Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 2

Nama Mahasiswa : ELGY NARENDRA RAKA PAMUNGKAS

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042366577

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4301/Hukum Telematika

Kode/Nama UPBJJ : 14/PADANG

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1.a Bukti elektronik apa saja yang terdapat pada kasus tersebut!
Akun Facebook penjual, postingan penawaran masker di Facebook penjual, nomor Whatsapp
Penjual yang tertera pada akun Facebook penjual, bukti pembayaran/transfer via ATM dari pembeli,
Chat antara pembeli dengan penjual.

1.b Berdasarkan regulasi di Indonesia, apakah syarat suatu informasi dan/atau dokumen elektronik
dapat dijadikan alat bukti?
Agar kontrak yang terjadi akibat transaksi dagang elektronik dapat dikatakan sah menurut hukum
perdata Indonesia, maka kontrak tersebut juga harus memenuhi persyaratan sahnya perjanjian
menurut Pasal 1320 KUH Perdata tersebut.
Untuk membuat suatu kontrak, terdapat beberapa syarat yang telah diatur dalam Pasal 1320
KUHPerdata, yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Menurut Cita Yustisia Serfiani, Kontrak elektronik dibuat melalui sistem elektronik. "sistem
elektronik" adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan,
mengirimkan, dan/atau menyebarkan informasi elektronik.
"Informasi elektronik" adalah salah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data Interchange (EDI), surat
elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode
akses, simbol atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang
yang mampu memahaminya.

2.a Jenis kejahatan siber (cybercrime) yang dilakukan oleh pelaku kepada Tuan Budi pada kasus
diatas!
Kejahatan Phising
Phising adalah contoh cybercrime untuk melakukan penipuan dengan mengelabui korban.
Umumnya aksi kejahatan ini dilancarkan melalui email maupun media sosial lain, seperti
mengirimi link palsu, membuat website bodong, dan sebagainya.
Tujuannya mencuri data penting korban, seperti identitas diri, password, kode PIN, kode OTP (one
time password) pada akun-akun keuangan, seperti mobile banking, internet banking,
paylater, dompet digital, sampai kartu kredit.

2.b Bagaimana ketentuan di Indonesia mengenai jenis kejahatan dalam soal huruf (a) diatas?
Jabarkan pemenuhan unsur-unsur kejahatan tersebut berdasarkan kasus posisi diatas!
Pelaku dapat dijerat ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) serta UU
ITE dan perubahannya sebagaimana contoh kasus di atas.
Selain itu, penting untuk diketahui bahwa pelaku phishing dapat dijerat dengan beberapa tindak
pidana, seperti penipuan, manipulasi dan penerobosan.
Adapun beberapa pasal yang berpotensi menjerat pelaku phishing, antara lain:
1. Penipuan
Penipuan diatur dalam Pasal 378 KUHP, dengan bunyi sebagai berikut:
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian
kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan, dengan pidana
penjara paling lama 4 tahun.
 
2. Manipulasi
Pelaku mengirimkan link yang menawarkan promo mobil dengan diskon besar dapat dijerat Pasal
35 jo. Pasal 51 UU ITE, sebagai berikut:
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi,
penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap
seolah-olah data yang otentik dipidana penjara paling lama 12 tahun dan/atau denda paling banyak
Rp12 miliar.
 
3. Penerobosan
Jika pelaku menerobos atau menjebol suatu sistem elektronik tertentu, menggunakan identitas
dan password korban dengan tanpa hak, ia dapat dijerat Pasal 30 ayat (3) jo. Pasal 46 ayat (3) UU
ITE, sebagai berikut:
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau
Sistem Elektronik dengan cara apapun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol
sistem pengamanan dipidana penjara paling lama 8 tahun dan/atau denda paling banyak Rp800
juta.
 
2.c Ancaman hukuman bagi pelaku pada kasus di atas berdasarkan regulasi di Indonesia?
1. Penipuan diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.
2. Manipulasi dipidana penjara paling lama 12 tahun dan/atau denda paling banyak Rp12 miliar.
3. Penerobosan dipidana penjara paling lama 8 tahun dan/atau denda paling banyak Rp800 juta.
 
3.a Jelaskan bentuk pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Tuan Akbar pada kasus diatas!
Cybersquatting merupakan kejahatan yang berkaitan dengan nama domain, maka akan lebih tepat
jika didasarkan dengan menggunakan Pasal 23 UU 11/2008 yang telah diubah dengan UU 19/2016,
dibandingkan dengan UU 20/2016.
Mengenai pasal yang dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk menindak cybersquatting, dapat
merujuk pada Pasal 23 ayat (1), (2), dan (3) UU 11/2008:
1. Setiap penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat berhak memiliki
Nama Domain berdasarkan prinsip pendaftar pertama;
2. Pemilikan dan penggunaan Nama Domain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
didasarkan pada iktikad baik, tidak melanggar prinsip persaingan usaha secara sehat, dan
tidak melanggar hak Orang lain;
3. Setiap penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, atau masyarakat yang dirugikan
karena penggunaan Nama Domain secara tanpa hak oleh Orang lain, berhak mengajukan
gugatan pembatalan Nama Domain dimaksud.

3.b Bagaimana pengaturan regulasi di Indonesia mengenai tindakan yang disebutkan dalam soal
huruf (a) diatas?
Oleh karena cybersquatting merupakan kejahatan yang berkaitan dengan nama domain, maka akan
lebih tepat jika didasarkan dengan menggunakan UU 11/2008 yang telah diubah dengan UU
19/2016, dibandingkan dengan UU 20/2016. Terlebih karena definisi dari nama domain juga
ditemukan di dalam Pasal 1 angka 20 UU 19/2016. Pelaku cybersquatting dapat digugat secara
perdata berdasarkan Perbuatan Melawan Hukum dengan dasar melanggar ketentuan Pasal 23 ayat
(2) UU 11/2008. Selain itu, berdasarkan Pasal 23 ayat (3) UU 11/2008 pihak yang merasa dirugikan
juga dapat mengajukan gugatan pembatalan nama domain karena penggunaan nama domain
secara tanpa hak oleh orang lain.

3.c Apakah PT ABC dapat mengajukan gugatan pembatalan nama domain kepada registri nama
domain?
Setiap Orang, Instansi Penyelenggara Negara, Badan Usaha, atau masyarakat yang dirugikan karena
penggunaan Nama Domain secara tanpa hak oleh Orang lain, berhak mengajukan gugatan
pembatalan Nama Domain kepada Registri Nama Domain dan Registrar Nama Domain.

Penyelesaian sengketa domain name dapat dilakukan oleh Registri Nama Domain (Pasal 75 ayat (3)
PP 82/2011). PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia) selaku registri nama domain
diberikan kewenangan untuk menyelesaikan sengketa domain, melalui panel PPND (Penyelesaian
Perselisihan Nama Domain).

Anda mungkin juga menyukai