Anda di halaman 1dari 5

NAMA : EKO SUMARDI

NPM : 213014905

KELAS : C

MATA KULIAH : HUKUM ACARA PERDATA

DOSEN PENGAMPU : JOHAN’S KADIR PUTRA, S.H.,M.H

TANGGAL : 13 JANUARI 2023

UJIAN AKHIR SEMESTER


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BALIKPAPAN TA. 2022 – 2023 GANJIL

MATA KULIAH : HUKUM ACARA PERDATA

HARI/TANGGAL : JUM’AT, 13 JANUARI 2023

WAKTU : 19.00 – 20.30 WITA

DOSEN : JOHAN’S KADIR PUTRA, S.H.,M.H

Catatan:

a. Waktu pengerjaan dimulai pada tanggal 11 Januari 2021 sampai dengan 13


Januari 2023 pukul 19.00 Wita
b. Jawaban dikumpulkan di fakultas pada hari Jum’at tanggal 13 Januari 2023
Pukul 19.00 Wita dengan membawa Kartu Ujian dan mengisi daftar hadir UAS
c. Jawaban UAS dapat ditulis tangan atau diketik

Soal:

1. Apakah surat kuasa yang dipergunakan saat berperkara di Pengadilan tingkat


pertama dapat juga dipergunakan sampai dengan tingkat kasasi di Mahkamah Agung
Republik Indonesia? Jelaskan pendapat saudara beserta dasar hukumnya!
2. Apakah gugatan terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) yang berdomisili di luar
negeri dapat diajukan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat? Jelaskan pendapat
saudara beserta dasar hukumnya!
3. Apakah pemanggilan pihak yang berperkara yang tidak diketahui keberadaannya
dapat dilakukan pemanggilan melalui media online? Jelaskan pendapat saudara
disertai dasar hukumnya!
4. Apakah dalam pembuatan surat gugatan wajib disertai materai? Jelaskan pendapat
saudara disertai dasar hukumnya!
5. Apakah terhadap kasus gagal ginjal yang dialami oleh banyak anak Indonesia saat ini,
mekanisme gugatan dapat menggunakan gugatan citizen law suite? Jelaskan pendapat
saudara disertai dasar hukumnya!
6. Apakah terhadap fenomena banjir yang kerap melanda Kota Balikpapan, warga
Balikpapan dapat mengajukan gugatan kepada Pemerintah Daerah dengan
menggunakan mekanisme gugatan class action? Jelaskan pendapat saudara disertai
dasar hukumnya!

Jawaban :
1. Surat kuasa yang dipergunakan saat berperkara di Pengadilan tingkat pertama tidak
dapat digunakan sampai dengan tingkat kasasi di Mahkamah Agung Republik
Indonesia. Surat kuasa harus diperbaharui setiap kali seseorang akan mengajukan
permohonan kasasi. Ini karena ada perbedaan yang cukup signifikan antara tingkat
pertama dan kasasi dari segi prosedur dan substansi hukum.

Dasar hukumnya adalah Pasal 34 ayat (2) UU No. 48 tahun 2009 tentang Mahkamah
Agung yang menyatakan: "Untuk setiap tingkat peradilan yang berbeda, kuasa harus
diperbaharui." Pasal tersebut diatas mengamanatkan agar dalam setiap tingkat
peradilan yang berbeda maka kuasa harus diperbaharui. dan hal tersebut juga diatur
dalam KUHPerdata, mengatur bahwa kuasa yang diterbitkan untuk tingkat pertama
saja tidak dapat digunakan untuk tingkat banding dan kasasi.

2. Gugatan terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) yang berdomisili di luar negeri
tidak dapat diajukan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, atau di mana pun di dalam
negeri. Gugatan tersebut harus diajukan di negara tempat WNI tersebut
berdomisili.

Dasar hukumnya adalah Pasal 13 ayat (1) UU No. 4 tahun 1996 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara yang menyatakan : "Untuk melakukan tindakan hukum di wilayah
Republik Indonesia, Warga Negara Indonesia yang berdomisili di luar negeri harus
memenuhi syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan."

Sedangkan dalam UU No 4 tahun 1996 pasal 14 ayat 1 yang menyatakan bahwa


"Tindakan hukum yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia yang berdomisili di
luar negeri ditentukan oleh peraturan perundang-undangan negara tempat ia
berdomisili."

Jadi WNI yang berdomisili di luar negeri harus mengikuti peraturan hukum negara
tersebut dan tidak bisa mengajukan gugatan dalam negeri.

3. Pemanggilan pihak yang berperkara yang tidak diketahui keberadaannya dapat


dilakukan melalui media online jika diperbolehkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Namun perlu diperhatikan bahwa ada persyaratan yang harus
dipenuhi seperti pemberitahuan yang cukup dan dapat dibuktikan, terutama pada
jenis pemanggilan yang berdampak hukum seperti pemanggilan dalam proses
penyidikan atau proses pengadilan.

Dasar hukumnya dapat ditemukan pada Pasal 12 UU ITE (Undang-Undang Informasi


dan Transaksi Elektronik) yang mengatur mengenai legalitas e-document dan e-
transaction, dimana salah satunya adalah pemberitahuan melalui media elektronik
(email, sms, dsb) dapat diakui sebagai pemberitahuan yang sah. Namun pada setiap
pemberitahuan harus dibuktikan sebagai pemberitahuan yang sah, atau bahwa
penerima pemberitahuan benar-benar memiliki identitas yang dinyatakan.

Pada proses peradilan diatur di dalam KUHPerdata, Pasal 41 ayat 1 yang menyatakan
"pemberitahuan dilakukan dengan menyampaikan surat dalam waktu yang wajar ke
alamat yang ditentukan atau dengan menyampaikan surat melalui pos atau
menyampaikan surat dengan menggunakan fasilitas elektronik."

Jadi pemanggilan melalui media online dapat dilakukan jika diperbolehkan oleh
peraturan perundang-undangan dan pemberitahuan harus dapat dibuktikan.

4. Dalam pembuatan surat gugatan, tidak selalu wajib disertai materai. Beberapa
peraturan perundang-undangan mengatur bahwa materai diperlukan hanya pada
dokumen yang diajukan ke pengadilan. Namun, pada beberapa kondisi tertentu,
materai juga diperlukan pada dokumen yang diajukan ke lembaga atau instansi lain.
Dasar hukumnya adalah Pasal 18 UU No. 13 tahun 1985 tentang Materai yang
menyatakan "Setiap dokumen yang diwajibkan oleh undang-undang, peraturan
pemerintah atau peraturan daerah untuk diberi materai harus diberi materai."

Secara umum dalam proses peradilan dalam KUHPerdata pasal 207 ayat 1
menyatakan: " gugatan diajukan dengan membuat surat gugatan yang diterima oleh
pengadilan dan dibubuhi materai yang cukup."

Dalam praktiknya, dalam mengajukan gugatan pada pengadilan seringkali harus


menyertakan materai sebagai bukti pembayaran biaya pengajuan gugatan. Namun
demikian, pada beberapa kondisi tertentu pengadilan dapat menerima pengajuan
gugatan tanpa materai, jika pengaju gugatan tidak mampu atau mengajukan gugatan
dalam bentuk e-filing (pengajuan online).

5. Mekanisme gugatan dapat menggunakan gugatan citizen law suite terhadap kasus
gagal ginjal yang dialami oleh banyak anak Indonesia saat ini. Gugatan citizen law
suite adalah mekanisme gugatan yang dilakukan oleh warga negara atau masyarakat
(citizen) untuk menuntut hak atau keadilan atas pelanggaran yang dilakukan oleh
pihak tertentu, misalnya dalam hal ini pelanggaran yang dilakukan oleh pihak yang
dianggap berperan dalam kasus gagal ginjal yang dialami oleh anak-anak.

Dasar hukumnya adalah dari Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang mengatur tentang mekanisme gugatan
citizen law suite di dalam pasal 1 ayat 1 dan ayat 2. Pasal tersebut menyatakan
bahwa "Setiap orang berhak untuk mengajukan gugatan atas pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang dianggap berperan dalam tindak pidana korupsi yang
dilakukan dalam lingkungan birokrasi" dan "Gugatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat diajukan oleh individu atau kelompok masyarakat"

Meskipun terdapat pasal yang mengatur mekanisme gugatan citizen law suite, harus
diingat bahwa prosedur gugatan citizen law suite masih memerlukan tahapan yang
cukup rumit dan memerlukan dukungan dari beberapa pihak untuk menuntut hak atau
keadilan yang diinginkan, seperti dukungan dari lembaga yang berwenang dan
dukungan dari saksi-saksi yang memiliki informasi yang dibutuhkan dalam proses
gugatan.

6. Mungkin, warga Balikpapan dapat mengajukan gugatan kepada Pemerintah Daerah


dengan menggunakan mekanisme gugatan class action terhadap fenomena banjir yang
kerap melanda kota tersebut. Class action adalah mekanisme gugatan yang dilakukan
oleh sekelompok orang yang merasa dirugikan oleh tindakan yang sama atau tindakan
yang memiliki kaitan yang sama. Dalam hal ini, warga Balikpapan yang merasa
dirugikan oleh fenomena banjir yang terjadi di kota tersebut dapat bergabung dalam
sebuah kelompok dan mengajukan gugatan bersama-sama (class action) kepada
Pemerintah Daerah yang dianggap bertanggung jawab atas fenomena tersebut.

Namun, harus diingat bahwa mekanisme gugatan class action tidak diatur secara
eksplisit dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu,
gugatan tersebut harus diajukan melalui mekanisme yang diterapkan oleh pengadilan
yang berlaku, dan diterapkan secara khusus di setiap tingkat peradilan, seperti pada
gugatan kolektif (collective action) yang sering diterapkan pada tingkat nasional.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan untuk mengajukan gugatan kepada
pemerintah dalam bentuk gugatan kolektif dengan memperhatikan peraturan yang
berlaku, memerlukan dukungan dari beberapa pihak untuk menuntut hak atau
keadilan yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai