Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS

MATA KULIAH TUGAS 1

Nama Mahasiswa : HENKY PRAMANA SETIAWAN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044607869

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4301 / HUKUM TELEMATIKA

Kode/Nama UPBJJ : 017- JAMBI

Masa Ujian : 2022/23.2 (2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Amir adalah seorang pemuda berusia 25 tahun berdomisili di Bandung, Jawa Barat. Amir
tertarik pada bidang TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Amir belajar secara
mandiri serba serbi keamanan dari sistem elektronik melalui youtube. Suatu hari, Amir
bermaksud untuk menguji kemampuannya dengan cara meretas sistem elektronik dari
suatu website e-commerce bernama California yang berkantor pusat di Amerika Serikat.
Amir berhasil memasuki sistem elektronik dari website California tersebut. Akibat
tindakan yang dilakukan oleh Amir, pengelola websiteCalifornia melaporkan kejadian
tersebut pada kepolisian setempat. Melalui kerjasama dengan kepolisian Indonesia,
kepolisian Indonesia berhasil menangkap Amir di kediamannya dan selanjutnya Amir
akan diadili atas perbuatan yang dilakukannya.
a. Apakah tindakan Amir melanggar ketentuan hukum di Indonesia? Jelaskan
berdasarkan regulasi yang berlaku.
b. Terkait dengan kewenangan jurisdiksi untuk memeriksa kasus tersebut, bentuk
jurisdiksi apa yang muncul pada kasus tersebut?
Jawab:
a. Tindakan Amir secara jelas melanggar ketentuan hukum di Indonesia walaupun
meretas sistem elektronik suatu website dengan dalih untuk menguji kemampuannya,
hal tersebut merupakan tindakan yang melanggar Hukum Indonesia yakni Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, pada Pasal
30 ayat (1), (2), dan (3). Pasal 30 ayat (1) UU ITE: “setiap orang dengan sengaja dan
tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/atau sistem elektronik
milik orang lain dengan cara apapun”. Dalam pasal ini sudah jelas tertera unsur setiap
orang, unsur dengan sengaja dan tanpa hak melawan hukum, unsur mengakses
komputer dan/atau sistem elektronik milik orang lain, serta unsur dengan cara apapun.
a. Unsur setiap orang, Dalam unsur ini setiap orang yang dimaksud adalah orang
sebagai subjek hukum yang dapat bertanggungjawab dan cakap hukum
berdasarkan atas Perundang-Undangan.
b. Unsur dengan sengaja dan tanpa hak melawan hukum, Unsur ini merujuk pada
niat atau kesengajaan dan penuh dengan keasadaran dari orang tesebut dalam
melakukan suatu tindakan yang malawan hukum.
c. Unsur mengakses komputer dan/atau sistem elektronik milik orang lain, Unsur
ini memberi gambaran bahwa sistem elektronik milik orang lain itu berarti hal yang
bersifat pribadi milik orang lain dan bukan bersifat untuk umum.
d. Unsur dengan cara apapun, Dengan cara apapun yang dimaksud dalam hal ini
adalah baik peretas tersebut masuk menggunakan perangkat milik korban yang
diretas atau melalui perangkat atau jaringan internet.
Dalam pasal 30 ayat (1) ini setiap orang dilarang secara tegas masuk kedalam sistem
elektronik milik orang lain yang bersifat privasi atau pribadi. Sanksi pidana yang dapat
menjerat pelaku peretasan tersebut telah diatur secara jelas dalam pasal 46 ayat 1
yakni “setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasl 30 ayat
(1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
Pasal 30 ayat (2) UU ITE: “setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses komputer dan/ atau sistem elektronik milik orang lain dengan cara
apapun dengan tujuan untuk memperoleh infromasi elektronik dan/ atau dokumen
elektronik”. Dalam pasal 30 ayat (2) ini memiliki unsur yang sama seperti pada pasal
30 ayat (1), namun ayat (2) terdapat unsur memperoleh informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik, hal tersebut berarti orang yang mencoba masuk kedalam sistem
tersebut memiliki tujuan untuk mencuri suatu data atau informasi elektronik yang
terdapat dalam sistem milik korban.
Pasal 30 ayat (2) ini berkaitan langsung dengan pasal 46 ayat (2) mengenai ancaman
pidana jika melanggar ketentuan pasal 30 ayat (2): “Setiap orang yang memenuhi
unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.700.000.000,00 (tujuh
ratus juta rupiah)”.
Unsur dalam pasal 30 ayat (3) terdapat unsur dengan melanggar, menerobos,
melampaui, atau menjebol sistem keamanan. Unsur ini memberi indikasi bahwa
pelaku peretasan atau hacker melakukan tindakan tersebut dengan cara menerobos
sistem keamanan komputer tersebut. Untuk sanksi pidananya sendiri telah diatur
dalam pasal 46 ayat (3) dimana untuk pelanggaran tersebut dikenakan hukuman
kurungan penjara seberat-beratnya 8 (delapan) tahun penjara.

b. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh negara yang memiliki yurisdiksi terhadap
pelaku kejahatan yang berada di negara lain adalah dengan meminta kepada negara
di tempat pelaku tersebut berada agar dapat menangkap pelaku terebut. Yurisdiksi
terhadap kejahatan mayantara (cybercrime) khususnya dalam tindak pidana
peretasan (hacking) dapat dilaksanakan melalui kerja sama Internasional berupa
ekstradisi, bantuan hukum timbal balik, dan kerjasama antar penegak hukum.
Mengenai ruang lingkup berlakunya hukum pidana dalam kejahatan mayantara ini
telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indoesia (KUHP) dalam BAB I
Buku Kesatu mengenai batas-batas berlakunya suatu aturan dalam hukum pidana,
yang mana hal tersebut termuat sembilan pasal dimulai dari pasal 1 sampai dengan
pasal 9. Dalam pasal 1 tersebut diatur mengenai batas berlakunya suatu hukum
pidana berdasarkan waktu,sedangkan untuk pasal 2 sampai dengan pasal 9 memuat
mengenai batas berlakunya hukum pidana berdasarkan atas tempat terjadinya.
2. Tuan Maman, warga negara Indonesia, berdomisili di Bogor, merupakan pembuat sepatu
kulit ternama. Tuan Maman menjual produk sepatunya secara ekslusif melalui
marketplace Wow!. Marketplace Wow! merupakan salah satu marketplace besar di
Indonesia yang memiliki kantor pusat di Jakarta.
Sebagai informasi kepada calon pembeli, marketplace Wow! mencantumkan tabel
ukuran pada laman website, baik ukuran sepatu maupun pakaian. Selain
itu, marketplace Wow! mencantumkan syarat dan ketentuan (terms and condition) yang
berlaku baik bagi penjual maupun pembeli seperti perihal data pribadi, pembayaran dan
penyelesaian sengketa yang merujuk pada hukum Indonesia.
Pada bulan Desember 2020, Tuan John, warga negara Amerika, berdomisili di Singapura,
memesan sebuah sepatu kulit yang dijual oleh Tuan Maman. Tuan John memesan
berdasarkan ukuran yang tercantum pada marketplace Wow!. Namun, ketika barang
diterima, ukuran sepatu lebih kecil walaupun nomor yang tertera pada sepatu sesuai
dengan nomor yang dipesan. Tuan John meminta penggantian barang sesuai dengan
ukuran yang diminta. Tuan Maman menyatakan bahwa sepatu sudah dibuat sesuai
dengan ukuran yang biasa digunakan selama ini. Namun demikian, Tuan Maman bersedia
untuk mengirimkan sepatu dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran kaki Tuan John
dengan syarat biaya pengiriman kembali sepatu yang sudah diterima termasuk
sepatu baru menjadi beban Tuan John. Tuan John berkeberatan atas syarat yang
diajukan.
a. Apakah yang dimaksud dengan choice of law? Jelaskan
b. Dalam hal perselisihan yang timbul antara Tuan John dan Tuan Maman, choice of
law apa yang berlaku terhadap perselisihan tersebut?
Jawab:
a. Yang dimaksud dengan Choice of Law adalah suatu pilihan hukum, untuk
mempermudah penyelesaian sengketa yang mungkin timbul dari transaksi elektronik
(e-commerce).
b. Choice of law yang berlaku terhadap perselisihan tersebut adalah pilihan hukum
secara diam-diam, bisa disimpulkan dari maksud, atau ketentuan-ketenfuan dan
fakta-fakta yang terdapat dalam suatu kontrak dalam marketplace Wow!. Fakta-fakta
yang berkaitan dengan kontrak tersebut, misalnya bahasa yang dipergunakan, mata
uang yang digunakan, gaya atau style kontrak, pelaksanaan kontrak, dan pilihan
domisili.
Dari kasus diatas, jelas tersebut “marketplace Wow! mencantumkan syarat dan
ketentuan (terms and condition) yang berlaku baik bagi penjual maupun pembeli
seperti perihal data pribadi, pembayaran dan penyelesaian sengketa yang merujuk
pada hukum Indonesia.” Maka dapat disimpulkan bahwa para pihak secara diam-diam
menghendaki berlakunya hukum Indonesia dalam penyelesaian perselisihan tersebut.

3. PT Dapurku adalah perusahaan pembuat kompor dan peralatan memasak dengan merek
“Dapurku” yang berkantor pusat di Jakarta Barat, Indonesia. Perusahaan Dapurku
menawarkan produknya secara offline melalui toko-toko yang menjalin kerjasama. Selain
itu, Perusahaan Dapurku melakukan penawaran produknya secara online pada website.
Ibu Diah yang berdomisili di Surabaya membeli sebuah panci steamer melalui
www.dapurku.com. Namun, barang yang diterima oleh Ibu Diah tidak dapat digunakan.
Ibu Diah telah mengajukan keluhan kepada PT Dapurku, namun tidak memperoleh
tanggapan.
a. Apakah yang dimaksud dengan choice of forum? Jelaskan
b. Berdasarkan regulasi di Indonesia, choice of forum apa yang berlaku pada kasus
tersebut?
Jawab:
a. Yang dimaksud dengan Choice of Forum adalah pilihan jurisdiksi, yangmana
menunjukkan bahwa para pihak di dalam kontrak akan bersepakat memilih
pengadilan negeri manakah yang berwenang mengadili perkara mereka.
b. Choice of Forum yang berlaku pada kasus tersebut diatur dalam Pasal 18 ayat (4) dan
(5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE). Pasal 18 ayat (4) UU ITE menyatakan bahwa ”para pihak memiliki
kewenangan untuk menetapkan forum pengadilan, arbitrase, atau lembaga
penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa yang
mungkin timbul dari Transaksi Elektronik Internasional yang dibuatnya”.
Selanjutnya, dalam Pasal 18 ayat (5) dinyatakan bahwa ”jika para pihak tidak
melakukan pilihan forum sebagaimana dimaksud pada ayat (4), penetapan
kewenangan pengadilan, arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif
lainnya yang berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari transaksi
tersebut, didasarkan pada asas Hukum Perdata Internasional”.

Referensi:
- BMP Hukum Telematika, Modul 1, Modul 2, Modul 3
- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

Anda mungkin juga menyukai