Anda di halaman 1dari 4

Nama : Elanda

NIM : 031079695
Mata Kuliah :
Semester :6
Pokja : Curup
Tugas : Hukum Persaingan Usaha

1. Berdasarkan artikel diatas, analisis oleh saudara apakah pemberian promo diskon
tersebut dapat memicu persaingan usaha tidak sehat atau tidak. Jelaskan.
Pada prinsipnya pelaku usaha boleh memberikan diskon atas barang atau jasa yang
ditawarkannya.
 
Rambu-rambu terkait diskon diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (“UU 8/1999”), yang
berbunyi:
 
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang
dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah:
a. barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga
khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu,
sejarah atau guna tertentu;
 
Sedangkan Pasal 10 UU 8/1999 mengatur bahwa:
 
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau
membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai:
a. harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;
b. kegunaan suatu barang dan/atau jasa;
c. kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan/atau
jasa;
d. tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan;
e. bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.
 
Apabila ketentuan Pasal 9 dan Pasal 10 UU 8/1999 dilanggar oleh pelaku usaha, maka
pelaku usaha dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan denda
paling banyak Rp2 miliar.
 
Dengan demikian pemberian diskon pada dasarnya diperbolehkan. Namun pelaku
usaha harus memperhatikan ketentuan dalam UU 8/1999 yang jika dilanggar dapat
berujung pada sanksi pidana.
 
Mengenai Persaingan Usaha maka mengacu pada Pasal 20 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha (“UU
5/1999”), yang berbunyi:
 
Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara
melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud
untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
 
Menjadi pertanyaan selanjutnya, apakah pemberian diskon makanan oleh perusahaan
ojek online termasuk dalam predatory pricing sebagaimana yang dimaksud Pasal 20
UU 5/1999?
 
Sejauh ini, pengaturan terkait diskon tarif ojek online untuk menghindari monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat dapat mengacu pada Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KP 348 Tahun 2019 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Jasa
Penggunaan Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat yang
Dilakukan dengan Aplikasi (“Kepmen 12/2019”).
 
Kepmen 12/2019 menjelaskan bahwa biaya jasa sepeda motor yang digunakan untuk
kepentingan masyarakat yang dilakukan dengan aplikasi terdiri dari biaya batas
bawah, biaya batas atas, dan biaya jasa minimal. Besaran biaya-biaya ini ditetapkan
berdasarkan sistem zonasi.
 
Sayangnya di dalam keputusan tersebut, tidak ditetapkan mengenai tata cara
pengenaan diskon atas biaya jasa ojek online.
 
Namun demikian, jika diskon yang diberikan sudah 100% maka dapat memicu
terjadinya persaingan tidak sehat dan ada potensi predatory pricing karena seharusnya
diskon juga ada batasannya. Jika terjadi persaingan tidak sehat, maka hal itu dilarang.
 

2. Kegiatan yang dilarang yaitu:


a. Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap
melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
1) barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
2) mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan
usaha barang dan atau jasa yang sama; atau
3) satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
(lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
b. Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli
tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan
atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila satu
pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima
puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu
c. Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri
maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:

1) menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan


kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan;
2) atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.

d. Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi


dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan atau jasa
yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
e. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.
f. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan
informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia
perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
g. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya
dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar
bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan
waktu yang dipersyaratkan.

Berdasarkan kasus diatas maka jika memberikan diskon 100% demi menguasai
pangsa pasar maka tindakan ini dapat memicu terjadi persaingan tidak sehat dan
kegiatan ini dilarang untuk dilakukan.

3. Salah satu aplikasi ojek online, Grab telah melakukan kerjasama dengan OVO
(aplikasi pembayaran transaksi online). Analisis oleh saudara tentang kerjasama
tersebut apakah tergolong dalam upaya penguasaan pasar yang mengarah pada
penyalahgunaan posisi dominan.
Menurut saya berdasarkan ayat 1 pasal 25 UU 5 tahun 1999 tentang larangan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat berbunyi Pelaku usaha dilarang
menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk:
a. menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan
atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing,
baik dari segi harga maupun kualitas; atau
b. membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau
c. menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan.
Maka kerjasama yang dilakukan Grab dengan OVO dapat mengarah ke posisi
dominan karena bisa membatasi pasar dan menghambat pelaku usaha lain untuk
bersaing dalam pasar yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai