Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INTRAPRENEURSHIP

Disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah kewirausaan

Dosen Pengampu : Elmira Febri D, S.E, M.BA

Disusun oleh :

Kelompok 11

1. Intan Sri Asti 17630070


2. Reza joko Susanto 17630090
3. Astriana 17630075

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayahnya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penulis masih
berkesempatan untuk menyelesaikan makalah INTRAPRENEURSHIP untuk
memenuhi tugas mata kuliah manajemen keungan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan banyak
terimakasih kepada Ibuk Elmira Febri D S.E, M.BA selaku dosen mata kuliah
kewirausaan yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bukan saja kepada penulis, tetapi
juga bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 3
2.1 Pengertian Intrapreneurship ..................................................... 3
2.2 Terminologi kewirausahaan ..................................................... 4
2.3 Kebutuhan akan sifat kewirausaan dalam organisasi............... 4
2.4 Hambatan yang terjadi ............................................................. 5
2.5 elemen spesifik strategi intrapreneurship ................................. 16
2.6 penghapusan mitos tentang intrapreneurial...............................
BAB III PENUTUP .......................................................................... 18
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 18
3.2 Saran........................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG MASALAH


Kesempatan tercipta oleh perubahan lingkungan, dan salah satu ciri seorang
entrepreneur adalah kemampuannya yang lebih tajam dalam melihat perubahan-
perubahan, dan menemukan kesempatan-kesempatan yang tersimpan di balik
perubahan itu. Seorang manajer yang rendah tingkat intrapreneurship-nya
mengatakan seberapa banyak sumber daya yang dapat saya kelola, dan dari sumber
daya yang dipegang ini apa yang akan dapat dicapai ? Namun seorang manajer yang
tinggi tingkat intrapreneurship-nya akan mengatakan berdasarkan apa yang ingin
dicapai, baru mengatakan apa saja yang harus dimiliki untuk mencapainya. Terdapat
tiga pilar dalam intrepreneurship yaitu inovasi, pengambilan resiko yang terkalkulasi,
dan kreativitas. Inovasi adalah kemampuan untuk melihat segala sesuatu dengan cara
yang baru. Pengambilan resiko yang terkalkulasi merupakan kemampuan untuk
mengambil kesempatan yang sudah diperhitungkan dan menganggap kegagalan
sebagai suatu pengalaman belajar. Kreativitas merupakan kemampuan untuk
memperkirakan berbagai kemungkinan di masa depan dan secara proaktif
menciptakan apa yang diidamkan. Masalahnya adalah bagaimana memelihara
semangat entrepreneurship dalam organisasi yang membesar dan semakin mapan.
Organisasi yang besar dan stabil acapkali menimbulkan rasa percaya diri yang
berlebihan pada orang-orang yang terlibat di dalamnya sehingga mengurangi
sensitivitas terhadap kebutuhan pelangganya dan kurang responsif terhadap
dinamika persaingan. Padahal dalam situasi yang hypercompetitive, timbulnya
sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan dapat berakibat fatal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

 Pengertian intrapreneurship
 Keputusan sebagai pemecahan masalah
 terminologi kewirausahaan
 kebutuhan akan sifat kewirausaan dalam organisasi
 hambatan yang terjadi
 elemen spesifik strategi intrapreneurship
 penghapusan mitos tentang intrapreneurial
 analisis kasus kewirausahaan di tempat kerja

1.3 TUJUAN MASLAH

Agar pembaca dapat mengetahui tentang intrapreneurship,mulai dari


pengertiannya sama denganapa yang dimaksud dengan intrapreneurship merupakan
manajemen strategi dan entrepreneurship?.Makalah ini juga bertujuan untuk memberi
pengetahuan kepada pembaca tentang karakteristik dan keuntungan kerugian
intrapreneurship agar mereka mengetahui bagaimana dan dari mana mereka harus
memulainya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INTRAPRENEURSHIP
Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan
(enterprenership inside of the organization) atau dapat dikatakan bahwa
intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. Konsep
intrapreneurship pertama muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya
yang berjudul “Intracoporate Enterpreneurship : Programs in American Industry”, dan
kemudian dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam
disertasinya.
Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah seorang yang
memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi suatu mimpi
atau gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam
lingkup lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, agar sukses intrapreneurship harus
diimplementasikan dalam strategi perusahaan (Dalam Budiharjo, 2011:152).
Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada
kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001),
ada beberapa perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan. Pertama
semua, intrapreneur membuat keputusan berisiko menggunakan sumber daya
perusahaan. untuk melakukannya, pengusaha menggunakan sumber daya mereka
sendiri (Antoncic dan Hisrich, 2001; Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al, 2008).
Kedua, intrapreneurship terjadi di antara karyawan dari dalam organisasi mereka,
sedangkan kewirausahaan cenderung terutama secara eksternal terfokus (Amo dan
Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Luchsinger
dan Bagby, 1987).
Lebih lanjut Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa sepertiga dari semua,
pengusaha lebih memilih untuk mengembangkan pengetahuan tacit dalam organisasi
baru daripada menggunakan prosedur atau mekanisme dari perusahaan lain. Di sisi
lain, intrapreneur bekerja dalam organisasi yang sudah memiliki politik mereka sendiri,
bahasa, prosedur, dan birokrasi (Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis,
1999; Honig, 2001).
Meskipun kewirausahaan dan intrapreneurship memiliki perbedaan penting,
mereka juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship secara konsisten
diposisikan sebagai kewirausahaan dalam organisasi (Antoncic, 2001; Davis, 1999,
dalam Asef Karimi, dkk, 2011).
B. TERMINOLOGI KEWIRAUSAHAAN

Beberapa tahun belakangan ini topik intrapreneurship semakin popular. Dari sekian
banyak masih ada kekeliruan dalam memahami konsep yang mendasari
intrapreneurship tersebut. Kebanyakan definisi yang ada menyebutkan bahwa
intrapreneurship tidak lepas dari aktivitas-aktivitas entrepreneurial yang sesuai
dengan persetujuan organisasi dan komitmen sumber daya untuk tujuan inovatif.

Pada dasarnya pokok tujuan intrapreneurship adalah mengembangkan semangat


entrepreneurial dalam ikatan organisasi, sekaligus menciptakan iklim guna
tercapainya kesejahteraan.

Intrapreneur

Seorang entrepreneur di dalam sebuah organisasi yang telah ada. Biasanya dilakukan
karena organisasi tersebut telah tumbuh besar dan kurang fleksibel.

IntrapreneurshiP

Kebiasaan mengembangkan bisnis baru di dalam struktur organisasi yang ada


(Stoner, 1995)

Entrepreneur

Orang yang berusaha mendirikan usaha baru/organisasi baru

C. KEBUTUHAN AKAN SIFAT KEWIRAUSAAN DALAM ORGANISASI

Banyak perusahaan menyadari akan pentingnya sifat kewirausahaan dalam


organisasinya (Peter dan Waterman dalam bukunya A Passion of Excellence).

Kebutuhan akan kewirausahaan semakin meningkat dikarenakan munculnya


permasalahan seperti :

Semakin banyak pesaing yang mempunyai keunggulan

Ketidakpercayaan akan metode-metode tradisional dalam manajemen

Banyak SDM berpotensi hengkang dan lebih memilih menjadi wirausaha


D. FAKTOR PENGHAMBAT INTRAPRENEURSHIP

Eesley dan Longenecker (2006, dikutip oleh Budiharjo, 2011) mengemukakan 10


hambatan utama dalam intrepreneurship meliputi :

1. Menghukum kesalahan yang disebabkan oleh tindakan risk taking

2. Gagasan-gasasan tanpa tindak lanjut

3. Tidak ada dorongan intrapreneurship

4. Unhealthy politicking dalam organisasi

5. Komunikasi yang buruk antar karyawan dan juga pada pelanggan

6. Karyawan tidak didorong berpikir untuk mencari peluang

7. Misi, sasaran perusahaan tidak jelas

8. Kurang dukungan manajemen

9. Penghasilan keputusan beresiko yang tidak diberi reward

10. Keterbatasan waktu dan sumber daya

E. ELEMEN SPESIFIK STRATEGI INTRAPRENEURSHIP

Dalam upaya untuk menciptakan strategi intrapreneurial, perusahaan harus


memperhatikan pertimbangan-pertimbangan berikut ini :

Perusahaan yang mempromosikan pertumbuhan pegawai akan dapat merekrut


orang-orang yang memiliki kemampuan terbaik.

Tantangan di era tahun 2000-an ini adalah pelatihan kembali para manajer untuk
menjadi guru, pelatih dan mentor.

Orang-orang dengan kemampuan terbaiknya mencari perusahaan terbaik yang


menyediakan program bonus.

Wewenang manajemen akan degantikan oleh suatu jaringan, dicirikan oleh koordinasi
dan dukungan horizontal.

Intrapreneurship dalam korporasi memperbolehkan seorang pegawai.

Mendapatkan kepuasan dari pengembangan ide-idenya tanpa resiko meninggalkan


perusahaan.
Perusahaan-perusahaan besar mengambil pelajaran dari bisnis kecil dan belajar
bagaimana bisa fleksibel, mendorong inovasi, serta membakar semangat
pegawainya.

Menurut John W. Alexander (1989) untuk mendukung strategi intrapreneurial ini, ada
beberapa langkah penting yang perlu dilakukan :

1. Penngembangan visi
2. Dorongan inovasi
3. Penstrukturan suatu iklim intrapreneurial
4. Pengembangan tim usaha

Ada satu cara bagi perusahaan untuk mengembangkan iklim intrapreneurial, yakni
melalui program Intrapreneurship Training Program (ITP). Program tersebut
dirancang untuk melatih para peserta untuk mendukung intrapreneurship dalam
lingkup pekerjaan masing-masing. Program ini mencakup :

1. Pengenalan
2. Kreativitas individu
3. Intrapreneuring
4. Penilaian budaya yang ada saat ini
5. Perencanaan bisnis
6. Perencanaan tindakan

F. PENGHAPUSAN MITOS TENTANG INTRAPRENEURIAL

Ada kesamaan mendasar antara entrepreneur dengan intrapreneur. Akibatnya


mitosmitos keliru tentang entrepreneur menulari juga intrapreneur.

Mitos : motivasi utama dari seorang entrepreneur (intrapreneur) adalah keinginan


untuk kemakmuran, karenanya uang adalah tujuan utama.

Kenyataan : motivasi utama dari entrepreneur (intrapreneur) adalah proses inovasi :


kebebasan dan kemampuan adalah motivasi utama, uang hanya sebuah alat dan
symbol kesuksesan.
Mitos : entrepreneur adalah pengambil resiko tinggi – mereka adalah penjudi yang
memainkan taruhan besar.

Kenyataan : wirausaha adalah seorang yang realistis dengan mengambil resiko


menengah. Karena ia memperhitungkan resiko yang dihadapi
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai