Anda di halaman 1dari 76

MAGISTER HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS GADJAH MADA


YOGYAKARTA

Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Ini

1
PERSAINGAN TIDAK SEHAT Vs PERSAINGAN TIDAK SEBANDING

VS
PERKEMBANGAN PERKARA
(2000 s.d 2017)
EKONOMI DAN HUKUM PERSAINGAN USAHA

• Hukum persaingan termasuk UU no.5/1999 merupakan instrumen


ekonomi yang digunakan untuk memastikan bahwa persaingan antar
pelaku usaha berlangsung dengan sehat dan hasilnya dapat terukur
berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat.
– Tolok ukurnya, kinerja ekonomi nasional yaitu kondisi dimana pilihan bagi
konsumen lebih banyak, pasokan cukup, harga terjangkau (rasional secara
ekonomi), lapangan kerja luas, industri tumbuh positif dan berkelanjutan, daya
saing produk tinggi dan terus menguat, kesenjangan ekonomi menurun.
• Hukum persaingan lahir berawal dari dalil ekonomi dan hukum
persaingan berkembang secara dinamis
Perlukah Hukum Persaingan di Indonesia?
DATA
• 70% ekonomi nasional dikuasai oleh segelitir konglomerat
• 86% out put nasional dikontrol oleh pelaku usaha
• Para pelaku usaha besar memperoleh proteksi rill melalui kebijakan
dan peraturan per-UU-an
• Pengusaha kecil yang jumlahnya 94% menghasilkan 9% out put.
• Sektor koperasi menyumbang 3% out put untuk menghidupi 80%
penduduk Indonesia
• 38 juta unit Usaha Kecil menyumbang 99,86% lapangan pekerjaan.
LATAR BELAKANG PENTINGNYA HUKUM PERSAINGAN USAHA

1 Masyarakat belum
mampu berpartisipasi
4 Para pengusaha yang
dekat dengan elit
kekuasaan
7 Minimnya
pelaku usaha
baru yang
dalam peluang usaha mendapatkan
yang ada; kemudahan yang berperan pada
berlebihan;
perekonomian

2 Perkembangan usaha swasta


diwarnai oleh berbagai
bentuk kebijakan pemerintah 5 Kurangnya daya
saing pelaku usaha
Indonesia

yang kurang tepat; di pasaran dalam


dan luar negeri;

3 Adanya hubungan antara


pengambil keputusan
dengan para pelaku 6 Kebutuhan akan
adanya
usaha;
Peraturan
mengenai
Persaingan
Usaha yang
Mengapa Hukum Persaingan
Penting?

“People of the same trade seldom


meet together, even for merriment and
diversion, but the conversation ends in
a conspiracy against the public, or in
some contrivance to raise prices”

Adam Smith (1723 – 1790) – Wealth Of Nation


MENGAPA HUKUM PERSAINGAN USAHA PENTING?

• Richaed A Posner; 3 alasan politis mengapa praktek


monopoli tidak dikehendaki;
– Monopoli akan mengalihkan kekayaan dari konsumen kepada
pemegang saham perusahaan yang monopolistik, distribusi
kekayaan dari orang kurang mampu ke orang kaya
• Persaingan Sehat menciptkan efisiensi, memperbaiki struktur
harga, shg ada alternatif bagi masyarakat (makmur)
• Persaingan Tidak Sehat, pemusatan kekuatan ekonomi, yang
cenderung merugikan kepentingan masyarakat (umum).
Lanjutan..
• Memperkuat kerjasama antara kompetitor, akan
mempermudah dunia industri untuk melakukan manipulasi
politis untuk dapat memperoleh proteksi dalam bentuk
perundang-undanga yg memungkinkan memperoleh
keuntungan di bidang industri yang bersangkutan.
• Kebijkan anti monopoli bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, merupakan kebijakan yang membatasi kebebesan
bertindak bagi perusahaan2 besar utk berkembangnya
perusahaan-perusahaan kecil.
PERSAINGAN CURANG DALAM KUHP
• Dalam KUHP, misalnya, dalam Pasal 382 bis. Pasal ini menyatakan, “Barangsiapa
untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas debit perdagangan atau
perusahaan kepunyaan sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan curang
untuk menyesatkan khalayak umum atau seorang tertentu diancam, jika
karenanya dapat timbul kerugian bagi pesaing-pesaingnya atau pesaing-
pesaing orang lain itu, karena persaingan curang, dengan pidana penjara paling
lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”
• Pasal 382 bis KUHP sesungguhnya telah merepresentasikan, kendati belum
utuh, tentang filosofi hukum persaingan usaha. Di sini jelas bahwa hukum
persaingan usaha tidak antipersaingan. Justru, hukum persaingan usaha
mengoptimalkan kompetisi agar tidak ada penyalahgunaan posisi dominan oleh
seorang atau sekelompok pelaku usaha terhadap pelaku usaha yang lain.
LATAR BELAKANG (MENGAPA) HPU DI INDONESIA

• Telah dimulai berdasarkan Tap MPR No. IV/MPR/1973 tentang GBHN mengamanatkan demokrasi harus dihindarkan
monopoli yang merugikan masyarakat→ pengaturan sudah dimulai dengan UU No. 5 /1984 tentang Perindustrian.
• Pengaturan terlambat (Baru ada sejak UU No. 5 Tahun 1999); karena:
– Faktor Internal
• HPU akan bersingungan dgn kepentingan usaha bersama yang telah
nyaman dgn kondisi saat itu;
• Kekhawatiran UU ini bukannya melindungi tapi menjadi bumerang akan
kepentingan asing di Indonesia;
– PDI menghasilkan RUU tentang Antimonopoli tahun 1995
– RUU usul inisiatif DPR Oktober 1998
– Faktor Eksternal (mendorong HPU)
• Letter of Intent dgn IMF, yang bermaksud melakukan investasi di
Indonesia
NEGARA DAN PERSAINGAN USAHA
• Kenapa Negara harus terlibat?
– Untuk menciptakan level of playing fiel yang adil bagi para pelaku usaha;
– Melindungi pihak yang lemah dari eksploitasi pihak yang kuat;
– Negara sebagai pihak yang menerbitkan peraturan perundang-undangan
– Negara miliki “wewenang” menjatuhkan sanksi pidana dan administrasi
bagi pelanggar UU PU;
– Negara bertindak sebagai “wasit” bagi dunia usaha.

UU Persaingan Usaha Di Negara Lain: Amerika Serikat (1890), Jerman (1901), Jepang (1947), Korea Selata(1981),
INDONESIA (1999: UU NO. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK
SEHAT
Tujuan Persaingan Usaha

a. Diberbagi tujuananya adalah: untuk kepentingan umum (public


interest) dan efisiesi ekonomi (economic efficiency)
b. Di Indonesia, pasal 3 UU No. 5 Tahun 1999:
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan yang
sama bagi pelaku usaha besar, menengah dan kecil;
c. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha;
d. Terciptnya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
INDIKATOR PERSAINGAN USAHA
1. Disparitas Harga Produsen – Konsumen
2. Disparitas Harga Domestik – Internasional
3. Kekuatan Pasar (Concentration Ratio)
4. Kekakuan Harga

14
KONSEP DASAR KEILMUAN DALAM PERSAINGAN USAHA
Pendekatan Ilmu Dalam Persaingan Usaha
• PENDEKATAN HUKUM (YURIDIS)
– Penekanan pada konsekuensi hukum yang terjadi dan “pembuktian substansif”:--apakah suatu perbuatan,
baik berupa perjanjian maupun kegiatan, telah melanggaran UU atau tidak?
– Mengunakan pendekatan per se illegal dan rule of reason.
• PENDEKATAN EKONOMI

KONSEP DASAR EKONOMI


Mengapa Ilmu Ekonomi (Teori Ekonomi Mikro/Ekonomi
Persaingan), penting dalam Hukum (Penegakkan) • Mengapa Bersaing?
Persaingan Usaha? • PELAKU USAHA: “Undertaking/Bussiness Actor” dan
Rantai Produksi (“Chain of Production”)
• Hukum Persangan berasal dari dalil ekonomi • PASAR DAN STRUKTUR PASAR
(struktur pasar, prilaku, dan kinerja Pelaku Usaha • PASAR BERSANGKUTAN : (Relevant Market)
dalam Pasar) • KEKUATAN PASAR (Market Power)
• Oleh karenanya, dalam banyak hal memerlukan • Hambatan Masuk pada Pasar Bersangkutan (Barrier to
perhitungan ekonomi untuk membuktikan ada atau entry)
tidaknya pelanggaran hukum persaingan;
• Diperlukannya verifikasi keilmuan ekonomi, untuk • Strategi Harga (Pricing Strategi)
menentukan ada atau tidaknya persaingan, • Konsep-konsep Lain
berdampak atau tidak berdampaknya suatu – Instrumen Dasar Ekonomi
perbuatan terhadap persaingan, dll. – Konsep Biaya
KONSEP DASAR EKONOMI DALAM PERSAINGAN USAHA

• Mengapa Bersaing?
• Pelaku Usaha: “Undertaking/Bussiness Actor” dan Rantai Produksi (“Chain of Production”)
• Pasar dan Struktur Pasar
• Pasar Bersangkutan (Relevant Market)
• Kekuatan Pasar (Market Power)
• Hambatan Masuk pada Pasar Bersangkutan (Barrier to entry)
• Strategi Harga (Pricing Strategi)
• Konsep-konsep Lain
– Instrumen Dasar Ekonomi
– Konsep Biaya
•Mengapa Bersaing?
•Penjual bertambah banya
•Konsumen Terbatas
•Motivasi Keuntungan
•Memperluas Jaringan
•Teknologi
•Prestise Perusahaan
Instrumen Persaingan
HARGA
Efisiensi Produksi
Keunggulan Produk Dinikmati oleh
Keragaman Produk Konsumen/
Masyarakat
Luas Jaringan
Pelayanan
Advertensi
Teknologi
• Ukuran Kinerja Kesejahteraan
Persaingan Usaha dan
Kesempatan Kerja
• Harga




Mutu
Jumlah pilihan
Efisiensi
}
Jumlah barang/jasa yang tersedia

Pendapatan
Jumlah barang/jasa
Jumlah orang bekerja
• Persaingan Bagi Pelaku Usaha
• Memaksa pelaku usaha untuk melakukan Efisiensi
• Memaksa pelaku usaha untuk melakukan Inovasi
• Memaksa pelaku usaha untuk jeli melihat peluang
• Dalam beberapa hal membutuhkan biaya yang tinggi
• Risiko Kalah dalam persaingan
SIAPAKAH YANG DIAWASI?
Pasal 1 Angka 2 UU No.5/1999
– PELAKU USAHA adalah setiap orang
STRUCTUR (STRUKTUR)
perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum atau bukan
badan hukum yang didirikan dan CONDUCT (PRILAKU)
berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-
sama melalui perjanjian,
PERFORMANCE (KINERJA)
menyelenggarakan berbagai kegiatan
usaha dalam bidang ekonomi.

Dalam UU No. 5 Tahun 1999 selain Pelaku Usaha, terdapat istilah-istilah lain:
• PELAKU USAHA PESAING;
• PELAKU USAHA LAINNYA
• PIHAK LAIN (Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi No. 85/PUU-XIV/2016
THE CHAIN OF PRODUCTION
V
Supplier Supplier Supplier

R Manufacturer Manufacturer Manufacturer

T
Wholesaler Wholesaler Wholesaler
I

C Distributor Distributor Distributor

Retailer Retailer Retailer


L

H O R I Z O N T A L
Contoh, Prilaku Yang Bagaimana?

• Conduct + harm
– Anticompetitive effect
• Collusion (Bersekongkol), mis kasus Persekongkolan Tender
• Exclusion (Menghambat/Menyingkirkan), mis Baterai ABC
• Exploitation (Mengekploitasi), mis Yamaha dan Honda
– No justification (Tidak ada Dasar Pembenar).
– Bagaimana dengan Assosiasi (Trade Association)?
• Dalam beberapa kasus MA memasukkan Assosiasi sebagai
Pelaku Usaha.
– Perbandingan AS: (Section 8 dari the Sherman Act):
• The word “person”, or “person”,…shall be deemed or include
corporation and associations existing under or authorized by the
Laws of either the United,…or the law of any foreign country
– Pratik dalam beberapa kasus bisa juga untuk PU yang
berkedudukan di LN→ doktrin single economy entity: satu kesatuan
ekonomi.
PASAR, STRUKTUR PASAR, DAN PRILAKU PASAR

• Pasar adalah lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang
dan atau jasa;
• Struktur pasar adalah keadaan pasar yang memberikan petunjuk tentang aspek-
aspek yang memiliki pengaruh penting terhadap perilaku pelaku usaha dan kinerja
pasar, antara lain jumlah penjual dan pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar,
keragaman produk, sistem distribusi, dan penguasaan pangsa pasar.
• Perilaku pasar adalah tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam
kapasitasnya sebagai pemasok atau pembeli barang dan atau jasa untuk mencapai
tujuan perusahaan, antara lain pencapaian laba, pertumbuhan aset, target penjualan,
dan metode persaingan yang digunakan.
STRUKTUR PASAR
• Pasar Persaingan Sempurna
• Pasar Monopoli
• Pasar Persaingan Monopolistik
• Pasar Oligopoli
STRUKTUR PASAR
more competition less competition

Perfect Monopolistic
Oligopoly Monopoly
Competition Competition

less concentration more concentration


Large Number of Sellers/buyers Many sellers Few sellers Single producers/sellers

Homogeneous product Differentiated product Homogeneous/differentiated Single product


product
Free entry and exit Relatively free entry/exit Very difficult to entry/exit Impossible to entry

Highly elastic elastic inelastic Highly inelastic

No market power Small amount of market power Large amount of market power Complete market power

Minimal Gov. intervention Minimal Gov. intervention Moderate to high High to nationalization

watch, bags, clothes, shoes. Auto body repair Computers Government services, public
utilities
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
• Persaingan Sempurna Barang homogen (indentik)
• Jumlah penjual dan pembeli sangat banyak
• Tidak ada satupun penjual atau pembeli yang dapat mempengaruhi pasar
secara sendirian.
• Jika penjual menaikkan harga dia akan kehilangan pembeli
• Jika penjual menurunkan harga dia akan merugi.
• Tidak ada hambatan untuk masuk dan keluar dari pasar
• Informasi sempurna
• Baik penjual maupun pembeli mengetahui persis apa yang terjadi di pasar,
terutama mengenai harga
Pasar Monopoli
• Pasar yang dimiliki oleh satu perusahaan
• Tidak mempunyai barang yang mirip (close
subtitute)
• Tidak ada kemungkinan masuk ke dalam pasar.
• Perusahaan monopoli yang menentukan harga.
Monopoli
Dikatakan monopoli jika pelaku (penjual) merupakan satu-satunya penjual bagi
produk yang tidak mempunyai barang pengganti (produk substitusi)
Mengapa terjadi?
Karena ada hambatan untuk masuk ke dalam pasar

Bagaimana hambatan terjadi?


1. Monopoli alamiah (natural monopoly)
• Skala Produksi
• Besaran (pangsa) pasar
• Ciri khas
• Informasi
2. Diciptakan (biasanya oleh pemerintah)
• Paten
• Hak merek
• Hak Cipta
• Hak ekslusif akibat peraturan pemerintah
Akibat Monopolisasi Pasar

•Merugikan konsumen: harga jual lebih tinggi dan jumlah yang dijual
lebih sedikitDeadweight Loss (DWL)
• Inefisiensi: dalam proses produksi dan bagi masyarakat
• Tidak menggunakan kapasitas produksi secara penuh
• Sumber-sumber daya tidak digunakan secara ekonomis
• Merugikan konsumen dengan memindahkan surplus konsumen ke pada surplus pro
• Goodaan untuk mempertahankan kekuatan monopoli dengan cara:
• Kolusi
• Boikot
• Mengancam/menakut-nakuti pesaing dan atau konsumen
•Pasar Monopolistik
•Terdapat banyak penjual dan Pembeli
•Setiap perusahaan dalam industri memproduksi barang yang mirip
•Pelaku bebas masuk dan keluar dari produksi
•Monopolistic competition: Edward Hastings Chamberlin

•Perbedaan antara Monopolistik dengan Persaingan Sempurna adalah:

• Pada pasar monopolistik setiap produsen memproduksi barang yang berbeda


sedikit dari yang lainnya
• Barang tersebut mirip tetapi tidak persis sama
Contoh: Hamburgers
• Deadweight Welfare Loss: masyarakat konsumen yang menolak membeli produk
dengan harga monopoli akan terpaksa membeli produk lain yang sebenarnya
kurang diminati (less value) dan akhirnya akan mendorong permintaan serta harga
terhadap produk substitusi yang less value dan tidak diinginkan yang akhirnya
mendorong harganya menjadi naik juga.
PENYEBAB OLIGOPOLI
• Oligopoli: terdiri atas beberapa
penjual
Economic of scale •Jika hanya dua penjual disebut duo-
poli
Investment scale •Bila ada beberapa pembeli: oligopsoni

Patent

Loyal konsumen

Resources (material)

Government
Price Leader:
•Untuk menghindari perang harga, oligopolist dapat menerapkan
price leadership:
•Price leader menetapkan harga
•Price leader adalah perusahaan yang mempunyai posisi dominan,
atau yang mempunyai harga produksi terendah (barometric firm)
•Price follower akan mengikuti harga yang ditetapkan oleh leader
Resiko lain oligopoli
Oligopoli yang cooporative dapat saja gagal karena beberapa hal:
•Kolusi adalah perbuatan ilegal
•Pelaku yang bergabung dalam kartel dapat saja menipu anggota
lainnya. Misalnya dengan penurunan harga diam-diam; pemasokan
produk yang lebih banyak ke pasar.
•Pertumbuhan perdagangan international mengandung arti makin
sengitnya persaingan antar pelaku pasar (c: OPEC)
Kartel
•Wadah resmi yang merupakan wujud dari perjanjian dua atau lebih
penjual/pembeli untuk melakukan sesuatu untuk kepentingan
bersama

•Kepentingan bersama yang dimasud adalah mendapatkan


keuntungan yang lebih tinggi dari pada jika mereka tidak
melakukannya bersama-sama.

Bentuk kartel dapat berupa asosiasi, pemasaran bersama atau bentuk


lainnya.
Kartel
• Beberapa kemungkinan cara melakukan perjanjian kartel:
•perjanjian – Pasal I angka 7: baik tertulis maupun tidak tertulis
•tacit collusion
•price leader
•price signalling
•oligopolistic interdependence
PASAR BERSANGKUTAN
• Penting untuk mengukur struktur pasar dan batasan dari prilaku anti persaingan.
• Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah
pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama
sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut.
• Konsep Pasar Bersangkutan:
– Pasar Produk→ produk-produk pesaing dari produk tertentu ditambah
produk lain yang bisa menjadi substitusi dari produk tersebut.
– Pasar Geografis→ wilayah dimana suatu pelaku usaha dapat meningkatkan
harganya tanpa menarik masuknya pelaku usaha atau tanpa kehilangan
konsumen yang signifikan, yang berpindah ke pelaku usaha lain di luar
wilayah tersebut.
MENENTUKAN PASAR BERSANGKUTAN

Untuk menentukan Pasar Bersangkutan dapat juga mengunakan pendekatan regulasi jika telah ada regulasi yang
mengaturnya. Misalnya, dalam kasus penyalahgunaan Posisi Dominan Carrefour Dalam Akusisi Alfa, untuk
pendefinisian Pasar Modern (Perpres 112 dan Permendag 53).
PASAR PRODUK
• Hal terpenting dlm mendefinisikan pasar produk: ada atau
tidaknya produk substitusi yg dekat dgn produk yang dijual
atau diproduksi perusahaan tersebut (close subsitute).
• Ada beberapa teknik yg digunakan untuk mengidentifikasi
adanya pasar produk:
– Pengolongan pasar berdasarkan fungsi;
– Pengolongan pasat berdasarkan kemasan;
– Pengolongan pasar berdasarkan harga dan kualitas barang dan
jasa.
• Cara mengukurnya:
– Mis, X adalah perusahaan menjual minuman bersoda,
bermerek SODAX. Jika SODAX tidak ada di pasaran,
konsumen masih dapat membeli barang yang sejenis
dgn SODAX Z?
• Jika iya, barang yang mengantikan SODAX tadi disebut
produk substitusi. Mis, jika sodax naik, konsumen dgn
mudah pindah ke produk substitusinya.
• Produk substitusi dapat dilihat berdasarkan
fungsi/kegunaan, kualitas, dan harga.
• Lanjutan (cara..)
– Mis, dilihat apakah produk SODAX bersaing dgn produk-produk lain?
Apakah produk2 itu, membatasi kemampuan perusahaan X untuk
menaikkan harga SODAX?
• Apabila X, menaikan harga SODAX 10%, konsumen akan berpindah
ke produk lain, maka produk tersebut bersifat substitusi.
– Mis, mengunakan ukuran elastisitas silang harga (cross price
elasticity).
• Pesannnya: semakin tinggi nilai elastisitassilang satu barang
terhadap barang lain, maka semakin tinggi tingkat substitusi
(komplementernya)
Melalui teori ekonomi: pendekatan elastisitas permintaan dan penawaran, termasuk
pendekatan preferensi konsumen melalui tiga parameter utama, yaitu proxy (pendekatan):
harga, karakter dan fungsi (kegunaan): SURVEY
PASAR GEOGRAFIS
• Apakah lingkup nasional, atau hanya terbatas
pada pulau tertentu saja, propinsi, dan lain-lain—
Dimanakah barang tersebut diproduksi atau
dijual?
• Lebih jauh terkait Konsep Pasar Bersangkutan
Lihat Peraturan KPPU No. 3 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pasal 1 Angka 10 tentang Pasar
Bersangkutan.
KEKUATAN PASAR (MARKET POWER)

•Market Power or Monopoly Power is the “power to raise prices significantly above the
competitive level without loosing all of one’s business”.
• Dennis W. Carlton menyarankan untuk menggunakan terminologi monopoly
power untuk kasus dimana harga melebihi biaya marginal dan keuntungan diatas
level persaingan, sementara terminologi market power untuk kasus dimana harga
melebihi biaya marginal tetapi keuntungan tidak diatas level persaingan.
•William Landes & Richard Posner, Market Power in Antitrust Cases, 94 Harvard
Law Review, 1981: pengertian market power atau sering juga disebutkan dengan
monopoly power adalah kemampuan untuk menaikkan harga diatas level persaingan
untuk suatu kurun waktu tertentu.
PERNDEKATAN “PER SE ILLEGAL” DAN “RULE OF REASON”

• PER SE ILLEGAL: suatu tindakan dinyatakan


melanggar hukum tanpa dibuktikan terlebih dahulu
akibat dari tindakan tersebut (berdampak negatif
terhadap persaingan atau tidak).

• RULE OF REASON: Suatu tindakan baru dinyatakan


melanggar hukum apabila tindakan tersebut
terbukti mempunyai dampak negatif terhadap
persaingan.
Per see Illegal Vs. Rule of Reason
Per se Illegal Rule of Reason

Pengertian setiap perjanjian atau kegiatan usaha suatu pendekatan yang digunakan oleh lembaga
tertentu dianggap sebagai ilegal, tanpa otoritas persaingan usaha untuk membuat evaluasi
melakukan pembuktian lebih lanjut atas mengenai akibat perjanjian atau kegiatan usaha
dampak yang ditimbulkan dari perjanjian tertentu, guna menentukan apakah suatu
atau kegiatan usaha tersebut perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat
menghambat atau mendukung persaingan

Keuntungan lebih memberikan kepastian hukum memungkinkan pengadilan untuk melakukan


interpretasi terhadap Undang-undang
Memudahkan otoritas persaingan usaha Menggunakan analisis ekonomi untuk mencapai
untuk melakukan penanganan perkara efisiensi guna mengetahui dengan pasti, yaitu
apakah suatu tindakan pelaku usaha memiliki
implikasi kepada persaingan
Kelemahan Membuat penegakan hukum persaingan mensyaratkan pengetahuan tentang teori ekonomi
usaha menjadi kaku. dan sejumlah data ekonomi yang kompleks

Contoh Pasal Pasal 5(1) (Penetapan Harga), Pasal 15 Pasal 28 (Merger, Akuisisi)
(Penjanjian Tertutup)
Pendekatan Per Se dan Rule of Reason
PERSAINGAN CURANG
• Tindakan persaingan curang adalah tindakan tidak jujur yang dilakukan dalam kondisi persaingan.
Oleh Heinz Lampert dijelaskan bahwa tindakan persaingan curang sebagai “persaingan tidak sehat
yang melanggar moral yang baik. Konsep persaingan curang didasarkan pada etika usaja.
• Secara non limitatif diantara tindakan yang tergolong dalam persaingan curang, adalah:
– menyebar informasi palsu tentang produk pesaing.
– meremehkan produk pesaing
– menyerang pribadi pesaing
– mengganggu penjual produk pesaing
– merusak produk pesaing
– menghambat pengiriman produk pesaing
MENGHAMBAT PERSAINGAN
(ANTI PERSAINGAN)
• Tindakan menghambat persaingan atau tindakan anti persaingan adalah tindakan
yang bersifat mencegah terjadinya persaingan (anticompetitive) dan dengan
demikian mengarah pada terciptanya kondisi tanpa/minim persaingan.
• Praktek Anti Persaingan, adalah praktek-praktek bisnis dimana perusahaan atau
grup perusahaan dapat mengupayakan pembatasan persaingan inter – firm (antar
perusahaan) untuk memelihara atau meningkatkan posisi pasar dan keuntungan
mereka, tanpa menyediakan barang dan jasa yang diperlukan dengan tingkat biaya
rendah atau kualitas yang lebih tinggi.
SUBSTANSI LARANGAN MENURUT UU NO. 5 TAHUN 1999

Kegiatan yang
dilarang
Oligopoli
Penetapan Harga
Pembagian Wilayah Perjanjian yang
Pemboikotan
Kartel dilarang Monopoli
Trust 26 Monopsoni
Penguasaan Pasar
Oligopsoni
Integrasi Vertikal Persekongkolan
Perjanjian tertutup
Perjanjian dgn pihak LN

Penyalahgunaan
posisi dominan

Posisi Dominan
Jabatan Rangkap
Pemilikan Saham
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan

Hal .
51
Kategori Pelanggaran Dalam Hukum
Persaingan Usaha
• UU No. 5 Tahun 1999 membagi atas tiga
kategori: perjanjian, kegiatan, dan
(penyalahgunaan) posisi dominan.
• Pendekatan Teoritis: Model Law: restrictive
agreement or arrangement; abuse of
dominant position; merger control.
Larangan Dalam Persaingan Usaha
Perumusan International Best Practise
BENTUK LARANGAN DAN CONTOH KASUS
• PERJANJIAN YANG DILARANG
– Oligopoli→ Kasus Perdagangan Garam Sum-Ut, 2005.
– Penetapan Harga→ Kasus Kargo (Jakarta-Pontianak), 2003.
– Pembagian Wilayah→ Pembagian Wilayah DPP AKLI Pusat, 2008
– Pemboikotan→ belum ada kasus di Indonesia→ Northwest Wholesale Stationers, Inc Vs.
Pacific Stationery & Printing Co.
– Kartel—> Kartel Kargo Surabaya – Makasar, 2003
– Trust→ belum ada kasus. Standard Oil Company of New Jersey Vs. United States
– Oligopsoni→ An Iowaunincorporated association
– Integrasi Vertikal→ Kasus Abacus PT Garuda Indonesia, 2003
– Perjanjian Tertutup→ Kasus Semen Gersik, 2005.
– Perjanjian Dengan Pihak Luar Negeri→ Kasus Temasek dan Kapal VLCC Pertamina
Lanjutan..
• KEGIATAN YANG DILARANG
– Monopoli→ Standard Oil Co vs. United States
– Monopsoni→ Zaman Orba, Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh,
Tommy Soeharto
– Penguasaan Pasar→ Listng Fee dan Minus Margin Carrefours
– Persekongkolan→ Perkara Tender Penjualan Saham PT. Indomobil Sukses
Makmur.
• POSISI DOMINAN
– Jabatan Rangkap→Kasus Abagus PT. Garuda Indonesia
– Pemilikan Saham→ Kasus Cineplex 21
– Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan.
BENTUK LARANGAN DAN CONTOH KASUS
• PERJANJIAN YANG DILARANG
– Oligopoli→ Kasus Perdagangan Garam Sum-Ut, 2005.
– Penetapan Harga→ Kasus Kargo (Jakarta-Pontianak), 2003.
– Pembagian Wilayah→ Pembagian Wilayah DPP AKLI Pusat, 2008
– Pemboikotan→ belum ada kasus di Indonesia→ Northwest Wholesale Stationers, Inc Vs.
Pacific Stationery & Printing Co.
– Kartel—> Kartel Kargo Surabaya – Makasar, 2003
– Trust→ belum ada kasus. Standard Oil Company of New Jersey Vs. United States
– Oligopsoni→ An Iowaunincorporated association
– Integrasi Vertikal→ Kasus Abacus PT Garuda Indonesia, 2003
– Perjanjian Tertutup→ Kasus Semen Gersik, 2005.
– Perjanjian Dengan Pihak Luar Negeri→ Kasus Temasek dan Kapal VLCC Pertamina
Lanjutan..
• KEGIATAN YANG DILARANG
– Monopoli→ Standard Oil Co vs. United States
– Monopsoni→ Zaman Orba, Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh,
Tommy Soeharto
– Penguasaan Pasar→ Listng Fee dan Minus Margin Carrefours
– Persekongkolan→ Perkara Tender Penjualan Saham PT. Indomobil Sukses
Makmur.
• POSISI DOMINAN
– Jabatan Rangkap→Kasus Abagus PT. Garuda Indonesia
– Pemilikan Saham→ Kasus Cineplex 21
– Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan.
PRILAKU COORDINATED CONDUCT (KARTEL)
PERJANJIAN YANG DILARANG
(Coordinated Conduct)
• Pasal 1 Angka 7 UU No. 5 Tahun 1999
– Meliputi juga perjanjian tidak tertulis;
– Apakah semacam “understanding; tacit agreement: perjanjian dlm
anggapan”, diantara para pihak telah dianggap sebagai perjanjian?
• Perbandingan di AS (Pasal 1 The Sherman Act);
“Every contract, combination in the form of trust or the otherwise, or
conspiracy, in restraint of trade or commence among the several stalls, or
with foreign nations, is hereby declared to be illegal”.
• Coordinated conduct is essentially about firms recognising their mutual
interdependence and individually ‘deciding’ not to compete as aggressively
as they otherwise would. It covers a range of conduct fro explicit
agreements (cartel) to implicit (tacit collusion).
• Dalam UU Persaingan Usaha coordinated conduct dapat diartikan tindakan
yang dilakukan oleh pelaku usaha bersama dengan pelaku usaha
pesaingnya (baik dengan perjanjian atau melakukan kegiatan) yang dapat
menyebabkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat
• Hambatan bersifat horizontal/horizontal restraint : hambatan memasuki
pasar yang dilakukan oleh pelaku usaha yang selevel/setingkat
▪ Pasal yang terkait coordinated conduct, yang dikenal dengan
“Kartel”, antara lain:
▪ Penetapan harga (Pasal 5)
▪ Pembagian wilayah (Pasal 9)
▪ Pemboikotan (Pasal 10)
▪ Kartel (Pasal 11)
▪ Persekongkolan (Pasal 22)
▪ Indikasi Awal Kartel
▪ Faktor struktural
▪ Tingkat konsentrasi dan jumlah pelaku usaha
▪ Ukuran perusahaan
▪ Homogenitas produk
▪ Kontak multi-pasar
▪ Persediaan dan kapasitas produksi
▪ Keterkaitan kepemilikan
▪ Barrier to entry.
▪ Faktor Prialu
▪ Transparansi dan pertukaran informasi
▪ Pengaturan harga kontrak
Perjanjian Penetepan Harga
• Pasal 5
• Tujuan memperoleh laba-laba setinggi-tingginya, dgn
menghindari persaingan diantara mereka. Shg, surplus
konsumen beralih ke produsen (PU)
• Dilakukan secara tertulis, lisan, melalui signal /price
signaling --pada pasar oligopoli), yang diikuti oleh PU lain,
seperti:
– Membuat pengumuman atau artikel di media massa yg
mengindikasikan perlu kenaikan harga, shg diikuti oleh PU lain –
tocit collusion.
• Penetapan harga yang dimaksud di sini tidak hanya penetapan harga akhir,
melainkan juga perjanjian atas struktur atau skema harga. Karena di dalam ayat
tersebut, penetapan harga tidak berarti penetapan harga yang sama.
• bentuk-bentuk penetapan harga yang
– Kesepakatan menaikkan atau menurunkan harga;
– Kesepakatan memakai suatu formula standart sebagai dasar perhitungan
harga;
– Kesepakatan memelihara suatu perbandingan tetap antara harga yang
dipersaingkan dengan suatu produk tertentu;
– Kesepakatan meniadakan diskon atau membuat keseragaman diskon;
– Kesepakatan persyaratan pemberian kredit kepada konsumen;
– Kesepakatan meniadakan produk yang ditawarkan dengan harga murah di
pasar sehingga membatasi pasokan dan memelihara harga tinggi.
– Persetujuan kepatuhan pada harga yang diumumkan;
– Kesepakatan tidak menjual bila harga yang disetujui tidak dipenuhi;
– Kesepakatan menggunakan harga yang seragam sebagai langkah awal untuk
negosiasi;
PEMBAGIAN WILAYAH
MARKET DIVISION
• Pasal 9
• Stephen F. Ross, dampak pembagian wilayah:
– Membuat PU melakukan tingkat pengurangan produksi
ke tingkat yg tidak efisien;
– Ekploitasi terhadap konsumen dgn menaikan harga;
– Memngunakan kekuatan untuk bertindak sewenang
terhadap konsumen.
– Tidak akan tercapai apabila:
• Konsumen dapat berpindah secara mudah
• Pembagian Wilayah dapat berbentuk vertikal
dan horizontal, yang secara yuridis dilarang:
– Pembagian Pasar teritorial;
– Pembagian Pasar Konsumen;
– Pembagian Pasar Fungsional;
– Pembagian pasar produk.
PERJANJIAN PEMBOIKOTAN
• Pasal 10
• Sebagai strategi untuk mengusir pelaku usaha lain dari pasar
yang sama atau juga mencegah pelaku usaha potensial
masuk pasar;
• Praktek ini utk dapat berjalan sukses, diperlukan partisipasi
seluas mungkin dari pelaku usaha yang ada dalam pasar
yang bersangkutan.
• Berdasarkan UU dapat ditentukan dua cara pemboikotan:
– Menghalangi pelaku usaha lain untuk masuk ke dalam pasar;
– Menolak menjual barang atau jasa pelaku usaha lain.
PERJANJIAN KARTEL (CARTEL)
• Pasal 11
• Biasanya diprakarsai oleh asosiasi dagang (trade assciations) bersama para anggotanya;
• Dapat berbentuk melalui harga, produksi, dan pemasaran.
• Beberapa indikasi yang menunjukkan telah terjadinya tindakan kolusif:
- Indikasi pangsa pasar yang tetap;
- Terdapat diskriminasi harga
- Terdapat pertukaran informasi mengenai harga;
- Terdapat variasi harga secara regiona;;
- Terdapat tender atau bid yang sama;
- Harga, ouput, dan kapasitas berubah bersamaan dengan berubahnya formasi kartel
• Beberapa indikasi yang menunjukkan telah terjadinya
tindakan kolusif:
- Indikasi pangsa pasar yang tetap;
- Terdapat diskriminasi harga
- Terdapat pertukaran informasi mengenai harga;
- Terdapat variasi harga secara regiona;;
- Terdapat tender atau bid yang sama;
- Harga, ouput, dan kapasitas berubah bersamaan dengan berubahnya formasi kartel
- Terdapat penetapan harga jual yan sama
- Menurunya pangsa pasar dari pelaku usaha yang besar
- Terdapat fluaktuasi harga yang besar
- Terdapat elastisitas permintaan pada harga pasar
- Level dan bentuk dari keuntungan
• Karakteristik dari Kartel:
– Terdapat konspirasi diantara beberapa pelaku usaha;
– Melibatkan para senior eksekutif
– Mengunakan asosiasi untuk menutup kegiatan
– Melakukan price fixing
– Adanya ancaman sanksi bagi yang melanggar
– Adanya distribusi informasi kepada seluruh anggota kartel
– Adanya mekanisme konpensasi dari anggota kartel yang
produksinya lebih banyak.
• Pembuktian Kartel
– Bukti Lansung
• Perjanjian tertulis
• Rekaman komunikasi
– Bukti Tidak Langsung
• Bukti Komunikasi (adanya komunikasi dan atau pertemuan antar
PU, tetapi tidak menjelaska substansi yang dibicarakan;
• Bukti Ekonomi
– Mis, harga yang parallel
PERJANJIAN TRUST
• Pasal 12
• Utk mengontrol produksi/pemasaran di pasar
ternyata para PU tidak cukup hanya dengan membuat
perjanjian kartel, tapi mereka membentuk gabungan
perusahaan atau perseroan yang lebih besar (trust),
dgn tetap menjaga dan mempertahankan
kelangsungan hidup masing-masing perusahaa.
• Wadah bagi PU yg didisain utk membatasi persaingan
dlm bidang usaha atau industri tertentu;
PERSEKONGKOLAN
• Persekongkolan Tender (Pasal 22)
• Persekongkolan Membocorkan Rahasia
Dagang/Perusahaan (Pasal 23)
• Persekongkolan Menghambat Perdagangan
(Pasal 24)
• TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai