HUKUM BISNIS
Di Susun Oleh:
NAMA:
FIFI ARISTA(1801035185)
NOVELINKA.A.L(1801025165)
NANDITA SEPTIANTI(1801035167)
KALIMANTAN TIMUR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara harfiah kata bisnis berasal dari istilah Inggris “business” yang berarti kegiatan
usaha. Menurut Richard Burton Simatupang kata bisnis sering diartikan sebagai
keseluruhan kegiatan usaha uang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur dan
terus menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang atas jasa-jasa maupun
fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan atau disewagunakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan.
Adapun kegiatan bisnis secara umum dapat dibedakan 3 bidang usaha yaitu :
1. Bisnis dalam arti kegiatan perdangan (commerce), yaitu keseluruhan kegiatan jual
beli yang dilakukan oleh orang-orang dan badan-badan, baik di dalam negeri maupun
diluar negeri ataupun antara Negara tujuan memperoleh keuntungan.
2. Bisnis dalam arti kegiatan industry (Industry) yaitu kegiatan memproduksi atau
menghasilkan barang-barang yang nilainya lebih berguna dari asalnya.
3. Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa (service), yaitu kegiatan yang menyediakan
jasa-jasa yang dilakukan baik oleh orang maupun badan.
Semua kegiatan-kegiatan dalam bisnis tentu memerlukan aturan dan peraturan yang
mengatur tata cara melakukan kegiatan dalam bisnis demi kepentingan para pihak dalam
berbisnis. Dari penjelasan diatas, muncul suatu pertanyaan, kenapa hukum itu diperlukan
dalam bisnis. Sehingga untuk mengatur segala kegiatan-kegiatan dalam bisnis maka
diciptakan suatu hukum yang mengaturnya yaitu hukum bisnis.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari sekian banyak macam dan jenis bisnis, semua jenis kegiatan-kegiatan tersebut
tentunya mempunyai aturan-aturan untuk mengatur segala kegiatan dalam bisnis itu, demi
kepentingan para pihak.
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Sistem perekonomian dan kegiatan bisnis yang sehat seringkali bergantung pada sistem
perdagangan/bisnis/usaha yang sehat sehingga masyarakat membutuhkan seperangkat
aturan yang dengan pasti dapat diberlakukan untuk menjamin terjadinya sistem
perdagangan/bisnis tersebut.
a. Para pihak terlibat dalam persetujuan bisnis itu membutuhkan sesuatu yang lebih
daripada sekedar janji serta iktikad baik saja.
Disini lah peran hukum bisnis tersebut. Istilah hukum bisnis sebagai terjemahan dari
“business law”. Hukum binis yaitu hukum yang berkenaan dengan suatu bisnis. Dengan
kata lain hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tentang tata
cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industry atau keuangan yang dihubungkan
dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para
entrepreneur dalam risiko tertentu dangan usaha tertentu dengan motif adalah untuk
mendapatkan keuntungan.
Berdasarkan hal diatas sangatlah terlihat bahwa hukum sangat penting dalam dunia
ekonomi/bisnis sebagai alat pengatur bisnis tersebut. Kemajuan suatu ekonomi/bisnis
tidak akan berarti kalau kemajuan tidak berdampak pada kesejahteraan dan keadilan yang
dinikmati secara merata oleh rakyat. Negara harus menjamin semua itu. Agar tidak ada
terjadi pengusaha kuat menindas pengusaha lemah, yang kaya semakin kaya yang miskin
semakin miskin, sehingga tidak ada keseimbangan dalam tatanan kehidupan masyarakat.
Disinilah peran hukum membatasi hal tersebut. Maka dibuat perangkat hukum yang
mengatur dibidang bisnis tersebut (hukum bisnis).
Adapun fungsi dari hukum bisnis itu antara lain sebagai berikut :
3. Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang berkeadilan, wajar,
sehat dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian hukum).
Secara garis besar yang merupakan ruang lingkup dari hukum bisnis, antara lain sebagai
berikut:
1. Kontrak bisnis
11. Ketenagakerjaan/perburuhan
12. Hak Kekayaan Intelektual, yaitu Hak Paten (UU No. 14 tahun 2001, Hak Merek UU
No. 15 tahun 2001, Hak Cipta (UU No. 1 19 tahun 2002), Perlindungan Varietas
Tanaman (UU No. 29 tahun 2000), Rahasia Dagang (UU No. 30 tahun 2000 ), Desain
Industri, (UU No. 31 tahun 2000), dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (UU No. 32
tahun 2000).
17. Perpajakan
21. Alih Teknologi – perlu perlindungan dan jaminan kepastian hukum bagi pemilik
teknologi maupun pengguna teknologi seperti mengenai bentuk dan cara pengalihan
teknologi asing ke dalam negeri.
28. Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang (UU No. 15 tahun 2002)
Yang dimaksud dengan sumber hukum bisnis Business Law disini adalah dimana kita
bisa menemukan sumber hukum bisnis itu. Yang mana nantinya sumber hukum tersebut
dijadikan sebagai dasar hukum berlakunya hukum yang dipakai dalam menjalankan
bisnis tersebut. Sumber hukum bisnis yang utama/pokok (1338 ayat 1 KUHPerdata)
adalah :
Ø Asas kontrak (perjanjian) itu sendiri yang menjadi sumber hukum utama, dimana
masing-masing pihak terikat untuk tunduk kepada kontrak yang telah disepakati. (kontrak
yg dibuat diberlakukan sama dgn UU),
Ø Asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak bebas untuk membuat dan menentukan
isi dari kontrak yang mereka sepakati.
Secara umum sumber hukum bisnis (sumber hukum perundangan) tersebut adalah :
1. Perundang-undangan
2. Perjanjian
3. Traktat
4. Jurisprudensi
5. Kebiasaan
Dewasa ini aktivitas bisnis berkembang begitu pesatnya dan terus merambah ke berbagai
bidang, baik menyangkut barang maupun jasa. Bisnis merupakan salah satu pilar
penopang dalam upaya mendukung perkembangan ekonomi dan pembangunan.
Dalam melakukan bisnis tidak mungkin pelaku bisnis terlepas dari hukum karena hukum
sangat berperan mengatur bisnis agar bisnis bisa berjalan dengan lancar, tertib, aman
sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan akibat adanya kegiatan bisnis tersebut,
contoh hukum bisnis adalah undang-undang perlindungan konsumen (UU No. 8 tahun
1999).
Dengan demikian jelas aturan-aturan hukum tesebut diatas sangat dibutuhkan dalam
dunia bisnis. Aturan-aturan hukum itu dibutuhkan karena :
Untuk itu pemahaman hukum bisnis dewasa ini dirasakan semakin penting, baik oleh
pelaku bisnis dan kalangan pembelajar hukum, praktisi hukum maupun pemerintah
sebagai pembuat regulasi kebijakan yang berkaitan dengan dunia usaha. Hal ini tidak
terlepas dari semakin intens dan dinamisnya aktifitas bisnis dalam berbagai sektor serta
mengglobalnya sistem perekonomian.
Perkembangan Sumber Hukum Bisnis di Indonesia
b. Kebiasaan
Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan tidak terputus dan sudah
diterima oleh masyarakat pada umumnya serta pedagang pada khususnya, dapat
dipakai juga sebagai sumber hukum pada Hukum Dagang. Hal ini sesuai dengan
pasal 1339 KUH Perdata bahwa perjanjian tidak saja mengikat yang secara tegas
diperjanjikan, tetapi juga terikat pada kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan
perjanjian tersebut. Contohnya tentang pemberian komisi, jual beli dengan
angsuran, dan sebagainya.
c. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah putusan-putusan Hakim atau Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai
Pengadilan kasasi, atau putusan Mahkamah Agung sendiri yang sudah
berkekuatan hukum tetap.
d. Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional diadakan dengan tujuan agar pengaturan tentang
persoalan Hukum Dagang dapat diatur secara seragam oleh masing-masing
hukum nasional dari negara-negara peserta yang terikat dalam perjanjian
internasional tersebut. Untuk dapat diterima dan mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat maka perjanjian internasional tersebut harus diratifikasi oleh
masing-masing negara yang terikat dalam perjanjian internasional tersebut.
Macam perjanjian internasional :
a) Traktat yaitu perjanjian bilateral yang dilakukan oleh dua negara saja.
Contohnya: traktat yang dibuat oleh Indonesia dengan Amerika yang mengatur
tentang pemberian perlindungan hak cipta yang kemudian disahkan melalui
Keppres No.25 Tahun 1989
b) Konvensi yaitu perjanjian yang dilakukan oleh beberapa negara. Contohnya
Konvensi Paris yang mengatur tentang merek.
e. Perjanjian yang dibuat para pihak
Berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata disebutkan perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dalam hal
ini, persetujuan, perjanjian ataupun kesepakatan memegang peranan bagi para
pihak. Contohnya dalam pasal 1477 KUH Perdata yang menentukan bahwa
selama tidak diperjanjikan lain, maka penyerahan terjadi di tempat dimana barang
berada pada saat terjadi kata sepakat. Misalkan penyerahan barang diperjanjikan
dengan klausula FOB (Free On Board) maka penyerahan barang dilaksanakan
ketika barang sudah berada di atas kapal.
f. Dokrtin
Pendapat sarjana hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang
sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat
menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.
Dengan demikian dalam perkembangannya sumber-sumber hukum bisnis di
Indonesia sangat beragam dimana terdapat sumber hukum yang berasal dari
peninggalan belanda yang sudah dikodifikasikan setelah kemerdekaan, kemudian
sampai kepada pembuatan perundang-undangan yang baru berkenaan dengan
kegiatan bisnis dan tidak termasuk kedalam KUH Dagang dan KUH Perdata. Dari
sana dapat kita lihat bahwa memang sesuai dengan kajian Hukum Bisnis yang
berbeda dengan Kajian Hukum Dagang dan Hukum Perniagaan, dimana hukum
bisnis memiliki kajian yang beragam pula sesuai dengan sumber hukumnya.
2. Pengertian Kejahatan Bisnis
kejahatan Bisnis yang pada umumnya terdiri dari dua kata yakni Kejahatan dan
Bisnis. Maka dari itu, untuk mengetahui pengertian mengenai keduanya terlebih
dahulu mari kita pisahkan keduanya terlebih dahulu. Dengan pengertian sebagai
berikut :
a. Pengertian Kejahatan
1) Mr.W.A.BONGER : Kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang
memperoleh tantangan secara sadar dari Negara berua pemberian penderitaan
(hukuman).
2) VAN BEMMELLEN : Kejahatan adalah tindakan anti sosial yang menimbulkan
kerugian, ketidak patutan dalam masyarakat sehingga dalam masyarakat terdapat
kegelisahan, dan untuk mententramkan masyarakat, Negara harus menjatuhkan
pidana kepada penjahat.
3) NOACH : Kejahatan adalah setiap pelanggaran norma yang oleh undang-undang
dinyatakan dapat dipidana.
Dari ketiga pengertian kejahatan yang diambil dari para ahli kriminologi
diatas dapat sedikit kita simpulkan bahwa perbuatan jahat memiliki kriteria
merugikan, menjengkelkan, tidak boleh dibiarkan.
b. Pengertian Bisnis
Secara harfiah kata bisnis berasal dari istilah Inggris “Business” yang berarti
kegiatan usaha. Menurut Richard Burton Simatupang kata bisnis sering diartikan
sebagai “keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan
secara teratur dan terus-menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-
barang atas jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan,
dipertukarkan atau disewagunakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan”.
Kamus besar Indonesia, menyebutkan “Bisnis adalah usaha dagang, usaha
komersial dalam dunia perdagangan”. dan Bisnis juga memiliki pengertian “suatu
urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan
produksi atau pertukaran barang atau jasa” (Abdurrachman dalam Munir Fuady,
2012 : 2).
Jadi dari kata bisnis tersebut kita mendapatkan beberapa pengertian yang pada
umumnya berupa segala kegiatan usaha yang tujuannya mendapat keuntungan.
c. Pengertian Kejahatan Bisnis
Setelah kita mengetahui mengenai pengertian kedua kata yang mendasari
istilah ini, maka selanjutnya mari kita kaji pengertian istilah kejahatan bisnis.
Kejahatan bisnis sendiri memiliki tiga makna yang harus kita cermati, dan ketiga
makna dari kejahatan bisnis sendiri menurut Prof. Dr. Romli
Atmasasmita,SH.,LL.M. mencakup makna filosofis, yuridis dan sosiologis,
berikut adalah makna dari kejahatan bisnis menurut Prof Dr. Romli
Atmasasmita,SH.,LL.M (Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis L33-37):
1) Secara Filosofis, pengertian istilah tersebut mengandung makna bahwa telah
terjadi perubahan nilai- nilai (Values) dalam masyarakat ketika suatu aktivitas
bisnis dioperasikan sedemikian rupa sehingga sangat merugikan kepentingan
masyarakat yang luas, seperti kegiatan penanaman modal dalam sektor-sektor
swasta yang padat karya atau kegiatan pasar modal yang pemegang sahamnya
masyarakat luas termasuk golongan menengah ke bawah. Perubahan nilai tersebut
ialah bahwa, kalangan pebisnis sudah kurang atau tidak menghargai lagi kejujuran
(honesty) dalam kegiatan bisnis nasional dan internasional demi untuk mencapai
tujuan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Bahkan sering etika pebisnis
yang sehat dikesampingkan dan tindakan merugikan sesama rekan pelaku bisnis
merupakan hal yang biasa sebagai alat untuk mencapai tujuan (unusual business
practies).
2) Secara yuridis, pengertian istilah “kejahatan bisnis” menunnjukkan bahwa
terdaoat dua sisi dari satu mata uang yaitu dari satu sisi terdapat aspek hukum
perdata, dari sisi lain terdapat aspek hukum pidana. Kedua aspek hukum tersebut
memiliki dua tujuan yang berbeda secara diametaral dan memiliki sifat atau
karakteristik yang juga bertentangan satu sama lain. Aspek hukum perdata lebih
mementingkan perdamaian di antara para pihak sehingga sifat regulasi lebih
mengemuka, sedangkan aspek hukum pidana lebih mementingkan melindungi
kepentingan umum atau masyarakat luas atau negara, sehingga sifat memaksa
lebih mengemuka dibandingkan sifat regulasi.
3) Secara sosiologis, pengertian istilah “Kejahatan Bisnis” telah menunjukkan
keadaan nyata yang telah terjadi dalam aktivitas atau dunia bisnis akan tetapi di
sisi lain, menunjukkan pula bahwa kegiatan bisnis sudah tidak ada lagi
“keramahan” (unfriendly business atmosphere) atau seakan-akan sudah tidak ada
lagi yang dapat dipercaya di antara para pelaku bisnis.
Dari ketiga pengertian mengenai makna dari istilah kejahatan bisnis diatas,
dapat saya simpulkan bahwa dengan perkataan lain kejahatan bisnis memiliki
maksud suatu keadaan dimana terdapat suatu perubahan nilai-nilai dalam
berbisnis yang menyebabkan keresahan para pelaku bisnis beritikad baik dengan
tujuan menghindarkan kerugian karenanya dan dapat di selesaikan dengan
penerapan sanksi perdata ataupun pidana
beberapa dampak seperti banyaknya pertukaran mata uang, barang, jasa, dan lain-
lain. Hal- hal yang disebutkan diatas atau globalisasi ekonomi tersebut, tidak berbeda
dengan keadaan ekonomi di Indonesia bahkan Asean saat ini yang menghadapi MEA
(Masyarakat Ekonomi Asean). Dalam menghadapi MEA atau salah satu dampak dari
globalisasi ekonomi, Indonesia tentunya harus memiliki kecakapan dalam
menghadapinya. Kecakapan yang dimaksud disini ialah kesiapan Hukum Bisnis yang
berkenaan dengan Kejahatan Bisnis. Karena dengan adanya kesiapan Hukum Bisnis di
Indonesia sendiri, itu akan menimbulkan keuntugan sendiri dimana pada pencapaian
tujuan (keuntungan) berbisnis, para pelaku bisnis yang beritikad baik akan merasa
terlindungi dan mendapatkan hak-haknya.
Dengan perkataan lain dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean yang
kemungkinan akan terjadinya kegiatan bisnis dalam skala atau cakupan yang luas antar
negara Asia Tenggara. Maka, perlu kiranya adanya Hukum Bisnis yang dapat melindungi
hak-hak dan kewajiban para pelaku bisnis yang mempunyai itikad baik, terutama
masyarakat Indonesia sendiri.
Tentunya hal ini dapat dicapai jika semua elemen yang terkait dalam bisnis dapat
bekerja sama dengan baik. Sehingga terbentuk organisasi bisnis yang sehat dan
kondusif. Tidak ada adu kepentingan yang dilakukan dengan menghalakan
segala cara untuk dapat memajukan bisnis masing masing. Namiun lebih kepada
semua pihak dapat bersinergi, nberkoordinasi dan bekerja sama dengan baik
dalam upaya mewujudkan kepentingan bisnis untuk kepentingan bersama.Tentu
saja jika hal inin terwujud maka sudah pasti kondisis pasara akan sangan
produktif dan baik. Sehingga kita tidak perlu bersusah payah untuk menarik
perhatian para investor, mereka akan dengan sukarela datang dan menanamkan
dananya.
Seperti yang kita tahu bahwa UKM merupakan usaha yang mampu menyokong
perekonomian masyarakat kecil dan menengah. Dengan modal yang kecil
mereka mengembangkan usahanya namun tentunya jika banyak UKM yang
dapat bertahan ditemgah maraknya industri besar maka tentu akan semakin
menggenjot perekonomian dalam negeri sebagaimana dalam macam macam
hukum publik . Apalagi mayorita masyarakat Indonesis didominasi oleh
masyarakat kelas menengah ke bawah yang pasti sangan bergantung pada
industri UKM. Oleh sebab itu, pemerintah memberikan dukungan kepada UKM
untuk mampu mempertahankan diri dengan memberikan kemudahan dalam
mendapatkan berbagai bantuan sebagai salah satu sistem hukum yang berlaku
di indonesia saat ini .
Namun kita tidak dapat memungkiri bahwa praktik yang demikian merupakan hal
yang sudah umum dan lumrah untuk dijalankan. Sehingga tentunya menjadi
praktik yang terus berkembang bahkan ditengah msyarakat moderen. Dalam hal
ini, mengapa hukum bisnis dibuat adalah untuk memangkas praktik praktik hal
yang demikian sehingga dikemudian hari sistem keuangan dan sistem perbankan
dapat memberikan dukungan kepada semua lapisan masyarakat yang
membutuhkan sebagimana juga prinsip demokrasi yang ada di indonesia .
5. Mewujudkan Sebuah Bisnis yang Aman dan Adil Untuk Semua Pelaku
Bisnis
Tujuan hukum bisnis hukum yang terakhir adalah Mewujudkan Sebuah Bisnis
yang Aman dan Adil Untuk Semua Pelaku Bisnis. Dalam hal ini tentu faktor
keamanan dan keadilan menjadi hal yang krusial dalam bisnis. Sebaba dalam
bisnis semua pengusaha, pelaku usha dan pelaku ekonomi memiliki keduauakan
yang sama. Dengan adanya upaya mewujudkan kemanana dan keadilan maka
tidak ada pelaku ushaa yang merasa dikucilkan. Sehingga tentunya hal ini akan
berdampak positif bagi perkembangan dunia bisnis yang ada di indonesia.
Seluruh pelaku usaha dapat bersaing dengan sehat dalam mengembangkan
usaha dan bisnisnya sebagaimana juga kelebihan demokrasi pancasila.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum bisnis yaitu suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tentang tata cara
pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industry atau keuangan yang dihubungkan
dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para
entrepreneur dalam resiko tertentu dengan usaha tertentu untuk mendapatkan keuntungan
tertentu
Dalam kegiatan-kegiatan bisnis, hukum jelas diperlukan demi kepentingan Para pihak
Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang berkeadilan, wajar, sehat
dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian hukum). Dan hukum bisnis tersebut harus
diketahui/dipelajari oleh pelaku bisnis sehingga bisnisnya berjalan sesuai dengan koridor
hukum dan tidak mempraktikkan bisnis yang bisa merugikan masyarakat luas (monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat).
B. SARAN
Dalam semua kegiatan bisnis, semestinya semua pelaku-pelaku bisnis telah menguasai
aturan-aturan yang mengatur tentang kegiatan bisnis tersebut atau yang dinamakan
dengan hukum bisnis dan juga harus memahami manfaat dan tujuan dari hukum bisnis itu
sendiri demi terwujudnya hak dan kewajiban para pihak secara hukum ataupun dalam
koridor hukum yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA