Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Start-Up


Istilah Start-Up yang diartikan sebagai perusahaan baru yang sedang
dikembangkan, mulai berkembang akhir tahun 90an hingga tahun 2000,
nyatanya istilah Start-up banyak dikaitkan dengan segala yang berbau
teknologi, web, internet dan yang berhubungan dengan ranah tersebut.
Dalam sejarahnya, istilah start-up sendiri mulai terkenal secara
internasional pada masa dot-com bubble (gelembung dot-com). Fenomena
dot-com bubble atau kadang-kadang disebut gelembung teknologi informasi
adalah gelembung spekulasi yang terjadi antara tahun 1998–2000 (berpuncak
pada 10 Maret 2000 ketika NASDAQ mencapai 5132,52 poin) ketika bursa
saham di negara-negara industri mengalami kenaikan nilai ekuitas secara
tajam berkat pertumbuhan industri sektor Internet dan bidang-bidang yang
terkait. Pesatnya pertumbuhan Internet dimulai pada tahun 1993 dan
berlangsung hingga tahun 1990-an yang ditandai dengan teknologi world
wide web yang semakin maju setelah dirilisnya versi pertama penjelajah web
Mosaic.
Periode gelembung dot-com ditandai oleh didirikannya (dan berakhir
dengan kegagalan usaha) perusahaan-perusahaan baru di bidang situs-situs
Internet yang disebut perusahaan dot-com. Pemilik perusahaan mengalami
kenaikan tajam pada harga saham dengan hanya menambah awalan “e-“ atau
akhiran “.com” pada nama perusahaan mereka. Praktik ini disebut salah
seorang penulis sebagai investasi prefix.
Kombinasi dari meningkatnya harga saham secara cepat dan kepercayaan
pasar bahwa perusahaan-perusahaan tersebut akan untung pada masa depan,
spekulasi saham oleh individu, dan modal ventura yang dapat diperoleh
secara mudah membuat investor melupakan indikator tradisional seperti
Rasio P/E, dan lebih percaya terhadap kemajuan teknologi. Karena
banyaknya perusahaan yang membuka website pribadinya, makin banyak
pula orang yang mengenal internet sebagai ladang baru untuk memulai
bisnisnya. Dan waktu itu pula lah, Start-up lahir dan berkembang. Namun
menurut Ronald Widha dari TemanMacet.com, Start-up tidak hanya
perusahaan baru yang bersentuhan dengan teknologi, dunia maya, aplikasi
atau produk tetapi bisa juga mengenai jasa dan gerakan ekonomi rakyat akar
rumput yang bisa mandiri tanpa bantuan korporasi-korporasi yang lebih besar
dan mapan.
Start-Up adalah perusahaan atau bisnis yang belum lama terbentuk.
Perusahaan ini biasanya masih dalam proses pengembangan dan riset untuk
menemukan pasar yang tepat. Saat ini ada banyak sekali start-up yang mulai
bermunculan dan menjamur. Start-Up bisnis, banyak yang mengartikan
bahwa ini adalah sebuah sistem investasi bisnis yang akan menggerakan
bisnis secara otomatis. Namun start-up itu lebih condong pada pembangunan
sistem bisnis era digital yang mana mengkaitkan dengan dunia online.
Contohnya seperti Google dan Facebook yang menghidupi dunia online. Bisa
dikatakan bahwa Google adalah start-up yang tersukses dalam search engine.
Sedangkan Facebook adalah start-up yang paling sukses dalam hal social
network (SNS).

2.1.1 Pengertian Start-Up

Pada dasarnya Startup adalah pengimplementasian dari business plan


dimana segala sesuatu yang telah direncanakan dan diproyeksikan dalam
rencana bisnis dituangkan dan direalisasikan dalam bentuk startup.Menurut
Paul Graham: “Startup is a company designed to grow fast” (Paul Graham,
2012), sedangkan menurut Eric Ries: “Startup is a human institution design
that create something new under condition extreme and serenity. It doesn’t
say about what size of the compny or what sector of industry, it just says
we’re trying to do institution building when we don’t know what we don’t
know” (Eric Ries, 2012)

start-up adalah sebuah langkah dalam menghasilkan sesuatu yang baru.


Menurut Mudo (2015) dalam artikelnya menyebutkan, “Bisnis start-up adalah
suatu bisnis yang baru berkembang. Namun, bisnis start-up ini lebih identik
bisnis yang berbau teknologi, web, internet dan yang berhubungan dengan
ranah tersebut”. Sedangkan menurut Kurniarti (2017) dalam Jurnalnya
menyebutkan bahwa Start-up adalah sebuah institusi yang diciptakan untuk
membuat produk atau layanan baru dan inovatif dalam sebuah kondisi
ketidakpastian yang tinggi. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Start-Up adalah sebuah upaya pembentukan organisasi berbentuk
perusahaan baru dalam bidang bisnis berbasis teknologi jaringan atau web
dengan menghasilkan suatu produk yang inovatif.

A. Karakteristik Start-Up di Indonesia Sebuah perusahaan disebut start-up


adalah ketika perusahaan tersebut masih dalam tahap berkembang.
Perusahaan tersebut belum memiliki dana besar dan hanya dijalankan oleh
beberapa orang. Sebaga contoh, Tokopedia awalnya adalah sebuah start-up
e-commerce dengan platform situs marketplace. Tokopedia bersaing
dengan banyak perusahaan e-commerce lainnya. Lazada contohnya. Hanya
saja Lazada bukanlah start-up. Lazada hadir sebagai perusahaan raksasa
yang langsung didanai dengan dana besar. Elevania juga contoh lainnya.
Jika Lazada bergerak di bidang toko retail, maka Elevania memiliki
karakteristik seperti Tokopedia. Situs ini bukan starup karena didanai oleh
XL Axiata dan situs yang langsung memiliki dana besar Banyak
karakteristik dari start-up yang dapat kita ambil.
Beberapa karakteristik perusahaan Start-up tersebut diantaranya (Syauqi,
Tanpa Tahun, hlm. 1)
1. Usia perusahaan kurang dari 3 tahun, artinya masih dalam tahap awal
suatu perusahaan digital.
2. Jumlah pegawai kurang dari 20 orang, pada awalnya tentu start-up
hanya memiliki segelintir orang saja dibalik berdirinya perusahaan.
3. Pendapatan kurang dari $100.000/tahun, belum banyak keuntungan
yang didapatkan karena masih dibutuhkan biaya untuk pengembangan
start-up.
4. Masih dalam tahap perkembangan.
5. Umumnya bergerak dalam bidang teknologi, penggunaan aplikasi
merupakan salahsatu contohnya.
6. Produk yang dibuat berupa umumnya aplikasi dalam bentuk digital atau
yang lainnya
7. Biasanya beroperasi melalui website ataupun media sosial Dari
beberapa karakteristik diatas terlihat bahwa start-up lebih condong ke
perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan informasi. Namun
faktanya memang seperti itu, kini perkembangan perusahaan yang
diberi nama Start-up adalah perusahaan yang berkenaan dengan dunia
teknologi dan informasi.

B.Perkembangan Start-Up di Indonesia Di Negara Indonesia sendiri


penggunaan istilah Start-Up sudah digunakan sekitar sejak tahun 2000-an
dan banyak start-up yang dihasilkan oleh pemuda Indonesia dan masih
bertahan sampai sekarang. Indonesia menjadi salah satu pasar yang
menarik perhatian para pengusaha start-up. Menurut Amalia (2017)
menyatakan menurut riset yang dilakukan pada tahun 2017, tercatat bahwa
pengguna internet di Indonesia telah mencapai 133 Miliar pengguna, dan
tentunya bertambah setiap tahunnya. Menurutnya, bisnis start-up di
Indonesia paling banyak diminati adalah dalam jenis game atau permainan
serta aplikasi edukasi, dan ada beberapa faktor pendukung dalam
berkembangnya industri start-up di Indonesia yaitu:

1. Masyarakat Indonesia yang mayoritas terbuka dengan teknologi baru,


terbukti dengan tercatatnya pengguna internet yang mencapai 133
miliar pengguna dari sekitar 250 miliar penduduk di Indonesia.
2. Jumlah penduduk yang banyak, yaitu sekitar 250 miliar warga Negara
Indonesia menjadikannya sebagai pasar yang besar bagi
perusahaanperusahaan start-up.
3. Pelayaan start-up yang baik, tentunya dengan pelayanan yang baik maka
konsumen pun merasa puas dalam menggunakan dan mengkonsumsi
startup tersebut.
4. Modal dari investor serta dukungan pemerintah, Tanpa modal, maka
bisnis apapun tak kan bisa berkembang. Dukungan dari pemerintah pun
menjadi penentu berkembangnya sebuah start-up, jika pemerintah tidak
mendukung maka start-up sangat sulit untuk berkembang. Sejak tahun
2001 hingga sekarang, sebenarnya banyak para pengembang aplikasi
start-up dari pemuda Indonesia, namun kebayanakan dari mereka tidak
dapat bertahan lama karena kalah bersaing dengan start-up dari
perusahaan yang merekrut tenaga asing dalam mengelola sistem start-
up tersebut. Salah satu startup yang berhasil bersaing yaitu BukaLapak.
Menurut Kemps, Vice President Sequola Capital, (dalam Pratama,
2017) menyebutkan bahwa salah satu kekurangan yang dimiliki oleh
Indonesia dalam mengembangkan start-up adalah kurangnya developer-
developer atau para pengembangan aplikasi yang berkualitas.

C. Faktor-Faktor Kesuksesan Start-up Sebuah bisnis start-up memang pada


awalnya dirasa sulit untuk bisa sukses. Membutuhkan waktu yang lama
untuk bisa mengembangkan usaha dan mencapai sebuah kesuksesan.
Rata–rata 9 dari 10 bisnis start-up akan keluar dari zona nyaman bisnisnya,
dan sisanya yang mampu bertahan dan berhasil dengan orang– orang yang
memiliki kualitas terbaik. Ada alasan tertentu mengapa sebuah bisnis start-
up mampu tumbuh dan sukses.
Berikut ini adalah 11 alasan mengapa sebuah bisnis startip bisa sukses.
1. Visi
Sebuah perusahaan akan mampu tumbuh dan berkembang jika mereka
memiliki visi yang kuat. Sebuah visi terkadang diciptakan dengan
tujuan untuk memacu semangat bagi sebuah perusahaan. Ketika Anda
membuat atau menentukan visi dari perusahaan Anda, jangan takut
untuk memiliki sebuah visi yang besar. Hal ini secara otomatis akan
memacu semangat dan tentu saja kinerja dari perusahaan Anda. Bagi
sebuah bisnis start-up, visi adalah hal pertama yang perlu diperhatikan,
agar perusahaan mampu tumbuh dan berkembang dengan besar.
1. Kecepatan Kecepatan merupakan salah satu hal yang harus menjadi
perhatian besar bagi sebuah bisnis start-up. Menyelesaikan sesuatu
dengan cara yang cepat adalah salah satu dari banyak alasan mengapa
start-up mampu mencapai tujuan dan visi mereka. Itu yang menjadi
perbedaan ketika start-up mampu untuk bergerak jauh dan lebih cepat
dari para pesaing mereka. Sebuah bisnis start-up yang sukses, tidak
akan pernah menunda proses untuk mendapatkan dan mengerjakan
sesuatu.
2. Anggaran Sebuah bisnis tidak akan bisa dipisahkan dari anggaran yang
akan dibutuhkan dan digunakan. Sebuah start-up yang suskes adalah
start-up yang efisien dalam mengelola keuangan dan mampu menjaga
kestabilan keuangan mereka. Anda harus mampu memperhitungkan
pemasukan dan pengeluaran. Hal ini sangat penting untuk mengetahui
apa yang dibutuhkan perusahaan, dalam rangka untuk mencapai tujuan
dengan anggaran yang sesuai. Ketika sumber daya terbatas, dan waktu
menjadi sebuah esensi, perusahaan perlu menguasai keterampilan
mengelola keuangan dengan baik.
3. Keterampilan Sosial Koneksi adalah alasan lain mengapa sebuah bisnis
start-up bisa mencapai kesuksesannya. Bagaimana bisa sebuah bisnis
baru mampu tampil dan dikenal banyak orang tanpa sebuah relasi? .
Sebuah start-up yang besar akan memiliki pemimpin yang luar biasa.
Bukan hanya mampu bekerja dan memimpin dengan baik
perusahaannya, namun juga mampu membagi waktu dengan
berorganisasi. Salah satu alasan untuk berorganisasi adalah mencari dan
memiliki koneksi yang luas dan beragam. Hal ini akan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan start-up. Di sisi
lain, para pemimpin start-up perlu menginspirasi orang dan memberi
mereka alasan untuk mengikutinya melalui jalan tertentu.
4. Disiplin Disiplin memang hal yang harus dilakukan dalam segala hal.
Disiplin dimulai dari diri sendiri dan merupakan tonggak menuju
kesuksesan. Tanpa sebuah kedisiplinan, start-up tidak akan berhasil.
Disiplin dari dalam diri sendiri akan menumbuhkan etos kerja yang
positif. Dari situlah semua kreatifitas dan kesuksesan bisa dimunculkan.
Hal ini penting ditumbuhkan untuk menciptakan kesuksesan bersama.
5. Tekad Tekad yang kuat selalu diperlukan untuk menuju kesuksesan.
Sebuah start-up yang sukses, akan menekankan pentingnya penentuan
ketika membangun sebuah bisnis dan tidak pernah berhenti untuk
mencoba, terutama ketika menemui jalan berbatu dan dirasa sulit. Akan
ada banyak tantangan yang akan muncul, dan startup membutuhkan
tekad untuk mengatasi dan menghadapi tantangan – tantangan tersebut.
6. Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan Perubahan dalam segala
hal akan terus bermunculan, salah satunya dibidang teknologi. Start-up
yang baik akan selalu sedia untuk beradaptasi dengan teknologi baru.
Mampu Beradaptasi dengan perubahan, akan membawa kita
menemukan terobosan – terobosan baru untuk bisnis kita. Untuk tahun
– tahun pertama, sebuah bisnis start-up akan mengalami banyak
perubahan untuk bisa beradaptasi dengan situasi saat ini. Hingga
mampu menemukan rahasia yang membuatnya mampu bertahan dan
mengembangkan prestasi yang dimiliki.
7. Keterampilan dalam penggalangan dana Arus pendanaan adalah garis
darah sebuah bisnis start-up. Ini berarti sebuah bisnis dapat saja
berhenti dan hancur, jika modal sudah tidak lagi memadai. Sebuah
start-up yang sukses adalah mereka yang memiliki modal cukup untuk
menjalankan operasi bisnis mereka. Tugas utama dari pemimpin start-
up adalah untuk dapat meningkatkan modal yang dibutuhkan. Cara
yang baik untuk mengumpulkan uang salah satunya melalui online,
yakni melalui ekuitas atau melalui sebuah investasi khusus start-up,
seperti di rockthepost.com.
8. Keyakinan teguh Keberhasilan setiap bisnis salah satu faktornya adalah
keberanian dalam mengambil dan menghadapi setiap resiko, begitupula
bagi sebuah start-up. Seperti yang banyak orang katakan, investasi yang
paling menguntungkan biasanya memerlukan sejumlah resiko yang
tinggi. Namun, keputusan tersebut harus memiliki konsep yang baik.
Hal ini untuk menghindari banyaknya resiko yang mungkin terjadi.
Start-up harus memiliki sebuah keyakinan terhadap kemampuan mereka
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, dan menghadapi resiko
dengan baik pula.
9. Management waktu Bagi sebuah bisnis start-up waktu adalah hal yang
sangat diperhatikan. Keberhasilan perusahaan bergantung pada
produktivitas dan efektivitas tim untuk melakukan lebih banyak hal
dalam waktu yang minim. Anda bisa melakukan banyak hal dalam satu
waktu, namun alangkah baiknya jika Anda juga memperhatikan
prioritas apa saja yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis start-
up tersebut.
10. Eksekusi Dan yang terkahir adalah eksekusi. Sebuah bisnis start-up
tentunya memiliki banyak ide – ide yang kreatif. Sekitar 98% dari
kesuksesan sebuah bisnis start-up adalah dari eksekusi ide yang ada.
Pengalaman dari tim sangat penting sebagai latar belakang mereka
mengeksekusi ide – ide yang bermunculan. Start-up yang sukses selalu
mencari kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dengan
ide – ide yang muncul, sekalipun itu ide yang terbilang tidak mungkin
untuk dilakukan. Mereka akan belajar dari setiap kesalahan yang
mereka lakukan dan memperbaikinya secepat mereka belajar untuk
mencapai kesuksesan

2.2 Branding

American Marketing Association (AMA) dalam sebuah artikel berjudul


“What is Branding and How Important is it to Your Marketing Strategy”,
mendefiniksikan brand atau merek dengan nama, istilah, tanda, simbol, atau
desain, atau kombinasi dari semua itu, yang tujuannya untuk memberikan
identifikasi dan perbedaan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Brand
atau merek adalah sesuatu yang tidak terlihat tetapi efeknya sangat nyata.
Menurut Ghowdeswar branding berarti membedakan nama dan atau
simbol,seperti logo, merek dagang, atau desain dengan maksud
mengidentifikasi dan membedakan produk satu penjual dengan kompetitornya
(Ghodeswar, 2008). Branding juga dapat diartikan sebagai tindakan
terusmenerus yang melibatkan pemasaran, penelitian, dan percakapan untuk
mengelola pikiran dan perasaan konsumen Anda untuk memastikan produk
andalah yang mereka inginkan (Sutedja, 2012). Branding juga dapat diartikan
sebagai usaha untuk membedakan produk kita dengan produk pesaing kita
sehingga akan memberikan keuntungan kompetitif di pasaran (Sutrisna, 2010).
Berdasarkan ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa branding
adalah proses yang melibatkan pemasaran, penelitian, dan percakapan secara
terus-menerus untuk membuat suatu produk memiliki ciri khas sendiri di benak
konsumen dan membedakan produk tersebut dengan produk pesaing agar dapat
memberikan keuntungan kompetitif di pasaran. Branding sangat penting
dilakukan karena seseorang akan memilih suatu produk tidak hanya karena
pertimbangan rasional, tetapi lebih kepada pertimbangan emosional. Orang
akan melihat dan membandingkan spesifikasi, harga, dan kegunaan, tetapi pada
akhirnya mereka mengambil keputusan secara emosional. Branding menjadi
penting karena dapat membangun ikatan emosional dengan klien atau pembeli
(Peter Montoya, 2008).

2.2.1 Personal Brand dan Internet

Personal brand adalah identitas pribadi individu yang mampu menciptakan


respon emosional orang lain terhadap kualitas dan nilai yang dimiliki individu
tersebut (O'Brien T. , 2007). Pendapat lain menyatakan bahwa personal
brand merupakan persepsi, pendapat, atau kesan seseorang terhadap kita
(Hood Peter Montoya, 2008; Subur, 2011, 2006;). Hood bahkan
menambahkan bahwa personal brand yang sukses akan secara tepat
menggambarkan keseluruhan potensi, kualitas, dan nilai-nilai yang berada
dalam diri seorang individu (Hood, 2006). Dengan personal brand, individu
akan menjadi seseorang yang pertama terpikirkan ketika orang lain mencari
atau membutuhkan potensi, kualitas, atau nilai-nilai tertentu yang ada dalam
diri individu tersebut (Hood, 2006; William Arruda, 2010). Hal ini secara
lebih sederhana dikatakan oleh Moentoya, yaitu bahwa personal brand yang
baik dapat dengan mudah mengkomunikasikan perasaan atau gagasan yang
jelas dan sederhana tentang individu (Peter Montoya, 2002).
Saat ini, personal brand memang menjadi lebih penting dan signifikan
pengaruhnya dibandingkan merek perusahaan (corporate brand). Hal ini
karena pada dasarnya kita lebih mudah mempercayai individu dibandingkan
perusahaan dan kita akan memilih untuk berhubungan atau berbisnis dengan
seseorang yang membuat kita nyaman (Peter Montoya, 2008). Kegiatan atau
aktivitas untuk membangun personal brand disebut personal branding. Lebih
rinci, personal branding ialah mengkomunikasikan dan memastikan bahwa
orang lain menerima dan percaya nilai-nilai dan kualitas yang dimiliki
individu tersebut (O'Brien T. , 2007). Tidak hanya itu, personal branding
tidak bisa sebatas mengkomunikasikan, tetapi juga terlebih dahulu harus
mengidentifikasi hal unik, relevan, dan menarik dari individu sehingga dapat
meningkatkan karir atau bisnis individu tersebut (Rampersad, 2009;
Schawbel, 2015).

Melalui personal branding, individu dapat mengambil kendali terhadap


bagaimana orang lain mempersepsikan individu tersebut (Peter Montoya,
2008; Brown, 2014). Sayangnya, tidak semua orang melihat peluang dari
pemanfaatan personal branding. Bahkan, sebagian orang juga tidak
menyadari bahwa mau tidak mau, disadari atau tidak, dirinya telah memiliki
sebuah personal brand paling tidak di kalangan orang-orang sekitarnya, rekan
kerja atau tetangga (Peter Montoya, 2008). Personal brand tersebut misalnya,
“si pengacara sukses” atau “si ahli matematika”. Hal ini lebih jelas dipahami
melalui argumen McNally bahwa brand dari diri tiap orang merupakan
refleksi dari apa yang orang tersebut lakukan dan apa yang menjadi
kepercayaan orang tersebut yang direalisasikan melalui apa yang dilakukan
dan bagaimana orang itu melakukannya. Dengan adanya kontak yang
berulang dengan orang lain, brand tersebut akan menjadi lebih kuat dan
terbentuk dalam persepsi orang lain (McNally & Speak, 2012).

Dalam melakukan personal branding, Anda memerlukan sarana untuk


menampilkan gagasan, ide, aktivitas, atau keahlian Anda dan dengan internet
hal tersebut dapat dengan mudah dilakukan (Erik Deckers, 2012).
Hal ini sejalan dengan pendapat Schawbel bahwa melalui sebuah situs
internet setiap orang dapat dengan sangat mudah mengembangkan dan
memasarkan personal brand mereka (Schawbel, 2015). Internet
memungkinkan setiap orang untuk berbagi informasi, baik melalui tulisan,
gambar, atau video kepada seluruh pengguna internet lainnya dan melahirkan
berbagai forum diskusi online dan ruang menulis bebas, seperti blog (Erik
Deckers, 2012).

2.2.2 Konsep Utama Personal Branding

Delapan hal berikut adalah konsep utama yang dapat dijadikan acuan
dalam personal branding seseorang (Peter Montoya, 2002).

1. Spesialisasi (The Law of Specialization)


Merek biasanya dibangun di atas satu bidang spesialisasi untuk menghindari
diversifikasi agar menjadi seimbang, terkonsentrasi, pada suatu kekuatan,
keahlian atau pecapaian tertentu.Spesialisasi dapat dilakukan melalui cara,
diantaranya ;

 Ability (kemampuan) - visi strategis, memahami prinsip pertama,


mengkomunikasikan kompleksitas

 Behavior (perilaku) - seperti keterampilan kepemimpinan, energi yang


bersemangat, atau kemampuan untuk mendengarkan

 Lifestyle (gaya hidup) - hidup di atas perahu, memakai turtleneck bukan


dasi, bepergian dengan sepeda motor

 Mission (misi) - melihat orang melebihi harapan mereka sendiri, misalnya

 Product (produk) - futuris yang menciptakan tempat-tempat luar biasa


untuk bekerja

 Prefession (profesi) - niche dalam niche - pelatih kepemimpinan yang


merupakan psikoterapis
 Service (layanan) - 'konsultan' yang bekerja sebagai direktur non-
eksekutif atau interi

2. Kepemimpinan (The Law of Leadership) Menurut Montoya, pada dasarnya


orang ingin dipengaruhi. Mereka menginginkan sosok pemimpin, yakni
seseorang yang dapat menghilangkan rasa ketidakpastian dan menawarkan
mereka kejelasan. Membentuk unsur kepemimpinan tidak berarti individu
harus menjadi yang terbaik dalam semua bidang. Kepemimpinan dapat
dibentuk melalui keunggulan (dipandang sebagai seorang ahli dalam bidang
tertentu), posisi (memiliki posisi penting), atau pengakuan (misalnya,
melalui penghargaan atas pencapaian tertentu).

3. Kepribadian (The Law of Personality) Personal branding yang baik


menggambarkan kepribadian individu dalam segala aspek, artinya bukan
hanya kelebihan atau kesempurnaan, tetapi juga ketidaksempurnaan
individu tersebut karena orang lain justru menyukai sosok yang apa adanya,
yaitu yang memiliki kelemahan seperti selayaknya seorang manusia.
Konsep ini berseberangan dengan Konsep Kepemimpinan yang
menekankan individu untuk berkepribadian sangat baik.

4. Perbedaan (The Law of Distinctiveness) Sebuah personal brand yang efektif


perlu memiliki kesan yang kuat dengan menjadi berbeda dari orang lain di
dalam bidang atau bisnis yang sama.

5. Kenampakan (The Law of Visibility) Untuk menjadi sukses, personal brand


harus terlihat secara konsisten atau terus-menerus hingga personal brand
orang tersebut dikenal. Hal ini karena kenampakan lebih penting
dibandingkan keahlian. Ada banyak orang dengan keahlian yang sama,
karenanya individu harus membuat dirinya lebih nampak atau terlihat
dibanding yang lain.

6. Kesatuan (The Law of Unity) Realita kehidupan pribadi seseorang harus


sejalan dengan nilai dan perilaku yang telah ditentukan dari personal brand
yang dibangun.
7. Keteguhan (The Law of Persistence) Karena membentuk personal brand
memerlukan waktu yang lama, individu harus memiliki keteguhan terhadap
personal brand awal yang telah dibentuk, tanpa ragu atau ingin
mengubahnya.

8. Maksud baik (The Law of Goodwill) Pengaruh sebuah personal brand akan
lebih besar apabila individu tersebut dipersepsikan secara positif.

2.2.3 Karakteristik Personal Brand

Ada beberapa karakteristik yang harus diperhatikan dalam merancang


personal brand yang kuat, yakni sebagai berikut (McNally & Speak, 2012).

1. Khas, yakni personal brand yang tidak hanya berbeda, tetapi merupakan
cerminan dari ide-ide dan nilai-nilai dalam diri Anda yang membentuk
kekhasan Anda.

2. Relevan, yakni apa yang diwakili oleh personal brand tersebut relevan
dengan apa yang dianggap penting atau dibutuhkan oleh orang lain.

3. Konsisten, yakni menjalankan personal brand yang dirancang secara terus-


menerus sehingga audiens dapat mengidentifikasi personal brand Anda
dengan mudah dan jelas. Menurut McNally, ketika personal brand yang
dirancang memiliki kekhasan atau perbedaan, relevan, dan konsisten, maka
audiens akan mulai melihat dan memahami personal brand tersebut

Haroen (2014:6-7) memaparkan pendapat Kotler dan Gary Armstrong


bahwa secara marketing, sebuah merek yang benar biasanya didesain untuk
mengkomunikasikan empat macam makna, yaitu:

1. Atribut. Merek yang mengingatkan orang tentang atribut tertentu


mislanya keawetan produk.

2. Manfaat. Berbeda dengan atribut, apabila atribut diterjemahkan sebagai


manfaat fungsional dan emosional, pelanggan tidak membeli atribut
namun langsung membeli karena memerlukan manfaat dari produk
tersebut, misalnya produk susu yang high calcium.
3. Nilai. Merek juga menampilkan sesuatu mengenai nilai-nilai pembeli,
seperti produk-produk dengan prestise tinggi contoh Mercedes Benz.

Susanto dan Wijarnako (2004:9) menegaskan bahwa merek berbeda


dengan produk. Produk adalah sesuatu yang dibuat di pabrik, namun yang
sesungguhnya dibeli oleh pelanggan adalah mereknya. Pada akhirnya merek
bukanlah apa yang dibuat di pabrik, tercetak di kemasan atau apa yang
diiklankan pemasar. Merek adalah apa yang ada di dalam pikiran konsumen.
Banyak ragam dan penggolongan merek, namun secara garis besar Susanto dan
Wijarnako (2004: 12-13) mengelompokan menjadi tiga jenis, diantaranya:

1. Merek Fungsional (Fungsional Brands)


Merek fungsional berkaitan dengan manfaat fungsional, yang sangat
mengutamakan kinerja produk dan nilai ekonomisnya. Pola pengambilan
keputusan konsumen ini relatif rendah, tanpa pertimbanganyang mendalam
apabila merek tersebut tidak tersedia konsumen akan dengan mudah
beralih pada merek substitusi. Contoh produknya adalah pasta gigi dan
sabun cuci.

2. Merek Citra (Image Brands)


Merek citra memberikan manfaat ekspresi diri, sebagai merek yang
bertujuan untuk meningkatkan citra pemakainya. Sebagai merek yang
memberi manfaat ekspresi diri dalam proses pengambilan keputusan
konsumen memiliki keterlibatan yang tinggi. Contoh produknya adalah
Mercedes Benz.

3. Merek Eksperiensial (Experiential Brands)


Merek eksperiensial memberikan manfaat emosional, sangat
mengutamakan kemampuannya dalam memberikan pengalaman yang
unik, sehingga publik merasa terkesan dan merasakan perbedaan dengan
pesaing/competitor. Kunci untuk mengelola merek ini adalah konsistensi
dan kepuasan. Contoh produknya adalah Disney.
2.2.4 Bagaimana dengan personal brand dan personal branding?
Montonya menyebut bahwa personal brand adalah image yang kuat dan
jelas yang ada di benak klien. Kemudian Timothy P. O’Brien penulis buku The
Power of Branding menjelaskan pendapatnya bahwa personal brand adalah
identitas pribadi yang mampu menciptakan sebuah respon emosional terhadap
orang lain mengenai kualitas dan nilai yang dimiliki orang tersebut. Personal
branding merupakan merek pribadi seseorang dibenak orang lain. Personal
branding akan membuat semua orang memandang seseorang tersebut secara
berbeda dan unik. Orang mungkin akan lupa dengan anda namun merek pribadi
akan selalu diingat. Bahkan personal branding juga berpengaruh terhadap
kepercayaan orang lain terhadap anda (Haroen, 2014:13).
Personal branding juga sebagai penjelasan 3W yaitu
1. tentang siapa diri anda yang sebenarnya (who are you)
2. apa yang telah anda lakukan sebelumnya (what have you done)
3. apa visi misi anda ke depan (what will you do).
Dengan demikian personal branding adalah penjelasan proses komunikasi
karakter, kompetensi dan kekuatan seorang atau perusahaan. Branding yang
bagus akan melahirkan brand yang kuat yang akan menjadi asset berharga
untuk membuka pintu kesuksesan perusahaan atau seseorang. Akhirnya Haroen
(2014:19) merumuskan bahwa personal branding adalah proses membentuk
persepsi masyarakat terhadap aspek-aspek yang dimiliki seseorang, seperti
kepribadian, kemampuan, atau nilai-nilai dan bagaimana semua itu
menciptakan persepsi positif dari masyarakat yang dapat digunakan sebagai
alat pemasaran.
Persepsi sendiri dapat diartikan sebagai sebuah proses dimana
seseorang melakukan seleksi untuk memilih, mengorganisasi dan
mengintepretasikan informasi-informasi yang masuk ke dalam pikirannya
menjadi sebuah gambaran besar penuh arti. Dapat disimpulkan bahwa merek
pribadi (personal branding) merupakan suatu proses membentuk persepsi
masyarakat terhadap aspek-aspek yang dimiliki oleh seseorang, atau
bagaimana stimulus-stimulus ini yang merangsang persepsi atau menimbulkan
persepsi positif, yang tepat dan bermakna menjadi gambaran utuhsehingga
memunculkan citra dengan nilai-nilai dan kualitas yang orang itu inginkan.

2.2.5 Alasan dan Keuntungan Membangun Personal Branding


Junaedi (dalam Haroen, 2009:17) menegaskan bukti kedahsyatan personal
branding dapat dilihat dari kesuksesan SBY dalam memenangkan pemilihan
presiden secara langsung dua kali berturut-turut 2004 dan 2009. Citra yang
telah dibangun dan melekat pada sosok SBY ternyata tidak mudah dijatuhkan
dengan berbagai iklan politik.
Baik secara teori dan praktik dapat disimpulkan bahwa personal branding
sangat positif untuk kesuksesan seseorang dipanggung politik.
A. Berikut sejumlah alasan mengapa personal branding sangat efektif dan
positif menurut Haroen (2014:18) :
1.Membangun diferensiasi. Menciptakan deferensiasi adalah hal penting
untuk keberhasilan personal brand

2.Membangun positioning. Dalam persaingan apapun positioning sangat


menentukan kemenangan. Brand yang dibangun melalui proses branding
akan menentukan posisi pelaku personal branding dari sekian pesaing
lainnya

3. Memperkuat persepsi brand yang tertanam pada publik. Brand bukan saja
soal realita, tahap pertama yang harus dibangun adalah persepsi

4.Menjadi jembatan lahirnya kepercayaan (trust). Kepercayaan adalah kunci


utama. Jika orang suka pada Anda, ia hanya akan mendekat, namun, jika
mereka sudah percaya maka mereka akan memilih anda

5. Menjadi pesan kepada publik bahwa kehadiran anda (brand) adalah


solusi atas masalah maupun kebutuhan public, sehingga pelaku personal
branding dapat menggiring public untuk bertindak mendukung dan
memilih
B. keuntungan membangun dan memiliki personal brand, yaitu;
1. Menstimulasi persepsi penuh makna mengenai nilai-nilai dan kualitas diri

2. Menjelaskan kepada orang lain atau publik tentang diri (siapa anda, apa
yang anda lakukan, apa yang membuat anda berbeda, bagaimana anda
menciptakan nilai untuk publik, apa yang mereka dapatkan bila
bertransaksi dengan anda)

3. Mempengaruhi cara orang lain berpikir tentang anda

4. Menciptakan harapan-harapan yang public dapatkan dari anda

5. Menciptakan identitas diri yang mudah diingat (berkesan)

6. Membuat prospek bahwa anda adalah satu-satunya jalan keluar bagi


masalah yang publik hadapi

7. Membuat diri menjadi unik dan lebih daripada pesaing lainnya

Anda mungkin juga menyukai