Anda di halaman 1dari 17

TINDAK

PIDANA
CYBER
CRIME
Dr. Aria Zurnetti, S.H., M.Hum
LATAR BELAKANG
Kejahatan dunia maya (cyber crime)
muncul seiring dengan perkembangan
teknologi digital, komunikasi dan
informasi yang berkembang begitu pesat.
Perkembangan tersebut telah mengubah
cara pandang sebagian pelaku ekonomi
beraktivitas, khususnya dalam bentuk
dunia bisnis. Teknologi tersebut selain
dimanfaatkan untuk peningkatan
efektivitas, efisiensi dan produktivitas,
namun juga berubah menjadi senjata
untuk mengambil keuntungan secara
ilegal.
Cyber Crime

Cyber Crime, kejahatan siber atau kejahatan


dunia maya adalah bentuk tindak kejahatan
yang memanfaatkan teknologi komputer,
jaringan komputer, internet atau perangkat
digital lainnya sebagai alat, sasaran, tempat
atau penggunanya. Beberapa istilah lain
yang serupa dengan cyber crime antara lain
adalah computer misuse, computer abuse,
SECURITY
computer fraud, computer related crime,
computer assistend crime atau computer
crime.
SKEMA PELAKSANAAN CYBER CRIME
BENTUK-BENTUK CYBER CRIME
Mengakses ke
sistem dan layanan Pemalsuan data Sabotasi dan Pelanggaran
komputer secara Pemerasan Privasi
tidak sah

Konten Ilegal Spionase atau Pelanggaran


memata-matai Hak Cipta
PENYEBAB CYBER CRIME
1) Akses internet yang tidak terbatas.
2) Kelalaian pengguna komputer
3) Mudah dilakukan dengan alasan keamanan
yang kecil dan tidak diperlukan peralatan
yang super modern.
5) Para pelaku merupakan orang yang pada
umumnya cerdas,mempunyai rasa ingin tahu
yang besar dan fanatik akan teknologi
komputer.
6) Sistem keamanan jaringan yang lemah.
7) Kurangnya perhatian masyarakat.
TINDAK
PIDANA
CYBER CRIME
Tindak pidana cyber crime di Indonesia telah diatur di dalam
Undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)
Nomor 11 Tahun 2008 dan Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008. UU ITE
telah menetapkan perbuatan-perbuatan mana yang termasuk
tindak pidana di bidang cyber crime dan telah ditentukan
unsur-unsur tindak pidana dan penyerangan terhadap
berbagai kepentingan hukum dalam bentuk rumusan-
rumusan tindak pidana tertentu.
Secara luas, tindak pidana siber ialah semua tindak pidana yang
PENGATURAN
menggunakan sarana atau dengan bantuan sistem elektronik. Itu artinya
semua tindak pidana konvensional dalam KUHP sepanjang dengan
TINDAK
menggunakan bantuan/sarana sistem elektronik seperti pembunuhan, PIDANA
perdagangan orang, dapat termasuk dalam kategori tindak pidana siber
dalam arti luas. Demikian juga tindak pidana dalam UU No. 3 Tahun 2011 CYBER
tentang Transfer Dana (UU 3/2011) maupun tindak pidana perbankan serta
tindak pidana pencucian uang dalam UU No. 8 Tahun 2010 tentang
MATERIL
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Dalam pengertian yang lebih sempit, pengaturan tindak pidana siber diatur
dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
sebagaimana yang telah diubah oleh UU No. 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik sama halnya seperti Convention on Cybercrimes, UU ITE juga
tidak memberikan definisi mengenai cybercrimes, tetapi membaginya
menjadi beberapa pengelompokkan yang mengacu pada Convention on
Cybercrimes (Sitompul, 2012)
Tindak Pidana Cyber crime pada UU ITE
diatur dalam 9 pasal, yaitu dari pasal 27
sampai dengan pasal 35. Pada 9 pasal
tersebut dirumuskan 20 bentuk atau jenis
tindak pidana. Pasal 36 tidak merumuskan
bentuk tindak pidana ITE tertentu,
melainkan merumuskan tentang dasar
pemberatan pidana yang diletakkan pada
akibat merugikan orang lain. Sementara
ancaman pidananya ditentukan pada Pasal
45 sampai Pasal 52.
a. Tindak Pidana Distribusi, Penyebaran atau Transmisi Konten illegal
1. Kesusilaan terdapat dalam Pasal 27 ayat (1).
2. Perjudian terdapat dalam Pasal 27 ayat (2).
3. Penghinaan atau pencemaran nama baik dalam Pasal 27 ayat (3).
4. Pemerasan atau pengancaman dalam Pasal 27 ayat (4).
5. Berita bohong yang menyesatkan dan merugikan konsumen/penipuan dalam Pasal 28 ayat (1).
6. Menimbulkan rasa kebencian berdasarkan SARA terdapat dalam Pasal 28 ayat (2).
7. Mengirimkan informasi yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan
secara pribadi terdapat dalam Pasal 29.
8. Dengan cara apapun melakukan akses ilegal pada Pasal 30.
9. Intersepsi ilegal terhadap informasi atau dokumen elektronik dan sistem elektronik terdapat
dalam Pasal 31.

b. Tindak pidana yang berhubungan dengan gangguan (interferensi)


1. Gangguan terhadap Informasi/Dokumen Elektronik (data interference) terdapat dalam Pasal 32.
2. Gangguan terhadap Sistem Elektronik (system interference) terdapat dalam asal 33.
3. Tindak pidana memfasilitasi perbuatan yang dilarang terdapat dalam Pasal 34.
4. Tindak pidana pemalsuan informasi atau dokumen elektronik terdapat dalam Pasal 34.
5. Tindak pidana tambahan terdapat dalam Pasal 36.
6. Pemberatan-pemberatan terhadap ancaman pidana dalam Pasal 52.
UU ITE mengatur tindak pidana siber formil, khususnya dalam bidang
penyidikan. Pasal 42 UU ITE mengatur bahwa penyidikan terhadap tindak PENGATURAN
pidana dalam UU ITE dilakukan berdasarkan ketentuan dalam UU No. 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan ketentuan dalam
TINDAK
UU ITE. Artinya, ketentuan penyidikan dalam KUHAP tetap berlaku PIDANA
sepanjang tidak diatur lain dalam UU ITE.
CYBER
Kekhususan UU ITE dalam penyidikan antara lain:
a. Penyidik yang menangani tindak pidana siber ialah dari instansi
FORMIL
Kepolisian Negara RI atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil (“PPNS”)
Kementerian Komunikasi dan Informatika;
b. Penyidikan dilakukan dengan memperhatikan perlindungan terhadap
privasi, kerahasiaan, kelancaran layanan publik, integritas data, atau
keutuhan data;
c. Penggeledahan dan/atau penyitaan terhadap sistem elektronik yang
terkait dengan dugaan tindak pidana harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan hukum acara pidana;
d. Dalam melakukan penggeledahan dan/atau penyitaan sistem elektronik,
penyidik wajib menjaga terpeliharanya kepentingan pelayanan umum.
Ketentuan penyidikan dalam UU ITE dan
perubahannya berlaku pula terhadap penyidikan
tindak pidana siber dalam arti luas. Sebagai contoh,
dalam tindak pidana perpajakan, sebelum dilakukan
penggeledahan atau penyitaan terhadap server bank,
penyidik harus memperhatikan kelancaran layanan
publik, dan menjaga terpeliharanya kepentingan
pelayanan umum sebagaimana diatur dalam UU ITE
dan perubahannya. Apabila dengan mematikan
server bank akan mengganggu pelayanan publik,
tindakan tersebut tidak boleh dilakukan.
Adapun prosedur untuk menuntut secara pidana terhadap perbuatan
tindak pidana siber, secara sederhana dapat dijelaskan sbb:

1. Korban yang merasa haknya dilanggar atau melalui kuasa hukum,


datang langsung membuat laporan kejadian kepada penyidik
POLRI pada unit/bagian Cybercrime atau kepada penyidik PPNS
pada Sub Direktorat Penyidikan dan Penindakan, Kementerian
Komunikasi dan Informatika. Selanjutnya, penyidik akan
melakukan penyelidikan yang dapat dilanjutkan dengan proses
penyidikan atas kasus bersangkutan Hukum Acara Pidana dan
ketentuan dalam UU ITE.
2. Setelah proses penyidikan selesai, maka berkas perkara oleh
penyidik akan dilimpahkan kepada penuntut umum untuk
dilakukan penuntutan di muka pengadilan. Apabila yang
melakukan penyidikan adalah PPNS, maka hasil penyidikannya
disampaikan kepada penuntut umum melalui penyidik POLRI.
KASUS CYBER CRIME DI INDONESIA
Penyadapan Yang Dilakukan Pemerintah Australia Menurut pendapat Anda. Jika
Terhadap Indonesia dilihat dari aspek hukum
Indonesia, Pemerintah
Australia sudah melanggar
perundang-undangan
Indonesia mengenai? Dan
pasal berapa?

Langkah apa yang sebaiknya


di lakukan Pemerintah
Indonesia agar tidak terjadi
hal seperti ini?

Faktor apa saja yang mungkin


memicu seperti kasus ini?
KASUS CYBER CRIME DI INDONESIA

Sebelum diajukan ke praperadilan, kasus video ini


Kasus Penyebaran Video Porno terbongkar sekitar tahun 2010 dan membuat publik
heboh kala itu. Pada 31 Januari 2011 PN Bandung
memberikan hukuman kurungan selama 3,5 tahun
dan denda Rp 250 juta. Majelis hakim memaparkan,
tindakan Ariel itu ceroboh sehingga memberikan
waktu dan keleluasaan kepada orang lain untuk
mengopi video.

Bagaimana pengaturan Tindak Pidana Cyber Crime


berupa Pornografi dalam UU ITE?
KASUS CYBER CRIME DI INDONESIA
Ancaman Cyber Crime di Tengah Wabah Covid-19
Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/310180-ancaman-cyber-crime-di-tengah-
wabah-covid-19

Salah satu ulah hacker yang terbaru dan menggemparkan


ialah kasus pencurian data 15 juta informasi akun
Tokopedia yang dilaporkan telah berhasil dibobol. Ada
pengamat bahkan yang mengatakan, total sebanyak 91
juta akun raksasa toko online itu sudah coba dijual di
dark web senilai US$ 5.000. Sejauh mana kebenaran
informasi ini hingga kini masih diteluri pihak yang
berwenang.

Faktor apa saja yang mungkin memicu seperti kasus ini?


Bagaimana antisipasi yang harus dilakukan?
“Jarimu
Harimaumu”

Anda mungkin juga menyukai