Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mungkin banyak orang sudah sering mendengar entrepreneurship (kewirausahaan)


tapi intrapreneurship agak lebih jarang dikemukakan. Intrapreneurship umumnya dimulai dari
karyawan dalam sebuah organisasi yang mempunyai sebuah ide bisnis atau inovasi. Mereka
(yang mempunyai ide bisnis) dapat mengemukakan ide bisnis mereka pada direktur. Direktur
kemudian memisahkan dia dari core perusahaan dan memberikan sumber daya untuk
melaksanakan idenya. Kesempatan tercipta oleh perubahan lingkungan, dan salah satu ciri
seorang entrepreneur adalah kemampuannya yang lebih tajam dalam melihat perubahan-
perubahan, dan menemukan kesempatan-kesempatan yang tersimpan di balik perubahan itu.
Seorang manajer yang rendah tingkat intrapreneurship-nya mengatakan seberapa banyak
sumber daya yang dapat saya kelola, dan dari sumber daya yang dipegang ini apa yang akan
dapat dicapai ? Namun seorang manajer yang tinggi tingkat intrapreneurship-nya akan
mengatakan berdasarkan apa yang ingin dicapai, baru mengatakan apa saja yang harus
dimiliki untuk mencapainya. Terdapat tiga pilar dalam intrepreneurship yaitu inovasi,
pengambilan resiko yang terkalkulasi, dan kreativitas. Inovasi adalah kemampuan untuk
melihat segala sesuatu dengan cara yang baru. Pengambilan resiko yang terkalkulasi
merupakan kemampuan untuk mengambil kesempatan yang sudah diperhitungkan dan
menganggap kegagalan sebagai suatu pengalaman belajar. Kreativitas merupakan
kemampuan untuk memperkirakan berbagai kemungkinan di masa depan dan secara proaktif
menciptakan apa yang diidamkan. Masalahnya adalah bagaimana memelihara semangat
entrepreneurship dalam organisasi yang membesar dan semakin mapan. Organisasi yang
besar dan stabil acapkali menimbulkan rasa percaya diri yang berlebihan pada orang-orang
yang terlibat di dalamnya sehingga mengurangi sensitivitas terhadap kebutuhan pelangganya
dan kurang responsif terhadap dinamika persaingan. Padahal dalam situasi yang
hypercompetitive, timbulnya sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan dapat berakibat fatal.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.Apakah Pengertian Intrapreunership?

2.Apa sajakah Iklim Organisasi yang Mendorong Intrapreneurship?

3.Bagaimanakah Karakteristik Kepemimpinan Intrapreneurship?

1.3 Tujuan Penulisan

1.Untuk mengetahui Pengertian Intrapreunership

2.Untuk mengetahui Iklim Organisasi yang Mendorong Intrapreneurship

3.Untuk mengetahui Karakteristik Kepemimpinan Intrapreneurship

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Intrapreneurship

Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan


(enterprenership inside of the organization) atau dapat dikatakan bahwa intrapreneurship
adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. Konsep intrapreneurship pertama
muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul “Intracoporate
Enterpreneurship : Programs in American Industry”, dan kemudian dipopulerkan oleh
Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam disertasinya.

Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah seorang yang


memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi suatu mimpi atau
gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam lingkup
lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, agar sukses intrapreneurship harus
diimplementasikan dalam strategi perusahaan (Dalam Budiharjo, 2011:152).

Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada


kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001), ada
beberapa perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan. Pertama, semua intrapreneur
membuat keputusan berisiko menggunakan sumber daya perusahaan. Untuk melakukannya,
pengusaha menggunakan sumber daya mereka sendiri (Antoncic dan Hisrich, 2001;
Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al, 2008). Kedua, intrapreneurship terjadi di antara
karyawan dari dalam organisasi mereka, sedangkan kewirausahaan cenderung terutama
secara eksternal terfokus (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich,
2001; Davis, 1999; Luchsinger dan Bagby, 1987).

Lebih lanjut Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa sepertiga dari semua,
pengusaha lebih memilih untuk mengembangkan pengetahuan tacit dalam organisasi baru
daripada menggunakan prosedur atau mekanisme dari perusahaan lain. Di sisi lain,
intrapreneur bekerja dalam organisasi yang sudah memiliki politik mereka sendiri, bahasa,

3
prosedur, dan birokrasi (Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Honig,
2001).

Meskipun kewirausahaan dan intrapreneurship memiliki perbedaan penting, mereka


juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship secara konsisten diposisikan sebagai
kewirausahaan dalam organisasi (Antoncic, 2001; Davis, 1999, dalam Asef Karimi, dkk,
2011).

Jadi dari berbagai pengertian mengenai Intrapreneurship pada dasarnya


intrapreneurship adalah entrepreneurship yang dipraktekkan dalam sebuah perusahaan dan
mempunyai sumber daya untuk melaksanakan ide dan inovasinya guna mengembangkan
perusahaannya.

2.1.1 Perbedaan Intrapreneurship dan Entrepreneurship

Intrapreneur adalah orang yang diberi pekerjaan oleh Entrepreneur. Oleh karena itu,
tanggung jawab Entrepreneur terhadap perusahaanya mencakup semua aspek; sedangkan
tanggung jawab Intrapreneur sebatas unit, produk, jasa, proses, atau sumber daya yang dia
kembangkan. Seorang Entrepreneur adalah pemilik dan sekaligus operator perusahaan, yang
berani mengambil risiko besar dari bisnis yang dia jalankan, dengan harapan mendapatkan
keuntungan finansial dan manfaat nilai tambah lainnya. Jadi, seorang Intrapreneur memiliki
risiko terbatas, dan seorang Entrepreneur memiliki risiko tidak terbatas. Skala besar-kecilnya
suatu perusahaan atau organisasi. Organisasi yang besar sangat membutuhkan para
intrapreneur untuk merespon masalah yang dihadapi perusahaan seperti kebutuhan akan
inovasi. Seiring meningkatnya kualitas persaingan usaha dan untuk mencegah terjadinya
exodus, (para karyawan terbaik dan cerdas memiliki kecenderungan untuk meninggalkan
perusahaan untuk menjadi entrepreneur usaha mandiri).

2.1.2 Hubungan Intrapreneurship dan Entrepreneurship

Intrapreneurship merupakan manajemen strategi dari Entrepreneurship. Oleh sebab


itu, fungsi Intrapreneurship harus dikelola dengan tata kelola terbaik untuk
mendorong pertumbuhan perusahaan dari dalam. Perusahaan dengan konsep
intrapreneurial efektif haruslah menciptakan lingkungan dan budaya perusahaan
yang memungkinkan tumbuh berkembangnya semangat Intrapreneurship di dalam

4
perusahaan. Untuk penerapan konsep intrapreneurial yang efektif dalam perusahaan
diperlukan kebijakan yang mengatur struktur formal untuk Intrapreneurship; diperlukan
komitmen dan tanggung jawab dari karyawan dan pimpinan untuk mengkontribusikan cara
kerja dan ide-ide buat menjaga kinerja dan daya saing perusahaan; diperlukan upaya nyata
dari perusahaan untuk menciptakan tenaga kerja yang beragam kemampuan atau multi
talenta; diperlukan integritas perusahaan untuk merancang jalur karir yang menarik dan
kompetitif; dan juga menciptakan konsep insentif yang membuat pekerja selalu setia
seumur hidup bersama perusahaan. Intrapreneurship umumnya dimulai dari karyawan
dalam sebuah organisasi yang mempunyai sebuah ide bisnis atau inovasi. Mereka (yang
mempunyai ide bisnis) dapat mengemukakan ide bisnis mereka pada direktur. Direktur
kemudian memisahkan dia dari core perusahaan dan memberikan sumber daya untuk
melaksanakan idenya.

2.2 Iklim Organisasi yang Mendorong Intrapreneurship

a. Faktor Pendorong Intrapreneurship

Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan antesenden


intrapreneurship dibagi menjadi dua yaitu lingkungan (environment) dan organisasi
(organization).

1) Faktor lingkungan yang positif meliputi dinamisme peluang teknologi,


pertumbuhan industry, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan antesenden untuk
lingkungan yang tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan
persaingan yang tinggi.

2) Dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong


intrapreneurship adalah system terbuka, kendali formal pada aktivitas intrapreneurship,
pemindahan intensif pada lingkungan, dukungan organisasional, dan nilai-nilai perusahaan.
Dalam penelitiannya, Antonic (2007) membuktikan bahwa intrapreneurship berkorelasi
secara positif dengan pertumbuhan (company growth), dan dibuktikan pula bahwa dimensi
lingkungan dan karakteristik organanisasi (organization characteristics) berkorelasi positif
dengan intrapreneurship.

5
b. Faktor Penghambat Intrapreneurship

Eesley dan Longenecker (2006, dikutip oleh Budiharjo, 2011) mengemukakan 10


hambatan utama dalam intrepreneurship meliputi :

1. Menghukum kesalahan yang disebabkan oleh tindakan risk taking (berani mengambil

resiko)

2. Gagasan-gasasan tanpa tindak lanjut

3. Tidak ada dorongan intrapreneurship

4. Unhealthy politicking dalam organisasi

5. Komunikasi yang buruk antar karyawan dan juga pada pelanggan

6. Karyawan tidak didorong berpikir untuk mencari peluang

7. Misi, sasaran perusahaan tidak jelas

8. Kurang dukungan manajemen

9. Penghasilan keputusan beresiko yang tidak diberi reward

10. Keterbatasan waktu dan sumber daya.

2.3 Karakteristik Kepemimpinan Intrapreneur

a) Ciri-ciri intrapreneur yaitu:

· Intrapreneur seolah menjadi general manager dari sebuah bisnis baru yang belum ada

di perusahaan

· Biasanya memiliki backgroud teknis atau perusahaan, tetapi tidak memusuhi disiplin

kerja yang lain, pandai beradaptasi dan melakukan penyesuaian

· Melakukan hal-hal sesuai kehendak hatinya

· Pemikir/konseptor sekaligus pelaksana

6
· Punya dedikasi penuh dan bersedia mencurahkan waktu habis-habisan agar mimpinya

kenyataan.

· Menunjukkan kualitas yang baik

· Segala sepak terjanggnya hanya berdasar kepentingan usahanya

· Orang yang meraih target yang ditetapkannya sendiri

· Selalu menetapkan standar kerja yang tinggi

· Kegagalannya merupakan proses belajar

Berdasarkan pendapat Antonic (2003) mengemukakan intrapreneurship memiliki


karakteristik sebagai berikut :

1. Understand the environment.

Intrapreneur harus mengerti semua aspek lingkungannya, baik dari lingkungan internal
perusahaan maupun lingkungan eksternal perusahaan.

2. Visionary and flexible.

Intrapreneur harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan ide-idenya menjadi


kenyataan, dapat beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda.

3. Encourage team work.

Intrapreneur harus memiliki kemampuan untuk membangun tim kerja dan tim tersebut
bekerja dengan disiplin.

4. Encourage open discussion.

Intrapreneur harus mampu mengadakan diskusi terbuka dalam usahanya membentuk tim
kerja yang bagus.

5. Builds a coalition of supporters.

Intrapreneur dapat mencapai tujuannya dengan membangun koalisi untuk mendukung


inovasinya. Koalisi dapat terdiri dari pekerja dan manajemen puncak.

7
6. Persists.

Intrapreneur harus tekun dan gigih dalam bekerja agar tujuan dapat tercapai.

b) Hubungan Kreatifitas, Inovasi dengan Kewirausahaan

a. Inovasi

Inovasi adalah proses menemukan atau mengimplementasikan sesuatu yang baru ke dalam
situasi yang baru. Konsep kebaruan ini berbeda bagi kebanyakan orang karena sifat nya
relative (apa yang dianggap baru oleh seseorang atau pada suatu konteks dapat menjadi
sesuatu yang meruapakan lama bagi orang lain dalam konteks lain). Inovasi adalah
memikirkan dan melakukan sesuatu yang baru yang menambah atau menciptakan nilai-nilai
manfaat(social/ekonomik) (Gde Raka,2001). Untuk menghasilkan perilaku inofatif seseorang
arus melihat inovasi secara mendasar sebagai proses yang dapat dikelola (John Adair,1996).

b. Kreativitas

Kreativitas merupakan memikirkan sesuatu,kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu


yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang
telah ada sebelumnya. Kreatif adalah menghadirkan sesuatu benda atau hal yang sebelumnya
sama sekali belum ada untuk dipergunakan. Ide yang kratif dikaitkan dengan ide yang baru
paling tidak untuk orang yang bersangkutan Ide kreatif ini dapat melibatkan sebuah usaha
penggabungan du ahal atau lebih ide-ide secara langsung (John Adair,1996).

Kreativitas dan inovasi. Inovasi dan kreativitas berbeda wilayah domain yang sama,teapi
memiliki batasan yang tegas. Kreatifitas merupakan langkah pertama menuju inovasi yang
terdiri atas berbagai tahap. Kreatifitas berkaitan dengan produksi kebaruan dan ide yang
bermanfaat sedangkan inovasi berkaitan dengan produksi atau adopsi ide yang bermanfaat
dan implementasinya.

c. Wirausaha

Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai
kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan
untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih
sukses. Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki

8
kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Untuk
memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang
tinggi. Daya kreatifitas tersebut sebaiknya adalah dilandasi oleh cara berpikir yang maju,
penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada
selama ini di pasar.

Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun
waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam
dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya
mustahil. Namun, gagasan-gagasan yang baikpun, jika tidak diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari, hanya akan menjadi sebuah mimpi. Gagasan-gagasan yang jenius
umumnya membutuhkan daya inovasi yang tinggi dari wirausahawan yang bersangkutan.
Kreativitas yang tinggi tetap membutuhkan sentuhan inovasi agar laku di pasar.

Inovasi yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausahawan dalam menambahkan nilai


guna/nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga mutu produk dengan memperhatikan
“market oriented” atau apa yang sedang laku dipasaran. Dengan bertambahnya nilai guna
atau manfaat pada sebuah produk, maka meningkat pula daya jual produk tersebut di mata
konsumen, karena adanya peningkatan nilai ekonomis bagi produk tersebut bagi konsumen.

Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah
memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi
oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh
pengetahuan dan pengalaman usaha.

Seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam
berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan
kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam
kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan
sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang
(opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan
kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya. Kemauan dan
kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk:

· Melakukan proses/ teknik baru (the new technik)

9
· Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service).

· Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added),

· Merintis usaha baru (new businesess), yang mengacu pada pasar

· Mengembangkan organisasi baru (the new organization).

10
BAB III

PENUTUP

Jadi dari berbagai pengertian mengenai Intrapreneurship pada dasarnya


intrapreneurship adalah entrepreneurship yang dipraktekkan dalam sebuah perusahaan dan
mempunyai sumber daya untuk melaksanakan ide dan inovasinya guna mengembangkan
perusahaannya.

Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan antesenden intrapreneurship


dibagi menjadi dua yaitu lingkungan (environment) dan organisasi (organization).

Faktor lingkungan yang positif meliputi dinamisme peluang teknologi, pertumbuhan


industry, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan antesenden untuk lingkungan yang
tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan persaingan yang tinggi.

Dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong intrapreneurship


adalah system terbuka, kendali formal pada aktivitas intrapreneurship, pemindahan intensif
pada lingkungan, dukungan organisasional, dan nilai-nilai perusahaan. Dalam penelitiannya,
Antonic (2007) membuktikan bahwa intrapreneurship berkorelasi secara positif dengan
pertumbuhan (company growth), dan dibuktikan pula bahwa dimensi lingkungan dan
karakteristik organanisasi (organization characteristics) berkorelasi positif dengan
intrapreneurship.

Berdasarkan pendapat Antonic (2003) mengemukakan intrapreneurship memiliki


karakteristik sebagai berikut :

1. Understand the environment.

Intrapreneur harus mengerti semua aspek lingkungannya, baik dari lingkungan internal
perusahaan maupun lingkungan eksternal perusahaan.

2. Visionary and flexible.

Intrapreneur harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan ide-idenya menjadi


kenyataan, dapat beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda.

3. Encourage team work.

11
Intrapreneur harus memiliki kemampuan untuk membangun tim kerja dan tim tersebut
bekerja dengan disiplin.

4. Encourage open discussion.

Intrapreneur harus mampu mengadakan diskusi terbuka dalam usahanya membentuk tim
kerja yang bagus.

5. Builds a coalition of supporters.

Intrapreneur dapat mencapai tujuannya dengan membangun koalisi untuk mendukung


inovasinya. Koalisi dapat terdiri dari pekerja dan manajemen puncak.

6. Persists.

Intrapreneur harus tekun dan gigih dalam bekerja agar tujuan dapat tercapai.

12
DAFTAR PUSTAKA

Andreas Budiharjo. 2011. Organisasi : Menuju Pencapaian Kinerja Optimal. Jakarta :

Prasetya

http://teorionline.net/intrapreneurship/KARYAWAN.html

http://kataloggeografi.blogspot.com/2014/01/karyawan-entrepreneurintrapreneur.html

http://bayukresnapatii.blogspot.com

Asef Karimi, Iraj Malekmohamadi, Mahmoud Ahmadpour Daryani, Ahmad Rezvanfar,


(2011),”A conceptual model of intrapreneurship in the Iranian agricultural extension
organization: Implications for HRD”, Journal of European Industrial Training, Vol. 35 Iss: 7
pp. 632 – 657

13

Anda mungkin juga menyukai