Anda di halaman 1dari 25

Analisis Kasus Anti Monopoli dan Persaingan Usaha PT.

CARREFOUR INDONESIA (Merger)

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah ; Hukum Persaingan Usaha

Disusun oleh :

Adi Purwanto D10119236

Dita maharani D10121466

Muh Atilah D10121345

Risma D10121346

Veranita maria D10121347

Yunita D10121747

Namira D10121166

Ariskia cahyana D10121414

Delfika Agustin Ayub D10121709

MOH NOVAL MADANI D10121349

NOFALDI PUTRA D10121615

FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI HUKUM

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
Kata Pengantar

Dengan hormat,

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji bagi-Nya atas segala
karunia-Nya. Kami kelompok 8 mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini. Tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, tugas ini tidak akan dapat terselesaikan. Kami juga menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam tugas ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang positif dalam konteks yang
diinginkan. Sekali lagi, terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Hormat kami,

Kelompok 8
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
E. METODE PENELITAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSAINGAN USAHA
1. Pengertian persaingan usaha
2. Persaingan usaha sehat dan persaingan usaha tidak sehat
B. CARREFOUR INDONESIA DAN ALFA RETAILINDO
1. PT CARREFOUR INDONESIA
2. PT ALFA RETAILINDO
C. KEGIATAN YANG DILARANG
1. Penegrtian kegiatan yang dilarang
2. Jenis – jenis kegiatan yang dilarang
3. Pengertian merger
4. Dampak terjadinya merger dalam persaingan usaha tidak sehat
5. Bentuk – bentuk merger

BAB III PEMBAHASAN

A. Praktek Peraturan Monopoli di Indonesia


B. Akibat Hukum Dalam Praktek Merger Yang Dilakukan PT Carrefour Indonesia

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia usaha merupakan suatu dunia yang bisa dikatakan tidak dapat berdiri
sendiri. Banyak aspek dari berbagai macam dunia lainnya turut terlibat baik langsung
maupun tidak langsung dengan dunia usaha ini. Keterkaitan tersebut kadangkala tidak
memberikan prioritas atas dunia usaha, yang pada akhirnya membuat dunia usaha harus
tunduk dan mengikuti rambu – rambu yang ada dan bahkan seringkali mengutamakan
kepentingan dunia usaha sehingga mengabaikan aturan yang ada.
Apabila membahas tentang dunia usaha, maka tidak akan lepas dari dunian
persaingan usaha itu sendiri. Dalam aktivitas bisnis dapat dipastikan terjadi persaingan
diantara pelaku usaha.Persaingan usaha dibagi menjadi dua jenis yaitu persaingan usaha
yang sehat dan persaingan tidak sehat. Tapi yang kita harapkan adalah persaingan yang
sehat, bukan sebaliknya. Pada kenyataanya, tujuan orang melakukan kegiatan usaha
adalah untuk memperoleh keuntungan dan pendapatan yang semaksimal mungkin untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya. Jadi, terkadang para pelaku usaha bersaing secara
sehat,dan dituasi yang tidak sehat juga dapat terjadi.
Di Indonesia sendiri peraturan yang membahas tentang persaingan usaha tidak
sehat dapat dilihat dalam undang – undang No 5 tahun 1999 yang membahas tentang
larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Tujuan adanya undang-
undang ini adalah untuk memangkas praktek monopoli dan praktek persaingan usaha
tidak sehat. Saat ini Indonesia sudah memiliki undang- undang anti monopoli, namunn
pada kenyataannya undang- undang ini masih memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan, sehingga banyak dari para pelaku usaha itu sendiri bersaing secara tidak
sehat. Dalam undang – undang no 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat, ada beberapa jenis perjanjian usaha yang dilarang, salah
satunya yaitu merger, tujuan merger adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Pada tahun 2008 , industri ritel di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang
signifikan, didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi
yang stabil. Sebagai hasil dari persaingan yang semakin ketat di sektor ini, perusahaan-
perusahaan ritel mencari cara untuk memperluas pangsa pasar mereka dan meningkatkan
efisiensi operasional.

Pada suatu waktu, PT Carrefour Indonesia dan Alfa Retailindo adalah dua entitas
terpisah yang beroperasi di sektor ritel di Indonesia. PT Carrefour Indonesia adalah
cabang dari jaringan hypermarket internasional Carrefour, sementara Alfa Retailindo
mengelola jaringan supermarket Alfa yang telah dikenal dalam industri ritel lokal.
Namun, seiring berjalannya waktu, kedua perusahaan ini mempertimbangkan potensi
keuntungan dari merger atau integrasi operasional. Motivasi di balik kasus merger ini
mungkin termasuk mengkonsolidasikan sumber daya, meningkatkan skala operasi, dan
memanfaatkan sinergi antara dua perusahaan untuk mencapai efisiensi yang lebih besar.

Dalam konteks ini, terdapat sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
analisis kasus merger, termasuk potensi dampak terhadap persaingan di pasar ritel
Indonesia, keuntungan atau kerugian bagi konsumen, serta implikasi hukum dan regulasi
terkait dengan persetujuan dan izin yang diperlukan dari otoritas yang berwenang.1

1
1Sartika Dewi, S.ST,. M.H. ( Analisis yuridis kegiatan monopoli ritel modern PT. Carrefour Indonesia berdasarkan UU no. 5
tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ) Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528 – 2638 Vol 7
N0. 1, Maret 2022
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana praktek peraturan monopoli di Indonesia?
2. Bagaimana akibat hukum dalam praktek merger yang dilakukan PT Carrefour
Indonesia terhadap Alfa Retailindo?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dampak merger antara PT Carrefour Indonesia dengan perusahaan
lain terhadap struktur dan dinamika persaingan di sektor ritel di Indonesia.
2. Menilai bagaimana kebijakan regulasi pemerintah terkait dengan kasus ini
mempengaruhi dinamika persaingan di sektor ritel.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan pemahaman mendalam tentang dampak merger
terhadap persaingan di sektor ritel Indonesia, yang dapat bermanfaat bagi
akademisi, praktisi, dan pemerintah.
E. Metode Penelitian
Kajian Literatur Hukum:
Mengumpulkan dan menganalisis literatur hukum terkait dengan hukum
persaingan, hukum monopoli, dan regulasi sektor ritel di Indonesia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persaingan Usaha
1. Pengertian Persaingan Usaha
Persaingan usaha adalah kondisi dimana terdapat dua pihak (pelaku usaha) atau
lebih berusaha untuk saling mengungguli dalam mencapai tujuan yang sama
dalam suatu usaha tertentu. Pengertian dari hukum persaingan usaha adalah
hukum yang mengatur tentang interaksi atau hubungan perusahaan atau pelaku
usaha di pasar, sementara tingkah laku perusahaan ketika berinteraksi dilandasi
atas motif-motif ekonomi. Pengertian persaingan usaha secara yuridis selalu
dikaitkan dengan persaingan dalam ekonomi yang berbasis pada pasar, dimana
pelaku usaha baik perusahaan maupun penjual secara bebas berupaya untuk
mendapatkan konsumen guna mencapai tujuan usaha atau perusahaan tertentu
yang didirikannya. Dilihat dari segi ekonomi, pengertian persaingan atau
competition adalah:
a. Merupakan suatu bentuk struktur pasar, dimana jumlah perusahaan yang
menyediakan barang di pasar menjadi indikator dalam menilai bentuk pasar
seperti persaingan sempurna (perfect competition), Oligopoli (adanyabeberapa
pesaing besar).
b. Suatu proses dimana perusahaan saling berlomba dan berusaha untuk
merebutkonsumen atau pelanggan untuk dapat menyerap produk barang
dan jasa yangmereka hasilkan, dengan cara:
1) Menekan harga (price competition);
2) Persaingan bukan terhadap harga (non price competition) melalui
deferensial produk, pengembangan HAKI, promosi/iklan,
pelayanan purna jual;
3) Berusaha untuk lebih efesien (low cost production).2

2. Persaingan usaha sehat dan persaingan usaha tidak sehat

a. Persaingan sehat (healthy competition)

Persaingan sehat adalah kompetisi yang terjadi antara perusahaan


atau pebisnis yang berlangsung tanpa adanya tindakan kriminal.
Persaingan ini mengedepankan etika bisnis ketika para pebisnis
berkompetisi.

Berikut ciri-ciri persaingan sehat:

1) Melindungi kepentingan dan menjamin kesejahteraan konsumen


2) Membuka peluang pasar yang lebih luas dan menjaga agar tidak terjadi
konsentrasi kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu
3) Menjamin persaingan di pasar yang mencapai efisiensi ekonomi di
semua bidang kegiatan usaha

b. Persaingan usaha tidak sehat

Persaingan usaha tidak sehat dapat dipahami sebagai kondisi


persaingan diantara pelaku usaha yang berjalan secara tidak fair.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 1 angka 6 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan
antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur
atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

2
Universitas di Riau Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, BAB 3, hlm 20 – 21
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa
persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatannya dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum, implikasinya akan
menghambat persaingan usaha secara sehat.

Persaingan usaha tidak sehat merupakan dampak dari praktek


persaingan usaha. Kondisi persaingan usaha dalam beberapa hal memiliki
juga aspek-aspek negatif, salah satunya apabila suatu persaingan
dilakukan oleh pelaku ekonomi yang tidak jujur, bertentangan dengan
kepentingan publik. Resiko ekstrim dari persaingan ini tentunya adalah
kemungkinan ditempuhnya praktek-praktek curang (unfair competition)
karena persaingan dianggap sebagai kesempatan untuk menyingkirkan
pesaing dengan cara apapun.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 memberikan tiga indikator


untuk menyatakan terjadinya persaingan usaha tidak sehat, yaitu:

1) Persaingan usaha yang dilakukan secara tidak jujur.


2) Persaingan usaha yang dilakukan dengan cara melawan
hukum.
3) Persaingan usaha yang dilakukan dengan cara menghamba
terjadinya persaingan diantara pelaku usaha.

Persaingan usaha yang dilakukan secara tidak jujur dapat diartikan


sebagai segala tingkah laku yang tidak sesuai dengan itikad baik,
kejujuran di dalam berusaha. Misalnya, dalam persaingan tender, para
pelaku usaha telah melakukan konspirasi usaha dengan panitia lelang untuk
dapat memenangkan sebuah tender.

Sehingga pelaku usaha lainnya tidak mendapatkan kesempatan


untuk memenangkan tender tersebut. Perbuatan ini termasuk perbuatan
melawan hukum. Karena praktek bisnis atau persaingan usaha yang
dilakukan secara tidak jujur dapat mematikan persaingan yang sebenarnya
ataupun merugikan perusahaan pesaing secara tidak wajar/tidak sehat dan
juga dapat merugikan konsumen.29 Persaingan usaha yang dilakukan
dengan cara melawan hukum ini dapat juga dilihat dari cara pelaku usaha
dalam bersaing dengan pelaku usaha lainnya yaitu dengan melanggar
ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau peraturan-peraturan
yang disepakati. Kondisi ini dapat dilihat seperti pelaku usaha yang
mendapatkan fasilitas khusus sehingga menjadikan pasar bersaing secara
tidak kompetitif.3

c. Dasar hukum persaingan usaha

Kegiatan perekonomian nasional dalam pengaturannya diatur


dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dimana ekonomi
diatur oleh kerjasama berdasarkan prinsip gotong royong. Secara tidak
langsung dalam Pasal 33 UUD dimana demokrasi memiliki ciri khas yang
proses perwujudannya diwujudkan oleh semua anggota masyarakat untuk
kepentingan seluruh masyarakat, dan harus mengabdi kepada
kesejahteraan seluruh rakyat. Pemikiran demokrasi ekonomi perlu
diwujudkan dalam menciptakan kegiatan ekonomi yang sehat, maka perlu
disusun undang- undang tentang larangan praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat yang dimaksudkan untuk menegakkan aturan
hukum dan memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha
didalam upaya untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat. Ketentuan
larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di Indonesia
terdapat dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 No. 33 pada tanggal 5 Maret 1999 dan
berlaku secara efektif 1 (satu) tahun sejak diundangkan.

Sebelum UU No. 5 Tahun 1999 berlaku secara efektif dan menjadi


dasar hukum persaingan usaha, telah ada sejumlah peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai persaingan usaha. Pengaturannya

3
5Universitas Islam Indonesia BAB 2, hlm 21 – 23
terdapat dalam sejumlah peraturan perundang-undangan yang tersebar
secara terpisah (sporadis) satu samalain.

Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai


antimonopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah sebagai berikut:

1) Pasal 382 bis Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


2) Pasal 1365 KUHPerdata
3) Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok- Pokok Agraria

4) Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 jo Undang-Undang No.


12 Tahun 1970 jo Undang-Undang No. 7 Tahun 1983
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
5) Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
6) Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 jo Undang-Undang
No. 14 Tahun 1997tentang Merek
7) Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas
8) Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
9) Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
10) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan
Terbatas
11) Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1992 tentang Bank
Umum

Keberadaan UU No. 5 Tahun 1999 sebagai dasar hukum


persaingan usaha juga dilengkapi dengan berbagai peraturan pelaksana
dan peraturan terkait lainnya baik yang dikeluarkan oleh KPPU dalam
bentuk Peraturan Komisi (Perkom), Pedoman KPPU, Surat Keputusan
(SK) dan Surat Edaran (SE), maupun yang dikeluarkan oleh Mahkamah
Agung dalam bentuk Peraturan Mahkamah Agung (Perma).4

d. Asas dan tujuan pembentukan undang- undang persaingan usaha


1) Asas

4
Universitas di Riau Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, BAB 3, hlm 21 - 23
 Asas Kebebasan Persaingan: Mendorong dan melindungi
kebebasan persaingan antar pelaku usaha untuk
menciptakan pilihan yang lebih luas bagi konsumen.
 Asas Keadilan: Memastikan bahwa persaingan di antara
pelaku usaha dilakukan secara adil, tanpa adanya
keuntungan yang tidak adil atau praktik monopoli.
 Asas Efisiensi Ekonomi: Mendorong efisiensi dalam
produksi dan alokasi sumber daya ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
 Asas Transparansi dan Keterbukaan: Memastikan bahwa
informasi mengenai pasar dan persaingan tersedia secara
transparan untuk semua pihak yang terlibat.

 Asas Perlindungan Konsumen: Melindungi kepentingan


dan hak konsumen dari praktik-praktik bisnis yang tidak
adil atau merugikan.

2) Tujuan
 Mencegah Monopoli dan Oligopoli: Menghindari dominasi
pasar oleh satu atau beberapa perusahaan besar yang dapat
menghambat persaingan.

 Mendorong Persaingan Sehat: Memastikan bahwa


persaingan di antara pelaku usaha dilakukan dengan cara
yang sehat, menguntungkan konsumen, dan memicu
inovasi.

 Menghindari Praktik Persaingan Tidak Sehat: Mencegah


dan mengatasi praktik-praktik bisnis yang tidak adil, seperti
kartel, penyalahgunaan posisi dominan, dan praktik anti-
persaingan lainnya.
 Mendorong Inovasi dan Efisiensi: Membuat kondisi yang
mendukung untuk inovasi dan efisiensi dalam proses
produksi dan distribusi barang dan jasa.
 Melindungi Kepentingan Konsumen:*Memastikan bahwa
konsumen memiliki akses ke berbagai pilihan produk dan
layanan dengan harga yang kompetitif, kualitas yang baik,
dan keamanan yang terjamin.
 Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan:*
Menyediakan kerangka kerja hukum yang memungkinkan
pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan berkelanjutan.

Undang-undang persaingan usaha bertujuan untuk menciptakan


lingkungan bisnis yang sehat dan berdaya saing, di mana pelaku usaha
dapat bersaing dengan adil dan memberikan manfaat bagi masyarakat
secara keseluruhan.

B. Carrefour Indonesia dan Alfa Retailindo

1. PT Carrefour Indonesia adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang


ritel atau perdagangan eceran. Carrefour adalah rantai toko swalayan asal
Prancis yang memiliki kehadiran global. PT Carrefour Indonesia adalah anak
perusahaan dari Carrefour Group yang beroperasi di Indonesia.Carrefour
Indonesia menjual berbagai jenis produk, termasuk makanan, pakaian, barang-
barang rumah tangga, elektronik, dan banyak lagi. Mereka memiliki sejumlah
cabang atau gerai ritel di berbagai lokasi di Indonesia. Sebagai perusahaan
ritel, tujuan utama Carrefour Indonesia adalah menyediakan produk dan
layanan kepada konsumen dengan berbagai pilihan dan memberikan
pengalaman berbelanja yang nyaman.

2. PT Alfa Retailindo adalah perusahaan yang memiliki jaringan toko swalayan


di Indonesia, yang dikenal dengan nama Alfamart. Alfamart adalah salah satu
ritel terkemuka di Indonesia dengan ribuan gerai yang tersebar di berbagai
kota dan daerah. Perusahaan ini menyediakan berbagai macam produk
kebutuhan sehari-hari, termasuk makanan, minuman, produk kebersihan, dan
masih banyak lagi. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang PT
Alfa Retailindo atau Alfamart,

C. Kegiatan Yang Dilarang

1. Pengertian kegiatan yang dilarang

Secara umum Kegiatan yang dilarang dalam persaingan usaha adalah


praktek-praktek atau tindakan-tindakan yang dianggap melanggar hukum
persaingan dan bertentangan dengan prinsip persaingan yang sehat dan adil. Ini
termasuk berbagai bentuk perilaku anti-persaingan yang dapat mengakibatkan
distorsi pasar dan merugikan pesaing, konsumen, atau industri secara keseluruhan.

2. Beberapa kegiatan yang dilarang


Dalam UU No.5/1999,kegiatan yang dilarang diatur dalam pasal 17
sampai dengan pasal 24. Undang undang ini tidak memberikan defenisi
kegiatan,seperti halnya perjanjian. Namun demikian, dari kata “kegiatan” kita
dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kegiatan disini adalah
aktivitas,tindakan secara sepihak. Bila dalam perjanjian yang dilarang merupakan
perbuatan hukum dua pihak maka dalam kegiatan yang dilarang adalah
merupakan perbuatan hukum sepihak.

Adapun kegiatan kegiatan yang dilarang tersebut yaitu :

1) Monopoli
Adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku

2) Monopsoni
Adalah situasi pasar dimana hanya ada satu pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha yang menguasai pangsa pasar yang besar
yang bertindak sebagai pembeli tunggal,sementara pelaku usaha
atau kelompok pelaku usaha yang bertindak sebagai penjual
jumlahnya banyak.

3) Penguasaan pasar

Di dalam UU no.5/1999 Pasal 19,bahwa kegiatan yang dilarang


dilakukan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya
penguasaan pasar yang merupakan praktik monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat yaitu :

 menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk


melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar yang
bersangkutan;

 menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk


melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar yang
bersangkutan;

 membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau


jasa pada pasar bersangkutan;

 melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha


tertentu.
4) Persekongkolan
Adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha
dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar
bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol
(pasal 1 angka 8 UU No.5/1999).

5) Posisi Dominan

Artinya pengaruhnya sangat kuat, dalam Pasal 1 angka 4 Undang-


Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan posisi dominan
merupakan suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai
pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan
pangsa yang dikuasai atau pelaku usaha mempunyai posisi
tertinggi diantara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan
dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan,
penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan dan
permintaan barang atau jasa tertentu.

6) Jabatan Rangkap
Dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan
bahwa seorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau
komisaris dari suatu perusahaan, pada waktu yang bersamaan
dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris pada
perusahaan lain.
7) Pemilikan Saham
Berdasarkan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
dikatakan bahwa pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas
pada beberapa perusahaan sejenis, melakukan kegiatan usaha
dalam bidang sama pada saat bersangkutan yang sama atau
mendirikan beberapa perusahaan yang sama.
8) Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
Dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
mengatakan bahwa pelaku usaha yang berbadan hukum maupun
yang bukan berbadan hukum yang menjalankan perusahaan
bersifat tetap dan terus menerus dengan tujuan mencari
keuntungan.5

3. Pengertian Merger

Ada banyak konsep dan definisi mengenai merger dan akusisi tersebut
tetapi secara umum, merger dapat didefinisikan sebagai sebuah gabungan antara

5
artkel PUTRI FEBRI WULANDARI Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Dan Contoh Kasus
dua organisasi atau lebih, dimana hanya ada satu perusahaan yang bertahan.
Definisi merger ini juga sering dikenal sebagai statutory merger atau merger
hukum. Secara definisi UU Perseroan Terbatas Pasal 1 butir 9, maka Merger
dapat didefiniskan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan
atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang
mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri
beralih kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status
badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.
Contoh perusahaan yang melakukan merger adalah merger antara XL dengan
AXIS pada tahun 2014.6

Merger dan berkembang di era 1970-an sebagai salah satu kebijakan untuk
menangani krisis perekonomian dunia yang didorong oleh faktor-faktor seperti:
berstunya sistem perekonomian regional dan perekonomian dunia, adanya
ekspansi perusahaan-perusahaan MNC diberbagai negara, serta berbagai
terobosan teknologi informasi dan telekomunikasi setelah tahun 1980 yang
memudahkan proses alih informasi dan kapital.

Merger dan akuisisi tidak hanya muncul di perbankan negara-negara


berkembang atau yang sedang mengalami krisis tetapi juga bermunculan di
negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, Jerman maupun Jepang dengan
tujuan ingin memperoleh keuntungan. Di Indonesia, merger diberlakukan demi
diharapkan membentuk daya saing yang kuat dan mampu menggerakkan
perekonomian nasional.7

4. Dampak Terjadinya merger dalam persaingan usaha tidak sehat

Merger dapat memiliki dampak negatif dalam persaingan usaha yang tidak
sehat. Beberapa dampak yang mungkin terjadi adalah:

6
Josua Tarigan, Phd, CFP, CMA, CSRA, CIBA , danSwenjiadi Yenewan, SE, dan Grace Natalia, SE. MERGER DAN AKUISISI: dari perspektif strategis
dan kondisi Indonesia (Pendekatan Konsep dan Studi Kasus). hlm, 7

7
ndriatmini Noegroho MERGER MERUPAKAN TANTANGAN ATAU PELUANG BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA. Hlm 541 – 542
1) Konsentrasi pasar: Merger dapat menyebabkan konsentrasi pasar
yang tinggi, di mana beberapa perusahaan besar menguasai
sebagian besar pangsa pasar. Hal ini dapat mengurangi persaingan
dan memberikan kekuatan kepada perusahaan-perusahaan besar
untuk menetapkan harga yang tinggi atau mengurangi kualitas
produk dan layanan mereka
2) Hambatan masuk pasar: Setelah merger, perusahaan yang baru
terbentuk mungkin memiliki kekuatan finansial dan sumber daya
yang lebih besar, yang membuat sulit bagi pesaing baru untuk
masuk ke pasar. Hal ini dapat menghambat inovasi dan
perkembangan industry
3) Potensi perilaku anti-persaingan: Dalam beberapa kasus, merger
dapat menghasilkan praktik anti-persaingan, seperti pembagian
pasar, penentuan harga bersama, atau penolakan untuk berbisnis
dengan pesaing. Hal ini dapat merugikan konsumen dan
menghambat pertumbuhan ekonomi.8

5. Bentuk – bentuk Merger di Indonesia


Di Indonesia, terdapat beberapa jenis merger yang umum dilakukan, yaitu:
1) Merger Vertikal: penyatuan beberapa perusahaan berdasarkan
perbedaan pembagian tugas dan tanggung jawab. Merger jenis ini
bertujuan untuk saling memberikan dukungan dan bantuan dengan
kekuatan masing-masing. Contoh merger vertikal seperti pabrik
benang dengan perusahaan tekstil.
2) Merger Horizontal: penggabungan perusahaan dengan latar
belakang bisnis yang sama. Biasanya perusahaan mempunyai
target pasar, jenis produk, dan manajemen yang sama. Contoh
merger horizontal antara lain merger perusahaan alat rumah
tangga, sesama perusahaan kue, dan sebagainya.

8
artikel Gavriel gulo Akibat hukum mmerger terhadap persaingan usaha tidak sehat
3) Merger Konglomerat: penggabungan antara dua atau lebih
perusahaan yang terlibat dalam kegiatan bisnis yang tidak terkait.
Hal ini bertujuan untuk membangun perusahaan besar dengan
banyak variasi bidang bisnis. Contoh merger konglomerat seperti
penyatuan bisnis elektronik dan properti.
4) Merger Perluasan Pasar: penggabungan perusahaan dengan tujuan
memperluas jangkauan pasar. Contohnya adalah merger antara
perusahaan telekomunikasi dengan perusahaan media.
5) Merger Perluasan Produk: penggabungan perusahaan dengan
tujuan memperluas lini produk. Contohnya adalah merger antara
perusahaan farmasi dengan perusahaan kosmetik.9

9
artikel Jenis Merger dan Hal-hal yang Melatarbelakanginya Mekari Jurnal Editorial
BAB III

PEMBAHASAN

1. Praktek Peraturan Monopoli di Indonesia


1) Larangan praktik monopoli menurut undang – undang
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, kegiatan atau perbuatan
yang dilarang dalam rangka menjalankan usaha adalah
a. Monopoli
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, ada larangan
mengenai praktik monopoli, akan tetapi tindakan apa yang dapat
diambil dalam menghadapi perusahaan monopoli, belum diatur. Maka
kedepannya terhadap undang-undang yang baru perlu dimuat
didalamnya kemungkinan langkah berikutnya untuk pemecahan
masalah tersebut.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Tentang Sanksi Pidana
Terhadap Pelaku Monopoli Melakukan Generalisasi Sanksi Tanpa
Mempersoalkan Latar Belakang Terbentuknya Monopoli, sebagaimana
Disyaratkan Pasal 48(1) . Dan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 17
UU No. 5 Tahun 1999, perbuatan yang menimbulkan monopoli yang
menyebabkan terbentuknya pasar, pembagian pasar dan pemusatan
pasar yang diperoleh secara sepihak melalui penipuan atau
ketidakjujuran adalah dilarang. Perbuatan tersebut melanggar prinsip
persaingan usaha yang sehat. Dampak negatif dari monopoli ini
terhadap masyarakat adalah pasar tidak punya pilihan lain dan harga
sepenuhnya berada di bawah kendali produsen monopoli. Akibatnya,
kualitas dan harga produk tidak memuaskan konsumen. Ini juga berarti
bahwakonsumen tidak dapat menuntut hak hukum mereka dan tidak
ada perlindungan konsumen.10

2. Akibat Hukum Dalam Praktek Merger Yang Dilakukan PT Carrefour Indonesia.


a. Akibat hukum

Kasus PT Carrefour sebagai Pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999. Salah satu


aksi perusahaan yang cukup sering dilakukan adalah pengambil alihan atau
akuisisi. Dalam UU No.40/2007 tentang Perseroan terbatas disebutkan bahwa
hanya saham yang dapat diambil alih. Jadi, asset dan yang lainnya tidak dapat di
akuisisi.

Kasus PT Carrefour sebagai Pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999. Salah satu


aksi perusahaan yang cukup sering dilakukan adalah pengambil alihan atau
akuisisi. Dalam UU No.40/2007 tentang Perseroan terbatas disebutkan bahwa
hanya saham yang dapat diambil alih. Jadi, asset dan yang lainnya tidak dapat di
akuisisi.

Esensi dari akuisisi adalah praktek jual beli. Dimana perusahaan


pengakuisisi akan menerima hak atas saham dan perusahaan terakuisisi akan
menerima hak atas sejumlah uang harga saham tersebut. Menurut pasal 125 ayat
(2) UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menjelaskan bahwa
pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan.
Jika pengambilalihan dilakukan oleh perseroan, maka keputusan akuisisi harus
mendapat persetujuan dari RUPS. Dan pasal yang sama ayat 7 menyebutkan
pengambilalihan saham perseroan lain langsung dari pemegang saham tidak perlu
didahului dengan membuat rancangan pengambilalihan ,tetapi dilakukan langsung

10
Rhendy Akhmad Firdaus . (Praktik Pada Pasar Monopoli dan Monopsoni) 5 April 2023
melalui perundingan dan kesepakatan oleh pihak yang akan mengambil alih
dengan pemegang saham dengan tetap memperhatikan anggaran dasar perseroan
yang diambil alih.

Dalam mengakuisisi perusahaan yang akan mengambilalih harus


memperhatikan kepentingan dari pihak yang terkait yang disebutkan dalam UU.
No. 40 tahun 2007, yaitu Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan
perseroan, kreditor , mitra usaha lainnya dari Perseroan; masyarakat serta
persaingan sehat dalam melakukan usaha.

Dalam sidang KPPU tanggal 4 november 2009, Majelis Komisi


menyatakan Carrefour terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 (1)
dan Pasal 25 (1) huruf a UU No.5/1999 tentang larangan praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat.. Pasal 17 UU No. 5/1999, yang memuat ketentuan
mengenai larangan bagi pelaku usaha untuk melakukan penguasaan pasar,
sedangkan Pasal 25 (1) UU No.5/1999 memuat ketentuan terkait dengan posisi
dominan.

Majelis Komisi menyebutkan berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh


selama pemeriksaan perusahaan itu pangsa pasar perusahaan ritel itu meningkat
menjadi 57,99% (2008) pasca mengakuisisi Alfa Retailindo. Pada 2007, pangsa
pasar perusahaan ini sebesar 46,30%. sehingga secara hukum memenuhi
kualifikasi menguasai pasar dan mempunyai posisi dominan, sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 17 Ayat 2 UU No.5 Tahun 1999.

Berdasarkan pemeriksaan, menurut Majelis KPPU, penguasaan pasar dan


posisi dominan ini disalahgunakan kepada para pemasok dengan meningkatkan
dan memaksakan potongan-potongan harga pembelian barang-barang pemasok
melalui skema trading terms. Pasca akuisisi Alfa Retailindo, sambungnya,
potongan trading terms kepada pemasok meningkat dalam kisaran 13%-20%.
Pemasok, menurut majelis Komisi, tidak berdaya menolak kenaikan tersebut
karena nilai penjualan pemasok di Carrefour cukup signifikan.11

b. Dampak Putusan dan Ganti Rugi KPPU

Kasus merger antara PT Carrefour Indonesia dan PT Alfa Retailindo


diselidiki oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang menemukan
bahwa Carrefour telah melanggar undang-undang persaingan dengan memonopoli
pasar hulu. Akibatnya, KPPU mengenakan denda sebesar Rp25 miliar kepada
Carrefour. Keputusan tersebut berdampak signifikan terhadap operasional bisnis
Carrefour di Indonesia, karena Carrefour harus membayar denda dan mematuhi
perintah KPPU untuk mendivestasi sebagian asetnya.

Selain denda, Carrefour juga wajib membayar ganti rugi kepada pihak
yang terkena dampak. KPPU memerintahkan Carrefour untuk membayar ganti
rugi kepada pemasok yang mengalami kerugian akibat merger. Besaran
kompensasi tidak diungkapkan dalam hasil pencarian yang tersedia.

Secara keseluruhan, keputusan KPPU berdampak signifikan terhadap


operasional bisnis Carrefour di Indonesia karena harus membayar denda dan
memberikan kompensasi kepada pihak-pihak yang terkena dampak. Keputusan
tersebut juga menjadi peringatan bagi perusahaan lain yang beroperasi di
Indonesia untuk mematuhi hukum persaingan usaha dan menghindari praktik
monopoli.12

11
PUTRI FEBRI WULANDARI Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Dan Contoh Kasus

12
Putusan PERKARA NOMOR : 09/KPPU – L.2009
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Bahwa merger dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap pasar dan
pesaing di industri ritel. Terdapat potensi peningkatan dominasi pasar dan
penurunan persaingan yang sehat akibat penggabungan tersebut. Dalam konteks
ini, perlu diawasi dan diatur secara ketat oleh otoritas kompetisi untuk
memastikan bahwa tidak terjadi praktik monopoli atau oligopoli yang merugikan
konsumen dan pesaing kecil.

2. Saran
a. Penguatan Regulasi: Pemerintah harus memperkuat regulasi dan
pengawasan terhadap industri ritel, khususnya dalam hal merger dan
akuisisi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya praktik monopoli
atau oligopoli yang dapat merugikan persaingan dan konsumen.
b. Evaluasi Dampak: Otoritas kompetisi perlu melakukan evaluasi
menyeluruh terhadap dampak merger terhadap pasar, pesaing, dan
konsumen. Jika ditemukan indikasi bahwa merger ini merugikan
persaingan, tindakan korektif atau pembatasan tertentu mungkin
diperlukan.
c. Memantau Kinerja Pasca-Merger: Setelah merger terjadi, penting untuk
terus memantau kinerja PT Carrefour Indonesia dan memastikan bahwa
tidak terjadi penyalahgunaan posisi dominan di pasar.
DAFTAR PUSTAKA

 Jurnal
file:///C:/Users/HP/Downloads/MERGER%20DAN%20AKUISI-2.pdf
https://jurnalekonomi.unisla.ac.id/index.php/jpensi/article/view/107/106
https://journal.binus.ac.id/index.php/BBR/article/download/1149/1016
2294-Article Text-5302-1-10-20220509-2.pdf
9437-Article Text-49257-72634-10-20230807.pdf
 Artikel
https://www.sobatpajak.com/article/62d7e1741f70cd04219529be/Memahami
%20Persaingan%20Bisnis
https://www.jurnal.id/id/blog/jenis-merger/
https://www.mpm-insurance.com/berita/pasar-persaingan-sempurna-definisi-ciri-dan-
contohnya/
 Putusan KPPU
Putusan PERKARA NOMOR : 09/KPPU – L.2009

Anda mungkin juga menyukai