NIM : 031079695
Mata Kuliah :
Semester :6
Pokja : Curup
Tugas :
Kasus yang diambil yaitu kasus yang berjudul “Router dan CCTV, Dua Alat untuk Curi Uang
dari Rekening” dari CNN Indonesia
[http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150420181213-12-47955/router-dan-cctv-dua-
alat-untuk-curi-uang-dari-rekening/]. Sedikit ulasan kasus ini yaitu:
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal
Polri telah menangkap IIT, pelaku kejahatan siber dengan modus mencuri uang setelah meretas
akun rekening korbannya. Menurut tim penyidik, terdapat dua alat utama yang digunakan IIT
dan rekannya, yang saat ini masih buron, agar bisa melaksanakan kejahatannya tersebut
Alat pertama adalah router, alat kecil yang bisa "merekam" segala aktivitas yang dilakukan saat
seseorang melakukan transaksi menggunakan ATM. Alat tersebut dipasangkan dalam sebuah
ATM dengan cara membongkarnya diam-diam.
Kepala Sub Direktorat Cyber Crime Dir Tipideksus Bareskrim Polri, Komisaris Besar Rachmad
Wibowo, mengungkapkan otak-atik yang dilakukan para pelaku tidak terdeteksi lantaran mereka
menutup kamera CCTV yang terletak di bilik ATM.
"Mereka menutup CCTV di bilik dengan menggunakan plester. Pihak bank tidak sadar karena
mereka tidak setiap saat memperhatikan CCTV tersebut," kata Rachmad saat ditemui di
Bareskrim Polri, Senin (20/4).
Selain menggunakan router, IIT dan rekannya juga memasang sebuah kamera kecil di bawah
tudung pelindung nomor di ATM tersebut. Rachmad menjelaskan para pelaku merakit sendiri
kamera tersebut agar bisa diletakkan di sana.
Tujuannya adalah untuk bisa mengetahui nomor sandi dari rekening yang akan mereka curi
uangnya. Kamera kecil tersebut pun diambil dari pena yang biasa dijual dan memiliki sistem
kamera di dalamnya.
"Jadi mereka merakit sendiri kamera itu dengan mengambil dari sebuah pena dan disimpan di
tudung pelindung nomor PIN di ATM," ujar Rachmad melanjutkan.
Setelah menemukan orang yang akan menjadi target pencurian, para pelaku pun lantas merekam
isi transaksi dari rekening korban serta tak lupa mengingat nomor sandinya. Setelah itu dengan
menggunakan router, data rekaman kartu yang menjadi incaran pun dipindahkan ke kartu palsu
(white card) untuk setelahnya para pelaku mengambil uang para korban.
Para pelaku, ujar Direktur Tipideksus Brigadir Jenderal Viktor Simanjuntak hanya mengambil
sebagian kecil dari tabungan para korban yang kesemuanya adalah warga negara asing yang
sedang berlibur ke Bali, yaitu sekitar 300 Euro. Namun IIT memilih WNa sebagai target lantaran
mereka tidak akan mengecek kondisi keuangan mereka setidaknya sampai mereka kembali ke
negara asal mereka.
Setelah mendapat laporan dari bank swasta dan penyelidikan sejak Desember 2014, penyidik
Tipideksus pun berhasil meringkus IIT di sebuah villa di Seminyak, Bali. Penyidik pun
mengamankan barang bukti ribuan kartu palsu yang berisikan data magnetic stipe nasabah yang
identitas telah dicuri, komputer, magnetic card writer, serta uang dalam berbagai bentuk mata
uang seperti USD, Euro, SGD, Rial, RM, HKD, Lira, dan RMB yang setara dengan Rp 500 juta.
Atas perbuatannya IIT dikenakan Pasal 362, 363, 406 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
Pasal 30 jo Pasal 46 atau Pasal 32 jo Pasal 48 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, serta Pasal 3, 4, 5, dan 10 UU No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan hukuman maksimal
delapan tahun penjara.
Sementara untuk tiga pelaku yang saat ini masih buron, Bareskrim Polri menjalin kerja sama
dengan EuroPol agar bisa menemukan ketiganya. EuroPol dipilih lantaran para pelaku pernah
menjalankan aksinya di daerah Eropa dan Amerika dan para korban yang berjumlah 560 orang
mayoritas berasal dari Eropa yang pernah liburan ke Bali. (sip)
Skenario Kejadian:
Adapun skenario kejadian kejahatan ini yaitu korban mendatangi ATM yang
sebelumnya telah disisipi kamera kecil dan alat untuk merekam transaksi. Setelah
korban melakukan transaksi di ATM tersebut, pelaku dengan menggunakan kamera
kecil dan alat merekam transaksi tadi menduplikasi kartu ATM korban dan kemudian
melakukan transaksi transfer uang dari rekening korban ke rekening pelaku tanpa
disadari oleh korban.
Adapun pihak yang terlibat dalam kasus ini yaitu seseorang yang berinisial IIT dan
telah ditangkap oleh Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Badan Reserse
Kriminal Polri di sebuah villa di Seminyak, Bali. Dan IIT dibantu oleh 3 rekannya
yang saat ini berita ini diterbitkan masih buron.
Motif:
Motif kejahatan dalam kasus ini yaitu mencuri uang setelah meretas akun rekening
korban. Adapun korbannya sendiri bukan warga Negara Indonesia. Tapi mereka
mengincar warga Negara asing yang sedang berlibur ke bali dan hanya mengambil
sebagian kecil dari rekening korban. Motif mereka memilih warga Negara asing
sebagai target karena WNA tersebut tidak akan mengecek kondisi keuangan mereka
setidaknya sampai mereka kembali ke Negara asal mereka.
Modus Operandi:
Pelaku memasang router atau alat kecil yang bisa merekam segala aktivitas yang
dilakukan saat seseorang melakukan transaksi ATM. Alat tersebut dipasangkan dalam
sebuah ATM dengan cara membongkarnya diam-diam
Kemudian pelaku menutup CCTV yang ada di ATM dengan menggunakan plester
agar identitas mereka tidak diketahui pihak bank ketika membongkar ATM untuk
memasang router
Selanjutnya pelaku memasang kamera kecil dibawah tudung pelindung nomor ATM.
Tujuan kamera ini agar pelaku mengetahui pin ATM korban
Data dalam router dipindahkan ke kartu palsu (white card) dan melihat rekaman kode
pin yang di entri korban melalui kamera kecil tadi