Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kewirausahaan proses tidak hanya tentang penciptaan usaha.
Kewirausahaan merupakan fenomena multifaset. Gangaiah dan Viswanath
(2014) menjelaskan asal mula istilah 'kewirausahaan' dari kata Perancis
'entreprendre' yang artinya penyelenggara musik atau hiburan lainnya. Kata
tersebut telah dipakai sejak abad ke-16. Richard Cantillon menggambarkan
ekonomi sebagai ekonomi perusahaan, bukan ekonomi politik, di mana individu
tertentu memainkan peran kunci, masing-masing secara aktif dan pasif
(Cantillon, 2010). Dalam perekonomian Cantillon, pemerintah relatif pasif.
Sedangkan pelaku ekonomi aktif adalah wirausahawan yang memotivasi
seluruh sistem ekonomi.
Keterampilan kewirausahaan diibaratkan seperti dua sisi mata uang, yang
memiliki prestasi pengetahuan akademis dan keterampilan keahlian.
Penggabungan dari dua sisi kemampuan ini dapat mengatasi kesulitan dan
tantangan peluang kerja. Capaian pembelajaran pada mata kuliah
kewirausahaan ini adalah memahami perspektif pendidikan kewirausahaan dari
aspek sosio psikologis, spirit of entreprenuership, transformasi kewirausahaan,
teori inovasi dan kreativitas terhadap peluang usaha, proses kewirausahaan,
perencanaan dan strategi pengelolaan wirausaha baru potensi lokal, mengelola
kewirausahaan dan tren kewirausahaan masa kini (wirausaha produk digital,
jasa dan sosial), monitoring dan evaluasi kewirausahaan masyarakat. Othman,
et.al (2012) pada penelitiannya menemukan yakni pendidikan kewirausahaan
pada perguruan tinggi sangat efektif untuk mendukung kesiapan mahasiswa
berwirausaha pada masa depan.
Dewi (2013) menjelaskan seorang wiraswasta yang unggul memiliki sifat-
sifat karakteristik kreatif, inovatif, originalitas, berani mengambil risiko,
berorientasi ke depan dan mengutamakan prestasi, tahan uji, tekun, tidak
gampang patah semangat, bersemangat tinggi, berdisiplin baja dan teguh dalam
pendirian dalam mengelola usahanya. Herron (1993) menjelaskan upaya
memahami peran karakter kepribadian dalam kewirausahaan itu menjadi
penting untuk memahami secara terperinci hubungan antara ciri-ciri
kepribadian dan perilaku berwirausaha.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi karakteristik dan etika kewirausahaan ?
b. Apa yang menjadi sasaran dan ruang lingkup karakteristik dan etika
kewirausahaan ?
c. Mengapa diperlukan karakteristik dan etika kewirausahaan ?
d. Bagaimana manfaat dan peran etika kewirausahaan
C. Tujuan Masalah
a. Mengetahui definisi karakteristik dan etika kewirausahaan
b. Mengetahui apa saja yang menjadi sasaran dan ruang lingkup karakteristik
dan etika kewirausahaan
c. Mengetahui mengapa diperlukan karakteristik dan etika kewirausahaan
d. Mengetahui bagaimana manfaat peran dan etika kewirausahaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi karakteristik

Karakteristik usaha menunjuk pada asal usul usaha, lama usaha,


skala usaha dan sumber permodalan yang memainkan peranan penting
dalam kesuksesan usaha. Asal usul usaha menunjuk apakah usaha dirintis
dari nol atau merupakan warisan dari keluarga. Wirausahawan yang
merintis usahanya dari nol memiliki pengalaman yang semakin banyak
sehingga semakin lama kemampuan wirausahanya terasah. Wirausahawan
yang mengembangkan usaha dari inisiatif sendiri dan bukan karena
meneruskan usaha orang tua memiliki potensi lebih sukses karena telah
melewati proses kerja keras dan ketekunan untuk memperjuangkan
usahanya. Lama usaha juga menentukan kesuksesan usaha, apalagi usaha
yang dirinti dari nol (Mothibi, 2015). Penelitian Edusah (2014) juga
membuktikan adanya pengaruh karakteristik usaha terhadap kesuksesan
usaha. Sorensen dan Stuart (2000) menjelaskan bahwa usaha yang telah
berjalan lama dan memiliki banyak pengalaman biasanya lebih sukses
daripada usaha yang masih berjalan belum lama.Usaha yang telah lama
berjalan telah menikmati jejaring dengan banyak mitra sehingga dapat
menikmati skala ekonomis. Eltahir (2018) Seberapa lama usaha telah
dijalankan berkaitan dengan seberapa banyak pengalaman yang telah
dimiliki.Skala usaha menunjuk pada seberapa besar usaha yang telah
terbangun, apakah masih skala mikro, skala kecil atau skala menengah .
Skala usaha berkorelasi positif dengan kesuksesan usaha.Sumber modal
menunjuk apakah modal usaha bersumber dari internal atau eksternal. .
Penelitian Kristiansen, Furuholt, & wahid (2003) menemukan kesimpulan
bahwa usaha yang memiliki ketergantungan modal eksternal cenderung
lebih sukses.
Karakteristik wirausahawan yang mencakup karakteristik
demografi, karakteristik individu, perilaku personal dan kesiapan menjadi
entrepreneur. Karakteristik demografi menunjuk pada usia dan jenis
kelamin. Menurut Reynolds et al. (2000) usia antara 22 - 44 tahun adalah
usia yang paling produktif untuk menjadi wirausahawan. Penelitian yang
dilakukan oleh Kristiansen, Furuholt dan Wahid (2003) menemukan
bahwa terdapat korelasi antara umur dengan kesuksesan
bisnis.Wirausahawan yang berusia diatas 25 tahun terbukti lebih sukses
dibandingkan dengan yang berusia lebih muda. Untuk faktor usia,
penelitian Mazzarol et al (1999) menyimpulkan bahwa kaum perempuan
lebih kurang berhasil sebagai pendiri usaha baru daripada kaum laki-laki.
Temuan ini diperkuat oleh penelitian Kolvereid (1996) yang
menyimpulkan bahwa kaum laki-laki mencapai kesuksesan lebih tinggi
dalam berwirausaha daripada kaum perempuan. Karakteristik wirausaha
memiliki peran penting dalam membentuk sikap mental seseorang, daya
inovasi, kreatifitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, daya
juang yang bersinergi dengan pengetahuan keterampilan dan kewaspadaan
menentukan keberhasilan usaha (Soearsono, 1988). Pengusaha yang
memiliki karakteristik wirausaha dapat menghadapi permasalahan dan
hambatan yang dihadapinya. Suryana (2014) mengungkapkan bahwa
karakteristik wirausaha memiliki motif berprestasi. Seorang wirausaha
(entrepreneur) adalah seseorang yang kreatif dan inovatif, berani
mengambil risiko melalui pemanfaatan kesempatan usaha yang potensial
dan mensinergikan aset-aset dan kapabitas sehingga aset dan kapabilitas
tersebut dapat dikapitalisasikan (Zimmerer, et al 2008)

2.2 Definisi etika kewirausahaan

Kata etika (ethics) sering dihubungkan dengan urusan moral, norma,


peraturan dan budaya masyarakat. Dalam perkembangannya, masalah
etika ternyata juga diperlukan dalam hubungan bisnis. Bertens (2000)
menyatakan bahwa etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral, yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Dengan demikian perilaku yang beretika adalah perilaku
yang tidak melanggar norma, aturan dan budaya masyarakat setempat.
Apakah seorang wirausaha juga perlu beretika? Wirausaha adalah manusia
yang menjalankan profesinya sebagai pengusaha. Aktivitas wirausaha
adalah mengelola berbagai sumberdaya perusahaan untuk memaksimalkan
pendapatan. Berbagai sumberdaya tersebut bentuknya bisa berupa
sumberdaya manusia (man), sumberdaya uang (money), sumberdaya
bahan/barang (materials), sumberdaya metode (methods) dan sumberdaya
mesin (machine). Kehidupan bisnis berhubungan dengan seni mengelola
sumberdaya, seni menghadapi resiko pasang surut yang berpotensi untuk
tumbuh dan berkembang atau bahkan rugi dan gulung tikar. Iklim
persaingan yang tajam sering berdampak terhadap tingginya potensi
wirausaha untuk berbuat sesuatu yang merugikan orang lain. Pemberian
upah yang tidak sesuai dengan haknya karyawan, mengurangi timbangan
yang menjadi haknya konsumen dengan harapan memperoleh untung
lebih besar, tidak membayar pajak, dan lain-lain sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Hukum seringkali dilanggar demi memperoleh
sejumlah keuntungan, seperti mengimpor barang secara illegal,
memalsukan merek dagang, menjual kaset bajakan, membuka rahasia
kekayaan nasabah bank ke orang lain, dan sebagainya. Dengan tingginya
tingkat persaingan bisnis tersebut berdampak terhadap tingginya peluang
untuk melupakan etika. Dalam perkembangan bisnis global, masalah etika
ini telah menjadi perhatian khusus baik oleh competitor, mitra bisnis
maupun konsumen. Seperti yang dikemukakan Bucar and Hisrich (2001)
dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam persaingan bisnis
global, dibutuhkan kehadiran wirausaha yang beretika. Banyaknya pilihan
penjual atau produsen membuat konsumen akan semakin jeli dan kritis
melakukan seleksi pembelian barang atau jasa. Hal ini juga didukung oleh
Tesfayohannes and Driscoll (2005) yang menyatakan bahwa etika tidak
bisa dipisahkan dengan bisnis kecil dan kewirausahaan (entrepreneurship),
hal ini juga berdampak terhadap proses pendidikan Kewirausahaan. Bisnis
tidak selamanya berorientasi profit semata, ada kalanya aktivitas bisnis
bisa berorientasi social (non profit). Sedangkan Morris & Schindehutte
(2002). Dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa tingginya tingkat
persaingan pada bisnis global menuntut kesiapan perusahaan untuk
menghadapi tantangan etika yang muncul.

2.3 Sasaran dan ruang lingkup karakteristik dan etika kewirausahaan


Sasaran etika bisnis adalah membangun kesadaran kritis pelaku
bisnis, bahwa bisnis adalah profit making activity, yang harus dicapai
dengan cara-cara baik, tidak curang, tidak merugikan orang lain.
Keuntungan yang dicapai juga meliputi non financial profit, moral,
citra, pelayanan, tanggung jawab sosial, integritas moral, mutu,
kepercayaan.
Kita juga perlu mendorong bangsa membangun sistem ekonomi, sosial
dan politik yang lebih baik dan lebih demokratis. Menjadikan hukum
yang supermasi diatas kekuasaan. Pelaku yang ingin maju ikuti aturan
main yang jelas, adil, rasional dan obyektif tanpa mengandalkan KKN.
Bila ada kecurangan, masyarakat harus berani dan bisa melakukan
langkah-langkah koreksi dengan mengungkapkan pada yang
berwenang. Upaya penyebarluasan pemahaman, pelaksanaan,
penghayatan terhadap pemasyrakatan etika bisnis ini perlu dilakukan
dengan luas diseluruh tanah air.
Dengan demikian, bisnis sebagai suatu usaha yang ada
dimasyarakat memerlukan pemuasan kepada semua pihak naik ekstern
maupin intern.
Pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi yaitu Pemerintah,
Lembaga Keuangan dan Perbankan, Pemasok, Distributor, agen dan
pengecer, Pembeli atau konsumen.
Sedangkan yang bekepentingan dan berada dalam organisasi
perusahaan yaitu Para pemilik saham dan pemodal, Berbagai
kelompok manajemen yang tak tergolong manajemen puncak, Para
karyawan. Etika bisnis yang sehat dibangun untuk memuaskan
kepentingan semua pihak dengan cara-cara yang baik dan santun,
tentunya akan menjalin hubungan yang baik pada semuanya.

2.4 Mengapa perlu Karakteristik dan etika kewirausahaan


Kesuksesan usaha menurut Jabeen (2014) adalah keberhasilan
usaha yang ditunjukkan dari cash flow, omzet, profitabilitas dan aset.
Aliyu (2015) menambahkan bahwa kesuksesan usaha ditunjukkan dengan
adanya peningkatan pelanggan dan jumlah karyawan. Jika diterapkan pada
UMKM dapat dinyatakan bahwa kesuksesan usaha UMKM adalah
meingkatnya skala usaha UMKM. Kesuksesan usaha menunjuk pada
kesuksesan dipasar. Karakteristik kinerja bisnis adalah kemampuan
perusahaan untuk menciptakan output dan tindakan-tindakan yang dapat
diterima oleh konsumen dan masyarakat. Dalam kehidupan bisnis, paling
tidak terdapat dua dimensi, yaitu :1) kesuksesan finansial dan kesuksesan
non finansial; 2) kesuksesan jangka pendek dan 59 jangka panjang.
Keberhasilan bisnis dapat berwujud; keberlangsungan, keuntungan,
tingkat pengembalian modal, peningkatan omset, jumlah tenaga kerja,
kebahagiaan, reputasi dan lain-lain (Foley dan Green,1989). Lingkungan
usaha juga merupakan faktor yang harus mendapatkan perhatian,
lingkungan usaha yang kondusif dapat menciptakan iklim usaha yang
semakin berkembang. Lingkungan usaha dapat berupa kondisi ekonomi,
politik, sosial budaya, demografi, teknologi dan bahkan lingkungan
global. Para wirausawan yang mampu mengalalis lingkungan bisnisnya,
menginterpretasikan, dan mengambil keputusan yang tepat pada bisnisnya
dengan mengantisipasi trend yang ada pada lingkungan bisnisnya akan
mampu bertahan atau mencapai kinerja yang lebih baik. Lingkungan
usaha juga mencakup lingkungan industri yang antara lain meliputi
intensitas persaingan, kondisi pemasok, kondisi pasar, pertumbuhan
industi, daya tarik industri yang sangat berperan terhadap kesuksesan
usaha. Wirausaha dituntut untuk dapat menciptakan daya saing dalam
lingkungan industrinya melalui penciptaan kemampuan unik sebagai hasil
kreativitas dan daya inovasinya. Adeoye (2012) menjelaskan bahwa
lingkungan demografi, budaya dan gaya hidup juga merupakan dimensi
lingkungan bisnis yang sangat mempengaruhi kesuksesan suatu bisnis.
Wirausaha harus jeli untuk dapat melihat peluang bisnis berdasarkan
struktur dan komposisi demografi penduduk, gaya hidup dan selera
masyarakat. Wirausaha perlu memahami kecenderungan dari lingkungan
demografisnya dimasa mendatang, dan mengantisipasi kecenderuangan
tersebut pada keputusankeputusan strategis di dlm bisnisnya.
Kebijakan maupun peraturan pemerintah juga turut mempengaruhi
lingkungan usaha. Kebijakan dan peraturan pemerintah mempengaruhi
dinamisnya lingkungan usaha dari faktor kelembagaan, Dampak dari
kebijakan dan peraturan pemerintah bisa positif bisa juga negatif terhadap
kesuksesan usaha. Kebijakan pemerintah yang pro UMKM tentu akan
menjadi pendorong bagi pencapaian kesuksesan usaha. Jika wirausahawan
mampu membaca peluang dalam perubahan lingkungan yang terjadi maka
lingkungan usaha akan menjadi pendorong bagi wirausahawan untuk
mencapai kesuksesan usaha (Ciano, 2011). Lingkungan usaha menunjuk
pada kondisi situasi yang dihadapi oleh para pelaku usaha. Kondisi yang
dimaksud mencakup kondisi persaingan usaha antar pelaku usaha, kondisi
ekonomi, peraturan pemerintah terkait dengan sektor usaha, akses
terhadap modal dan pemasaran, dan lain-lain yang mempengaruhi
keberlanjutan usaha (Abdullah dan Mansor , 2018).
2.5 Manfaat dan peran etika kewirausahaan
Seorang wirausaha melaksanakan bisnisnya dengan
memperhatikan masalah etika, moral, norma dan budaya masayarakat
sekitar, maka tidak akan mengganggu eksistensi bisnisnya. Justru
dengan menjadi “wirausaha beretika” tersebut akan memperoleh
simpati tersendiri baik dari konsumen, supplier, distributor maupun
competitor. Simpati masyarakat terhadap perusahaan inilah yang
berpotensi menjadi sumber keunggulan bersaing.
Menurut Daryanto dan Cahyono (2013:6), tujuan dan manfaat
kewirausahaan adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Kewirausahaan

a. Meningkatkan jumlah wirausahawan yang sukses

b. Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para


wirausahawan untuk menghasilkan kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat
c. Membudayakan semangat, sikap, perilaku dan kemampuan
kewirausahaan dikalangan masyarakat yang mampu, handal
dan unggul.
d. Menumbuhkembangkan kesadaran kewirausahaan yang
tangguh dan kuat

2. Manfaat Kewirausahaan

a. Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat


mengurangi pengangguran.
b. Memberi contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun dan
punya kepribadian unggul yang pantas diteladani.
c. Berusaha mendidik para karyawannya menjadi orang yang
mandiri disiplin, tekun dan jujur dalam menghadapi pekerjaan.
d. Berusaha mendidik masyarakat agar hidup secara efisien, tidak
berfoyafoya dan tidak boros.
e. Sebagai sumber penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.
f. Pelaksanaan pembangunan bangsa dan negara.
g. Meningkatkan kepribadian dan martabat atau harga diri.
h. Memajukan keuangan. i. Melaksanakan persaingan yang sehat
dan wajar.
DAFTAR PUSTAKA

Aliyu Shehu Mokhtar dan Rosli mahmood, 2015, The Moderating Role of Business
Environment in the Relationship between Entrepreneurial Orientation and Business
Performance among Nigerian SMEs, Jurnal Pengurusan Malaysia.

Ciano, J. 2011. Principle of Business Survival in a Difficult Environment. Presentation to


NIC Entrepreneuer Club Workshop (November, 2011).

Abdullah , Yousif Aftan, 2018,The Moderating Effect of Business Environment on the


Relationship between Entrepreneurial Skills and Small Business Performance in

Cantillon, R. (2010). An Essay on Economic Theory. Ludwig von Mises Institute and
published under the Creative Commons Attribution License 3.0. Mises Institute.

Gangaiah, B. & Viswanath, J. (2014). Impact of Indian management education in


developing entrepreneurial aspirations and attitudes among management students.
Asia Pacific Journal of Research, Vol: I 1 .pp1-10.

Othman, Norasmah. Norashidah Hashim. Hariyaty Ab Wahid. 2012. “Readiness


towards Entrepreneurship Education Students and Malaysian Universities”.
Education + Training Vol. 54 No. 8/9, 2012 pp. 697-708.

Alma, Buchari. 2013. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung:


Alfabeta. Dewi Reni Shinta. 2013. Pengaruh Faktor Modal Psikologis, Karakteristik
Entrepreneur, Inovasi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Dan Karakteristik Ukm
Terhadap Perkembangan Usaha Pedagang Di Pasar Tradisional (Studi kasus pada
Pedagang Sembako dan Snack di Pasar Peterongan). Jurnal Administrasi Bisnis,
Volume 2, Nomor 1, Maret 2013. Halaman 29 – 40.

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Daryanto dan Cahyono, 2013. Kewirausahaan (penanaman jiwa kewirausahaaan).


Yogjakarta: Gava Media
Eltahir, Omer Ali Babiker, 2018, Factors Affecting The Performance And Business Success
of Small and Medium Enterprises in Sudan (Case Study:Omdurman) International Journal of
Small Business and Entrepreneurship Research Vol.6, No.6, pp.14-22, November 2018.

Jabeen, R. (2014). Moderating effect of external environment on performance of SMES in


Pakistan. Doctoral Dissertation, Universiti Utara Malaysia.

Keraf, A. Sonny. 2005. Etika Bisnis. Edisi Baru Cetakan Ke-9. Kanisius: Yogyakarta.

Mazzarol, T., T. Volery, N. Doss, dan V. Thein, 1999. “Factors influencing small business
start-ups”. International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research 5 (2): 48-63

Tesfayohannes, M. And Driscoll, C. 2010.Integrating Ethics Into Entrepreneurship


Education: An Exploratory Textbook Analysis. Journal Of Entrepreneurship Education,
Volume 13, p.211.

Suryana. 2014. Kewirausahaan, Edisi IV. Jakarta: Salemba Empat

Zimmerer, Thomas W dan Norman M. Scarborough. 2005. Essential of Entrepreneurship and


Small business Management, Edisi 4, United States of America: Pearson Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai