Anda di halaman 1dari 14

MATERI SESI 6

HUKUM PERSAINGAN USAHA


KEGIATAN YANG DILARANG :
(MONOPOLI, MONOPSONI, PENGUASAAN PASAR, PERSEKONGKOLAN DAN JUAL RUGI)

POSISI DOMONAN DAN PENYALAHGUNAANNYA

OLEH :
RINI M. KAESMETAN, SH., MH.
MONOPOLI
Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Pelaku usaha patut diduga
atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa apabila :

1. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
2. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan
usaha barang dan atau jasa yang sama; atau
3. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
50%(lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
MONOPSONI

Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli


tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan
pasokan atau menjadi pembeli tunggal apabila satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
PENGUASAAN PASAR

Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun
bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat berupa :
1. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan
usaha yang sama pada pasar bersangkutan; atau
2. menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak
melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu, atau
3. membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar
bersangkutan, atau
4. melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.
PERSEKONGKOLAN
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan
atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan
informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia
perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak
sehat.
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya
dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di
pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas, maupun
ketepatan waktu yang dipersyaratkan.
JUAL RUGI (PREDATORY PRICING)
Pasal 20 UU No. 5 Tahun 1999; "Pelaku usaha dilarang melakukan
pemasokan barang dan/atau Jasa dengan cara melakukan jual rugi atau
menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan
atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak
sehat.'
PERSEKONGKOLAN ATAU KONSPIRASI USAHA

Persekongkolan adalah bentuk kerja sama dagang di antara pelaku usaha


dengan maksud untuk menguasai pasar yang bersangkutan bagi kepentingan
pelaku usaha yang bersekongkol tersebut.

Persekongkolan sering disama artikan dengan kolusi, dalam politik biasa


disebut konspirasi (conspiracy).

Ditinjau dari segi hukum ataupun agama, kolusi adalah bentuk pelanggaran
norma atau etika. Secara umum kolusi mirip dengan korupsi, walau dalam
praktiknya terjadi perbedaan. Kolusi lebih pada tawar-menawar sebuah
kepentingan (interest) demi mendapatkan keuntungan dan kedudukan tertentu.
PERSEKONGKOLAN TENDER
Persekongkolan tender (bid rigging) adalah praktik yang dilakukan antara penawar
tender selama proses penawaran, untuk pelaksanaan kontrak kerja yang bersifat umum,
dan proyek lain yang ditawarkan pemerintah. Atau dengan cara, para penawar tender
telah bersepakat untuk menentukan perusahaan mana yang mendapatkan sebuah
proyek tender dengan harga yang telah disepakati juga. Bahkan sebelum diumumkannya
pemegang tender dan harga kontak para peserta tender telah menyepakati, baik
pemegang maupun harga yang dikehendaki.

Persekongkolan tender memuat unsur-unsur sebagai berikut :


a. Unsur Pelaku
b. Unsur Bersekongkol
c. Unsur Pihak Lain
d. Unsur Mengatur dan/atau Menentukan pemenang tender
e. Unsur Persaingan Usaha Tidak Sehat
JENIS-JENIS PERSEKONGKOLAN

Dalam pedoman Pasal 22 tentang larangan persekongkolan dalam tender


yang dikeluarkan oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU).
Persekongkolan dalam tender dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. persongkolan horizontal,
b. persekongkolan vertikal,
c. gabungan persekongkolan vertikal dan horizontal.
POSISI DOMINAN
Posisi Dominan adalah suatu keadaan dimana pelaku usaha dalam memasarkan
produknya tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar yang bersangkutan dalam
kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi
tertinggi di antara pesaingnya di pasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan
kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan dan penjualan, serta
kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang dan jasa tertentu.
Posisi Dominan dapat menyebabkan terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Praktik monopoli dapat terjadi dikarenakan tidak adanya pesaing
sehingga konsumen atau pelaku usaha dengan skala yang lebih kecil ketika ingin
membeli barang/jasa, hanya dapat membeli melalui pelaku usaha yang memiliki
posisi dominan tersebut.
Persaingan usaha tidak sehat dapat terjadi dikarenakan Posisi Dominan seorang
pelaku usaha yang memiliki barang/jasa tertentu sehingga si pelaku usaha dapat
melakukan penetapan harga, diskriminasi harga, perjanjian dengan persyaratan,
pembagian wilayah dan sebagainya yang termasuk ke dalam kegiatan yang dilarang.
PENETAPAN POSISI DOMINAN
Di dalam UU No. 5 Tahun 1999 metode pembatasan pasar yang
bersangkutan ditetapkan dalam Pasal 1 No. 10 yang berbunyi: "Pasar
bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah
pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang atau jasa yang sama atau
sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut.
Berdasarkan ketentuan ini, maka dapat disimpulkan pembatasan pasar
yang bersangkutan (relevant market) untuk menentukan posisi dominan suatu
pelaku usaha menggunakan
1. Pembatasan pasar bersangkutan berdasarkan pasar produk (product
market) dan,
2. Pembatasan pasar bersangkutan berdasarkan wilayah atau geografis
(geographich market) yang digunakan.
PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN
Penyalahgunaan Posisi Dominan termasuk ke dalam salah satu yang dilarang dalam Hukum
Persaingan Usaha di Indonesia. Hal ini dikarenakan Penyalahgunaan Posisi Dominan termasuk ke
dalam Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Penyalahgunaan Posisi Dominan sendiri dapat menyebabkan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha menjadi tidak adil terutama terhadap pihak yang kondisi ekonomi dan sosialnya lebih
lemah.Dalam undang-undang sendiri, Penyalahgunaan Posisi Dominan ada diatur dalam Undang-
Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Pratik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 menetapkan, bahwa pelaku usaha dilarang
menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk :
1. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan atau menghalangi
konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing dari segi harga maupun kualitas;
atau
2. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau
3. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar yang
bersangkutan.
TUGAS 3
KERJAKAN TUGAS INI DAN KIRIMKAN PADA KOLOM TUGAS SESI 7
BATAS WAKTU PENGERJAAN TUGAS INI SABTU 19 NOVEMBER 2022
1. Apa yang anda ketahui tentang kegiatan jual rugi di Indonesia saat ini? Jelaskan pemahaman Anda!
2. Apakah yang dimaksud dengan kegiatan predatory pricing? Jelaskan Jawaban Anda!
3. Apa yang dimaksud dengan persekongkolan/konspirasi? Jelaskan Jawaban Anda!
4. Posisi dominan dapat dikatakan salah satu kunci pokok (pusat) dari persaingan usaha. Mengapa?
5. Bagaimana cara membuktikan salah satu pelaku usaha mempunyai posisidominan pada pasar yang
bersangkutan?
6. Kalau pelaku usaha (pelapor) tidak mempunyai posisi dominan, bagaimana terlapor dapat
melakukan persaingan usaha tidak sehat di pasar bersangkutan?
7. Bagaimana pelaku usaha melakukan penyalahgunaan posisi dominannya sehingga pasar dapat
terdistrosi? Jelaskan pemahaman Anda!
8. Bagaimana bentuk-bentuk penyalahgunaan posisi dominan yang dapat dilakukan oleh pelaku
usaha yang mempunyai posisi dominan?
9. Apa yang dimaksud dengan Penyalahgunaan Posisi Dominan? Jelaskan Jawaban saudara
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai