Anda di halaman 1dari 3

Silakan diskusikan oleh saudara, terkait ketentuan dalam UU ITE apakah sudah cukup untuk

mengatasi permasalahan-permasalahan hukum yang timbul sebagai akibat dari aktivitas


manusia dalam ruang sibe ( cyber space). Serta sebutkan minimal 3 (tiga) contoh yang
mendukung pendapat saudara.

Jawaban :

Undang-undang Nomor 11Ta hun 2008 Sebaga i Undang-undang pertama da lam mengatur tentang hal
ya ng berhubunga n denga n teknologi elektronik,tentunya Undang-unda ng ini banyak memiliki berbagai
kekurangan da lam pengatura nnya. Berdasa rkan materi ca kupan yang tela h dibahas da lam UU ITE itu
terkesa n tidak fokus dika renakan banyaknya hal yang diatur tia p-tiap bab di da la mnya. Kemudia n
berdasa rkan implementa si terhada p Convention on Cybercrime ya ng banyak diguna kan sebagai
pedoma n penera pan oleh negara-nega ra seca ra umum da lam pengaturan hukumnya, banyak
ketentuan a rticle 11-attemp and a iding or a betting dala m Convention on Cybercrime ya ng tida k
diatur secara khusus da lam UU ITE. Hal tersebut dikarenaka n da lam UU ITE tida k mengatur mengena i
perbuatan penipua n dengan menggunaka n komputer (computer-related fraud) seperti apa yang diatur
da lam Convention on Cybercri me.

a. Berdasa rkan hal tersebut da pat dikatakan bahwa UU ITE dalam peratura n yang dimuat belum
efektif. Hal ini dika renaka n tida k dimuatnya perbuatan penipuan denga n mengguna kan
komputer da la m ca kupan materi UU ITE. Dan seca ra realitas di Indonesia kejahata n
penipuan denga n menggunaka n sa rana komputer masih relatif tinggi,seperti penipuan
denga n menggunakan kartu kredit ata u kartu ATM palsu. Pada ta hun 2007 kasus pencurian
identitas meningkat da ri 748 laporan da n menimbulka n kerugian sekita r 4 milia r (2006)
menjadi 451.198 laporan da n menimbulka n kerugia n 6 milia r. Hal ini tentunya menga kibatkan
kepentingan masya rakat luas menjadi terga nggu da n kepercayaa n dunia lnternasiona l
dalam melakukan
transaksi seca ra elektronik di Indonesia da pat tera ncam.
Melalui berbaga i penjelasa n tersebut da pat ditarik sebuah kesimpulan bahwa perlu ada nya
pengatura n mengenai penipuan denga n mengguna kan sa rana komputer (computer-related
fraud) da lam hukum positif Indonesia karena di da la m UU ITE pengatura n mengenai penipuan
belum mencakup jenis kejahatan penipuan denga n menggunkan teknologica nggih dan
kompleks. Dari hal tersebut da pat diha rapkan ada nya efektifitas peratura n da ri Undang-unda
ng terse but.

b. Jika dilihat da ri segi teknologi,masyara kat dala m menggunakan fasilitas modern se perti
teknologi masih cenderung bebas,artinya belum mengenal batasan-batasa n dan atura n-atura n
ya ng ada da lam UU ITE. Misa lnya dalam perkemba ngan perdaga nga n da n perekonomia n
denga n mengguna kan teknologi seba ga i sa rana, masya rakat Indonesia dalam bertransa ksi
elektronik masih kerap menjadi sorota n publik atas terja dinya pelangga ran ya ng sering
terja di,seperti : banyak pihak ya ng dirugikan da ri jual-bel i Online mela lui w ebsite maupun
Sosia l Media.

c. Di Indonesia da la m memajuka n pemikiran da n kemampua n di bidang pengguna an da n


pema nfaata n Teknologi lnformasi dinyata kan belum kompeten, karena masih banyak pengguna
ya ng masih mendistribusika n konten illegal melalui website maupun sosial media, seperti :
pornografi,SARA, penga ncaman,da n pencema ran nama baik.

d. UU ITE juga dikatakan belum memberikan rasa ama n,keadila n,da n kepastian hukum da lam
unda ng-undang ini khususnya bagi pengguna da n penyelengara Teknologi lnformasi. Hal ini
dikarenakan a parat penegak hukum da la m meninda kla njuti kasus-kasus ITE dikatakan lelet
da n tidak menimbulka n efek jera, sehingga masih banyak kejahatan ITE ya ng meresa hkan
masya rakat.

Sumber :

Radita Setiawa n & Muhammad Okky Arista,Efektivitas Undang-Undang lnformasi Dan Tra nsaksi
Elektronik Di Indonesia Dalam Aspek Hukum Pida na, J urnal Recidive Vol 2 No 2 Mei-Agustus 2013

Be rka itan denga n a ktivitas da n kegiata n bisnis masy a ra ka t penggun a t ra nsa ks i a ta u


perda ga nga n e lektronik ( e-comm erce), UU ITE merupa kan Pay ung H uk um y a ng melingk upi
kegia ta n t ra nsa ks i ata u perdaga nga n e lektronik di dunia maya ( cyberspace ) tersebut.
Namun seja k kelahiran Undang-Undang No. 11ta hun 2008 sebagaimana diubah dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tenta ng lnformasi da n Transaksi Elektronik tersebut,
permasa laha n da lam undang undang tersebut dan pasal-pasal pencema ran nama baik atau
delik reputasi pada unda ng-unda ng terseb ut memiliki banya k ca cat bawaa n, kesimpang
siura n rumusan, da n inkonsiste nsi hukum pidana. Sebena rnya undang-undang tersebut di
ata s khus us diperuntukka n mengatu r perdaga nga n elektronik di internet,akan teta pi
ternyata undang-undang ini ikut mengatur hal-ha l ya ng sebena rnya telah diatur da la m Kita b
Unda ng-unda ng Hukum Pida na (KUHP), khususnya tenta ng penghina a n da n pencema ran
nama baik. Ha l ini mengindikasika n ada nya pendupli k asian tinda k pida na yang justr u
renta n ter hada p terja dinya ketida k pastia n hukum se hingga menimbulka n gejola k dalam
masyarakat. Duplikasi ini akhirnya dapat merugikan masya rakat sendiri ka rena tida k ta hu
perbuata n mana y a ng dipe rbolehka n da n ya ng tida k diper bo lehka n dilakuka n menurut
hukum. Karba n da ri keka bura n rumusan pasal tersebut telah da pat terlihat, namun kejadia n
ini merupa ka n s uatu hal yang postitif de ngan a da nya reaksi sebagia n besa r masya rakat ya ng
tela h melakukan peno laka n ter hada p bent uk krimina lisa s i te rse but. K hususnya yang
dila kuka n a parat hukum atas kasus pencemara n nama baik.

Beberapa peristiwa hukum ya ng sa ngat fe nomena l seperti kasus di bawa h ini:

1. Uji Materi ke Mahka mah Konstitusi Pasa l 27 ayat 3 yang dilakukan oleh pemohon Sdr. Eddy
Cahyono, Nenda, Amrie, PBHI, AJI, LBH Pers, yang berdasarka n Putusa n No. 2/ PUU-Vll/2009 MK
menyata ka n permohonan pemo hon tida k da pat diterima ya ng diputuska n da la m rapat
Permusyawa rata n Hakim Konstitusi terta ngga l 4 Mei 2009.
2. Kasus hukum Prita Mulyasa ri; mantan pasien Rumah sa kit Omni lnternasiona l Ta ngerang yang
sempat dita han di Lembaga Pemasyara katan Tangerang selama 3 minggu oleh pihak Kejaksaan karena
dituduh mela ngga r Pasa l 27 ayat 3 UU ITE . Hal ini tela h menimbulka n gugata n dan keca ma n da ri
sejumla h kalanga n. Namun Ja ksa Agung t e la h me la k uk a n la ngk a h y a ng t e pa t d e nga n
memerinta hka n peme riksaa n terha da p J a ksa y a ng menanga ni kasus Prita Mulyasari sehingga
kasus ini teta p proposional. Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi da n lnformatika
menyambut baik atas dibebaska nnya Prita Mulyasa ri da la m kasus tuduha n pencema ran nama
baik. A khirnya Prita Mulya sa ri mengajuka n Peninjaua n Ke mba li ke Ma hka ma h A gung da n
has ilnya MA mengabulka n permohona nnnya serta bebas pada tangga l 17 Septembe r 2012
berdasarka n nomor perkara No. 22 PK/Pid.sus/2011 oleh Majelis Peninjauan Kemba li ya ng diketua
i oleh Ketua Muda Pidana K husus Mahkamah Agung Djoko Sa rwoko da n beranggotakan hakim
agung Surya Jaya dan Suhadi. {Anggara, Supriyadi,Ririn Sjafrani,2010:96).

3. Ervani Handayani harus berurusan dengan hukum akibat "curhat" di Facebook soal mutasi
kerja yang dialami oleh suaminya pada 30 Mei 2014. la membuat status Facebook yang
dianggap mencemarkan nama baik bos suaminya. Setelah mengetahui isi curhatan tersebut,
Ayas yang namanya disebutkan itu melaporkan unggahan Ervani ke polisi dengan tuduhan
pencemaran nama baik. Jaksa penuntut umum menjerat Ervani dengan pasal berlapis. Pertama
Pasal 45 ayat 1, Pasal 27 ayat 3 UU RI No 11 tentang lnformasi dan Transaksi Elektronik
(ITE), dan pasal 310 ayat 1 KUHP tentang pencemaran nama baik. Enam bulan berselang,
akhirnya permohonan penangguhan penahanan Ervani Handayani dikabulkan pada 17
November 2014.

4. Kasus Florence Sihombing yang merupakan seorang mahasiswi S2 Kenotariaan Universitas


Gajah Mada (UGM). Florence dinilai menghina warga Yogyakarta lewat unggahan yang
dibagikan di akun media sosial Path pada Agustus 2014. Akibat perbuatannya, Florence dijerat
dua pasal sekaligus yakni Pasal 27 ayat 3 juncto Pasal 45 ayat 1, dan Pasal 28 ayat 2 juncto
Pasal 45 ayat 2 Undang-Undang ITE. Kemudian pada Maret 2015, jaksa mengajukan tuntutan
penjara selama enam bulan dengan masa percobaan 12 bulan, dan denda Rp 10 juta subsider tiga
bulan kurungan. Namun, Pengadilan Negeri Yogyakarta memvonis Florence dengan hukuman
penjara selama dua buIan.

Sumber :

Heryanto, Pengaruh Undang Undang lnformasi Dan Transaksi Elektronik Terhadap


Perubahan Hukum Dan Sosial Masyarakat, Tugas Regulasi Dan Hukum ICT,
Univer sitas Mercu Buana, Jakarta 2015.

Anda mungkin juga menyukai