UNIVERSITAS TERBUKA 1. Skimming adalah tindak kriminalitas digital ( cyber crime) yang melakukan tindakan pencurian informasi kartu kredit atau debit dengan cara menyalin informasi yang terdapat pada strip magnetik kartu kredit atau debit secara ilegal. Sehingga seolah-olah yang mengakses akun nasabah informasi orang lain untuk kepentingan pribadi secara garis besar seperti hacking dengan suatu alat elektronik untuk menduplikasi kartu debit atau kredit orang lain. Jika dilihat biasa modusnya menaruh ganjalan dialat mesin atm sehingga kartu seolah-olah tersangkut, kemudian ditaruh nomor telpon palsu ataupun oknum pura-pura membantu padahal menukar kartu, bahkan yang lebih canggih lagu dengan menaruh alat scanner ditempat menaruh kartu di mesin atm atau edc kartu untuk transaksinya. Sehingga Ketika kartu masuk langsung terduplikasi. Tatacara menghindari modus seperti ini ; a. Lihat mesin atm apakah ada benda aneh atau tidak didekat slot kartu atm. b. Hindari mesin atm di tempat sepi c. Hindari bantuan dari orang asing d. Pastikan jika terjadi masalah hubungi saptam atau nomor costumer care yang benar e. Rutin menganggi pin atm dan selalu usahakan transaksi dengan aman f. Jika ada gerak gerik mecurigakan lebih baik melapor ke saptam atau menganti tempat atm 2. Jika dilihat cycber crime yang dilakukan WNA tersebut dapat dibilang merugikan nasabah ataupun negara Indonesia berdasarkan asas tersebut harusnya nerlaku Objective territoriality dimana hukum yang berlaku adalah hukum dimana akibat perbuatan utama itu terjadi dan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi negara yang bersangkutan. Sehingga harus dilakukan penegakan keadilan di Indonesia. Dan dalam prinsip juridisnya termasuk dalam Jurudiksi territorial dimana negara mempunyai juridiksi terhadap semua persoalan dan kejadian didalam wilayahnya. Dan pada kasus ini terjadi jurisdiksi pidana dimana dilakukan dinegara Indonesia yang memang secara juridiksi legislatif memiliki atau memuat undang-undang ataupun produk hukum tentang kejahatan pidana didalam wilayah hukumnya. Disini dasar hukum pidana nya dapat dijerat dengan ketentuan pidana dalam UU ITE dan perubahannya tersebut.undang undang nomor 19 Tahun 2016 tentang informasi elektronik Pasal 30 disebutkanketentuan melarang Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawanhukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengancara apapun, Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukummengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apapun denganmelanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan. 3. Jika dilihat dari ketentuan juridiksi dinegara yang dianut di Indonesia menganut juridiksi teriorial dimana prinsip nya semua kejadian dan persoalan terutama pidana yang terjadi diwilayah Indonesia dan merugikan Indonesia akan diadili di Indonesia sesuai ketentuan hukum atau ketetapan yang ada. Tetapi jika negara asal WNA tersebut melakukan Kerjasama ataupun convention atau Kerjasama Hukum Internasional tentang UUTI dan cycbercrime ini , maka dapat juga diajukan pula permohonan mengadili di Negara asalnya. Tetapi pertimbangan untuk mengadili dinegara Estionia termuat dalam Convention cycbercrime eropa dengan Indonesia . Dimana dalam mengadili perkara ada pertimabangan : a. Tempat kejahatan dilakukan b. Tempat ditangkapnya pelaku c. Akibat dari kejahatan tersebut d. d.Nasionalitas atau kewarganegaraan (pelaku dan korban) e. Kekuatan dari kasus tersebut f. Pemindanaan g. Imparisalitas dan kenyamanan Sehingga tidak mungkin diadili dinegara asal karena di Indonesia sendiri “Transfer of Proceedings” tidak dimungkinan dilakuakn karena Undang-Undang No 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik. Tidak mengikut sertakan transfer of proceedings sebagai salah satu bidang yang dapat dilakukan perjanjian timbal baik. Terutama dalam penerapan hukum pidana