Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

Kewirausahaan
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kewirausahaan

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Evi Cristy P20624423057
Resti Fuji Adawiyah P20624423070
Restia Windiyani P20624423071
Shilfa Nur Syalbiyah P20624423071

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan Makalah yang berjudul Kewirausahaan.
Laporan kasus ini sudah penulis buat dengan sebaik mungkin, namun
mungkin saja masih tedapat kesalahan baik dalam teknik pembahasan juga dalam
penulisannya. Oleh karena itu, sepatutnyalah penulis meminta maaf kepada semua
pihak yang berkesempatan membaca laporan kasus ini.
Seiring dengan itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki keistimewaan dan pemberi
segala kenikmatan besar, iman, Kesehatan dan kekuatan didalam penyusunan
Laporan Praktik Belajar Lapangan ini.
2. Sariestya Rismawati, SST, M.Keb selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah
Kewirausahaan
3. Helmi Diana, SST., M.Keb selaku Dosen Mata Kuliah Kewirausahaan
Semoga Allah Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang diberikan. Akhir kata saya ucapkan terimakasih

Tasikmalaya, Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan penulisan...............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................4
2.1 Penilainan Lingkungan.....................................................................4
2.2 Pemahaman Pasar.............................................................................5
2.3 Persiapan Keuangan..........................................................................6
2.4 Studi Kelayakan Bisnis......................................................................8
2.5 Praktik Perencanaan Usaha...........................................................10
2.6 Asal Usul Timbulnya Usaha............................................................12
2.7 Semangat Kewirausahaan...............................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................23
3.1 Kesimpulan.......................................................................................23
3.2 Saran.................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewirausahaan berasal dari kata entrepreneur yang memiliki arti
sebagai suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan inovatif dalam bergerak.
Kata kewirausahaan pertama kali dikemukakan oleh Richard Cantillon, yang
semakin populer semenjak digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say.
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha, wira memiliki arti sebagai
keberanian sedangkan usaha memiliki arti bisnis komersial dan non-
komersial. Kewirausahaan dapat dipahami sebagai suatu ilmu yang
mempelajari tentang pengembangan dan pembangunan semangat kreativitas
serta berani menanggung risiko terhadap pekerjaan yang dilakukan demi
mewujudkan hasil karya. Namun, dalam dalam perjalanannya, para ilmuan
memiliki pandangan yang beragam dalam mengartikan kewirausahaan.
Berbagai pengertian yang ada tentang kewirausahaan, dapat
diartikan secara universal, kewirausahaan merupakan kemampuan seseorang
dalam menghadapi risiko dengan mengambil langkah dalam menciptakan
sesuatu yang mendatangkan manfaat dengan mengkombinasikan dari
berbagai sumber daya yang kepemimpinan atau transisi dalam
kewirausahaan. Tipe kewirausahaan, diantaranya the promoter, general
Manager, dan Wirausaha ahli.
Seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga
sebagai wirausahawan. Dimana wirausahawan adalah seorang yang memiliki
keahlian menjual, mulai menawarkan ide hingga komoditas yakni layanan
jasa. Sebagai pelaku usaha mandiri dalam bentuk layanan jasa kesehatan
dituntut untuk mengetahui dengan baik manajemen usaha. Bidan sebagai
pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk mampu sebagai
manajerial dan pelaksana usaha, di dukung pula kemampuan menyusun
perencanaan berdasarkan visi yang diimplementasikan secara strategis dan
mempunyai kemampuan personal selling yang baik guna meraih sukses.
Diharapkan bidan nantinya mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai

1
profesi dan mampu mengelola manajemen pelayanan secara profesional, serta
mempunyai jiwa entrepreneur.
Menjadi profesi bidan yang unggul di bidang kewirausahaan atau
interprenuership dalam bentuk praktek mandiri dan mampu menciptakan
lapangan pekerjaan, khususnya kewirausahaan yang bergerak dibidang
kesehatan sangat membantu dalam pengembangan pembangunan yang mana
pada masa sekarang ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penilainan lingkungan kewirausahaan?
2. Bagaimana pemahaman pasar kewirausahaan?
3. Bagaimana persiapan keuangan kewirausahaan?
4. Bagaimana praktik perencanaan usaha kewirausahaan?
5. Bagaimana asal usul timbulnya usaha kewirausahaan?
6. Bagaimana semangat kewirausahaan?
7. Bagaimana cara menentukan jenis produk dan produksi kewirausahaan?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana penilainan lingkungan kewirausahaan
2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman pasar kewirausahaan
3. Untuk mengetahui bagaimana persiapan keuangan kewirausahaan
4. Untuk mengetahui bagaimana praktik perencanaan usaha kewirausahaan
5. Untuk mengetahui bagaimana asal usul timbulnya usaha kewirausahaa
6. Untuk mengetahui bagaimana semangat kewirausahaan
7. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan jenis produk dan produksi
kewirausahaan.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pemaparan pemikiran
mengenai mengenai kewirausahaan.

2
2. Pembaca, sebagai media informasi perkembangan pengetahuan, informasi,
dan wawasan kewirausahaan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Penilainan Lingkungan


2.1.1 Pengertian Lingkungan Usaha
Lingkungan usaha adalah keseluruhan dari aspek - aspek atau hal -
hal sertakeadaan external lembaga usaha atau industri yang dapat
mempengaruhi kegiatan bisnis atau kinerja usaha. Dalam hal ini, lingkungan
dapat diartiken sebagaigambaran konsep secara keseluruhan terhadap
lingkungan luar atau external.Kondisi tersebut nantinya dapat
mempengaruhi kinerja dalam menjalankan bisnis(usaha). Menurut Pearce
and Robinson (2000:71)
Segala sesuatu yang mempengaruhi aktifitas usaha dalam
melaksanakan analisis lingkungan dapat dilihat dari analisis situasi dan
analisis diri. Analisis situasi lebih cenderung pada lingkungan eksternal
yaitu kondisi lingkungan dimana akan diselenggarakan usaha tersebut.
Analisis diri lebih menganlisis pengenalan kemampuan usaha sendiri dan
sumberdaya yang dimiliki. Pemetaan lingkungan eksternal dan internal
tersebut dapat menunjukkan seberapa besar kekuatan yang merupakan
peluang dan juga kelemahan yang akan mengancam pengembangan praktik.
Terdapat perbedaan yang cukup mendasar antara studi kelayakan
dan analisis lingkungan usaha. Studi kelayakan lebih menekankan pada
aspek kelayakan secara ekonomi dan social,dimana hasil penilaiannya
digunakan untuk melihat apakah usaha tersebut layak dilakukan. Sedangkan
analisis lingkungan dilakukan setelah suatu usaha dipastikan dapat
diwujudkan dan dianggap layak secara social ekonomis. Pelaksanaan dan
penilaian analisi lingkungan usaha digunakan untuk memposisikan dimana
letak praktik tersebut. (Jurnal Manajemen Bisnis Dan Inovasivol.5 No.3
November 2018, Hal159-168)

4
2.2 Pemahaman Pasar
2.2.1 Definisi Pemasaran
Definisi Pemasaran menurut William J. Stanton adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.

2.2.2 Manajemen Pemasaran


Pada dasarnya manajemen itu terdiri atas perancangan dan
pelaksanaan rencana-rencana. Dalam membuat suatu perencanaan,
dibutuhkan kemampuan untuk membuat strategi dan rencana. Untuk
rencana jangka panjang maka dibutuhkan waktu yang lebih banyak.
Secara umum manajemen pemasaran mempunyai tiga tugas pokok,
yaitu Mempersiapkan rencana/strategi umum bagi perusahaan
Melaksanakan rencana strategi umum yang telah dibuat Mengadakan
evaluasi, menganalisa dan mengawasi rencana tersebut dalam
pelaksanaannya. (untuk mengukur hasil dan penyimpangannya serta untuk
mengendalikan aktivitas).
Sehingga yang dimaksud dengan manajemen pemasaran,
menurut Philip Kotler adalah : penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk mengadakan
pertukaran dengan pasar yang dituju untuk mencapai tujuan organisasi.

2.2.3 Falsafah konsep pemasaran


Bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan
kebutuhan pembeli/ konsumen. Seluruh kegiatan dalam perusahaan yang
menganut konsep pemasaran harus diarahkan untuk memenuhi tujuan
tersebut. Meskipun orientasi pembeli ini dibatasi oleh tujuan laba dan
pertumbuhan, tetapi konsep itu perlu dilaksanakan. Karena dapat
meningkatkan penjualan dengan :
1. Membuat barang yang mudah penggunaannya

5
2. Mudah pembeliaannya
3. Mudah pemeliharaannya
Penggunaan konsep pemasaran bagi sebuah
perusahaan dapat menunjang berhasilnya bisnis yang
dilakukan. Konsep pemasaran disusun dengan memasukkan tiga
elemen pokok, yaitu:
1. Orientasi konsumen/ pasar/ pembeli
2. Volume penjualan yang menguntungkan
3. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran dalam
perusahaan. (Modul Ajar Kewirausahan)

2.3 Persiapan Keuangan


2.3.1 Perencanaan keuangan
Perencanaan keuangan identik dengan diperlukannya sebuah
anggaran yang akan memberikan pedoman bagi sebagian orang atau
Lembaga bisnis untuk membantu dalam pengambilan keputusan (Harahap,
Daud dan Sinaga, 2022). Perlu penganggaran yang relatif konsisten untuk
menjaga kelangsungan sebuah usaha seperti penganggaran kas, piutang,
maupun yang sifatnya variabel(Sawitri et al., 2020).
Perencanaan keuangan adalah komponen penting dari bisnis yang
efektif atau bukan metode langsung untuk mengawasi akun bagi para
visioner bisnis (Nasution dan Wulandari, 2021).
Perencanaan yang hebat akan menghindarkan bisnis dari
kebangkrutan. Bisa dikatakan, perencanaan keuangan adalah cara untuk
mengawasi akun untuk bisa lebih mendapatkan keuntungan dari bisnis yang
dijalankannya dan memanfaatkan sumber modal dari kas yang ada untuk
mengembangkan bisnisnya (Fatwitawati, 2018).

2.3.2 Fungsi dari Manajemen Keuangan


1. Mempermudah Perencanaan Keuangan Bisnis
Salah satu fungsi yang dimiliki oleh aktivitas pengelolaan
keuangan bisnis secara tepat dan akurat adalah untuk memudahkan

6
melakukan perencanaan keuangan bisnis dengan melihat laporan laba rugi
serta beragam bentuk laporan keuangan lain yang dihasilkanoleh aktivitas
manajemen keuangan.Sudah barang tentu strategi pemasaran bisnis
yang tepat dalam meningkatkan pendapatan membutuhkan perencanaan
yang sangat matang. Tujuan ini akan sulit untuk diraih apabila aktivitas
pengelolaan keuangan bisnis tidak dilakukan dengan sebaik mungkin sesuai
dengan fungsinya.
2. Membantu Proses Penganggaran
Strategi bisnis sudah direncanakan serta disusun dengan baik, akan
tetapi ternyata tidak ada modal yang dapat dianggarkan untuk menjalankan
strategi tersebut akibat adanya pengelolaan keuangan bisnis yang buruk.
Masalah ini dapat diminimalkan atau bahkan sepenuhnya dihindari apabila
fungsi manajemen keuangan diterapkan secara saksama. Alasannya sangat
sederhana, apabila keuangan bisnis dikelola dengan semestinya, sesuai
dengan prinsip serta fungsi yang dimilikinya, kondisi keuangan bisnis akan
dapat diketahui secara pasti, sehingga akan sangat mudah untuk mengatur
anggaran pada periode operasional bisnis selanjutnya. Sebaliknya, tanpa
adanya pengelolaan keuangan bisnis yang baik dan sesuai dengan
fungsinya, pelaku usaha akan kesulitan dalam menentukan berapa sisa
modal yang bisa dianggarkannya untuk periode yang akan datang yang
tentunya justru dapat mendatangkan kerugian bisnis yang sebenarnya dapat
dihindari sedari dini.
3. Memungkinkan Adanya Kontrol Keuangan
Seperti yang sudah dijelaskan dalam pengertian manajemen
keuangan, aktivitas bisnisyang satu ini tak dapat dilakukan begitu saja
karena harus mematuhi sejumlah prinsipyang akan fatal apabila diabaikan.
Oleh karena itu, dengan adanya pengelolaan keuangan bisnis, pemantauan
kondisi keuangan bisnis akan sangat mungkin sekali untuk dilakukan. Tanpa
adanya alasan yang benar-benar jelas dan dapat menguntungkan perusahaan,
keuangan bisnis tidak akan semudah itu dihabiskan untuk berbagai macam
pengeluaran yang ada.

7
2.4 Studi Kelayakan Bisnis
2.4.1 Definisi
Studi kelayakan bisnis adalah penelitian dan penilaian tentang
dapat tidaknya suatu proyek dilakukan dengan berhasil (menguntungkan).
Pengertian menguntungkan berhasil atau layak ada yang menafsirkan dalam
arti sempit dan arti luas. Pengertian arti sempit, biasanya pihak swasta yang
lebih berminat tentang manfaat ekonomi suatu investasi. Pengertian dalam
arti luas, biasanya pemerintah atau lembaga non profit disamping manfaat
ekonomi masih ada manfaat lain yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan.
2.4.2 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Dengan membuat suatu penilaian terlebih dahulu sebelum
melakukan investasi yang kemudian dituangkan dalam suatu laporan secara
tertulis, Manfaat yang bisa diperoleh hasil laporan studi kelayakan bisnis ini
bisa digunakan sebagai pedoman/ alat untuk mengetahui sampai sejauh
mana kegiatan investasi telah dilakukan Pada intinya laporan SKB ini bisa
untuk alat pengawasan.
2.4.3 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Suatu proyek investasi pada umumnya memerlukan dana yang
cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang
karenanya perlu diadakan suatu studi atau penelitian dan penilaian
sebelumnya. Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata
kemudian tidak menguntungkan/ gagal. Sebab itu bisa berwujud kesalahan
perencanaan, kesalahan analisa pasar, kesalahan dalam memprediksi bahan
baku, kesalahan merekrut tenaga kerja. Disamping itu juga karena kesalahan
dalam analisa lingkungan.
Untuk itulah studi tentang kelayakan minimal ekonomis menjadi
sangat penting. Dengan ringkas kita bisa mengatakan bahwa tujuan
dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran

8
penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak
menguntungkan. Studi Kelayakan dibuat untuk memenuhi pihak-pihak yang
berbeda, masing-masing pihak mempunyai kepentingan serta sudut pandang
yang berbeda. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis Menurut Kasmir dan Jakfar
ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu
dilakukan studi kelayakan yaitu :
a. Menghindari resiko kerugian
Resiko kerugian untuk masa yang akan datang yang penuh dengan
ketidak pastian, dalam hal ini fungsi studi kelayakan untuk
meminimalkan resiko baik yang dapat dikendalikan maupun yang tidak
dapat dikendalikan.
b. Memudahkan Perencanaan
Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan
usahaakan dijalankan, dimana, bagaimana pelaksanaannya, berapa besar
keuntungan yang akan diperoleh serta bagaimana mengawasinya jika
terjadi penyimpangan.
c. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan
Dengan rencana yang telah tersusun maka sangat memudahkan
pelaksanaan bisnis, pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik.
d. Memudahkan Pengawasan
Dengan melaksanakan proyek sesuai rencana maka memudahkan untuk
melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.
e. Memudahkan Pengendalian
Jika dapat diawasi maka jika terjadi penyimpangan akan mudah
terdeteksi, sehingga mudah untuk mengendalikan penyimpangan
tersebut.

2.4.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis


Aspek-aspek dalam studi kelayakan bisnis adalah bidang kajian
studi kelayakan tentang keadaan objek tertentu dari fungsi-fungsi bisnis
(pemasaran, operasi, manajemen/ SDM, hukum, lingkungan, dan keuangan).
Pelaksanaan studi dan penelitian atas fungsi-fungsi bisnis tersebut terkadang

9
disesuaikan dengan kebutuhan dari analis atau stakeholder. Berdasarkan
disiplin ilmu dasarnya, aspek-aspek dalam studi kelayakan bisnis terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Aspek primer, merupakan aspek utama dalam penyusunan studi kelayakan.
Aspek primer ada beberapa sector usaha baik pabrikasi (manufacturing),
Perdagangan (trading), maupun jasa (service). Aspek primer terdiri dari
a. Aspek pasar dan pemasaran (marketing),
b. Aspek teknis dan teknologis (produksi/operasi)
c. Aspek manajemen dan organisasi (SDM),
d. Aspek hukum,
e. Aspek ekonomi dan keuangan.
2. Aspek Sekunder, merupakan aspek pelengkap yang disusun berdasarkan
permintaan instansi/ lembaga yang terkait dengan objek studi, misalnya
aspek analisis mengenai dampak lingkungan. Pada umumnya aspek ini
dipersyaratkan dalam studi kelayakan yang ojeknya menyangkut sumber
daya alam, seperti proyek pembangunan perumahan (real estate),
pembangunan pabrik pengolahan (pabrik tapioca, plywoods, kertas, dan
sebagainya). Aspek sosial biasanya dipersyaratkan untuk pembangunan
sarana dan prasarana publik yang didanai pemerintah maupun donator
internasional.
3. Aspek tersier, merupakan aspek yang juga dapat menjadi pertimbangan
dalam studi kelayakan karena secara tidak langsung dapat memengaruhi
kegiatan bisnis, yaitu aspek politik.

2.5 Praktik Perencanaan Usaha


2.5.1 Pengertian Perencanaan Usaha
Menurut Hisrich and Peters, Perencanaan Usaha adalah dokumen
tertulis yang disiapkan oleh wirausaha yang menggambarkan semua unsur-
unsur yang relevan baik internal maupun eksternal mengenai perusahaan
untuk memulai suatu usaha. Sedangkan menurut Richard L. Daft dalam
bukunya Management menyebutkan bahwa Perencanaan Usaha adalah

10
dokumen yang merincikan detail-detail bisnis yang disiapkan oleh seorang
wirausahawan sebelum membuka sebuah bisnis baru, Daft (2007: 265).
Menurut Bygrave, 1994 : 441 (dalam Buchari Alma, 2006 : 198)
mendefinisikan Perencanaan Usaha sebagai dokumen yang disediakan oleh
enterpreuner yang memuat rincian tentang masa lalu, keadaan sekarang dan
kecenderungan masa depan dari sebuah perusahaan. Menurut Megginson
(2000), Perencanaan Usaha adalah suatu rencana tertulis yang memuat mini
dan tujuan bisnis, cara kerja dan rincian keuangan/permodalansusunan para
pemilik dan manajemen dan bagaimana cara mencapai tujuan bisnisnya.Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, Perencanaan Usaha adalah
dokumen penting dan sangat berguna bagi sebuah bisnis, yang
memperlihatkan keadaan sekarang dan masa depan yang dikehendaki .Jadi
perencanaan bisnis ini atau business plan merupakan penelitian mengenai
kegiatan organisasi sekarang dan yang akan datang dan menyusun kegiatan
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan yang dituangkan dalam
suatudokumen perencanaan. Perencanaan bisnis sangat erat hubungannya
dengan wirausaha, sebab perencanaan bisnis ini dibuat agar hasil penciptaan
usaha yangdibuat mendekati dengan kenyataannya

2.5.2 Ada beberapa alasan mengapa bisnis plan perlu dibuat


1. Perencanaan usaha adalah blueprint usaha anda, yang akan anda dan
karyawan serta pihak-pihak yang bekerja sama dengan anda dalam
operasionalnya. Dia akan membantu anda tetap kreatif dan fokus padatujuan
yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan usaha merupakan alat untuk mencari dana, sehingga
berhasildalam bisnis.
3. Perencanaan usaha adalah sarana komunikasi untuk menarik orang lain,
pemasok, konsumen, dan penyandang dana. Perencanaan usaha akan
membuat mereka mengerti tujuan dan cara operasional bisnis anda.
4. Rencana bisnis anda ini akan mempermudah anda menjalankan usaha
dengan mengetahui langkah-langkah praktis menghadapi persaingan,
membuat promosi, sehingga lebih efektif.

11
5. Membuat pengawasan lebih mudah dalam operasionalnya, apakah
mengikuti atau sesuai dengan rencana atau tidak.

2.6 Asal Usul Timbulnya Usaha


Ide kewirausahaan selalu muncul dari pemikiran kreatif. Ide muncul
apabila kita memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas. Ide juga
muncul dari mimpi-mimpi atau khayalan-khayalan (dreams). Setelah ide atau
khayalan-khayalan muncul, munculah gagasan-gagasan atau angan-angan.
Dari gagasan inilah, tindakan inovasi dilakukan. (Ensiklopedia sejarah
lengkap Indonesia, 2019)
Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat
menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu
menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi peluang usaha. Dalam
mengevaluasi ide untuk menciptakan nilai-nilai potensial (peluang usaha),
wirausaha perlu mengidentifikasidan mengevaluasi semua resiko yang
mungkin terjadi dengan cara :
1. Mengurangi kemungkinan resiko melalui strategi yang proaktif
2. Menyebarkan resiko pada aspek yang paling mungkin
3. Mengelola resiko yang mendatangkan nilai atau manfaat

2.7 Semangat Kewirausahaan


2.7.1 Pengertian
Menurut kamus besar bahasa indonesia, semangat ialah membara
atau rasa antuisme yang tinggi. Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan
memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan
usahanya atau bisnisnya. Ia bebas merancang, menentukan, mengelolah,
mengendalikan semua usahanya. Kewirausahaan merupakan sikap mental
dan jiwa yang selalu aktif dan kreatif berdaya, bercipta, berkarya dalam
rangka meningkatkan pendapatan untuk kegiatan usahanya atau kiprahnya.

12
2.7.2 Jiwa dan Sikap Wirausaha
Kewirausahaan dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri
yang mampu memadukan unsur cipta, rasa, dan karya atau mampu
menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras, kepuasan untuk
mencapai prestasi maksimal. Seorang yang memiliki jiwa dan sikap
wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Ia selalu
berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan
berinovasi semua peluang dapat diperolehnya. Wirausaha adalah orang yang
terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan
tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Pada hakekatnya semua orang
adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam menjalankan
usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadi, keluarga,
masyarakat. Akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya untuk
mecapai prestasi yang lebih baik untuk masa depannya.
Ada lima sikap yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan
juara. sikap - sikap inilah yang kemudian akan membantu wirausahawan
tersebut dalam mengembangkan usahanya menjadi lebih baik.
1. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi
Kepercayaan diri yang dimiliki oleh seorang wirausahawan akan
memunculkan sikap optimisme dalam mencapai target yang telah
ditetapkan. Sikap ini juga membantu wirausahawan dalam mengatasi
keraguan dalam mengambil keputusan. Namun sikap percaya diri ini jang
sampai terlalu jauh karena akan berimbas pada kurangnya sikap waspada
pada kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Bila seorang wirausahawan
memiliki sikap percaya diri yang minimal ini tentu harus diperbaiki karena
sikap ini akan membantu mereka dalam beradaptasi dengan keadaan dan
lingkungan yang terburuk sekalipun.
2. Memiliki sikap gemar belajar
Belajar tidak terbatas pada pendidikan formal. Saat kita terjun ke
masyarakat sebagai wirausahawan disana kita akan mendapatkan
pembelajaran yang sesungguuhnya karena wirausaha sangat erat

13
hubungannya dengan lingkungan sosial. Kemampuan menyerap ilmu dalam
kondisi serumit apapun menjadi nilai tambah bagi wirausahawan juara.
3. Memilki keberanian dalam mengambil resiko
Menjadi seorang risk taker bukanlah pilihan yang mudah. Terlebih
bagi mereka yang memiliki banyak pertimbangan dalam mengambil sebuah
keputusan. Butuh keberanian lebih untuk mengatakan "oke saya ambil
resiko itu agar bisnis saya bisa berkembang!". Dalam setiap peluang bisnis
ada resiko gagal. Namun bukan kegagalan ini yang menjadi poin utama bagi
seorang wirausahawan sukses, melainkan kemampuan untuk kembali
bangkit lagi setelah gagal dan terjatuh yang membedakan wirausahawan
juara dan wirausahawan rata - rata.
4. Memiliki jiwa kepemimpinan dan komunikasi yang baik
Jiwa kepemimpinan mutlak dibutuhkan karena seorang
wirausahawan akan dihadapkan pada banyak masalah dan dituntut untuk
dapat mengambil keputusan dalam kondisi sesulit apapun. Jiwa
kepemimpinan tidak akan didapatkan melalui buku teori meskipun ada teori
mengenai kepemimpinan tersebut. Pengalaman adalah pahat yang
membentuk jiwa kepemimpinan dalam diri seorang wirausahawan juara.
5. Menikmati jam kerja yang panjang
Karyawan pada umumnya memiliki jam kerja tertentu yang
sifatnya terbatas. Berbeda dengan wirausahawan yang bebas menentukan
jam kerjanya. Namun dibalik kebebasan tersebut ada sebuah kompensasi
yang harus dibayar, yaitu pengorbanan waktu. Biasanya saat usaha baru
dibentuk, seorang wirausahawan akan menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk mengembangkan usaha tersebut, bahkan waktu yang
dihabiskan bisa jauh lebih banyak dari jam kerja karyawan pada umumnya.
Inilah yang memang seharusnya dijalani, maka dari itu nikmati saja semua
perjalanan yang ada didalam pengembangan sebuah usaha karena
wirausahawan juara akan lebih mementingkan visi jauh ke depan yang
sudah ditetapkannya.
Itu semua adalah 5 sikap wirausaha juara yang bisa saya tuliskan.
Terbatas memang karena memang masih banyak sikap yang patutnya

14
dimiliki seorang wirausahawan juara. Oleh karena itu saya dengan tangan
terbuka berharap adanya masukan dan saran apabila kawan - kawan
memiliki ide - ide yang bisa ditambahkan untuk melengkapi isi tulisan ini.
Semoga bisa bermanfaat dan salam wirausaha.

2.7.3 Faktor-Faktor Yang Meningkatkan Semangat Wirausaha


1. Keinginan meniru figur seseorang yang sukses.
Meniru orang sukses bukan hanya sekedar mencari tahu resep
sukses mereka, tetapi juga meniru semangat dan kerja keras mereka. Orang
sukses adalah orang yang memiliki kepribadian positif, maka pelajari
karakter positif mereka, yang membawa mereka pada kesuksesan.
2. Rasa suka terhadap tantangan.
Tantangan dalam hidup bukan merupakan hal yang harus dihindari,
tetapi justru harus dihadapi dengan cerdas dan selalu berfikir positif. Karena
melalui tantangan-tantangan tersebut kita ditempa untuk menjadi lebih
tangguh.
3. Keinginan untuk tetap bertahan hidup
Hal ini merupakan naluri alamiah manusia, yaitu keinginan untuk
mempertahankan hidupnya atau menyelamatkan hidupnya. Karena
keinginan untuk bertahan hiduplah maka kita harus selalu mengasah
kemampuan berfikir untuk mengembangkan hal-hal baru.
4. Keinginan untuk memperbaiki taraf hidup yang lebih baik lagi, dari yang
dijalan
Manusia merupakan sosok yang memiliki kecerdasaan dan
perasaan. Maka selain bertahan hidup, secara naluri manusia juga
berkeinginan dan berusaha untuk membuat hidup lebih nyaman dan lebih
baik.
5. Kegagalan yang dialami dalam meniti karir pekerjaan
Kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda. Kita harus belajar
dari kegagagalan kita sehingga muncul semagat baru untuk lebih berhasil.
6. Adanya cita-cita untuk menjadi pengusaha.

15
Setiap manusia yang hidup pasti mempunyai cita-cita yang ingin
digapai. Cita-cita tersebut merupakan harapan seseorang di masa yang akan
datang, untuk mewujudkan cita-cita menjadi pengusaha, maka kita harus
terus belajar dan berani berusaha.
Ada beberapa sikap yang harus dimiliki oleh seseorang untuk
menjadi wirausahawan yang sukses. Beberapa hal yang harus menjadi jiwa
dari seorang wirausaha antara lain :
a. Percaya Diri
Ini adalah sikap yang penting menurut saya karena merupakan paduan
sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan,
yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis dan banyak ditentukan
oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan
suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa,
inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, dan
kegairahan berkarya.
b. Berorientasi Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang
selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,
ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya
diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya diperoleh
melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun dan pengembangannya
diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah dan
semangat berprestasi.
c. Keberanian Mengambil Resiko
"No Pain No Gain" itu adalah istilah barat yang digunakan untuk
mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap
menerima rasa sakit. Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai
usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau
kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Wirausaha
menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan
menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.
d. Kepemimpinan

16
Jelas seorang wirausaha adalah seorang yang harus mampu memimpin,
baik memimpin usahanya ataupun memimpin para pekerjanya.
kepemimpinan yang baik akan dapat mengantarkan seorang
wirausahawan menuju sukses.
e. Berorientasi ke masa depan
Seorang wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan ke masa
depan, kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda dari yang ada sekarang. Jadi janganlah terpaku
pada kondisi saat ini saja jika ingn berhasil, tetapi lihatlah peluang-
peluang yang ada di masa depan.
f. Keorisinilan : Kreatifitas dan Inovasi
Kalau mau jadi wirausahawan yang sukses haruslah dimulai dengan
menjauhkan sikap plagiat atau suka meniru hasil karya orang lain. Kita
harus bisa menciptakan sesuatu yang baru yang menarik dan bermanfaat
bagi masyarakat selaku pasar dari usaha kita. Salah satu konsep yang
dapat digunakan dan cukup mudah pelaksanaannya adalah Amati-Tiru-
Modifikasi (ATM). Ciptakanlah produk hasil dari kreativitas pemikiran
kita sendiri karena itu aka

2.8 Menentukan Jenis Produk Dan Produksi


Sistem produksi yang baik harus mampu menghasilkan
produk seperti yang diharapkan. Umumnya suatu sistem diukur dengan
kemampuan memproduksi dalam jumlah dan kualitas yang ditetapkan
berdasarkan kebutuhan konsumen, kemampuan sumber daya
perusahaan serta harapan dari wirausahawan sebagai pemilik dan
mungkin juga sekaligus sebagai manager.
Tahap awal dalam pelaksanaan proses produksi adalah
merencanakan produk yang akan diproduksi. Pada pembelajaran
sebelumnya (Aspek Pemasaran) telah dirumuskan jenis produk yang
akan dihasilkan sesuai dengan potensi diri yang dimiliki, tentunya
produk tersebut memiliki potensi/prospek pasar yang memadai.
Gambaran mengenai karakteristik produk yang akan dihasilkan,

17
memberikan kemudahan dalam menyusun kebutuhan bahan, tenaga
kerja, mesin/peralatan, lokasi produksi dan biaya yang dibutuhkan
dalam proses produksi. Dengan gambaran produk ini, juga akan
memudahkan dalam menetapkan sistem produksi yang akan
diterapkan dalam menghasilkan produk yang dimaksud. Olehnya itu,
dalam sistem produksi dikenal adanya 3 (tiga) komponen, yaitu
masukan (input), proses dan keluaran (output).

2.8.1 Definisi Produksi


Berbagai literatur tentang produksi mendefenisikan
produksi dengan gaya pengungkapan yang berbeda-beda. Istilah
produksi sering digunakan dalam suatu organisasi untuk
menghasilkan suatu keluaran atau output, baik berupa barang maupun
jasa. Produksi dari sudut pandang kegiatan penciptaan produk
seperti yang dikemukakan oleh Assauri (1993) bahwa produksi
merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan
barang atau jasa.
Demikian pula defenisi yang dikemukakan oleh
Reksohadiprojo dan Gitosudarmo (2003) bahwa produksi adalah
kegiatan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa sesuai
dengan kehendak konsumen dalam hal jumlah, kualitas, harga serta
waktu.
Produksi tidak hanya menciptakan produk sebagai keluaran
(output), namun juga menggunakan berbagai faktor produksi
sebagai masukan (input). Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Prawirosentono (1997) bahwa produksi adalah membuat atau
menghasilkan produksi suatu barang dari berbagai bahan lain. Hal
yang sama juga dikemukakan oleh Sofyan (1999) bahwa produksi
diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang
mentransformasikan masukan menjadi keluaran atau dengan
pengertian bahwa produksi mencakup setiap proses yang mengubah
masukan menjadi keluaran yang berupa barang dan jasa.

18
Produksi sebagai suatu proses, diartikan sebagai cara,
metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan atau
suatu kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan
(Utility) suatu barang dan jasa. Ahyari (1990) mengemukakan
bahwa proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik
menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan
faktor produksi yang ada.
Melihat berbagai definisi yang telah diungkapkan di atas,
maka dapat dirumuskan bahwa proses produksi dalam konteks
kewirausahaan adalah merupakan kegiatan untuk menciptakan atau
menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan
faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan
dana, agar menghasilkan produk yang dibutuhkan dan sesuai dengan
yang diharapkan oleh konsumen.

2.8.2 Kebutuhan Proses Produksi


Sebelum melaksanakan proses produksi terlebih dahulu
perlu dirancang kebutuhan sarana dan prasarana yang akan
digunakan dalam menghasilkan produk, sarana dan prasarana
inilah yang sering disebut sebagai input produksi yang meliputi
bahan, tenaga kerja, mesin/peralatan, lokasi dan biaya (uang).
2.8.3 Bahan Baku
Dalam menyusun kebutuhan bahan baku untuk digunakan
dalam proses produksi harus mengacu pada karakteristik produk
yang akan dihasilkan. Misalnya saja, jika berdasarkan analisis yang
telah dilakukan terhadap pasar produk yang akan dihasilkan,
konsumen menginginkan produk yang rasanya manis dan berwarna
merah, tentunya bahan yang dibutuhkan dalam proses produksi
adalah gula dan pewarna merah. Dengan demikian, kualitas produk
yang akan dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen,
sangat ditentukan oleh kualitas bahan baku yang digunakan. Ini
yang menjadi alasan mengapa perusahaan perlu melakukan

19
penanganan bahan baku, terutama dalam mengendalikan kualitas
untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Pengendalian dalam pengadaan bahan baku terutama pada
perusahaan perusahaan yang memanfaatkan hasil-hasil pertanian
primer sebagai bahan bakunya sangat penting untuk dilakukan,
karena hasil pertanian primer memiliki ciri yang apabila tidak
dikendalikan akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan. Ciri-ciri
produk hasil pertanian primer adalah bersifat musiman, mudah rusak,
banyak menggunakan tempat dan sumbernya terpencar- pencar.
Hal ini yang perlu ditekankan dan dipahami, karena mengingat
gagasan-gagasan produk yang diajukan oleh peserta mata kuliah
Kewirausahaan di Fakultas Pertanian umumnya berbahan baku
hasil pertanian.
Jenis bahan yang digunakan oleh perusahaan dalam proses
produksinya dapat dibedakan menjadi bahan langsung dan bahan
tak langsung. Bahan langsung adalah bahan yang digunakan dalam
proses produksi dan terikat atau menjadi bagian dalam produk.
Sedangkan bahan tak langsung adalah bahan yang bukan atau tidak
menjadi bagian dalam produk, namun sangat diperlukan untuk
mendukung produksi.
2.8.4 Proses Produksi
Dihasilkannya produk sesuai dengan jumlah dan mutu
yang diharapkan oleh pasar dan perusahaan, selain ditentukan oleh
input sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, juga sangat
ditentukan oleh kegiatan yang dilaksanakan selama proses
pembuatan produk berlangsung yang dikenal dengan istilah proses
produksi. Proses produksi melalui beberapa tahapan yang
merupakan aktifitas menyeluruh yang dilakukan oleh tenaga kerja
produksi yang membuat produk, tahapan-tahapan ini disebut
tahapan produksi. Tahapan-tahapan produksi yang tersusun secara
teratur disebut aliran produksi.
Penggolongan proses produksi berkaitan dengan sifat dan

20
jenis masukan yang digunakan dan produk yang akan dihasilkan.
Olehnya itu, proses produksi dapat dibedakan atas:
1. Proses produksi berdasarkan wujudnya, terdiri atas:
a. Proses kimiawi, yaitu proses pengolahan bahan menjadi produk
dengan mendasarkan pada sifat kimiawi bahan yang diolah.
b. Proses mengubah bentuk, yaitu proses pengolahan bahan
menjadi produk jadi atau setengah jadi dengan cara mengubah
bentuk bahan menjadi bentuk yang lebih bermanfaat.
c. Proses perakitan, yaitu proses menggabungkan komponen-
komponen produk menjadi produk yang lebih bermanfaat.
d. Proses transportasi, yaitu proses memindahkan sumber atau produk
dari tempat asal ke tempat dimana produk tersebut dibutuhkan.
2. Proses produksi berdasarkan tipenya, terdiri atas:
a. Proses berkesinambungan, dimana arus masukan berlangsung
terus melalui sistem produksi yang telah distandarisasi untuk
menghasilkan produk yang homogen. Bentuk produk yang
dihasilkan bersifat standar dan tidak tergantung pada spesifikasi
pemesan. Tujuan produksi umumnya untuk persediaan kemudian
dipasarkan.
b. Proses terputus-putus, proses yang biasanya menghasilkan
produk yang berbeda beda, prosedur yang berbeda-beda dan
bahkan kadang dengan masukan yang berbeda-beda. Bentuk
produknya disesuaikan dengan pesanan konsumen. Tujuan
produksi adalah untuk melayani pesanan konsumen.

2.8.5 Pengendalian Produksi


Setelah menentukan spesifikasi produk yang akan
dihasilkan, merancang proses dan sistem produksi, maka perlu
mengorganisasikan seluruh sumberdaya yang dimiliki oleh
perusahaan untuk pengendalian produksi. Pengendalian produksi,
meliputi:
1. Pengendalian pembelian, agar pembelian yang dilakukan oleh

21
perusahaan terkait dengan proses produksi lebih efisien (hemat
biaya). Dalam pengendalian pembelian ini melibatkan beberapa
faktor yang saling terkait, yaitu kuantitas, kualitas, harga, waktu
dan pelayanan.
2. Pengendalian Persediaan, perlu dilakukan agar biaya yang
dikeluarkan untuk penyimpanan dapat dikendalikan.
3. Pengendalian produksi, agar proses produksi dapat berjalan lancar,
tepat waktu dan menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas
yang sesuai dengan yang direncanakan.
4. Pengendalian Kualitas, yang dilakukan pada setiap tahapan proses
yang bertujuan untuk mencegah adanya penyimpangan terhadap
standar kualitas produk yang telah ditetapkan (quality control).

7.1

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lingkungan usaha adalah keseluruhan dari aspek - aspek atau hal -
hal serta keadaan eksternal lembaga usaha atau industri yang dapat
mempengaruhi kegiatan bisnis atau kinerja usaha. Dalam hal ini, lingkungan
dapat diartikan sebagai gambaran konsep secara keseluruhan terhadap
lingkungan luar atau eksternal. Kondisi tersebut nantinya dapat
mempengaruhi kinerja dalam menjalankan bisnis(usaha). Menurut Pearce
and Robinson (2000:71)
Segala sesuatu yang mempengaruhi aktifitas usaha dalam
melaksanakan analisis lingkungan dapat dilihat dari analisis situasi dan
analisis diri. Analisis situasi lebih cenderung pada lingkungan eksternal yaitu
kondisi lingkungan dimana akan diselenggarakan usaha tersebut. Analisis diri
lebih menganlisis pengenalan kemampuan usaha sendiri dan sumberdaya
yang dimiliki. Pemetaan lingkungan eksternal dan internal tersebut dapat
menunjukkan seberapa besar kekuatan yang merupakan peluang dan juga
kelemahan yang akan mengancam pengembangan praktik. (Jurnal Manajemen
Bisnis Dan Inovasivol.5 No.3 November2018, Hal159-168)
Secara umum manajemen pemasaran mempunyai tiga tugas pokok,
yaitu Mempersiapkan rencana/strategi umum bagi perusahaan
Melaksanakan rencana strategi umum yang telah dibuat Mengadakan
evaluasi, menganalisa dan mengawasi rencana tersebut dalam
pelaksanaannya. (untuk mengukur hasil dan penyimpangannya serta
untuk mengendalikan aktivitas). Sehingga yang dimaksud dengan
manajemen pemasaran, menurut Philip Kotler adalah: penganalisaan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang
ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju untuk
mencapai tujuan organisasi.
Bisa dikatakan, perencanaan keuangan adalah cara untuk mengawasi
akun untuk bisa lebih mendapatkan keuntungan dari bisnis yang

23
dijalankannya dan memanfaatkan sumber modal dari kas yang ada untuk
mengembangkan bisnisnya (Fatwitawati, 2018).
Menurut Megginson (2000), Perencanaan Usaha adalah suatu
rencana tertulis yang memuat mini dan tujuan bisnis, cara kerja dan rincian
keuangan/permodalansusunan para pemilik dan manajemen dan bagaimana
cara mencapai tujuan bisnisnya
Ide kewirausahaan selalu muncul dari pemikiran kreatif. Ide muncul
apabila kita memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas. Ide juga
muncul dari mimpi-mimpi atau khayalan-khayalan (dreams). Setelah ide atau
khayalan-khayalan muncul, muncullah gagasan-gagasan atau angan-angan.
Dari gagasan inilah, tindakan inovasi dilakukan. Kepercayaan diri yang
tinggi, kepercayaan diri yang dimiliki oleh seorang wirausahawan akan
memunculkan sikap optimisme dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
Tahap awal dalam pelaksanaan proses produksi adalah
merencanakan produk yang akan diproduksi. Pada pembelajaran
sebelumnya (Aspek Pemasaran) telah dirumuskan jenis produk yang akan
dihasilkan sesuai dengan potensi diri yang dimiliki, tentunya produk
tersebut memiliki potensi/prospek pasar yang memadai. Gambaran
mengenai karakteristik produk yang akan dihasilkan, memberikan
kemudahan dalam menyusun kebutuhan bahan, tenaga kerja,
mesin/peralatan, lokasi produksi dan biaya yang dibutuhkan dalam proses
produksi. Dengan gambaran produk ini, juga akan memudahkan dalam
menetapkan sistem produksi yang akan diterapkan dalam menghasilkan
produk yang dimaksud. Olehnya itu, dalam sistem produksi dikenal
adanya 3 (tiga) komponen, yaitu masukan (input), proses dan keluaran
(output). (Kewirausahaan 2013)

3.2 Saran
1. Dalam penulisan makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat
mengevaluasi diri untuk dapat memposisikan diri sebagai wirausahawan
yang baik dan sukses dengan adanya kiat-kiat dalam memanfaatkan
peluang usaha yang ada.

24
2. Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari banyaknya kekurangan
oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam
membangun suatu karya yang jauh lebih baik lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Adair, John, Kepemimpinan yang Memotivasi, Jakarta, Gramedia Pustaka


Utama, 2008

Cocheu Ted, Making Quality Happen: How Trainig Can Turn Strategy into
Real Improvement. San Francisco: Jossey-Bass Publishers. 1993.

Daniels, Aubrey C. 2005. Maximum Performance: Sistem Motivasi Terbaik


bagi Kinerja Karyawan.
Jakarta; Bhuana Ilmu Populer.

Djokosantoso Moeljono, Beyond Leadership, 12 Konsep Kepemimpinan,


Jakarta, Elex Media Komputindo, 2004.

Domingo, Rene T, Quality means Survival: Caveat Vendidor Let The Seller
Beware. Singapore:Prentice Hall. 1997.

Froggatt, Wayne. 2004. Choose to be Happy: Panduan Membentuk Sikap


Rasional dan Realistik.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Griffin W. Ricky dan Ebert J. Ronald, Business, edisi-5. New Jersey:


Prentice Hall International Inc.
1999.

Heller, R. 2003. Selling Successfully. Jakarta: Dian Rakyat.

Hughes Richard L., Ginnett Robert C., dan Curphy Gordon J., Leadership,
third edition. Singapore: Irwin/McGraw-Hill. 1999.

Kusnadi, Masalah, Kerjasama, Konflik, dan Kinerja (Kontemporer &


Islam). Malang: Taroda. 2002.

Lesmana, R. dan Rudy Surjanto. 2003. Financial Perforance Analyzing


Pedoman Menilai Kinerja Keuangan Untuk Perusahaan Tbk., Yayasan,
BUMN, BUMD, dan Organisasi Lainnya. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Lindsay M. William dan Petrick A. Joseph, Total Quality and


Organization Development. Florida: St. Lucie Press. 1997.

Meredith, G.G. 1996. Kewirausahaan Teori dan Praktik. Jakarta: Pustaka


Binaman Presindo. Maslow Abraham, 1970, Motivation and Personality,
New York: Harper & Row.

Merrill, Mike. 2005. Dare to Lead: Strategi Kreatif 50 Top CEO untuk
Meraih Kesuksesan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

26
Nierenberg, Gerald I.. & Hendry H. Calero. 2008. Membaca Pikiran Orang
Seperti Membaca Buku. Jogjakarta: Think.

John E. Barbuto dan Lance L. Brown, Motivating Your Employees.


http://www.ianr.unl.edu/pubs/consumered/g1397.htm.
Percy, Ian. 2003. Going Deep: Menjelajahi Kedalaman Spiritualitas dalam
Hidup dan Kepemimpinan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Peters, T. 2001. The Brand You 50 (50 Cara Mengubah Merek Diri Anda).
Jakarta: Prestasi Pustaka. Peterson W. Marvin, at. all, Planning and
Management for a Changing Environment. San Francisco: Jossey-Bass
Publishers. 1997.

Porter, Michael E. 1992. Competitive Strategy. New York: The Free Press.

Priest, S. dan Karl Rohnke. 2000. 101 of The Best Corporate Team-
Building Activities We Know!. Lakebay: Kendall.

Richard M. Steers dan Lyman W. Porter, Motivation And Work Behavior.


New York: McGraw-Hill International Edition. 1991.

Robbins, Stephen P. and Nancy Langton. 2001. Organization Behavior. 2nd


ed.. Canada: Pearson Education.

Rukka, Muhammad Rusli. 2011. Buku Ajar Kewirusahaan -1. Makassar


:Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan Universitas Hasanuddin.

Saaty, T. L. 2006. Creative Thinking, Problem Solving and Decision


Making. Pittsburgh: RWS Publications.

Snow, H. 1997. Indooor/Outdoor Team-Building Games for Trainers. New


York: McGraw-Hill.

Soekamto, Toeti dan Drs. Udin Saripudin Winataputra, MA. Teori Belajar
dan Model-Model Pembelajaran - Bahan Ajar Program pengembangan
Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) Untuk Dosen Muda.
Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan
Aktivitas Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1994.

Steers, Richard M. 1980. Effectivitas Organisasi. terjemahan. Jakarta:


Erlanggga. Sutermeister, Robert
A. 1976. People and Productivity. Third Edition. New York: McGraw- Hill
Book Co. 1976.

Suryana. 2004.:Modul Kewirausahaan SMK.. Jakarta, Direktorat


Pendidikan Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional.

27
Sweeney, Paul D.. & Dean B. McFarlin. 2002. Organizational Behavior:
Solution for Management.
International Edition. Boston: McGraw-Hill Higher Education.

Thomas, Alan J. 1985. The Productive School: a System Analisys Approach


to Educational Administration. Chicago: University Press.

Timpe, 1991c. Memotivasi Pegawai. Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis.
Edisi Bahasa Indonesia Jakarta: Gramedia.

Turner, Suzanne. 2005. Tools for Success: Acuan Konsep Manajemen bagi
Manajer dan Praktisi Lainnya. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
West A. Michael, Developing Creativity in
Organizations, terjemah Bambang Shakuntala.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2000.

Winardi, Asas-asas Manajemen. Bandung: Penerbit


Mandar Maju. 2000. Yager, Jan. 2005. Creative Time
Management. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Zohar, Danah & Ian Marshal. 2006. Spiritual Capital: Memberdayakan SQ di
Dunia Bisnis. Bandung: Mizan.

28

Anda mungkin juga menyukai