Anda di halaman 1dari 40

Cyber

Crime
Regulasi

 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan


atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik;
 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik;
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik; Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016 tentang Sistem
Manajemen Pengamanan Informasi;
 Eu Convention on Cybercrime (Konvensi Budapest);
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.
Perkembangan Pemanfaatan Internet

Tahun 1960-an Tahun 1980 - 1990 Tahun 1995 -

Pendidikan/
Militer Publik
Penelitian

Belum muncul fenomena cyber crime Muncul fenomena cyber crime


Periode 1 Januari - 19 September 2017

Data, Kementrian Komunikasi dan Pendidikan

Pengaduan masyarakat terkait konten


negatif, mencapai 42.821 aduan.
Terkait isu SARA 13. 829 aduan

Terkait pornografi, 13.320 aduan Terkait konten negatif


lainnya
Pengertian

Cyber Crime, dalam bahasa Indonesia disebut Kejahatan


Mayantara, atau Kejahatan Siber.

Secara Sosiologis
 Kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku
yang secara ekonomis, politis dan sosial-psikologis sangat merugikan
masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan keselamatan warga
masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang-undang, maupun
yang belum tercakup dalam undang-undang pidana). (Kartini Kartono,
2001:126).

Secara Yuridis
 Kejahatan adalah setiap perbuatan yang oleh negara diberikan sanksi
pidana. Pemberian sanksi pidana dimaksudkan untuk mengembalikan
keseimbangan yang terganggu akibat perbuatan itu.
(B.Simanjuntak,1981: 70).
Cyber Crime / Kejahatan Mayantara / Kejahatan Siber / Kejahatan
Dunia Maya

Menurut Kepolisian Inggris, Cyber Crime adalah segala


macam penggunaan jaringan komputer untuk tujuan kriminal
dan/atau kriminal berteknologi tinggi dengan
menyalahgunakan kemudahan teknologi digital

 Kejahatan komputer yang ditujukan kepada sistem atau


jaringan komputer, yang mencakup segala bentuk baru
kejahatan yang menggunakan bantuan sarana media
elektronik internet.

 Cyber Crime merupakan suatu tindak kejahatan didunia


alam maya, yang dianggap bertentangan atau melawan
undang-undang yang berlaku.
Cyberporn Online Gambling Virus Dissemination

Fraud Online Shopping Illegal Content Data Forgery


Kasus Cyber Crime
Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo),
kasus serangan cyber crime di Indonesia telah mencapai 36,6 juta insiden
dalam tiga tahun terakhir.

Sepuluh negara terbesar


dalam kasus cyber crime

1. Cina
2. Amerika Serikat
3. Kanada
4. Indonesia
5. Taiwan
6. Belanda
7. Rusia
8. Brasil
9. Rumania
10. Jerman

Sumber: Akamai Tecnologies


Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menangani
1.627 kasus pidana sepanjang 2016. Dari 1.627 kasus tersebut,
kasus cyber crime yang tertinggi, mencapai 1.207 Kasus, yang
didominasi oleh kasus pencemaran nama baik.

Selain kasus pornografi yang terjadi di Indonesia, jenis tindak


pidana siber Illegal content merupakan tindak pidana siber yang
sering terjadi di Indonesia. Illegal content adalah tindakan
memasukkan data dan atau informasi ke dalam internet yang
dianggap tidak benar, tidak etis dan melanggar hukum atau
mengganggu ketertiban umum. Salah satu contoh illegal content
yang sering ditemui adalah dalam bidang pornografi (cyberporn).

Sejak 2012 sampai April 2015, Subdit IT/Cyber Crime telah menangkap 497
orang tersangka kasus kejahatan di dunia maya. Dari jumlah itu, sebanyak 389
orang warga negara asing, dan 108 WNI.
Perbandingan Cyber Crime
dalam EU Convention on Cyber Crime (CoC) dan UU ITE

EU Convention on Cyber Crime (CoC) UU ITE


Article 2 - Illegal Access Pasal 30
Article 3 - Illegal Interception Pasal 31
Article 4 - Data Interference Pasal 32
Article 5 - System Interference Pasal 33
Article 6 - Misuse of Devices Pasal 34
Article 7 - Computer Related Forgery Pasal 35
Article 8 - Computer Related Fraud Tidak diatur secara spesifik
Article 9 - Offences Related to Child Pasal 27 ayat (1)
Pornography
Article 11 – Attemp and Aiding or Tidak Diatur
Abetting
Perbandingan Cyber Law di Beberapa Negara
Uniform Electronic The Electronic Communications and Convention on
Transaction Act Transactions Act Multimedia Act Cybercrime
(USA) (Singapura) (Malaysia) (Eropa)
Pasal 5 : mengatur Meminimalkan Mengakses material Mengatur segala
penggunaan timbulnya arsip komputer tanpa ijin, tindak kejahatan
dokumen elektronik alektronik yang sama Menggunakan komputer dan
dan tanda tangan (double), perubahan komputer untuk kejahatan internet di
elektronik. yang tidak disengaja fungsi yang lain, Eropa yang berlaku
Pasal 7 : memberikan dan disengaja tentang Memasuki program pada tahun 2004,
pengakuan legal arsip, dan penipuan rahasia orang lain dapat meningkatkan
untuk dokumen dalam perdagangan melalui komputernya, kerjasama dalam
elektronik, tanda elektronik, dan lain - Mengubah / menangani segala
tangan elektronik, lain., menghapus program tindak kejahatan
dan kontrak Membantu menuju atau data orang lain, dalam dunia IT.
elektronik. keseragaman aturan, Menyalahgunakan
Pasal 8 : mengatur peraturan dan program / data orang
informasi dan mengenai lain demi
dokumen yang pengesahan dan kepentingan pribadi.
disajikan untuk integritas dari arsip
semua pihak. elektronik,.
Buku I : Ketentuan Umum (ps 1 – ps 103) KUHP

UU Informasi dan Transaksi Elektronik


UU Lingkungan
UU Pendidikan Nasional
UU Perbankan
UU Pajak
UU Partai Politik
UU pemilu
UU Merek
UU Kepabeanan
UU Pasar Modal
Dll.
Sistematika UU Informasi dan Transaksi Elektronik
BAB I
KETENTUAN UMUM
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
BAB III
INFORMASI, DOKUMEN, DAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK
BAB IV
PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI ELEKTRONIK DAN SISTEM ELEKTRONIK
BAB V
TRANSAKSI ELEKTRONIK
BAB VI
NAMA DOMAIN, HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL,
DAN PERLINDUNGAN HAK PRIBADI
BAB VII
PERBUATAN YANG DILARANG
BAB VIII
PENYELESAIAN SENGKETA
BAB IX
PERAN PEMERINTAH DAN PERAN MASYARAKAT
BAB X
PENYIDIKAN
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Beberapa Uji Materi UU ITE

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Hakim MK menolak permohonan


50/PUU-VI/2008. pemohon.
Menetapkan, norma Pasal 27 (3) dan
Pasal 45 (1) UU ITE, adalah konstitusional.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Hakim menolak permohonan pemohon.


2/PUU-VII/2009. Menetapkan, norma Pasal 27 ayat (3) UU
ITE adalah konstitusional dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai
demokrasi, hak asasi manusia, dan prinsip-
prinsip negara hukum.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20/PUU- Mengabulkan permohonan pemohon untuk
XIV/2016. sebagian.
Menetapkan, frasa “Informasi Elektronik
Pasal 44 dan /atau Dokumen Elektronik dalam Pasal
Alat bukti penyidikan, penuntutan dan 5 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 44 huruf b
pemeriksaan di sidang pengadilan menurut UU ITE bertentangan dengan UUD 1945,
ketentuan Undang-Undang ini adalah sepanjang tidak dimaknai, khususnya frasa
sebagai berikut: “Informasi Elektrpnik dan /atau Dokumen
a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Elektronik’” sebagai alat bukti dilakukan
ketentuan Perundang-undangan; dan dalam rangka penegakan hukum atas
b. alat bukti lain berupa Informasi Elektronik permintaan Kepolisian, Kejaksaan, dan
dan/atau Dokumen Elektronik sebagaimana /atau institusi penegak hukum lainnya yang
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 dan angka 4 ditetapkan berdasarkan UU sebagai mana
serta Pasal 5 ayat (1), ayat (2), dan ditentukan Pasal 31 (3) UU ITE.
ayat (3).

Pasal 5
1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat
bukti hukum yang sah.
(2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum
Acara yang berlaku di Indonesia.
UU 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan
atas UU 11 Tahun 2008 Tentang ITE
Mulai berlaku September 2016

Ketentuan Pasal 27 tetap dengan perubahan penjelasan ayat (1), ayat (3), dan ayat (4)
sehingga penjelasan Pasal 27 menjadi sebagaimana ditetapkan dalam penjelasan pasal
demi pasal undang-undang ini.

Penjelasan UU, Pasal 27 ayat (3)


Ketentuan pada ayat ini mengacu pada ketentuan pencemaran nama baik dan/atau fitnah
yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Penjelasan UU 19/2016 ITE

Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008 dan Nomor


2/PUU-VII/2009, tindak pidana penghinaan dan pencemaran nama baik dalam
bidang Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik bukan semata-mata sebagai
tindak pidana umum, melainkan sebagai delik aduan. Penegasan mengenai delik
aduan dimaksudkan agar selaras dengan asas kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat.
Delik Aduan
(Klachdelicte)

Delik aduan absolut (absolute Delik aduan relatif (relative


klachdelicte): klachdelicte):
 Penghinaan (Pasal 310-319, 320, 321, 335 • Pencurian dalam keluarga (Pasal 367);
KUHP); • Pemerasan dan pengancaman (Pasal
 Perjinahan (Pasal284 (2)); 370);
 Delik kesusilaan (Pasal 293 (2), 287); • Penggelapan (Pasal 376);
 Delik pembukaan rahasia (Pasal 322 (2), • Penipuan (Pasal 391);
323 (2); • Perusakan Barang (Pasal 411).
 Kawin lari (Pasal 332 (2)).
Perbandingan Pasal Pencemaran Nama Baik
antara KUHP dan ITE
Pasal 310 (1) KUHPidana Pasal 27 (3)
310 ayat (1) KUHP, Setiap Orang dengan sengaja dan
“Barangsiapa sengaja merusak tanpa hak mendistribusikan dan/atau
kehormatan atau nama baik seseorang mentransmisikan dan / atau membuat
dengan jalan menuduh dia melakukan dapat diaksesnya Informasi Elektronik
sesuatu perbuatan dengan maksud dan/atau Dokumen Elektronik yang
yang nyata akan tersiarnya tuduhan memiliki muatan penghinaan dan/atau
itu, dihukum karena menista, dengan pencemaran nama baik.
hukuman penjara selama-lamanya
sembilan bulan atau denda sebanyak-
banyaknya Rp 4.500,-
(3) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 310 (1) KUHP

Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan
menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui
umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Menyerang kehormatan/
Unsur-unsur: Nama Baik:
 Barang siapa  Menista (smaad);
 Menista dengan tulisan
(seseorang);
 Dengan sengaja; (smaadschrift);
 Menyerang  Penghinaan ringan
kehormatan/nama (eenvoudige belediging);
 Mengadu dengan cara
baik seseorang;
 Supaya diketahui memfitnah (laterlijke
umum. aanklacht).
Ketentuan Umum Hukum Pidana Juga
berlaku pada tindakan yang dilarang dalam
UU ITE

UU ITE Klasifikasi perbuatan yg dilarang


Diuraikan pd Pasal 27 – 37 UU ITE.
Terdiri dari 9 pasal, dengan 17
bentuk tindak pidana.

13 Bab Perbuatan
yg dilarang
Pasal 36 tidak merumuskan bentuk
tindak pidana tertertu, melainkan
54 Pasal Pasal 27
- 37 UU ITE
merumuskan tentang dasar
pemberatan pidana yang merugikan
orang lain, pada tindak pidana yang
diatur dalam Pasal 27 sampai 34.

Pada umumnya, sanksi pidana


UU ITE lebih berat
Mendistribusikan muatan
Pasal 27 (1)
yang melanggar kesusilaan
Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan perjudian 27 ayat (2)

Muatan penghinaan
27 ayat (3)
dan/atau pencemaran nama baik
Muatan pemerasan 27 ayat (4)
dan/atau pengancaman
Menyebarkan berita
Perbuatan yang Dilarang 28 ayat (1)
bohong an menyesatkan .
Pasal 27-37 ITE
Menyebarkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau
28 ayat (2)
kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras.
Ancaman kekerasan atau
menakut-nakuti yang ditujukan 29
secara pribadi.
Melakukan intersepsi atau penyadapan
31 ayat (1)
Asas-Asas Hukum Pidana
dan Asas-Asas Hukum UU ITE
KUHP UU ITE
• Asas Legalitas; • Kepastian hukum;
• Asas Teritorial atau Wilayah; • Manfaat;
• Asas Perlindungan;
• Asas Personalitas; • Kehati-hatian;
• Asas Universal ; • Itikad baik, dan
• Asas Apabila ada perubahan dalam • Kebebasan memilih teknologi
Undang-Undang Setelah atau netral teknologi
peristiwa itu terjadi maka
dipakailah ketentuan yang paling
menguntungkan bagi si tersangka;
• Asas hukum pidana khusus
mengesampingkan hukum pidana
umum (Lex Specialis derogart
legi Generalis)
Tindak Pidana yang Diatur UU ITE
Tindak Pidana Pasal Sanksi Pasal

Mendistribusikan dokumen elektronik dg 27 (1) Penjara 6 tahun dan/atau 45 (1)


muatan yg melanggar kesusilaan. denda Rp 1.000.000.000,00
Mendistribusikan dokumen elektronik dg 27 (2)
muatan perjudian.
Mendistribusikan dokumen elektronik dg 27 (3) Pidana penjara 4 tahun 45 (3)
muatan penghinaan dan/atau pencemaran dan/atau denda Rp
nama baik. 750.000.000,00
Mendistribusikan dokumen elektronik dg 27 (4) Pidana penjara 6 (enam) 45 (4)
muatan pemerasan dan/atau tahun dan/atau denda Rp
pengancaman. 1.000.000.000,00
Menyebarkan berita bohong dan 28 (1) Penjara 6 tahun dan/atau 45A(1)
menyesatkan. denda Rp 1.000.000.000,00
Menyebarkan informasi untuk 28 (2) Penjara 6 tahun dan/atau 45A(2)
menimbulkan rasa kebencian atau denda Rp 1.000.000.000,00
permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas
suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA).
Mengirimkan dokumen elektronik yang 29 Pidana penjara 4 tahun 45B
berisi ancaman kekerasan atau menakut- dan/atau denda Rp
nakuti yang ditujukan secara pribadi. 750.000.000,00
Tindak Pidana Pasal Sanksi Pasal
Dengan sengaja dan tanpa hak 30 (1) Pidana penjara 6 tahun dan/atau 46 (1)
mengakses Komputer dan/atau Sistem denda paling banyak Rp
Elektronik milik Orang lain dengan cara 600.000.000,00
apa pun.
Dengan senhgaja dan tanpa hak 30 (2) Pidana penjara paling lama 7 46 (2)
mengakses Komputer dan/atau Sistem (tujuh) tahun dan/atau denda
Elektronik dengan cara apa pun dengan paling banyak Rp700.000.000,00
tujuan untuk memperoleh Informasi (tujuh ratus juta rupiah).
Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik.
Dengan sengaja dan tanpa hak atau 30 (3) Pidana penjara paling lama 8 46 (3)
melawan hukum mengakses Komputer (delapan) tahun dan/atau denda
dan/atau Sistem Elektronik dengan cara paling banyak Rp 800.000.000,00
apa pun dengan melanggar, menerobos, (delapan ratus juta rupiah).
melampaui, atau menjebol sistem
pengamanan.
Dengan sengaja melakukan intersepsi 31 (1) Pidana penjara paling lama 10 47
atau penyadapan atas Informasi (sepuluh) tahun dan/atau denda
Elektronik dan/atau Dokumen paling banyak Rp 800.000.000,00
Elektronik dalam suatu Komputer (delapan ratus juta rupiah).
dan/atau Sistem Elektronik tertentu
milik Orang lain.
Tindak Pidana Pasal Sanksi Pasal
Dengan sengaja dan tanpa hak 31 (2) Idem 47
melakukan intersepsi atas transmisi
Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang tidak
bersifat publik dari, ke, dan di dalam
suatu Komputer dan/atau Sistem
Elektronik tertentu milik Orang lain,
baik yang tidak menyebabkan
perubahan apa pun maupun yang
menyebabkan adanya perubahan,
penghilangan, dan/atau penghentian
Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang sedang
ditransmisikan.
Dengan sengaja dan tanpa hak 32 (1) Pidana penjara paling lama 8 48 (1)
dengan cara apa pun mengubah, (delapan) tahun dan/atau denda
menambah, mengurangi, melakukan paling banyak Rp
transmisi, merusak, menghilangkan, 2.000.000.000,00 (dua miliar
memindahkan, menyembunyikan rupiah).
suatu Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik milik Orang lain
atau milik publik.
Tindak Pidana Pasal Sanksi Pasal
Dengan sengaja dan tanpa hak atau 33 Pidana penjara paling lama 10 49
melawan hukum melakukan tindakan (sepuluh) tahun dan/atau denda
apa pun yang berakibat terganggunya paling banyak
Sistem Elektronik dan/atau Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
mengakibatkan Sistem Elektronik miliar rupiah).
menjadi tidak bekerja sebagaimana
mestinya.
Dengan sengaja dan tanpa hak 35 Pidana penjara paling lama 12 51
melakukan manipulasi, penciptaan, (dua belas) tahun dan/atau
perubahan, penghilangan, denda paling banyak Rp
pengrusakan Informasi Elektronik 12.000.000.000,00 (dua belas
dan/atau Dokumen Elektronik dengan miliar rupiah).
tujuan agar Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik tersebut
dianggap seolah-olah data yang
otentik.
Dengan sengaja melakukan perbuatan 37 Dalam hal perbuatan 52
yang dilarang sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud dalam
dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal Pasal 30 sampai dengan Pasal 37
36 di luar wilayah Indonesia terhadap ditujukan terhadap Komputer
Sistem Elektronik yang berada di dan/atau Sistem Elektronik serta
wilayah yurisdiksi Indonesia. Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik milik
Pemerintah dan/atau yang
digunakan untuk layanan publik
dipidana dengan pidana pokok
ditambah sepertiga.
PENYIDIKAN
Pasal 42
Penyidikan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini, dilakukan berdasarkan ketentuan
dalam Hukum Acara Pidana dan ketentuan dalam
UndangUndang ini.

Pasal 43 (1)
Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia,
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik diberi
wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik.
Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Satuan Cyber Crime berdasarkan Keputusan Kapolri
No. Pol. : KEP/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 adalah unsur pelaksanaan pada
Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, tugasnya adalah melakukan
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus, terutama kegiatan penyidikan yang
berhubungan dengan teknologi informasi, telekomunikasi, serta transaksi elektronik.

1. Penyidikan kasus-kasus yang berhubungan dengan transaksi elektronik seperti


carding, money laundering, tindak pidana pasar modal, pajak, perbankan, dll;
2. Penyidikan kasus-kasus yang berhubungan dengan tehnologi komunikasi dan
informasi meliputi penyadapan telepon, penyalahgunaan VoIP, penipuan melalui
telepon genggam;
3. Penyelidikan kejahatan yang menggunakan fasilitas internet seperti cyber gambling,
cyber terrorism, cyber fraud cyber sex, cyber narcotism, cyber smuggling, cyber
attacks on critical infrastructure, cyber balckmail, cyber threatening, pencurian data,
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik, dll;
4. Penyidikan kejahatan komputer: masuk ke sistem secara ilegal, dos attack, hacking,
tracking, phreacing, membuat dan menyebarkan yang bersifat merusak, malicous
code all viruses, worm, rabbits, trojan, dll;
5. Penyidikan kejahatan yang berhubungan dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI), pirated software, rekaman suara, merubah tampilan website, dll.
Asas Ekstrateritorial
KUHP UU ITE

Pasal 4 Pasal 2
Ketentuan pidana dalam perundang- Undang-Undang ini berlaku untuk
undangan Indonesia diterapkan bagi setiap Orang yang melakukan
setiap orang yang melakukan di luar perbuatan hukum sebagaimana diatur
Indonesia. dalam Undang-Undang ini, baik yang
berada di wilayah hukum Indonesia
maupun di luar wilayah hukum
Indonesia, yang memiliki akibat hukum
di wilayah hukum Indonesia dan/atau
di luar wilayah hukum Indonesia dan
merugikan kepentingan Indonesia.
Tindak Pidana dalam KUHP
dan UU ITE

KUHP UU ITE
Pasal 167, memaksa masuk ke Pasal 30,
dalam rumah, ruangan atau 1). Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak atau melawan hukum
pekarangan tertutup dengan mengakses Komputer dan/atau Sistem
melawan hukum. Elektronik milik Orang lain dengan cara
apa pun;
(Sanksi sembilan bulan penjara). 2). Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer dan/atau Sistem
Elektronik dengan cara apa pun dengan
tujuan untuk memperoleh Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik.
(Pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp
600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
KUHP UU ITE
Pasal 406, tentang pengrusakan Pasal 32
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
barang atau melawan hukum dengan cara apa pun
mengubah, menambah, mengurangi, melakukan
transmisi, merusak, menghilangkan,
memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik
Orang lain atau milik publik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum dengan cara apa pun
memindahkan atau mentransfer Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada
Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak.
(3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang mengakibatkan terbukanya
suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat
diakses oleh publik dengan keutuhan data yang
tidak sebagaimana mestinya.
KUHP UU ITE
Bab IV, Pasal 284 dst, kejahatan Pasal 27
terhadap kesusilaan (1) Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan.

Tidak diatur Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak


atau melawan hukum melakukan tindakan
apa pun yang berakibat terganggunya
Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan
Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja
sebagaimana mestinya.
KUHP UU ITE
Bab XII, pemalsuan surat Pasal Pasal 35
268, membuat surat palsu atau Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa
hak atau melawan hukum melakukan
memalsukan surat manipulasi, penciptaan, perubahan,
penghilangan, pengrusakan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik dengan tujuan agar
Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik tersebut dianggap
seolah-olah data yang otentik.
Bab XXV, Perbuatan Curang, Tidak diatur secara spesifik
Pasal 378, dengan maksud untuk
menguntungkan seseorang
secara
Tindak pidana yang berhubungan dengan aktivitas illegal:
• Kesusilaan (Pasal 27 ayat 1);
• Perjudian (Pasal 27 ayat 2);
• Penghinaan atau pencemaran nama baik (Pasal 27 ayat 3);
• Pemerasan atau pengancaman (Pasal 27 ayat 4);
• Berita bohong yang menyesatkan dan merugikan konsumen (Pasal
28 ayat 1);
• Menimbulkan rasa kebencian berdasarkan SARA (Pasal 28 ayat 2);
• Mengirimkan informasi yang berisi ancaman kekerasan atau
menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi (Pasal 29)

Dengan cara apapun melakukan akses ilegal (Pasal 30);

Intersepsi ilegal terhadap infornasi atau dokumen elektronik dan sistem


elektronik (Pasal 31);

Gangguan terhadap informasi atau dokumen elektronik/data interference


(Pasal 32);
Gangguan terhadap sistem elektronik/system interference (Pasal 33);
Tindak pidana memfasilitasi perbuatan yang dilarang (Pasal 34);

Tindak pidana pemalsuan informasi dan data elektronik (Pasal 35);


Tindak pidana tambahan / accessoir (Pasal 36);

Perberatan–perberatan terhadap ancaman pidana (Pasal 52)


Perbandingan Beberapa Pasal UU Pornografi dan UU ITE

UU Pornografi UU ITE
Pasal 4 ayat (1), memproduksi, membuat, Mendistribusikan
memperbanyak, menggandakan, Mentransmisikan;
menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, Membuat dapat diaksesnya
mengekspor, menawarkan,
memperjualbelikan, menyewakan, atau
menyediakan pornografi Muatan yang melanggar kesusilaan

Pasal 5, meminjamkan atau mengunduh


pornografi

Pasal 6, memperdengarkan,
mempertontonkan, memanfaatkan,
memiliki, atau menyimpan produk
pornografi.

Terkait dengan irisan antara UU Pornografi dan UU ITE, berlaku ketentuan


Concorsus Idealis Pasal 63 KUHP, yaitu jika suatu perbuatan masuk dalam lebih
dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah satu di antara
aturan-aturan itu, jika berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman
pidana pokok paling berat.
Landscape Information Literacy
Daftar Referensi
Makarim, Edmon. Kompilasi Hukum Telematika.
Cet. Ke-1, (Jakarta: Radja Grafindo Persada,
2003).
Sitompul, Josua. Cyberspace, Cybercrimes,
Cyberlaw, (Jakarta: PT. Tatanusa, 2012).
Wahid, Abdul dan Mohammad Labib. Kejahatan
Mayantara, (Jakarta: PT. Refika Aditama,
2010).

Anda mungkin juga menyukai