Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1 HKUM4307

HUKUM PERSAINGAN USAHA

NAMA : ANDI WARMAN

NIM : 042522283

Berikanlah jawaban dan analisis anda atas beberapa pertanyaan berikut:

1. Jelaskanlah Urgensi Pentingnya pengaturan tentang praktik persaingan usaha di


Indonesia?

Jawab :

Persaingan dalam kegiatan usaha senafas dengan kegiatan usaha itu sendiri. Pada
prinsipnya, setiap orang berhak menjual atau membeli barang atau jasa “apa” dengan
“siapa”, “berapa banyak” serta “bagaimana cara” produksi, inilah apa yang disebut dengan
ekonomi pasar. Sejalan dengan itu, prilaku dan struktur pasar terkadang tidak dapat
diprediksi, sehingga tidak jarang pelaku usaha menimbulkan kecurangan, pembatasan yang
menyebabkan sebagian atau beberapa pelaku usaha merugi bahkan mati.

Suatu proses pasar hanya dapat dikembangkan di dalam struktur pengambilan keputusan
yang terdesentralisasi artinya bahwa terdapat individu-individu independen dalam jumlah
secukupnya, yang menyediakan pemasokan dan permintaan dalam suatu pasar, karena
proses-proses pasar memerlukan saat-saat aksi dan reaksi pelaku pasar yang tidak dapat
diprediksi. Ini adalah satu-satunya cara untuk menjamin bahwa kekeliruan perencanaan
oleh individu tidak semakin terakumulasi sehingga akhirnya menghentikan fungsi pasar
sebagai umpan balik sibernetis.

Adapun salah satu esensi penting bagi terselenggaranya pasar bebas tersebut adalah
persaingan para pelaku pasar dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam hal ini
persaingan usaha merupakan sebuah proses di mana para pelaku usaha dipaksa menjadi
perusahaan yang efisien dengan menawarkan pilihan-pilihan produk dan jasa dalam harga
yang rendah. Sementara itu para ekonom dan praktisi hokum persaingan sepakat bahwa
umumnya persaingan menguntungkan bagi masyarakat. Pembuat kebijakan persaingan
pada berbagai jenjang pemerrintah perlu memiliki pemahaman yang jelas mengenai
keuntungan persaingan.

Agar persaingan dapat berlangsung, maka kebijakan ekonomi nasional di Negara-negara


berkembang pertama-tama harus menyediakan sejumlah persyaratan yang diperlukan
adalah mewujudkan pasar yang berfungsi dan mekanisme harga. Dalam konteks tersebut,
yang dituju adalah penyediaan akses pasar sebebas mungkin dan pada saat yang sama
menyediakan insetif untuk meningkatkan jumlah dari pengusaha nasional. Tingkat
integrasi sejumlah pasar setempat dan regional juga harus ditingkatkan melalui
peningkatan infrastruktur Negara. Akhirnya, suatu kebijakan moneter yang berorientasi
stabil merupakan persyaratan bagi berfungsinya ekonomi persaingan. Hanya dengan cara
ini distorsi persaingan yang berpotensi melumpuhkan mekanisme harga dapat dihindari.

Sehingga dapat dipahami mengapa dalam pasar bebas harus dicegah penguasaan pasar oleh
satu atau dua orang bahkan beberapa pelaku usaha saja, karena dalam pasar yang hanya
dikuasai oleh sejumlah pelaku usaha maka terbuka peluang untuk menghindari atau
mematikan bekerjanya mekanisme pasar, sehingga harga-harga ditetapkan secara sepihak
dan merugikan konsumen. Pelaku usaha yang sjumlahnya sedikit dapat melakukan
kesepakatan untuk membagi wilayah pemasaran, mengatur harga, kualitas, dan kuantitas
barang dan jasa yang ditawarkan guna memperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya
dalam waktu yang relative singkat. Persaingan di antara para pelaku usaha juga dapat
terjadi secara curang sehingga merugikan konsumen, bahkan Negara. Oleh karena itu,
pengaturan hokum untuk menjamin terselenggaranya pasar bebas secara adil mutlak
diperlukan.

2. Menurut analisis anda bagaimanakah konsep Monopoly by law dan monopoly by


nature dalam perspektif undang-undang no. 5 tahun 1999? Jelaskan

Jawab :

Menurut UU No. 5 Tahun 1999, monopoli adalah penguasaan atas produksi atau
oemasaran barang dan atas penggunaan jasa ternentu oleh suatu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha.

Sehingga terjadinya pasar monopoli disebabkan penguasaan produksi oleh pelaku usaha
tidak memiliki pesaing karena kamampuannya yang tidak mampu disaingi oleh perusahaan
lainnya, inilah disebut dengan monopoli secra alamiah (monopoly by nature), ataupun
perusahaan tersebut mendapatkan perlakuan khusus karena amanah undang-undang
(monopoly by law).

Islam melarang keras melakukan pemusatan produksi yang akan menyebabkan keuntungan
hanya diperoleh oleh orang-orang tertentu saja. Pemusatan kekayaan menjadikan kondisi
ekonomi, social, dan politik dalam masyarakat menjadi tidak seimbang. Islam juga sangat
menghormati kemampuan pelaku usaha tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang
lebih besar dalam perniagaan selama tidak melakukan pemusatan ekonomi yang
menyebabkan terkonsentrasinya keuntungan kepada beberapa orang. Dalam konteks ini
islam membolehkan intervensi pasar dengan melakukan monopoly by law.

3. Terangkan Perbedaan Pendekatan Per se illegal dan Rule of Reason yang digunakan
dalam hukum persaingan!

Jawab :
Pendekatan per se illegal adalah menyatakan setiap perjanjian atau kegiatan usaha tertentu
sebagai illegal, tanpa pembuktian lebih lanjut atas dampak yang ditimbulkan dari
perjanjian atau kegiatan usaha tersebut. Sebaliknya pendekatan rule of reason adalah suatu
pendekatan yang digunakan oleh lembaga otoritas persaingan usaha untuk membuat
evaluasi mengenai akibat perjanjian atau kegiatan usaha tertentu, guna menentukan apakah
suatu perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat menghambat atau mndukung persaingan
kegiatan yang diangga sebagai per se illegal biasanya meliputi penetapan harga secara
kolusif atas produk tertentu, serta pengaturan harga penjualan kembali.

Per se illegal sebuah pendekatan di mana suatu perjanjian atau kegiatan usaha dilarang
karena dampak dari perjanjian tersebut telah dianggap jelas dan pasti mengurangi atau
menghilangkan persaingan. Oleh karena itu, dalam pendekatan ini pelaku usaha pelapor
tidak perlu membuktikan adanya dampak suatu perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha
pesaingnya. Bukti yang diperlukan adalah bahwa perjanjian yang dimaksud telah benar
adanya atau bahwa kegiatan bisnis dimaksud telah benar-benar dilakukan oleh pelaku
usaha persaingnya.

Pendekatan ini mempunyai kelebihan antara lain :

a. Terjadinya kepastian hokum terhadap suatu persoalan hokum antimonopoly yang


muncul.
b. Jika suatu perjanjian atau perbuatan yang dilakukan yang hamper pasti merusak dan
merugikan persaingan, maka untuk apa lagi bersusah payah melakukan pembuktian,
tidak hanya makan waktu, namun juga biaya yang mahal.
c. Lebih memudahkan hakim memutuskan perkara persaingan usaha.

Namun di sisi lain melakukan penerapan ini secara berlebihan dapat menjangkau perbuatan
yang mungkin tidak merugikan atau bahkan mendorong persaingan menjadi salah secara
hokum. Apabila para pelaku usaha melakukan perjanjian dan kegiatan yang dilarang secara
per se, maka Negara cukup membuktikan bahwa telah terjadi pelanggaran sesuai dengan
jenis perjanjian atau perbuatannya.

Sedangkan pendekatan rule of reason hokum terhadap perbuatan yang dituduhkan


melanggar hokum persingan harus mempertimbangkan situasi dan kondisi status. Dengan
kata lain harus membuktikan mengevaluasi mengenai akibat perjanjian, kegiatan, atau
posisi dominan tertentu guna menentukan apakah perjanjian atau kegiatan tersebut
menghambat atau mendukung persaingan.

Dalam Undang-Undang No 5 Tahun 1999 rule of reason ini menyiratkan bahwa perlu
penelitian yang mendalam tentang suatu kegiatan apakah berdampak terjadinya praktik
monopoli. Dalam UU ini mempunyai kekhasan sebab tercakup dalam unsur “praktik
monopoli” dan “persaingan usaha tidak sehat”.

Sumber :

BMP/HKUM4307/Hukum Persaingan Usaha

Anda mungkin juga menyukai