PELAKU USAHA
Dosen Pengampu :
OLEH :
PRETTY ZHINTA. A
(226601431)
KENDARI
2023
DAFTAR ISI
2.1. Persaingan Usaha Yang Sehat & Tidak Monopolistik Dalam Pembangunan Ekonomi
Nasional ........................................................................................................................3
2.3. Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat .................................................5
3.1. Pengaruh atau hubungan Globalisasi Ekonomi terhadap anti monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.........................................................................................................6
3.2. Pengaruh atau hubungan Persaingan Usaha terhadap anti monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.........................................................................................................7
3.3. Pengaruh atau hubungan Pelaku Usaha terhadap anti monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat ...................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Globalisasi ekonomi sebagai suatu fenomena pada dekade terakhir ini tidak
bisa dihindari. Kehadiran Indonesia dalam peta ekonomi, menuntut kemampuan
untuk berkembang sebagai suatu kekuatan ekonomibaru. Perkembangan ekonomi
yang begitu cepat menuntut kesiapan dan kemampuan pelaku usaha dalam
mengikuti perkembangan ekonomi sebagai akibat dari globalisasi ekonomi dunia
tersebut.
Banyak faktor yang terlibat dari berbagai macam dunia lainnya baik yang
terkait langsung maupun tidak langsung dalam perkembangan dunia
usaha.Keterkaitan tersebut kadang kala tidak memberikan prioritas atas dunia usaha
yang pada akhirnya membuat dunia usaha harus tunduk dan mengikuti rambu–
rambu yang ada dan seringali mengutamakan dunia usaha sehingga pada akhirnya
mengabaikan aturan–aturan yang ada.
1
hal ini sebagai peristiwa yang harus dilakukan penelitian untuk mendapatkan
jawaban yang terhadap permasalahan persaingan usaha, sehingga pada akhirnya
diharapkan tidak terjadi lagi praktek persaingan usaha tidak sehat khususnya di
Indonesia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persaingan Usaha Yang Sehat & Tidak Monopolistik Dalam Pembangunan
Ekonomi Nasional
3
2.2. Hukum Persaingan Usaha
Perjanjian Yang Dilarang melihat dari unsure katanya, yaitu perjanjian, hal
ini sudah dapat dipastikan harus ada minimal dua pihak, sementara dalam Kegiatan
Yang Dilarang, dalam melakukan kegiatan tesebut dapat dilakukan oleh hanya satu
pihak/pelaku usaha saja.
4
2.3. Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Awal lahirnya UU No. 5 Tahun 1999 sebenarnya tidak lepas dari krisis
moneter yang kemudian berlanjut kepada krisis ekonomi yang melanda Indonesia
di pertengahan tahun 1997, dimana pemerintah disadarkan bahwa sebenarnya
fundamental ekonomi Indonesia pada waktu itu ternyata begitu lemah.
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengaruh atau hubungan Globalisasi Ekonomi terhadap anti monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
Globalisasi ekonomi sebagai suatu fenomena pada dekade terakhir ini tidak
bisa dihindari. Kehadiran Indonesia dalam peta ekonomi, menuntut kemampuan
untuk berkembang sebagai suatu kekuatan ekonomi baru. Perkembangan ekonomi
yang begitu cepat menuntut kesiapan dan kemampuan pelaku usaha dalam
mengikuti perkembangan ekonomi sebagai akibat dari globalisasi ekonomidunia
tersebut1. Perkembangan globalisasi ekonomi tersebut pun membuat dunia usaha
yang merupakan suatu dunia yang dapat dikatakan sebagai dunia yang tidak dapat
berdiri sendiri untuk berkembang lebih pesat lagi. Perkembangan dunia usaha tidak
dapat dipungkiri sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu faktor internal
maupun eksternal.
Banyak faktor yang terlibat dari berbagai macam dunia lainnya baik yang
terkait langsung maupun tidak langsung dalam perkembangan dunia usaha.
Keterkaitan tersebut kadang kala tidak memberikan prioritas atas dunia usaha yang
pada akhirnya membuat dunia usaha harus tunduk dan mengikuti rambu – rambu
yang ada dan seringali mengutamakan dunia usaha sehingga pada akhirnya
mengabaikan aturan – aturan yang ada. Perkembangan dunia usaha baik dahulu,
sekarang bahkan sampai kepada masa yang akan datang tidak terlepas dari peran
para pebisnis atau pelaku usaha dalam menjalan usaha atau bisnisnya. Cepatnya
perkembangan dunia usaha dan disertai tingginya permintaan (demand) pasar atau
suatu barang kebutuhan (komoditi) membuat serta mendorong para pelaku usaha
untuk mengadakan inovasi secara terus – menerus yang disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen, sehingga konsumen tidak lari dan dapat membuat pasar
menjadi lesu.Banyak peristiwa persaingan usaha tidak sehat yang terjadi, sehingga
melatar belakangi diangkatnya hal ini sebagai peristiwa yang harus dilakukan
6
penelitian untuk mendapatkan jawaban yang terhadap permasalahan persaingan
usaha, sehingga pada akhirnya diharapkan tidak terjadi lagi praktek persaingan
usaha tidak sehat khususnya di Indonesia. Indonesia menganut sistem ekonomi
terbuka, yang mengakibatkan lebih mudah dipengaruhi oleh prinsip ekonomi global
dan liberalisasi perdagangan, Dalam hal ini, perekonomian Indonesia berhadapan
langsung dan terbuka lebar dengan perekonomian negara lain terutama melalui
kerja sama ekonomi dengan mitra dagang Indonesia di luar negeri seperti hubungan
perdagangan di bidang ekspor-impor, investasi baik yang bersifat langsung maupun
tidak langsung, pinjam meminjam, dan bentuk-bentuk kerja sama lainnya.(
winrekso P. , 2017 ), ( Rahardjo M, D. , 2003 ).
3.2. Pengaruh atau hubungan Persaingan Usaha terhadap anti monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
Persaingan usaha tidak sehat pertama yakni kartel atau hambatan horizontal
adalah suatu perjanjian tertulis ataupun tidak tertulis antara beberapa pelaku usaha
untuk mengendalikan produksi, atau pemasaran barang atau jasa sehingga diperoleh
harga tinggi. Kartel pada gilirannya berupaya untuk memaksimalkan keuntungan
pelaku usaha yang mana kartel merupakan suatu hambatan persaingan yang paling
banyak merugikan masyarakat, sehingga di antara Undang-Undang Monopoli di
banyak negara kartel dilarang sama sekali. Hal ini karena kartel dapat merubah
struktur pasar menjadi monopolistik. Kartel juga dapat berupa pembagian wilayah
pemasaran maupun pembatasan (quota) barang atau jasa. Dalam keadaan
perekonomian yang sedang baik kartel dengan mudah terbentuk, sedangkan kartel
akan terpecah kalau keadaan ekonomi sedang mengalami resesi. Selain kartel juga
akan mudah terbentuk apabila barang yang diperdagangkan adalah barang massal
yang sifatnya homogen sehingga dengan mudah dapat disubstitusikan dengan
barang sejenis dengan struktur pasar tetap dipertahankan. Persaingan usaha tidak
sehat yang kedua adalah perjanjian tertutup (exclusive dealing) adalah suatu
hambatan vertikal berupa suatu perjanjian antara produsen atau importir dengan
pedagang pengecer yang menyatakan bahwa pedagang pengecer hanya
7
diperkenankan untuk menjual merek barang tertentu sebagai contoh sering kita
temui bahwa khusus untuk merek minyak wangi tertentu hanya boleh dijual di
tempat yang eksklusif. Dalam kasus ini pedagang pengecer dilarang menjual merek
barang lain kecuali yang terlah ditetapkan oleh produsen atau importir tertentu
dalam pasar yang bersangkutan (relevant market). Suatu perjanjian tertutup dapat
merugikan masyarakat dan akan mengarah ke struktur pasar monopoli.
Persaingan usaha yang tidak sehat akan melahirkan monopoli. Bagi para
ekonom defenisi monopoli adalah suatu struktur pasar dimana hanya terdapat satu
produsen atau penjual. Sedangkan pengertian monopoli bagi masyarakat adalah
adanya satu produsen atau penjual yang mempunyai kekuatan monopoli apabila
produsen atau penjual tersebut mempunyai kemampuan untuk menguasai pasar
bagi barang atau jasa yang diperdagangkannya, jadi pada dasarnya yang dimaksud
dengan monopoli adalah suatu keadaan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)
hanya ada satu produsen atau penjual, (2) tidak ada produsen lain menghasilkan
produk yang dapat mengganti secara baik produk yang dihasilkan pelaku usaha
monopoli, (3) adanya suatu hambatan baik secara alamiah, teknis atau hukum.
Kalau kita melihat hal tersebut di atas maka ada beberapa faktor yang dapat
mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat di antaranya adalah (1) kebijaksanaan
perdagangan, (2) pemberian hak monopoli oleh pemerintah, (3) kebijaksanaan
investasi, (4) kebijaksanaan pajak, (5) dan pengaturan harga oleh pemerintah.
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pengaturan monopoli
terdapat 2 (dua) kelompok karakteristik yaitu:
8
dapat dengan mudah dilihat dari teks pasalnya yang dalam kalimatnya selalu
dikatakan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat. Sedangkan yang dimaksud dengan perse illegal (atau
violation atau offense) adalah suatu praktik bisnis pelaku usaha yang secara tegas
dan mutlak dilarang, sehingga tidak tersedia ruang untuk melakukan pembenaran
atas praktik bisnis tersebut. Demikian tulisan singkat ini yang sedikit membahas
mengenai persaingan usaha tidak sehat dan praktek monopoli yang terdapat dalam
UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat, semoga menjadi pencerahan bagi kita dalam menjalankan usaha
dan dalam rangka menyambut dan menghadapi era pasar bebas kawasan Asia yang
tinggal menghitung hari. Persaingan Usaha sudah banyak di teliti oleh peneliti
sebelumnya diantaranya adalah: (Effendi B., 2020 ), ( Darmaryanti H., Utomo S.,
Annurdi A., 2020 )
3.3. Pengaruh atau hubungan Pelaku Usaha terhadap anti monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
9
usaha tidak sehat merupakan suatu kebutuhan dan menduduki posisi kunci dalam
ekonomi pasar secara marketing. UU ini akan memberikan aturan main yang jelas
dan tegas kepada para pelaku usaha dan ekonomi dalam melaksanakan aktivitas
usaha, ekonomi dan bisnis mereka.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Bersdasarkan Kesimpulan di atas, maka saran pada artikel ini adalah bahwa
masih banyak factor lain yang mempengaruhi Anti Monopoli dan persaingan bisnis
tidak sehat pada semua tipe dan level organisasi, oleh karena itu masih di perlukan
kajian yang lebih lanjut untuk melengkapi factor-faktor lain apa sajakah yang dapat
memepengaruhi Kinerja. Faktor lain tersebut seperti Pembangunan (x4), Hukum
Praktik (x5) dan Perkembangan Ekonomi (x6)
11
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. IX No. 1, Juni 2017, strategi pemasaran dalam
persaingan dunia usaha, Suhandi, Ilmu Administrasi Niaga Sekolah Tinggi
Ilmu Administrasi Banten.
Among Makarti, Vol.4 No.7, Juli 2011, Analisis Faktor Untuk Mengetahui
Efektivitas Strategi Me Too Sebagai Strategi Bersaing Perusahaan (studi
kasus pada produk sm VIT C 1000 PT. Sido Muncul) oleh Yanuar Surya
Putra
Pengikut, dan Perelung Pasar oleh Setia Budhi Wilardjo, VALUE ADDED,
Vol.3, No.1, September 2006 ± Pebruari 2007 http://jurnal.unimus.ac.id
Malaka, Mashur. "Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha." Jurnal Syariah dan
Ekonomi Islam STAIN Kendari Vol. 7 No. 2 (Juli 2014).
12