Dosen Pengampu:
WIRMAN,SE.MSI
Disusun Oleh:
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPEBANGSA KARAWANG
Jl. HS Ronggo Waluyo, Puseurjaya, Teluk Jambe Timur,
Kabupaten Karawang
2019
KATA PENGANTAR
Marilah kita panjatkan puji serta syukur Kehadirat Tuhan yang maha kuasa, yang telah
memberikan anugerah dan karunia-Nya kepada kita, sehingga masih diberikan Rezeki, kesehatan,
kekuatan, dan kemampuan untuk terus belajar dan berkarya, yang semoga dapat bermanfaat bagi
kemajuan bangsa. Makalah ‘AUDITING” ini kami harapkan dapat memberikan wawasan kepada
kita tentang penjelasan umum mengenai AUDITING sehingga dapat dimanfaatkan dan di
aplikasikan dalam kebutuhan kerja.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Tidak
lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
terselesaikanya makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
2
COVER…………………………………………………………………………….. ……... 1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………... 2
DAFTAR ISI……..………………………………………………………………………… 3
1.3 Tujuan………………………………………..……………………………........ 4
BAB 3 PEMBAHASAN……...……………………………………………………………7
BAB 4 PENUTUP……………………………………………………………………………. 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
dari latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB 2
4
LANDASAN TEORI
Menurut Antonic dan Hisrich (2003) “Intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi
di dalam organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan keinginan pasar”
sedangkan menurut Stoner (1995) Intrapreneurship merupakan kebiasaan mengembangkan bisnis
baru di dalam struktur organisasi yang ada.
1. Winardi (2008) “Intrapreneur adalah setiap orang di antara pemimpi yang melaksanakan.”
2. Princhott (1985)“intrapreneur adalah seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan
yang mentransformasi suatu mimpi atau gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang
dioperasikannya dalam lingkup lingkungan perusahaan”
3. Harris (2009) mendefinisikan intrapreneur adalah karyawan di perusahaan yang berani untuk
mengambil risiko
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa intrapreneur adalah orang yang menerima
tanggung jawab langsung guna menciptakan sesuatu inovasi di dalam sebuah organisasi.
5
Berdasarkan pendapat Antonic dan Hisrich (2003) mengemukakan intrapreneurship memiliki
karakteristik sebagai berikut :
BAB 3
6
PEMBAHASAAN
Intrapreneurship Enterpreneurship
Dalam membuat keputusan seorang Intrapreneur Dalam membuat keputusan seorang
membuat keputusan berisiko menggunakan entrepeneurship menggunakan sumber daya
sumber daya perusahaan mereka sendiri.
7
Menurut Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan faktor
intrapreneurship dibagi menjadi dua yaitu lingkungan (environment) dan organisasi
(organization).
1. Lingkungan
Faktor lingkungan yang positif meliputi dinamisme peluang teknologi,
pertumbuhan industry, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan antesenden
untuk lingkungan yang tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak
dikehendaki dan persaingan yang tinggi.
2. Organisasi
Dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong
intrapreneurship adalah system terbuka, kendali formal pada aktivitas
intrapreneurship, pemindahan intensif pada lingkungan, dukungan organisasional,
dan nilai-nilai perusahaan.
Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjadi seorang intrapreneur:
1. Percaya Diri
Percaya diri adalah ciri khas seorang intrapreneur. Percaya diri adalah modal
pertama yang harus di miliki. Setiap manusia memang tidak dilahirkan dengan
tingkat percaya diri yang sama, namun bukan berarti tidak mampu untuk memiliki
kepercayaan diri. Percaya diri muncul karena tindakan dan pengambilan keputusan
yang berani saat dalam keraguan.
3. Mampu berkomunikasi
Intrapreneur menyadari bahwa faktor manusia sangat penting bagi kesuksesan
kerja. Bukan hanya karyawan tapi termasuk juga customer, business partner,
strategic alliances dan elemen manusia lainnyalah yang membuat pekerjaan sukses
atau hancur berkeping-keping. Maka komunikasi menjadi kunci kesuksesan dalam
menciptakan hubungan yang harmonis. Seorang intrapreneur mau berpikiran
terbuka untuk mempelajari cara berkomunikasi efektif, baik secara tulisan maupun
lisan
8
Intrapreneurs adalah pembelajar sejati. Mereka sangat terbuka dengan semua hal
yang berhubungan dengan ilmu baru. Banyak yang tidak memiliki pendidikan yang
signifikan, namun mereka penuh semangat mencari informasi, bertanya, riset dan
membaca buku. Tidak sedikit intrapreneur yang belajar dari kesalahan. Mereka
tidak memiliki arogansi, ego dan dibutakan dengan melakukan kesalahan yang
sama berulang-ulang. Mereka selalu menganjurkan teamnya untuk terus belajar.
5. Team Player
Intrapreneur adalah pemain team yang penuh komitmen. Mereka menyadari bahwa
sebatang lidi bisa dengan mudah di patahkan, namun sapu lidi sangat sulit untuk di
hancurkan. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Mereka juga menciptakan
leverage, daya ungkit dari teamwork untuk menyelesaikan persoalan bisnis yang
rumit dan berat.
6. System-Oriented
Seorang intrapreneur sangat mengandalkan system. Mereka sangat system oriented.
Mereka berupaya menyelesaikan masalah dengan system. Mereka percaya bahwa
pekerjaan yang sukses bukan karena mengandalkan manusianya tapi systemlah
yang bekerja. Manusia bisa sakit, cuti, resign, jika intrapreneur mengandalkan
manusia, maka system akan berhenti saat manusianya tidak di tempat. Untuk itu
intrapreneur membuat sebuah blueprint, peta dan kompas agar saat terjadi sesuatu
ada alat yang bisa memandu untuk mencapai hasil yang diinginkan secara
konsisten. Saat terjadi sebuah masalah, seorang intrapreneur akan menganalisa
sistem yang sudah ada, melakukan desain ulang, implementasi, dan
menyempurnakan system tersebut.
7. Dedikasi Tinggi
Seorang intrapreneur mendedikasikan dirinya untuk menyelesaikan rencana-
rencananya, visinya, dan mimpi-mimpinya yang merupakan tujuan hidupnya. Salah
satu alasan mengapa sebuah pekerjaan gagal adalah karena kehilangan fokus.
8. Grateful
Intrapreneur sejati adalah orang-orang yang penuh rasa syukur. Mereka menyadari
semakin bersyukur, semakin tangan terbuka, semakin terbuka pula pintu-pintu
berkat. Karena hanya orang yang menghargai pemberian akan lebih banyak diberi.
Mereka bukan hanya bersyukur menerima kebaikan, namun mereka juga bersyukur
karena mendapat pembelajaran dari kesalahan. Mereka tidak menganggap remeh
apapun, dan inilah yang memberikan mereka ketekunan, daya tahan serta
9
fleksibilitas untuk terus maju. Intrapreneur sejati menyadari bahwa ‘kaya’ tidak
semata-mata diukur oleh benda-benda dan kemewahan, ‘kekayaan’ diukur oleh
kepuasan hati, kenikmatan memberi, berkontribusi dan pencapaian prestasi.
9. Optimistic
Mereka sangat optimis. Mereka tidak menjadikan kegagalan masa lalu menjadi
hambatan untuk maju. Ambil hikmah dari kegagalan dan ciptakan momentum baru.
Saat musim kemarau mereka tetap menaruh harapan bahwa musim hujan akan tiba
dan saat makmur menghampiri, mereka menambah keyakinan, iman, dan
pengharapan bahwa dunia akan menjadi lebih baik.
10. Keseimbangan
intrapreneur sangat menghargai hubungan antar manusia. Mereka sangat mudah
didekati, suka bersosialisasi. Semangat mereka menular kepada team, pelanggan,
teman, suplier. Meskipun mereka adalah pekerja keras, mereka juga seimbang
dalam membagi kesenangan, bersama keluarga. Seorang intrapreneur yang
memiliki keseimbangan antara kerja keras dengan fun adalah orang yang lebih
berpotensi memiliki karir dan kesuksesan lebih tinggi lagi.
1. Kurangnya penghargaan.
2. Perusahaan tidak memberikan penghargaan yang layak atas hasil kerja
karyawannya, sehingga karyawan enggan untuk mengeluarkan ide-ide dan
berinisiatif.
3. Hukuman dari kegagalan
4. Adanya hukuman bagi karyawan yang mengajukan ide-ide dan dilaksanakan
secara kompeten namun gagal.
5. Cara berpikir yang kuno
6. Cara berpikir yang kuno sering berbenturan dengan nilai-nilai intrapreneurial yang
akan dibangun, sehingga menjadi penghalang dalam berinisiatif.
7. Tidak adanya dukungan dari manajemen puncak
8. Manajemen puncak tidak siap bawahannya mempunyai mental wirausaha
(mempunyai banyak ide dan inisiatif).
9. Kurangnya percobaan.
10. Intrapreneurship kurang mengadakan percobaan yang lebih mendalam mengenai
produk / jasa inovasi, sehingga hasil yang didapat pun tidak sesuai harapan.
11. Kurangnya pengetahuan tentang intrapreneurship
12. Karyawan kurang memiliki pengetahuan mengenai intrapreneurship sehingga ide-
ide inovatif tidak direalisasikan.
13. Perlawanan terhadap perubahan
14. Perusahaan dalam keadaan stabil, sehingga manajemen puncak enggan untuk
melakukan perubahan.
15. Kurangnya bakat intrapreneurial.
16. Perusahaan memiliki karyawan yang kurang memiliki bakat intrapreneurial
sehingga mereka bekerja berdasarkan deskripsi pekerjaan saja.
11
a. Keunggulan dari intrapreneurship adalah pada sumber daya untuk melaksanakan
pembangunan bisnis. Mereka dapat memakai sumber daya yang ada pada
perusahaan sekarang. Bahkan perusahaan core dapat memberi jaminan modal dan
memperbolehkan penggunaan nama perusahaan inti untuk branding. Manajemen
operasi pada perusahaan baru dan kebijakannya terkadang mirip dengan perusahaan
lama. Pada entrepreneur, manajemen biasanya lebih flexible.
BAB 4
12
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
13
Daftar Pustaka
Pinchot, G. 1984. Who is the Intrapreneur? In: Intrapreneuring: Why You Don't Have to
Leave the Corporation to Become an Entrepreneur. New York: Harper & Row.
Antoncic, B. and Hisrich, R.D. 2003. Clarifying the intrapreneurship concept, Journal of
Small Business and Enterprise Development.
http://en.wikipedia.org/wiki/Intrapreneurship
14