PENGAJUAN JUDICIAL REVIEW KE PENGAJUAN JUDICIAL REVIEW KE MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH KONSTITUSI KewenanganMahkamah Agung Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (MA) terkait dengan judicial 3 huruf a jo. Pasal 10 UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), salah satu a. MA menguji undangan mempunyai peraturan di wewenang perundangundangkewenangan Mahkamah Konstitusi (MK) undang adalah terhadap menguji UUD undangNegara
bawah
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang atas alasan bertentangan dengan peraturan Pemohon judicial review adalah
perundang-undangan yang lebih tinggi atau pembentukannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku. (Lihat Pasal 31 ayat [1] dan [2] UU No. 5 Tahun 2004 tentang
dirugikan oleh berlakunya undangundang, yaitu (Pasal 51 ayat [1] UU MK): a. perorangan Indonesia; b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan warga negara
masyarakat dan prinsip Negara Permohonan pengujian di peraturan bawah undangKesatuan yang Republik dalam Indonesia undangperundang-undangan undang-undang
diatur
terhadap
undang
diajukan
langsung
oleh c.
pemohon atau kuasanya kepada MA dan dibuat secara TERTULIS dan rangkap sesuai keperluan dalam Bahasa Indonesia (lihat Pasal 31A ayat [1] UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Keduaatas UU No. 14 Tahun 1985 tentang Permohonan wajib dibuat dengan uraian yang jelas mengenai pengujian undang-undang Undang Permohonan judicial review hanya dapat dilakukan oleh pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan perundangPermohonan diajukan secara tertulis dalam a. perorangan Indonesia; b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan i. Nama a. Identitas Pemohon, meliputi: warga negara Bahasa Indonesia dan Dasar terhadap Negara UndangRepublik Mahkamah Agung UU 3/2009).
ditandatangani oleh Pemohon atau kuasanya dalam 12 rangkap (lihat Pasal 29 UUMK) yang
memuat sekurang-kurangnya:
iii. Pekerjaan c. badan hukum publik atau badan iv. Kewarganegaraan hukum privat. v. Alamat Lengkap (lihat Pasal 31A ayat [2] UU 3/2009) vi. Nomor telepon/faksimili/telepon
selular/e-mail (bila ada) Permohonan harus memuat: a. nama dan alamat pemohon; b. uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan dan menguraikan dengan jelas bahwa: ii. 1. materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian peraturan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon yang berisi uraian yang jelas mengenai anggapan hak Pemohon tentang i. kewenangan Mahkamah; b. Uraian mengenai hal yang menjadi dasar permohonan yang meliputi: sekurang-kurangnya
dan/atau
kewenangan
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lebih tinggi; dan/atau 2. pembentukan perundang-undangan memenuhi berlaku; dan c. hal-hal diputus. yang diminta untuk ketentuan peraturan tidak yang yang
konstitusional Pemohon yang dirugikan dengan berlakunya UU yang dimohonkan untuk diuji; iii. alasan permohonan pengujian diuraikan rinci. secara jelas dan
c. Hal-hal yang dimohonkan untuk (lihat Pasal 31A ayat [3] UU 3/2009) diputus dalam permohonan
pengujian formil, yaitu: i. Permohonan judicial review ke MA diatur lebih rinci dalam Perma No. 1 Tahun 2004 tentang Hak Uji ii. menyatakan bahwa Materiil (Perma 1/2004) dengan menggunakan terminologi mengabulkan Pemohon; permohonan
pembentukan UU berdasarkan
keberatan
diajukan
kepada
MA
dengan cara: a. Langsung ke MA; atau b. Melalui Pengadilan Negeri yang membawahi wilayah hukum d. Hal-hal yang dimohonkan untuk diputus c. Permohonan Keberatan diajukan dalam tenggang waktu 180 hari sejak ditetapkan peraturan yang ii. i. mengabulkan Pemohon; menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/atau biaya saat bagian dari UU dimaksud UUD permohonan dalam permohonan mempunyai kekuatan hukum mengikat.
perundang-undangan
bersangkutan (Pasal 2 ayat [4] Perma 1/2004). d. Pemohon permohonan mendaftarkan membayar pada
dengan
permohonan
keberatan yang besarnya akan diatur tersendiri (Pasal 2 ayat [5] Perma 1/2004). e. Dalam hal permohonan keberatan diajukan langsung ke Mahkamah Agung (Pasal 3 Perma 1/2004): i. Didaftarkan di Kepaniteraan Mahkamah Agung; ii. Dibukukan permohonan; iii. Panitera Mahkamah Agung memeriksa kelengkapan berkas dalam buku register
menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dari UU dimaksud tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
(lihat Pasal 31 UU MK jo. Pasal 5 Peraturan MK No. 06/PMK/2005 Tahun 2005 tentang Pedoman
dan
terdapat meminta Pemohon Pengajuan permohonan harus disertai dengan alat bukti yang mendukung permohonan tersebut yaitu alat bukti berupa (Pasal 31 ayat [2] jo. Pasal 36 UU MK): a. surat atau tulisan; keterangan saksi; keterangan ahli; keterangan para pihak; petunjuk; dan alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan,
kekurangan langsung
f. Dalam hal permohonan keberatan diajukan melalui Pengadilan b. c. d. e. ii. Permohonan atau kuasanya yang sah membayar biaya permohonan tanda terima; iii. Permohonan dibukukan dalam buku register permohonan; iv. Panitera Pengadilan Negeri memeriksa kelengkapan Di samping diajukan dalam bentuk tertulis permohonan juga diajukan dalam format digital yang disimpan secara elektronik dalam media dan diberikan f.
diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu.
permohonan keberatan yang telah didatarkan oleh Pemohon atau kuasanya yang sah, dan apabila terdapat kekurangan dapat kepada meminta pemohon langsung atau
penyimpanan berupa disket, cakram padat (compact disk) atau yang serupa dengan itu (lihat Pasal 5 ayat [2] Peraturan MK 6/2005).
1.
Permohonan
diajukan
kepada
Mahkamah melalui Kepaniteraan. 2. Proses pemeriksaan kelengkapan administrasi permohonan bersifat terbuka diselenggarakan yang melalui dapat forum
sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor tentang Konstitusi, yaitu: i. foto kopi identitas diri berupa KTP dalam hal Pemohon perorangan negara Indonesia, ii. bukti keberadaan adalah warga 24 Tahun 2003
Mahkamah
maupun privat dalam hal Pemohon adalah badan hukum, iv. peraturan perundangundangan pembentukan lembaga negara yang
bersangkutan dalam hal Pemohon lembaga negara. b. Bukti surat atau tulisan yang berkaitan dengan alasan adalah
persidangan, Pemohon
bermaksud mengajukan ahli dan/atau saksi; d. Daftar bukti-bukti lain yang dapat berupa informasi yang disimpan dalam atau dikirim melalui media elektronik,
bila dipandang perlu. 4. Apabila berkas permohonan dinilai telah lengkap, berkas permohonan dinyatakan diterima oleh Petugas Kepaniteraan dengan memberikan Akta Penerimaan Berkas Perkara kepada Pemohon. 5. Apabila lengkap, permohonan Panitera belum
Mahkamah
memberitahukan kepada Pemohon tentang kelengkapan permohonan yang harus dipenuhi, dan Pemohon harus sudah melengkapinya dalam waktu (tujuh) selambat-lambatnya hari kerja 7 sejak
diterimanya Akta Pemberitahuan Kekuranglengkapan Berkas. 6. Apabila kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud ayat (7) tidak dipenuhi, maka Panitera menerbitkan akta yang
menyatakan bahwa permohonan tersebut tidak diregistrasi dalam BRPK dan diberitahukan kepada Pemohon disertai dengan
pengembalian berkas permohonan. 7. Permohonan pengujian undangundang diajukan tanpa dibebani biaya perkara. (lihat Pasal 6 Peraturan MK 6/2005).
Dasar hukum: 1. Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi 2. Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung 3. Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung 4. Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2004 tentang Hak Uji Materiil 5. Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 06/PMK/2005 Tahun 2005 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang