PENDAHULUAN
yang lebih mudah diakses, seperti misalnya jasa mesin pembayaran yang
disebut ATM (Automatic Teller Machine) atau biasa juga disebut dengan
Automatic Teller Machine (ATM). Adanya ATM nasabah bank tentunya akan
cukup tinggi. Memang benar bahwa semakin tingginya perputaran uang lewat
1
Kejahatan atau tindak pidana biasanya dilakukan oleh pelaku karena
akan tetapi keadaan atau kondisi financial tidak mencukupi. Kemajuan ilmu
yang menyeluruh adalah cara untuk mengatasi kejahatan atau tindak pidana.
ATM dan sebagainya. Namun pada penelitian ini, kejahatan melalui mesin
ATM hanya akan dibatasi terkait tindak pidana pencurian, agar tidak
yang mencuri, maling. Pencuri dari kata dasar curi memiliki arti mengambil
milik orang lain, biasanya secara sembunyi-sembunyi tanpa izin atau melawan
hukum1.
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/curi, diunduh tanggal 21 Juli 2021, Pukul
21.30.
2
Moeljatno, 2008, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: Bumi Aksara, Pasal 363 dan
Pasal 365, hlm.128 dan hlm. 129.
2
Perbuatan mengambil suatu benda, dengan maksud untuk memiliki secara
tidak sah, sesuatu yang dimiliki sebagian atau seluruhnya oleh orang lain
termasuk dalam Pasal 362 KUHP harus dipenuhi terlebih dahulu. Suatu
pencurian salah satunya pencurian di ATM, termasuk Pasal 363 KUHP point
tindak pidana, dan dapat dikategorikan seperti yang diatur pada Pasal 363
KUHP khususnya yang (point ke-5) yang diterjemahkan oleh Prof. Moeljatno,
yaitu:
suatu benda, dengan maksud untuk memiliki secara tidak sah, sesuatu yang
3
Ibid, Pasal 363, hlm.128.
3
Hukum pidana yang tertulis itu disusun, dibuat dan diundangkan untuk
efektif dan dianggap sebagai pencapaian keadilan dan kepastian hukum jika
Jumlah kejahatan terhadap hak atau milik tanpa kekerasan itu sendiri
dalam kurun waktu 2017-2019 cenderung menurun. Pada tahun 2017 terjadi
107.042 kejadian, pada 2018 menjadi 90.757 kejadian, dan menurun pada
Pencurian tanpa kekerasan adalah jenis kejahatan paling umum tahun ini,
menurut data dari Badan Pusat Statistik Nasional. Tindak pidana tersebut
didasarkan pada pencurian biasa dan pencurian kendaraan bermotor. Jumlah
kasus kejahatan tanpa kekerasan terhadap hak milik atau barang. Polda
Sumatera Utara menduduki peringkat pertama dengan 8.693 kasus, Polda Jawa
Timur peringkat kedua dengan 6.929 kasus, dan Polda Jawa Tengah sendiri
mencatat 193 kasus5.
Modus pencurian ATM banyak sekali ragamnya, tergantung pada teknik
pencurian yang dilakukan oleh tersangka pencuri atau pembobol ATM, seperti
misalnya kasus pencurian yang terjadi pada tahun 2020 di Plamongan Indah, 2
unit mobil, 1 unit motor, 1 buah HP dan uang tunai Rp. 379.000.000 disita dari
4
Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, 2014, “Cepat & Mudah Memahami Hukum Pidana”, Edisi
Pertama, Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, hlm. 11.
5
Badan Pusat Statistik, 2020, “Statistik Kriminal”, Jakarta : Katalog BPS : Nomor 4401002, hlm.
22.
4
tersangka. Tersangka seorang karyawan perusahaan yang bergerak di bidang
perbaikan ATM Bank, kejadian berawal dengan adanya laporan bahwa kunci
salah satu mesin ATM hilang6.
sangat serius di Kota Semarang. Salah satu pencurian yang sering dialami oleh
terjadi. Pencurian dengan keadaan yang memberatkan atau secara doktrin juga
pencurian dalam bentuk pokok atau pencurian biasa ditambah dengan keadaan
sifatnya sangat merugikan masyarakat sebagai pihak nasabah serta pihak bank,
semua perilaku manusia yang mengarah pada kejahatan pada dasarnya tidak
terlepas dari sifat karakter manusia, juga di pengaruhi oleh lingkungan serta
6
PID Satreskrim Polrestabes Semarang, Satreskrim Polrestabes Semarang Berhasil Ungkap
Kasus Pembobolan ATM Di Plamongan Indah,
http://bojongnews.semarangkota.go.id/detailpost/satreskrim-polrestabes-semarang-berhasil-
ungkap-kasus-pembobolan-atm-di-plamongan-indah, diunduh pada tanggal 12 Juli 2021, pukul
20.30.
7
Luciana Manurunng, dkk, 2019, Pertanggungjawaban Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana
Pencurian Dalam Keadaan Yang Memberatkan (Analisis Pencurian Nomor
3819/Pid.B/2017/PN. Mdn), Jurnal Skripsi, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Sosial Sains,
Universitas Pembangunan Panca Budi Medan.
https://jurnal.pancabudi.ac.id/index.php/jurnalfasosa/article/view/1335/1202, diunduh tanggal 25
Juni 2021, pukul.22.30.
5
berbagai faktor yang saling mendukung dan berkaitan satu sama lain dalam
masyarakat, namun tugas menjadi penegak hukum hanyalah salah satu dari
Indonesia.
Salah satu tugas kepolisian dalam hal ini Polrestabes Semarang dalam hal
penegakan hukum terhadap para pelaku pencurian uang di Mesin ATM salah
Berdasarkan contoh kasus di atas kita semua tahu bahwa terkait dengan
kasus tindak pidana pencurian uang di ATM pihak kepolisian dibebani tugas
8
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pasal
13,.
6
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti mengambil judul
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
2. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh pihak Polrestabes Kota Semarang
Semarang?
C.Tujuan Penelitian
Semarang.
7
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan baik dari segi akademis
mesin ATM.
2. Secara Praktis
a. Bagi Masyarakat
Semarang.
b. Bagi Mahasiswa
8
uang di mesin ATM yang dilakukan oleh Kepolisian Polrestabes Kota
E. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
9
Petrus Soerjowinoto, dkk, 2018, Metode Penulisan Karya Hukum, Semarang: Universitas
Katolik Soegijapranata, hlm. 50.
10
Restu Kartiko Widi, 2018, Menggelorakan Penelitian, Pengenalan dan Penuntun Pelaksanaan
Penelitian, Yogyakarta: Deepublish, hlm. 86.
9
2. Spesifikasi Penelitian
3. Objek Penelitian
sebagai berikut :
B/4/I/RES.1.8/2020/RESKRIM.
Semarang.
a. Studi Pustaka
10
1). Bahan Hukum Primer
Bahan hukum tersier terdiri dari buku, teks bukan hukum yang
b. Wawancara
11
yang dalam penelitian ini sebagai elemen berjalannya proses
Semarang.
disajikan. Peneliti memilih data yang relevan dengan penelitian, dan tidak
data yang relevan akan diedit. Data disusun secara sistematis untuk
yang diperoleh dari studi pustaka dan wawancara akan dianalisis sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Analisis data yang diperoleh
12
F. Sistematika Skripsi
Berdasarkan latar belakang di atas, maka sistematika skripsi ini dibagi ke
dalam 4 bab, dimana setiap bab masih dibagi menjadi beberapa sub bab yang
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
sistematika penulisan.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
13