Anda di halaman 1dari 8

JURNAL MIKROTIK VOLUME 2 NO.

1- Bulan Mei 2014

KEJAHATAN MELALUI MEDIA SOSIAL ELEKTRONIK DI INDONESIA


BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SAAT INI
1
Prima Angkupi. SH.,MH.,MKn
1
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Metro
Jalan Ki Hajar Dewantara No. 116 Kota Metro

Abstract - Internet creates new opportunities in public life, the internet also while creating
new opportunities for crime. In the virtual world of people doing evil deeds (crime) that it
can not be done in the real world. Keja¬hatan is done by using the computer as a means of
actions. Crimes committed in the virtual world using the kom¬puter called "computer
crime" or "cyber crime". Computer crimes have created new problems for the task of
inquiry, investigation, and prosecution by law negak oners. Consequently, electronic
information and electronic transaction needs a strong protection against ¬upaya efforts
made by parties who are not responsible for access to information stored in a computer
system. While the response to cyber crime from the perspective of criminal law can be seen
and various aspects, among other aspects of the criminalization policy (formulation
criminal offense), aspects of criminal liability or punishment (including aspects of evidence
/ proof).

Keywords: Cyber, Computer, Cyber Crime

Abstrak - Internet menciptakan berbagai peluang baru dalam kehidupan masyarakat,


internet juga sekaligus menciptakan peluang-peluang baru bagi kejahatan. Di dunia virtual
orang melakukan berbagai perbuatan jahat (kejahatan) yang justru tidak dapat dilakukan di
dunia nyata. Kejahatan tersebut dilakukan dengan menggunakan komputer sebagai sarana
perbuatannya. Kejahatan yang dilakukan di dunia virtual dengan menggunakan komputer
itu disebut "kejahatan komputer" atau "cyber crime". Kejahatan-kejahatan komputer telah
menciptakan masalah-masalah baru bagi tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
oleh para penegak hukum. Konsekuensinya, electronic information dan electronic
transaction memerlukan adanya perlindungan yang kuat terhadap upaya-upaya yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk dapat mengakses
informasi yang tersimpan dalam sistem komputer. Sedangkan upaya penanggulangan cyber
crime jika dilihat dari perspektif hukum pidana dapat dilihat dan berbagai aspek, antara lain
aspek kebijakan kriminalisasi (formulasi tindak pidana), aspek pertanggungjawaban pidana
atau pemidanaan (termasuk aspek alat bukti/pembuktian).

Kata kunci : Cyber, Computer, Cyber Crime


JURNAL MIKROTIK VOLUME 2 NO.1- Bulan Mei 2014

I. PENDAHULUAN saja telah memarakkan terjadinya kejahatan


Internet telah mempengaruhi pola hidup computer (Sutan Remy Syahdeini, 2009: 8)
manusia atau masyarakat, ternyata ada masalah Terdapat beberapa kasus kejahatan komputer
serius yang dihadapi oleh masyarakat berkenaan yang telah diajukan ke pengadilan. Mungkin hal
dengan maraknya Internet. Masalah itu adalah ini agak lain dibandingkan dengan perbuatan
masalah hukum. Akan tetapi, masalah hukum di pidana siber, namun mengingat sarana yang
dunia virtual tersebut belum banyak mendapat digunakan dapat masuk di bidang komputer,
perhatian otoritas dan pengguna Internet karena telekomunikasi, dan informasi maka dapat
pemahaman yang masih dangkal mengenai dijadikan contoh yang termasuk segolongan.
aspek-aspek hukum dari Internet atau dari Adapun kasus-kasus tersebut adalah sebagai
transaksi yang dilakukan dengan menggunakan berikut.
sarana Internet. Putusan Mahkamah Agung No. 363 K/Pid/1984
Semua perbuatan hukum di dunia virtual, yang tanggal 25 Juni 1984 mengenai penggelapan
dilakukan oleh manusia-manusia yang berada di uang di bank melalui komputer. Perbuatan
dunia nyata. Perbuatan-perbuatan hukum pidana ini merupakan kerja sama antar orang
tersebut dilakukan menggunakan media atau luar dengan oknum pegawai BRI Cabang
sarana Internet (yaitu menggunakan komputer Brigjen Katamso Yogyakarta dari tanggal 15
yang berada di dunia nyata). Jasmani manusia September sampai dengan 12 Desember 1982,
yang melakukan perbuatan-perbuatan hukum yaitu dengan cara mentransfer uang melalui
tersebut tidak berada dan tidak hidup di dunia kliring kemudian warkat kliring yang diterima
virtual. Hanya sekadar berkhayal, mungkin saja dari kliring tersebut oleh oknum pegawai BRI
kelak teknologi akan benar-benar dapat secara melawan hukum dan tanpa
menciptakan makhluk-makhluk maya, yaitu sepengetahuan bagian kartu dibebankan kepada
manusia-manusia maya dan binatang-binatang rekening orang lain, bukan rekening yang
maya, sebagaimana yang sering kita lihat di tertulis pada warkat kliring dengan cara
film-film, dan manusia-manusia maya ini yang membukukan melalui komputer tanpa kartu
nantinya melakukan sendiri perbuatan- atau struk mesin.
perbuatan hukum itu tanpa perintah dan kendali Perbuatan ini berlangsung sampai 44 kali
manusia yang berada di dunia nyata. mencapai jumlah Rp815 juta serta Rp10 juta
Perkembangan yang pesat dalam pemanfaatan melalui validasi tunai tanpa dilakukan mutasi
jasa internet tersebut ternyata menimbulkan atas kartu nasabah Ny. Karlina. Atas perbuatan
dampak negatif lain, ialah dalam bentuk tersebut, Pengadilan Negeri Yogyakarta dengan
perbuatan kejahatan dari pelanggaran, yang keputusannya No. 33/1983/Pid/PN, tanggal 20
kemudian muncul istilah cybercrime, yang September 1983 menjatuhkan hukuman atas
merupakan perkembangan lebih lanjut dari terdakwa bersalah melakukan perbuatan korupsi
computercrime. Dalam menjelaskan tantangan dan menghukum pidana penjara 10 tahun
perkembangan cyberlaw ini, Rene L. dipotong masa tahanan, harus membayar biaya
Pattiradjawane menyebutkan konsep hukum perkara Rp100 ribu.
cyberspace, cyberlaw, dan cyberline yang dapat Keputusan ini diperkuat oleh keputusan
menciptakan komunitas pengguna jaringan Pengadilan Tinggi Yogyakarta No.
internet yang luas (60 juta), yang melibatkan 41/1983/Pid/PTY, tanggal 6 Maret 1984, dan
160 negara menimbulkan kegusaran para Mahkamah Agung dengan keputusan No.
praktisi hukum untuk menciptakan pengamanan 363/K/Pid/1984 tanggal 25 Juni 1984 menolak
melalui regulasi, khususnya perlindungan permohonan kasasi yang diajukan jaksa, karena
terhadap milik pribadi (Niniek Suparni, 2009: hak permohonan kasasi telah gugur, disebabkan
9). tidak ada memori kasasi.Adapun landasan
Sebagian besar anak muda dan para remaja hukum penuntutan adalah Pasal 55 ayat (1) jo.
memiliki dan/atau dapat menggunakan Pasal 64 ayat (1) KUH Pidana jo. Pasal 1 ayat
komputer. Hal ini tidak terkecuali pula dengan (1) sub a Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971
Indonesia. Di Amerika Serikat terdapat 80 juta tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
orang dewasa dan 10 juta anak-anak yang yang pada intinya perbuatan tersebut dilakukan
mampu mengakses Internet. Keadaan ini tentu
bersama-sama antara terdakwa dan oknum yang lebih subsidair lagi adalah Pasal 363 ayat
pegawai BRI dan merugikan negara. (1) ke-4 jo. Pasal 53 KUH Pidana.
Berikutnya kasus pembobolan BNI Cabang Kasus ini menyebabkan kerugian BNI yang
New York, ialah kasus seorang pegawai yang cukup besar (US$9.100.000) dan dilakukan oleh
pernah bekerja di BNI Cabang New York sejak orang-orang yang cukup ahli di bidang
tahun 1980 sampai dengan September 1985. komputer, yaitu pembobolannya dilakukan
Pada waktu masih bekerja, yang bersangkutan dengan menggunakan Personal Komputer Apple
bertugas sebagai operator komputer untuk IIC, Keyboard, dan Smart Modem, dan berbekal
mengakses Citybank Nezv York atau Mantrust password dan code yang pernah diketahui. Ini
New York, oleh karenanya yang bersangkutan suatu peringatan jika suatu perusahaan
memegang passzvord dengan kode tertentu. melakukan mutasi pada petugas operator
Pada tanggal 31 Desember 1986, yang komputer yang rawan terhadap terjadinya
bersangkutan bekerja sama dengan orang lain penyalahgunaan, harus diikuti dengan
berhasil mengoperasikan komputer di sebuah penggantian kode passzvord, sehingga tidak ada
hotel untuk melakukan transfer ke rekening pihak lain yang dapat mengakses. Kasus –
bank tertentu, yaitu dengan menggunakan kasus tesebut menunjukan bahwa pada dasarnya
USER ID dan passzuord enter dengan melawan kejahatan tersebut dilakukan dengan bantuan
hukum. Proses tersebut dimulai dengan atau melalui peralatan komputer,
memerintahkan Citybank New York untuk men- telekomunikasi, dan informasi, baik berupa
transfer dana atas beban rekening BNI kepada hardware, software, maupun brainware.
rekening BNI di Mautrust. Dari sini kemudian Sutan Remy Syahdeini berpendapat bahwa oleh
yang bersangkutan mentransfer dana ke karena interaksi dan perbuatan-perbuatan
beberapa bank lainnya untuk keuntungan hukum yang terjadi melalui atau di dunia virtual
sendiri. adalah sesungguhnya interaksi antara sesama
Penggunaan landasan hukum mengenai pasal manusia dari dunia nyata, dan apabila terjadi
pencurian (Pasal 363 KUH Pidana) tidak dapat pelanggaran hak atas perbuatan hukum melalui
diterima, demikian juga Undang-Undang atau di dunia virtual itu adalah perbuatan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tidak hukum yang dilakukan oleh manusia dari dunia
dapat diterapkan karena unsur melawan hukum nyata dan hak yang dilanggar adalah hak dari
yang dituduhkan tidak termasuk kriterium manusia dari dunia nyata, maka hukum yang
undang-undang tersebut. Hal ini karena tidak berlaku dan harus diterapkan adalah hukum dari
terbukti adanya kerja sama dengan pegawai dunia nyata bukan sama sekali tidak dapat
negeri, atau lebih tepatnya tidak terbukti adanya digunakan. Namun karena peristiwanya
penggunaan kekuasaan atau pengaruh yang berlangsung di atau melalui dunia virtual, maka
melekat pada seorang pegawai negeri. Andi tentulah tidak sepenuhnya hukum yang berlaku
Hamzah, berpendapat bahwa pertimbangan bagi dunia nyata dapat digunakan. Dengan
hakim untuk membebaskan terdakwa dari demikian, bagi peristiwa-peristiwa dan
dakwaan primer, subsidair, lebih subsidair tidak perbuatan-perbuatan yang berdampak terhadap
tepat, karena korupsi yang memakai sistem komputer memerlukan pula hukum
penggunaan kekuasaan atau pengaruh yang khusus. Hukum khusus tersebut dikenal sebagai
melekat justru terdapat pada rumusan Pasal 1 cyber law (Sutan Remy Syahdeini, 2009: 15).
ayat (1) sub b Undang-Undang Pemberantasan Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul
Tindak Pidana Korupsi, yang justru oleh jaksa dari penulisan karya ilimiah ini adalah ”
tidak digunakan dalam menyusun dakwaan Analisis Bentuk-Bentuk Kejahatan
(Andi Hamzah, 1993 : 63). Komputer Di Indonesia Berdasarkan
Jadi aspek hukum pidana yang digunakan untuk Peraturan Perundang-Undangan Saat ini ”
dakwaan primer adalah Pasal 1 ayat (1) sub a
jo. Pasal 28 Undang-Undang Nomor 3 Tahun III. PERMASALAHAN DAN RUANG
1971 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana. LINGKUP
Dakwaan subsidair adalah Pasal 1 ayat (2) jo. 1. Permasalahan
Pasal 1 ayat (1) sub a jo. Pasal 28 Undang- Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah
Undang Nomor 3 Tahun 1971 jo. Pasal 55 ayat tersebut diatas, maka yang menjadi
(1) ke1 KUH Pidana. Dakwaan lebih subsidair permasalahan dalam karya ilimiah ini adalah
lagi adalah Pasa1363 ayat (1) KUH Pidana, dan apakah bentuk-bentuk kejahatan komputer di
Indonesia berdasarkan peraturan perundang- implikasi dari devian primer.(J.E. Sahetapy,
undangan saat ini ? 2005: 32).
C. Kerangka Teoretis Edwin H. Sutherland dalam bukunya Principles
Kerangka Teoritis adalah konsep yang of Criminology menyebutkan tujuh unsur
merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kejahatan yang saling bergantungan dan saling
kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan mempengaruhi. Suatu perbuatan tidak akan
untuk mengadakan identifikasi terhadap disebut kejahatan kecuali apabila memuat
dimensi sosial yang dianggap relevan (Soerjono semua tujuh unsur tersebut. Unsur-unsur
Soekanto, 1986: 123). tersebut adalah :
Kejahatan terus berkembang seiring dengan 1. Harus terdapat akibat-akibat tertentu yang
perkembangan peradaban manusia, dengan nyata atau kerugian.
kualitas dan kuantitasnya kompleks dengan 2. Kerugian tersebut harus dilarang oleh
variasi modus operandinya.J.E. Sahetapy telah undang-undang, harus dikemukakan dengan
menyatakan dalam tulisannya, kejahatan erat jelas dalam hukum pidana.
kaitannya dan bahkan menjadi bagian dari hasil 3. Harus ada perbuatan atau sikap membiarkan
budaya itu sendiri. Ini berarti semakin tinggi sesuatu perbuatan yang disengaja atau
tingkat budaya dan semakin modern suatu sembrono yang menimbulkan akibat-akibat
bangsa, maka semakin modern pula kejahatan yang merugikan.
itu dalam bentuk, sifat dan cara 4. Harus ada maksud jahat (mens rea)
pelaksanaanya(Abdul Wahid, 2002: 36). 5. Harus ada hubungan kesatuan atau
Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang kesesuaian persamaan suatu hubungan
diberikan orang untuk menilai perbuatan kejadian diantara maksud jahat dengan
perbuatan tertentu, sebagai perbuatan jahat. perbuatan.
Secara empiris menurut B.Simanjuntak definisi 6. Harus ada hubungan sebab akibat diantara
kejahatan dapat dilihat dari dua perspektif, kerugian yang dilarang undangundang
pertama adalah kejahatan dalam perspektif dengan perbuatan yang disengaja atas
yuridis, kejahatan dirumuskan sebagai keinginan sendiri.
perbuatan yang oleh negara diberi pidana untuk 7. Harus ada hukuman yang ditetapkan oleh
mengembalikan keseimbangan yang terganggu undang-undang.
akibat perbuatan itu. Dalam hukum pidana Hukum pidana membedakan antara kejahatan
disebut dengan tindak pidana. Kedua, kejahatan (deviance) dan tindak pidana (crime).Kejahatan
dalam arti sosiologis (kriminilogis) merupakan tidak selalu tindak pidana. Kejahatan hanya
kejahatan yang dari segi yuridis (hukum merupakan tindak pidana apabila perilaku jahat
positif) bukan merupakan kejahatan .Artinya, tersebut telah ditetapkan sebagai tindak pidana
perbuatan tersebut oleh negara tidak dipidana (dikriminalisasi) oleh suatu undang-undang
(Abdul Wahid, 2002: 38). pidana.Tindak pidana adalah perilaku
J.E. Sahetapy dan B. Marjono Reksodiputro (commission dan ommission) yang telah
dalam bukunya Paradoks Dalam Kriminologi dinyatakan sebagai tindak pidana oleh undang-
menyatakan bahwa, kejahatan mengandung undang(Sutan Remy Syahdeini, 2009: 33)
konotasi tertentu, merupakan suatu pengertian Menurut Oemar Seno Adji (Andi Hamzah,
dan penamaan yang relatif, mengandung 2004:88) tindak pidana (starfbaarfeit)
variabilitas dan dinamik serta bertalian dengan merupakan padanan istilah delik yaitu kelakuan
perbuatan atau tingkah laku (baik aktif maupun yang diancam dengan pidana, yang bersifat
pasif), yang dinilai oleh sebagian mayoritas atau melawan hukum yang berhubungan dengan
minoritas masyarakat sebagai suatu perbuatan kesalahan dan dilakukan olah orang yang
anti sosial, suatu perkosaan terhadap skala nilai mampu bertanggung jawab. Oleh karena itu
sosial dan atau perasaan hukum yang hidup perbuatan tertentu merupakan delik karena
dalam masyarakat sesuai dengan ruang dan perbuatan tersebut membawa suatu sanksi,
waktu.(Abdul Wahid, 2002:39). Lemert maka delik merupakan suatu kondisi atau syarat
mengemukakan bahwa kejahatan (deviance) bagi diberlakukannya sanksi oleh norma
terdiri atas devian primer dimaksudkan suatu hukum.(Hans Kelsen, 2006: 74)
perbuatan yang melawan hukum dan devian Menurut Simon.(Andi Hamah, 2004:88)
sekunder simaksudkan suatu proses dimana rumusan delik antara lain :
orang lain beraksi terhadap akibat atau a. Diancam dengan pidana oleh hukum.
b. Bertentangan dengan hukum.
c. Dilakukan oleh orang yang bersalah. regulasi yang dibuat menjadi bersifat sangat
d. Orang itu dipandang bertanggung jawab sempit dan spesifik pada sektor tertentu saja.
atas perbuatannya. UU ITE memuat ketentuan-ketentuan mengenai
larangan melakukan perbuatan-perbuatan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN tertentu yang diancam dengan sanksi pidana
bagi pelakunya. Tegasnya, Undang-undang
Terdapat undang-undang utama yang tersebut menetapkan beberapa perbuatan yang
mengatur tentang informasi dan transaksi dikriminalisasi sebagai tindak pidana komputer
elektronik di Indonesia. Undang-undang dengan sanksi-sanksinya. Tindak-tindak pidana
yang pertama adalah Undang-Undang No. 11 yang dimaksud adalah sebagaimana yang
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi diuraikan di bawah ini. Perbuatan-perbuatan
Elektronik. Undang-undang yang kedua yang dilarang dan bersanksi pidana itu
adalah undang-undang yang telah merupakan tindak-tindak pidana komputer
dikeluarkan sebelum dikeluarkannya Indonesia. Tindak-tindak pidana komputer yang
Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang diatur oleh UU ITE tersebut adalah :
Informasi dan Transaksi Elektronik. Undang- 1. Pornografi
undang tersebut adalah Undang-undang No. a. Pornografi Pada Umumnya.
36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Di
bawah ini diberikan penjelasan tentang Larangan melakukan perbuatan yang bermuatan
beberapa hal yang menyangkut tindak-tindak melanggar kesusilaan diatur dalam Pasal. 27
pidana komputer dalam Undang-undang ayat (1) dan diancam sanksi pidana berdasarkan
Informasi dan Transaksi Elektronik. Pasal 45 ayat (1). Pasal 27 ayat (1) menentukan:
Akhir-akhir ini telah banyak bermunculan Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa
kejahatan-kejahatan komputer di Indonesia hak mendistribusikan dan/atau
yang sangat merugikan perorangan maupun ma- mentransmisikan dan/atau membuat
syarakat luas. Di samping itu, akhir-akhir ini dapat diaksesnya Informasi Elektronik
juga telah muncul berbagai commercial website dan/atau Dokumen Elektronik yang
milik orang/perusahaan Indonesia di Internet memiliki muatan yang melanggar
yang menawarkan berbagai barang dan jasa kesusilaan.
kepada masyarakat atau para konsumen. Ancaman pidana terhadap pelaku yang
Berkaitan dengan perkembangan tersebut, pada melanggar Pasal 27 ayat (1) ditentukan dalam
21 April 2008 Indonesia telah mengundangkan Pasal 45 ayat (1) yang berbunyi:
Undang-undang tentang Informasi dan Setiap Orang yang memenuhi unsur
Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
(UU ITE). Dalam undang-undang tersebut ayat (1), ayat (2), ayat (5), atau ayat (4)
terdapat beberapa pasal pidana yang merupakan dipidana dengan pidana penjara paling
ketentuan tindak pidana khusus di samping lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
berlakunya KUHP sebagai Undang-undang paling banyak Rp1.000.000.000.00
tindak pidana umum. Selain pasal-pasal pidana, (satu miliar rupiah).
undang-undang tersebut sekaligus juga Actus reus, adalah "conduct" atau "perilaku"
mengatur aspek-aspek keperdataan dari yang dapat berupa "melakukan perbuatan
transaksi elektronik atau e-commerce. tertentu yang dilarang oleh undang-undang"
Undang-undang tersebut memilih untuk atau "commission" atau "act" atau berupa
mengacu model yang bersifat komprehensif. "berdiam diri" atau "tidak melakukan perbuatan
Artinya, materi muatan yang diatur dalam yang diwajibkan oleh hukum" atau "omission""
undang-undang tersebut mencakup hal yang yaitu berdiam diri tidak berbuat sesuatu. Actus
luas disesuaikan dengan kebutuhan saat ini. reus dari tindak pidana Pasal 27 ayat (1) jo.
Oleh karena sifatnya yang komprehensif itu, Pasal 45 ayat (1) adalah:
maka dalam undang-undang tersebut tercakup 1) mendistribusikan,
banyak aspek hukum, yaitu aspek hukum 2) mentransmisikan, dan/atau
perdata materiil, hukum pidana materiil, hukum 3) membuat dapat diakses
acara perdata, hukum acara pidana, dan hukum Mens rea ("sikap kalbu" atau unsur kesalahan)
pembuktian. Dengan kata lain, yang dipilih dari tindak pidana tersebut di atas adalah
bukan model pengaturan yang berpijak pada "dengan sengaja". Objek dari actus reus tindak
pemilahan materi hukum secara ketat sehingga pidana tersebut adalah "Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki dan diancam sanksi pidana berdasarkan Pasal
muatan yang melanggar kesusilaan". 45 ayat (1). Pasal 27 ayat (3) menentukan:
b. Pornografi Anak Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa
Pasal 52 ayat (1) mengancamkan sanksi pidana hak mendistribusikan dan/atau
yang lebih berat apabila tindak pidana mentransmisikan dan/atau membuat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dapat diaksesnya Informasi Elektronik
menyangkut kesusilaan atau eksploitasi seksual dan/ atau Dokumen Elektronik yang
terhadap anak. Lengkapnya bunyi Pasal 52 ayat memiliki muatan penghinaan dan/atau
(1) adalah: pencemaran nama baik.
Dalam hal tindak pidana sebagaimana Ancaman pidana terhadap pelaku yang
dimaksud dalam Pasal 27 ayat ( I ) melanggar Pasal 27 ayat (3) ditentukan dalam
menyangkut kesusilaan atau eksploitasi Pasal 45 ayat (1) yang berbunyi:
seksual terhadap anak dikenakan Setiap Orang yang memenuhi unsur
pemberatan sepertiga dari pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
pokok. ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4)
Pasal 52 ayat (1) tidak berbicara apa-apa dipidana dengan pidana penjara paling
mengenai batasan umur. Seperti telah lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
dikemukakan sebelumnya, di beberapa negara paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
undang-undangnya memberikan batasan umur miliar rupiah).
bagi mereka yang masih tergolong anak (child), 6. Penyebaran Informasi yang Bermuatan
yaitu di bawah umur 18 tahun atau sampai SARA
dengan 18 tahun. Dengan tidak adanya Larangan melakukan perbuatan menyebarkan
pembatasan umur oleh UU ITE, lalu undang- informasi yang bermuatan SARA diatur dalam
undang apa yang dapat dijadikan acuan untuk Pasal 28 ayat (2) dan diancam sanksi pidana
menentukan batasan umur tersebut? Ketiadaan berdasarkan Pasal 45 ayat (2). Pasal 28 ayat (2)
batas umur menciptakan ketiadaan kepastian menentukan:
hukum bagi masyarakat. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa
2. Perjudian Online hak menyebarkan informasi yang
Larangan melakukan perjudian dengan ditujukan untuk menimbulkan rasa
menggunakan sistem elektronik atau dilakukan kebencian atau permusuhan individu dan/
secara online (e-gambling atau online gam- atau kelompok masyarakat tertentu
bling) diatur dalam Pasal 27 ayat (2) dan berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
diancam sanksi pidana berdasarkan Pasal 45 antar golongan (SARA).
ayat (1). Pasal 27 ayat (2) menentukan: Ancaman pidana terhadap pelaku yang
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa melanggar Pasal 28 ayat (2) ditentukan dalam
hak mendistribusikan dan/atau men- Pasal 45 ayat (2) yang berbunyi:
transmisikan dan/atau membuat dapat Setiap Orang yang memenuhi unsur
diaksesnya Informasi Elektronik dan/ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
atau Dokumen Elektronik yang ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan
memiliki muatan perjudian. pidana penjara paling lama 6 (enam)
Ancaman pidana terhadap pelaku yang tahun dan/atau denda paling banyak
melanggar Pasal 27 ayat (2) ditentukan dalam Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 45 ayat (1) yang berbunyi: Perbuatan yang dilarang oleh Pasal 30 ayat (2)
Setiap Orang yang memenuhi unsur tersebut adalah apa yang kita kenal sebagai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 cracking. Menurut Penjelasan Pasal 30 ayat (2):
ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) Secara teknis perbuatan yang dilarang
dipidana dengan pidana penjara paling sebagaimana dimaksud pada ayat ini dapat
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda dilakukan, antara lain dengan:
paling banyak Rp1.000.000.000,00 a. melakukan komunikasi, mengirimkan,
(satu miliar rupiah). memancarkan atau sengaja berusaha
3 Penghinaan dan atau Pencemaran Nama Baik mewujudkan hal-hal tersebut kepada siapa
Larangan melakukan penghinaan dan atau pun yang tidak berhak untuk menerimanya;
pencemaran nama baik dengan menggunakan atau
sistem komputer diatur dalam Pasal 27 ayat (3) b. sengaja menghalangi agar informasi
dimaksud tidak dapat atau gagal diterima
oleh yang berwenang menerimanya di pribadi) dari pengguna layanan jaringan
lingkungan pemerintah dan/atau pemerintah komputer. Penulis berpendapat bahwa tindakan
daerah. pencegahan kejahatan komputer dapat
Ternyata kandungan penjelasan Pasal 30 ayat dilakukan dengan meningkatkan sistem
(2) tidak sesuai untuk menjelaskan Pasal 30 pengamanan komputer, Khususnya pada
ayat (2); Penjelasan Pasal 30 ayat (2) itu lebih serangan hacker atau pun virus. Secara umum
sesuai untuk menjelaskan Pasal 32 ayat (2), kejahatan komputer dapat dicegah melalui
bukan untuk menjelaskan Pasal 30 ayat (2). faktor-faktor lingkungan yaitu:
c. Membobol Komputer dan/atau Sistem a. Pendidikan komputer sejak dini yang
Elektronik yang bertujuan selain untuk dimulai dari bangku sekolah, sehingga
mengakses juga untuk menaklukkan sistem dapat meningkatkan pengetahuan dan
pengamanan dari sistem komputer yang diakses kesadaran atas bentuk-bentuk perbuatan
itu. dalam menggunakan sarana komputer
Larangan melakukan perbuatan tersebut diatur yang salah.
dalam Pasal 30 ayat (3) yang berbunyi: b. Pengawasan terhadap warnet-warnet
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa yang ada di masyarakat , untuk
hak atau melawan hukum mengakses mencegah warnet sebagai sarang
Komputer dan/atau Sistem Elektronik penggunaan situs yang melanggar
dengan cara apa pun dengan melanggar, hukum..
menerobos, melampaui, atau menjebol c. Pengawan orang tua terhadap anak
sistem pengamanan. pengguna komputer dan internet.
Melanggar larangan Pasal 30 ayat (3) dipidana d. Membuat wadah bagi anak-anak yang
berdasarkan Pasal 46 ayat (3) yang berbunyi: memiliki kelebihan dibidang jaringan
Setiap Orang yang memenuhi unsur internet.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 e. Filterisasi situs-situs yang merusak
ayat (3) dipidana dengan pidana penjara norma anak muda oleh pemerintah.
paling lama 8 (delapan) tahun dan/ atau f. Sanksi yang tegas bagi pemilik warnet
denda paling banyak Rp jika tidak menegur users nya yang
800.000.000,00 (delapan ratus juta sedang menggunaan situs cyber
rupiah). gambling, cyberporn , dll.
Actus reus dari tindak pidana tersebut di atas g. Banyaknya komunitas black hat (hacker
adalah "mengakses". Mens rea dari tindak hitam) di Indonesia sebagai salah satu
pidana tersebut di atas adalah "dengan sengaja". dampak penyebab maraknya terjadi
Objek dari actus reus tindak pidana tersebut kejahatan di dunia maya, lemahnya
adalah sama saja dengan objek dari actus reus system computer, dan begitu kecilnya
dalam Pasal 30 ayat (l) dan ayat (2), yaitu gaji para ahli IT di Indonesia
"Komputer dan/atau Sistem Elektronik". menyebabkan para master computer
Namun yang berbeda adalah tujuan pelakunya. berbuat criminal demi mencukupi
kebutuhan financialnya, jadi perlu
peningkata taraf hidup bagi para ahli
IV. KESIMPULAN IT.

Bentuk-bentuk kejahatan komputer yang V. REFERENSI


telah muncul sejak diperkenalkannya Internet
berkaitan dengan pengembangan dan [1] Daliyo. 2001. Pengantar Hukum Indonesia.
perkembangan teknologi informasi tersebut PT.Prehalindo
dilakukan dengan bebagai metode dan varian [2] Hamzah, Andi. 2004. Asas-Asas Hukum
yaitu kejahatan terhadap harta kekayaan , Pidana. PT Rineka Cipta. Jakarta.
kejahatan yang menyangkut identitas, kejahatan [3] Heru Permana, Is. 2007. Politik Kriminal.
terhadap privasi, kejahatan terhadap sistem Penerbit Universitas Atma Jaya
komputer serta kejahatan terhadap ketertiban Yogyakarta. Yogyakarta.
umum. Mengingat perangkat teknologi dan [4] Kelsen, Hans. 2006. Teori Umum Tentang
kompetensi penegak hukum kita yang sangat Hukum dan Negara. Penerbit Nusa Media
terbatas. Pencegahannya lebih kepada upaya dan Penerbit Nuansa. Bandung.
memasyaratkan internal security (pengamanan
[5] Laela Fakhriah. Efa, 2009. Bukti Elektronik
Dalam Sistem pembuktian perdata.Alumni
Bandung..
[6] Merry, Magdalena,2007. Cyber Law, Siapa
Takut. Andi Yogyakarta.
[7] Nawawi Arief, Barda. 2008. Bunga Rampai
Kebijakan Hukum Pidana. Kencana Media
Group. Jakarta.
[8] Nawawi Arief, Barda, 2006. Tindak Pidana
Mayantara. Raja Grafindo Persada.Jakarta
[9] Partodihardji. Soemarno, 2009. Tanya
Jawab sekilas UU ITE.Gramedia Pustaka
Utama.
[10] Rahardjo, Satjipto.2008. Membedah hukum
Progresif. KOMPAS.jakarta.
[11] Remy Syahdeini, Sutan. 2009. Kejahatan
& Tindak Pidana Komputer. PT Pustaka
Utama Grafiti. Jakarta.
[12] Sehatapy, J.E. 2004. Pisau Analisis
Kriminologi. PT Citra Aditya Bakti.
Bandung.
[13] Suparni, Niniek. 2009. Cyber Space
Problematika & Antisipasi Pengaturannya.
Sinar Grafika. Jakarta.
[14] Wahid, Abdul. 2005. Kejahatan
Mayantara (Cyber Crime). PT Refika
Aditama. Bandung.
[15] Widodo. 2009. Sistem Pemidanaan Dalam
Cyber Crime. Laksbang Mediatama.
Yogyakarta.
[16] Waluyadi.1999. Pengetahuan dasar
Hukum Pidana. Mandar Maju
[17] Anwar, Yesril. 2008. Pembaharuan Hukum
Pidana, Kompas Gramedia.
[18] KUHAP
[19] Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai