Anda di halaman 1dari 1

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) adalah

cyber law pertama dimiliki oleh Indonesia, yang memiliki muatan dan cakupan yang luas dalam
mengatur cyberspace. Namun, menurut saya ketentuan dalam UU ITE belum sepenuhnya cukup
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan hukum yang timbul sebagai akibat dari aktivitas
manusia dalam cyberspace.

Alasan mengapa menurut saya ketentuan dalam UU ITE belum sepenuhnya cukup untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan hukum yang timbul sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam
cyberspace adalah sebagai berikut:

1. Karena ketentuan atau peraturan yang dimuat dalam UU ITE ini masih belum efektif.
Maksud dari kata belum efektif disini ialah masih adanya ketentuan-ketentuan yang tidak
dimuat dan diatur secara khusus dalam UU ITE. Salah satu contohnya adalah tidak
dimuatnya ketentuan tentang perbuatan penipuan dengan menggunakan komputer dalam
cakupan materi UU ITE. Padahal di Indonesia secara kenyataanya kejahatan penipuan
dengan menggunakan sarana komputer masih relatif tinggi, seperti penipuan menggunakan
kartu kredit/ATM palsu dan juga pencurian identitas.
2. Karena dalam penerapannya beberapa ketentuan yang termuat dalam UU ITE masih tidak
jelas dan tidak tegas, yang mana akan menimbulkan multitafsir bagi aparat penegak hukum
dan masyarakat luas, sehingga permasalahan-permasalahan hukum yang timbul akibat dari
aktivitas manusia dalam cyberspace tidak bisa diatasi. Jika ketidakjelasan ini terus dibiarkan
secara terus menerus maka akan merugikan masyarakat secara luas. Salah satu ketentuan
yang dinilai tidak jelas dan tidak tegas, sehingga pernah diuji ke Mahkamah Konstitusi
adalah pasal 28 ayat (2) tentang penyebaran informasi yang menimbulkan rasa kebencian
atau permusuhan pada masyarakat berdasar suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
3. Karena ketentuan-ketentuan yang termuat dalam UU ITE belum dapat merubah pola
aktivitas manusia dalam cyberspace. Maksud belum dapat merubah pola adalah masih
banyaknya manusia yang belum memiliki kesadaran untuk memanfaatkan media maya
sebagai media untuk mencurahkan berbagai gagasan dengan bijaksana dan juga masih
banyak yang tidak bisa memilah dan memilih mana media elektronik yang sekiranya
bermanfaat (positif) ataupun tidak (negatif).
4. Karena semakin hari kasus cybercrime di Indonesia semakin meningkat, terutama pada
pandemi saat ini. Selama pandemi, cybercrime di Indonesia sudah naik empat kali lipat.
Kenaikan kasus cybercrime pada saat pandemi dikarenakan semua kalangan menggunakan
internet dan juga media elektronik untuk melakukan berbagai aktivitas. Kenaikan kasus
cybercrime tersebut menandakan bahwa ketentuan dalam UU ITE ini belum cukup
sepenuhnya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan hukum yang timbul sebagai
akibat dari aktivitas manusia dalam cyberspace.

Sumber:

Setiawan, Radita. 2013. Efektivitas Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik di Indonesia
dalam Aspek Hukum Pidana. Universitas Sebelas Maret. Volume 2/Nomor 2

Anda mungkin juga menyukai