatur secara seragam oleh masing-masing
hukum nasional dari negara-negara peserta yang terikat dalam perjanjian
internasional tersebut. Untuk dapat diterima dan mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat maka perjanjian internasional tersebut harus diratifikasi oleh
masing-masing negara yang terikat dalam perjanjian internasional tersebut.
Macam perjanjian internasional :
a)      Traktat yaitu perjanjian bilateral yang dilakukan oleh dua negara saja.
Contohnya: traktat yang dibuat oleh Indonesia dengan Amerika yang mengatur
tentang pemberian perlindungan hak cipta yang kemudian disahkan melalui
Keppres No.25 Tahun 1989
b)      Konvensi yaitu perjanjian yang dilakukan oleh beberapa negara. Contohnya
Konvensi Paris yang mengatur tentang merek.
e.       Perjanjian yang dibuat para pihak
Berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata disebutkan perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dalam hal
ini, persetujuan, perjanjian ataupun kesepakatan memegang peranan bagi para
pihak. Contohnya dalam pasal 1477 KUH Perdata yang menentukan bahwa
selama tidak diperjanjikan lain, maka penyerahan terjadi di tempat dimana barang
berada pada saat terjadi kata sepakat. Misalkan penyerahan barang diperjanjikan
dengan klausula FOB (Free On Board) maka penyerahan barang dilaksanakan
ketika barang sudah berada di atas kapal.

f.       Dokrtin
Pendapat sarjana hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang
sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat
menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.
Dengan demikian dalam perkembangannya sumber-sumber hukum bisnis di
Indonesia sangat beragam dimana terdapat sumber hukum yang berasal dari
peninggalan belanda yang sudah dikodifikasikan setelah kemerdekaan, kemudian
sampai kepada pembuatan perundang-undangan yang baru berkenaan dengan
kegiatan bisnis dan tidak termasuk kedalam KUH Dagang dan KUH Perdata. Dari
sana dapat kita lihat bahwa memang sesuai dengan kajian Hukum Bisnis yang
berbeda dengan Kajian Hukum Dagang dan Hukum Perniagaan, dimana hukum
bisnis memiliki kajian yang beragam pula sesuai dengan sumber hukumnya.
2.      Pengertian Kejahatan Bisnis
kejahatan Bisnis yang pada umumnya terdiri dari dua kata yakni Kejahatan dan
Bisnis. Maka dari itu, untuk mengetahui pengertian mengenai keduanya terlebih
dahulu mari kita pisahkan keduanya terlebih dahulu. Dengan pengertian sebagai
berikut :
a.       Pengertian Kejahatan
1)      Mr.W.A.BONGER : Kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang
memperoleh tantangan secara sadar dari Negara berua pemberian penderitaan
(hukuman).
2)      VAN BEMMELLEN : Kejahatan adalah tindakan anti sosial yang menimbulkan
kerugian, ketidak patutan dalam masyarakat sehingga dalam masyarakat terdapat
kegelisahan, dan untuk mententramkan masyarakat, Negara harus menjatuhkan
pidana kepada penjahat.
3)      NOACH : Kejahatan adalah setiap pelanggaran norma yang oleh undang-undang
dinyatakan dapat dipidana.
Dari ketiga pengertian kejahatan yang diambil dari para ahli kriminologi
diatas dapat sedikit kita simpulkan bahwa perbuatan jahat memiliki kriteria
merugikan, menjengkelkan, tidak boleh dibiarkan.
b.      Pengertian Bisnis
Secara harfiah kata bisnis berasal dari istilah Inggris “Business” yang berarti
kegiatan usaha. Menurut Richard Burton Simatupang kata bisnis sering diartikan
sebagai “keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan
secara teratur dan terus-menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-
barang atas jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan,
dipertukarkan atau disewagunakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan”.
Kamus besar Indonesia, menyebutkan “Bisnis adalah usaha dagang, usaha
komersial dalam dunia perdagangan”. dan Bisnis juga memiliki pengertian “suatu
urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan
produksi atau pertukaran barang atau jasa” (Abdurrachman dalam Munir Fuady,
2012 : 2).
Jadi dari kata bisnis tersebut kita mendapatkan beberapa pengertian yang pada
umumnya berupa segala kegiatan usaha yang tujuannya mendapat keuntungan.
c.       Pengertian Kejahatan Bisnis
Setelah kita mengetahui mengenai pengertian kedua kata yang mendasari
istilah ini, maka selanjutnya mari kita kaji pengertian istilah kejahatan bisnis.
Kejahatan bisnis sendiri memiliki tiga makna yang harus kita cermati, dan ketiga
makna dari kejahatan bisnis sendiri menurut Prof. Dr. Romli
Atmasasmita,SH.,LL.M. mencakup makna filosofis, yuridis dan sosiologis,
berikut adalah makna dari kejahatan bisnis menurut Prof Dr. Romli
Atmasasmita,SH.,LL.M (Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis L33-37):
1)      Secara Filosofis, pengertian istilah tersebut mengandung makna bahwa telah
terjadi perubahan nilai- nilai (Values) dalam masyarakat ketika suatu aktivitas
bisnis dioperasikan sedemikian rupa sehingga sangat merugikan kepentingan
masyarakat yang luas, seperti kegiatan penanaman modal dalam sektor-sektor
swasta yang padat karya atau kegiatan pasar modal yang pemegang sahamnya
masyarakat luas termasuk golongan menengah ke bawah. Perubahan nilai tersebut
ialah bahwa, kalangan pebisnis sudah kurang atau tidak menghargai lagi kejujuran
(honesty) dalam kegiatan bisnis nasional dan internasional demi untuk mencapai
tujuan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Bahkan sering etika pebisnis
yang sehat dikesampingkan dan tindakan merugikan sesama rekan pelaku bisnis
merupakan hal yang biasa sebagai alat untuk mencapai tujuan (unusual business
practies).
2)      Secara yuridis, pengertian istilah “kejahatan bisnis” menunnjukkan bahwa
terdaoat dua sisi dari satu mata uang  yaitu dari satu sisi terdapat aspek hukum
perdata, dari sisi lain terdapat aspek hukum pidana. Kedua aspek hukum tersebut
memiliki dua tujuan yang berbeda secara diametaral dan memiliki sifat atau
karakteristik yang juga bertentangan satu sama lain. Aspek hukum perdata lebih
mementingkan perdamaian di antara para pihak sehingga sifat regulasi lebih
mengemuka, sedangkan aspek hukum pidana lebih mementingkan melindungi
kepentingan umum atau masyarakat luas atau negara, sehingga sifat memaksa
lebih mengemuka dibandingkan sifat regulasi.
3)      Secara sosiologis, pengertian istilah “Kejahatan Bisnis” telah menunjukkan
keadaan nyata yang telah terjadi dalam aktivitas atau dunia bisnis akan tetapi di
sisi lain, menunjukkan pula bahwa kegiatan bisnis sudah tidak ada lagi
“keramahan” (unfriendly business atmosphere) atau seakan-akan sudah tidak ada
lagi yang dapat dipercaya di antara para pelaku bisnis.

Dari ketiga pengertian mengenai makna dari istilah kejahatan bisnis diatas,
dapat saya simpulkan bahwa dengan perkataan lain kejahatan bisnis memiliki
maksud suatu keadaan dimana terdapat suatu perubahan nilai-nilai dalam
berbisnis yang menyebabkan keresahan para pelaku bisnis beritikad baik dengan
tujuan menghindarkan kerugian karenanya dan dapat di selesaikan dengan
penerapan sanksi perdata ataupun pidana

3.      Kejahatan Bisnis dalam sudut pandang Islam


Dalam Islam kejahatan bisnis ataupun kejahatan ekonomi memiliki padanan
kata dengan kata riba. Atau dengan perkataan lain dalam sudut pandang Islam,
salah satu yang dianggap kejahatan bisnis adalah riba. Dimana Rasululloh SAW
melaknat semua bentuk praktek bisnis yang tidak adil dalam kezhaliman dan
kejahatan ekonomi. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam
Bukhari dan Muslim disebutkan “kezhaliman itu adalah kegelapan dihari
kiamat”. Karena kezhaliman dianggap sebagai penentu utama dalam semua
bidang bisnis yang diharamkan dan mengandung ketidak-
adilan. Menurut Abdal'ati dalam buku yang ditulis oleh Mustaq
Ahmad mengemukakan bahwa, tujuan utama dari ajaran Islam dalam masalah
ekonomi dan perdagangan adalah untuk menjamin hak-hak individu dan menjaga
solidaritas sosial, untuk mengenalkan nilai moralitas yang tinggi dalam dunia
bisnis dan untuk menerapkan hukum Allah SWT di dunia bisnis.
Dalam Al-Qur'an Allah SWT telah mengharamkan riba sebagai sebuah
larangan dalam mu'amalah yang harus dihindari setiap Muslim. Dalam firman
Allah SWT:
 š

   “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah SWT
menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu(sebelum datang larangan); dan
urusannya terserah kepada Allah SWT. Orang yang mengulangi (mengambil
riba) , maka orrang itu adalah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya”. (Al-
Baqarah:275)
Dari beberapa pendapat dan firman Allah SWT tersebut terlihatlah jelas
bahwa dalam sudut pandang islam terdapat suatu kejahatan bisnis yang juga
dilarang dalam hal menghindari kerugian salah satu pihak disamping menjamin
hak-hak individunya. Atau dengan perkataan lain dalam hal kegiatan bisnis (jual-
beli) Islam dengan dasar hukumnya Al-Qur’an, Sunnah, Hadist, ijtihad telah
mengatur proses bisnis yang sesuai dengan aturan Allah SWT, dan melarang atau
mengharamkan kegiatan bisnis yang dzhalim. Itu artinya, bahwa kejahatan bisnis
sendiri dalam sudut pandang islam yang salah satunya berupa riba merupakan
kegiatan yang diharamkan karena merugikan pihak lainnya.

4.      Perkembangan Hukum Bisnis di Indonesia mengenai Kejahatan Bisnis


Dalam perkembangan hukum bisnis di Indonesia mengenai kejahatan bisnis,
sesuai dengan pembahasan pada poin pertama, bahwa perkembangan Hukum
bisnis di Indonesia sangat beragam dalam hal sumber-sumber hukumnya. Akan
tetapi untuk kejahatan bisnis sendiri, memiliki ke-unikan tersendiri karena
berdasar kepada penjelasan mengenai pengertian Kejahatan Bisnis dalam makna
yuridis terdapat dua sampai tiga aspek hukum penentu kejahatan bisnis yakni
aspek hukum perdata, aspek hukum pidana, dan aspek hukumm
administrasif. Disana dapat kita rumuskan bagaimana perkembangan hukum
bisnis mengenai kejahatan bisnis, dengan tiga kelompok kajian yakni hukum
perdata, hukum pidana, dan hukum administratif. Berikut adalah uraiannya :
a.       Aspek Hukum Perdata
Dalam aspek hukum perdata seperti yang sudah dijelaskan pada poin ke tiga,
bahwa dalam aspek hukum perdata yang lebih mengemuka adalah regulasi itu
artinya adanya unsur mementingkan perdamaian. Seperti pengertian perikatan
yang terdapat pada kajian hukum perdata yang memiliki pengertian “perikatan
adalah suatu hubungan hukum, yang artinya hubungan yang diatur dan diakui oleh
hukum” Jamilah, Pokok-pokok hukum perdata (2008: 109). Pengertian diatas jika
kita kaitkan dengan aspek hukum perdata yang berupa regulasi dalam
penyelesaian permasalahan kejahatan bisnis. Tentunya menurut pendapat saya
disana sangat sesuai dengan kajian hukum perdata yang ada pada perikatan
mengenai seseorang debitur yang melakukan wanprestasi (tidak memenuhi
kewajiban). Dalam hal kasus ingkar janji (wanprestasi) yang dilakukan oleh
debitur, kreditur dapat menuntut : Pemenuhan perikatan, pemenuhan perikatan
dengan ganti rugi, ganti rugi, pembatalan persetujuan timbal balik, dan
pembatalan dengan ganti rugi. Dengan demikian dapat terlihat bahwa
perkembangan hukum bisnis mengenai kejahatan bisnis dalam aspek hukum
perdata ini sudah diatur dan bersifat regulasi yang mengemuka.
b.      Aspek Hukum Pidana
Selanjutnya untuk aspek hukum pidana, dalam poin sebelumnya sempat
dijelaskan juga pengertian kejahatan bisnis dalam makna yuridis. Dalam makna
yuridis tersebut hukum bisnis mengenai kejahatan bisnis memiliki perkembangan
dalam aspek hukum pidana. Dalam aspek hukum pidana, penyelesaian kasus
kejahatan bisnis disini bersifat memaksa. Untuk lebih memahami bagaimana
aspek hukum pidana ini bekerja mari kita sepintas menganalisis unsur-unsur
kejahatan bisnis yang dapat diselesaikan dengan hukum pidana, berikut contohnya
:
Pemalsuan nama dan tanda atas sesuatu karya atau ciptaan orang
Pasal 380 (1) : Diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun dan delapan bulan
atau denda setinggi-tingginya ....
Kesatu : barang siapa melekatkan nama atau tanda palsu atau memalsukan nama atau tanda
yang asli pada hasil kesusasteraan, ilmu pengetahuan, kesenian atau kerajinan
dengan maksud agar dikira hasil pekerjaan itu dari orang yang namanya atau
tandanya ditaruh atau dipasang itu.
Kedua : barang siapa dengan sengaja menjual, menawarkan untuk dijual, menyerahkan,
menyimpan untuk dijual atau memasukan kedalam wilayah Indonesia hasil
kesusasteraan, ilmu pengetahuan, kesenian, atau kerajinan, dimana dipasang atau
dilekatkan nama atau tanda palsu atau nama dan tanda yang asli dipalsu, seakan-
akan hasil pekerjaan itu berasal dari mereka yang nama dan tandanya secara palsu
dipasang atau dilekatkan itu.
Pasal 380 (1) memuat dua jenis kejahatan dalam bentuk pokok yang mempunyai
sifat menipu.
Unsur-unsur
Objektif           : - melekatkan nama atau tanda palsu; atau
-  Memalsukan nama atau tanda yang asli
-  Pada hasil karya :
-          Kesusasteraaan
-          Ilmu pengetahuan
-          Kesenian
-          Kerajinan
Subjektif              : dengan maksud agar hasil karya itu seakan-akan berasal dari mereka :
                              Yang namanya atau tandanya itu terletak atau tercantum pada hasil karya itu
Dari uraian mengenai tindak pidana pemalsuan sendiri kita dapat lihat bahwa
kejahatan bisnis yang berupa pemalsuan itu bisa diterapkan sanksi pidana. Berarti,
aspek hukum pidana ini memang hal mengikatlah yang mengemuka karena
adanya penerapan sanksi yang tegas kepada pelaku kejahatan.
c.       Aspek Hukum Administratif
Aspek Hukum administratif dalam kejahatan bisnis adalah dalam wujud tindakan
administratif yang ditujukan terhadap pelaku bisnis yang melanggar ketentuan UU
yang mengatur keuangan dan perbankan. Tindakan administratif di dalam
peraturan perundang-undangan di Bidang Keuangan dan Perbankan merupakan
tindak pencegahan dan bersifat sementara (preventive and interim measures)
sebelum sanksi keperdataan dan sanksi pidana diterapkan.

5.      Pentingnya Hukum Bisnis dalam menghadapi MEA


Globalisasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai menduniannya kegiatan dan
keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi mengenal
batas negara, batas laut, dan batas lainnya. Globalisasi juga menyebabkan banyak
perusahaan-perusahaan multinasional menjadi transasional, dan menjadikan
perusahaan-perusahaan tersebut melebarkan sayapnya ke industri internasional.
Dengan adanya perkembangan dalam bidang teknologi dan informasi juga
membuat segala kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi atau dengan
perkataan lain kegiatan bisnis menjadi semakin mudah. Bahkan dalam era
globalisasi ini dapat mempengaruhi sistem perekonomian tiap negara atau seluruh
negara. Dengan adanya interdependensi (salingketergantungan) antar negara maju
ataupun antar negara berkembang dengan negara maju, dapat memunculkan

5 Tujuan Hukum Bisnis di Indonesia.

beberapa dampak seperti banyaknya pertukaran mata uang, barang, jasa, dan lain-
lain. Hal- hal yang disebutkan diatas atau globalisasi ekonomi tersebut, tidak berbeda
dengan keadaan ekonomi di Indonesia bahkan Asean saat ini yang menghadapi MEA
(Masyarakat Ekonomi Asean). Dalam menghadapi MEA atau salah satu dampak dari
globalisasi ekonomi, Indonesia tentunya harus memiliki kecakapan dalam
menghadapinya. Kecakapan yang dimaksud disini ialah kesiapan Hukum Bisnis yang
berkenaan dengan Kejahatan Bisnis. Karena dengan adanya kesiapan Hukum Bisnis di
Indonesia sendiri, itu akan menimbulkan keuntugan sendiri dimana pada pencapaian
tujuan (keuntungan) berbisnis, para pelaku bisnis yang beritikad baik akan merasa
terlindungi dan mendapatkan hak-haknya.
Dengan perkataan lain dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean yang
kemungkinan akan terjadinya kegiatan bisnis dalam skala atau cakupan yang luas antar
negara Asia Tenggara. Maka, perlu kiranya adanya Hukum Bisnis yang dapat melindungi
hak-hak dan kewajiban para pelaku bisnis yang mempunyai itikad baik, terutama
masyarakat Indonesia sendiri.

1. Menjamin Berfungsinya Keamanan Mekanisme Pasar Secara Efisien dan


Lancar

Tujuan dari hukum bisnis yang pertama adalah menjamin berfungsinya


keamanan mekanisme pasar secara efisien dan lancara. Sehingga diharapkan
dengan hal demikian maka dunia bisnis yang ada di indonesia akan lebih dapat
berkembangan. Sesuia dengan tujuan dari pemerintah untuk memompa seluruh
elemen yang dapat menggerakkan bisnis, sehingga dengan demikian maka akan
memberikan dampak bagi perkembangan dan kemajuan perekonomian, SItuasi
dan mekasinisma pasar yang efisien dan lancar juga akan mampu menarik
banyak investor asing untuk menanamkan modalya di dalam negeri
sebagaimana dalam contoh hukum positif .

Tentunya hal ini dapat dicapai jika semua elemen yang terkait dalam bisnis dapat
bekerja sama dengan baik. Sehingga terbentuk organisasi bisnis yang sehat dan
kondusif. Tidak ada adu kepentingan yang dilakukan dengan menghalakan
segala cara untuk dapat memajukan bisnis masing masing. Namiun lebih kepada
semua pihak dapat bersinergi, nberkoordinasi dan bekerja sama dengan baik
dalam upaya mewujudkan kepentingan bisnis untuk kepentingan bersama.Tentu
saja jika hal inin terwujud maka sudah pasti kondisis pasara akan sangan
produktif dan baik. Sehingga kita tidak perlu bersusah payah untuk menarik
perhatian para investor, mereka akan dengan sukarela datang dan menanamkan
dananya.

2. Melindungi Berbagai Jenis Usaha, Khususnya Untuk Jenis Usaha Kecil


Menengah (UKM)
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu penggerak dalam roda
perekonomian bangsa ini. Terutama bagi masyarakat kelas menengah kebawah
yang mengandalkan perekonomian mereka dari usaha ini. Tentunya kebangkitan
UKM akan bisa memompa dan memacu denyut perekonomian dalam negeri.
Oleh sebab itu sektor ini selalu didorong dan berusaha dilindungi ditengah
semakin berkembangnya industri dan perusahaan besar yang pastinya
membahyakan bagi keberadaan UKM. inilah yang kemudian menjadi salah satu
tujuan dari adanya hukum bisnis. Diharapkan keberadaan hukum bisnis dapat
melindungi berbagai jenis usaha salah satunya adalah UKM.

Seperti yang kita tahu bahwa UKM merupakan usaha yang mampu menyokong
perekonomian masyarakat kecil dan menengah. Dengan modal yang kecil
mereka mengembangkan usahanya namun tentunya jika banyak UKM yang
dapat bertahan ditemgah maraknya industri besar maka tentu akan semakin
menggenjot perekonomian dalam negeri sebagaimana dalam macam macam
hukum publik . Apalagi mayorita masyarakat Indonesis didominasi oleh
masyarakat kelas menengah ke bawah yang pasti sangan bergantung pada
industri UKM. Oleh sebab itu, pemerintah memberikan dukungan kepada UKM
untuk mampu mempertahankan diri dengan memberikan kemudahan dalam
mendapatkan berbagai bantuan sebagai salah satu sistem hukum yang berlaku
di indonesia saat ini .

3. Membantu Memperbaiki Suatu Sistem Keuangan dan Sistem Perbankan


Tujuan hukum bisnis yang selanjutnya adalah dapat membantu memperbaiaki
sistem kuangan dan sistem perbankan. Saat ini bisa dibilang sistem perbankan
kita masih belum terlalu baik dalam bersikap terhadap para nasabah terutama
nasabah dengan range masyarakat kelas menengah kebawah. Untuk jenis
usaha pihak bank masih memberikan bunga pinjaman yang relatif tinggi dengan
persyratan yang relatif sangan ribet. Sehingga kemudian banyak masyarakat
beralih kepada lembaga keuangan non bank seperti salah stunya adalah renterir.
Tentu saja praktik praktik yang demikian sangat tidak efektif untuk dunia bisnis
kita.

Namun kita tidak dapat memungkiri bahwa praktik yang demikian merupakan hal
yang sudah umum dan lumrah untuk dijalankan. Sehingga tentunya menjadi
praktik yang terus berkembang bahkan ditengah msyarakat moderen. Dalam hal
ini, mengapa hukum bisnis dibuat adalah untuk memangkas praktik praktik hal
yang demikian sehingga dikemudian hari sistem keuangan dan sistem perbankan
dapat memberikan dukungan kepada semua lapisan masyarakat yang
membutuhkan sebagimana juga prinsip demokrasi yang ada di indonesia .

4. Memberikan Perlindungan Terhadap Suatu Pelaku Ekonomi atau Pelaku


Bisnis
Dalam dunia bisnis para pelaku ekonomi dan pelaku bisnis merupakan elemen
dan penggerak dalam bisnis itu sendiri. Sehingga tentunya keduanya
membutuhkan perlindumgan dalam menjalankan bisnisnya. Dalam hal ini maka
hukum bisnisn memiliki tujuan dalam memberikan perlindungan baik terhadap
para pelaku usaha ataupun pelaku ekonomi. Dengan adanya perlindungan ini
maka tentu para pelaku usha dan bisnis dapat dengan bebeas mengembangkan
bisnisnya, namun tetap dalam koridor dan tidak melanggar hukum

5. Mewujudkan Sebuah Bisnis yang Aman dan Adil Untuk Semua Pelaku
Bisnis
Tujuan hukum bisnis hukum yang terakhir adalah Mewujudkan Sebuah Bisnis
yang Aman dan Adil Untuk Semua Pelaku Bisnis. Dalam hal ini tentu faktor
keamanan dan keadilan menjadi hal yang krusial dalam bisnis. Sebaba dalam
bisnis semua pengusaha, pelaku usha dan pelaku ekonomi memiliki keduauakan
yang sama. Dengan adanya upaya mewujudkan kemanana dan keadilan maka
tidak ada pelaku ushaa yang merasa dikucilkan. Sehingga tentunya hal ini akan
berdampak positif bagi perkembangan dunia bisnis yang ada di indonesia.
Seluruh pelaku usaha dapat bersaing dengan sehat dalam mengembangkan
usaha dan bisnisnya sebagaimana juga kelebihan demokrasi pancasila.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hukum bisnis yaitu suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tentang tata cara
pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industry atau keuangan yang dihubungkan
dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para
entrepreneur dalam resiko tertentu dengan usaha tertentu untuk mendapatkan keuntungan
tertentu

Dalam kegiatan-kegiatan bisnis, hukum jelas diperlukan demi kepentingan Para pihak
Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang berkeadilan, wajar, sehat
dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian hukum). Dan hukum bisnis tersebut harus
diketahui/dipelajari oleh pelaku bisnis sehingga bisnisnya berjalan sesuai dengan koridor
hukum dan tidak mempraktikkan bisnis yang bisa merugikan masyarakat luas (monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat).

B. SARAN

Dalam semua kegiatan bisnis, semestinya semua pelaku-pelaku bisnis telah menguasai
aturan-aturan yang mengatur tentang kegiatan bisnis tersebut atau yang dinamakan
dengan hukum bisnis dan juga harus memahami manfaat dan tujuan dari hukum bisnis itu
sendiri demi terwujudnya hak dan kewajiban para pihak secara hukum ataupun dalam
koridor hukum yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA

 %28PDF%29” , diakses tanggal 14 Desember 2012,Definisi hukum bisnis,


“shandyhumam.blogspot.com/2012/05/definisi-hukum-bisnis.html”, diakses
tangga 15 Desember 2012
 Penegertian hukum bisni, : “http://id.shvoong.com/law-and-politics/commercial-
law/2289048-pengertian-hukum-bisnis-hukum-dagang/#ixzz2F8XSU6Qv”,
diakses tanggal 15 Desember 2012
 Tiar Ramon, SH. MH, Hukum Bisnis
“http://tiarramon.wordpress.com/2009/05/26/hukum-bisnis/#comments”, diakses
tanggal 15 Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai