Anda di halaman 1dari 7

UROLITIASIS

I. PENGERTIAN Batu saluran kemih (urolitiasis) adalah adanya batu pada saluran kemih yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan statis dan infeksi. Mengacu pada adanya batu (kalkuli) pada traktus urinarius. Urolithiasis adalah suatu kedaruratan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanging wanita dengan perbandingan 3:1 dalam usia 30-60 tahun. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. Vesikolithiasis (batu kandung kemih) adalah terdapatnya batu di kandung kemih. Vesikolithiasis mengacu pada adanya batu/kalkuli dalam vesika urinaria. Batu dibentuk dalam saluran perkemihan (vesika urinaria) ketika kepekatan urine terhadap substansi, yaitu kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat mengalami peningkatan. Batu perkemihan (urolithiasis) dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tapi yang paling sering ditemukan didalam ginjal (nephrollihiasis). Kira-kira satu pertiga dari individu yang menderita pada saluran kemih atas akan mengalami pengangkatan ginjal yang dijangkiti. Urolithiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya batu (urolith) atau kristal-kristal pada saluran air kencing (tractus urinarius). Batu dan kristal tersebut dapat ditemukan di ginjal, urethra, dan kebanyakan di vesika urinaria (kandung kencing). Adanya batu atau polikristal tersebut dapat membuat iritasi saluran air kencing, akibatnya saluran tersebut rusak, ditemukan darah bersama urin yang dapat menimbulkan rasa sakit. Polikristal ini terdiri dari Kristal organic atau anorganik (90-95%) dan matriks organic (5-10%) dan unsur lain dalam jumlah kecil. (http://erwinklinik.multiply.com/journal/item/9) II. ETIOLOGI Masih belum dapat dipastikan kemungkinan adanya, namun secara umum penyebab dari penyakit ini adalah sebagai berikut: a. Faktor infeksi, dimana penyebab tersering dari infeksi ini adalah adanya Escherichia Coli.

b. Peningkatan vitamin D c. Diet yang salah. d. Kekurangan minum atau dehidrasi. e. Hyperparathiroidisme, penyakit metabolic bawaan. f. Factor lingkungan yang secara umum berasal dari factor sumber pemerolehan air minum. g. Tirah baring yang lama. III. MANIFESTASI KLINIS. Adanya batu pada traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi dan infeksi. Ketika batu menghambat aliran urine maka menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pada ginjal serta ureter. Infeksi yang disertai demam, menggigil, disuria terjadi karena iritasi yang terusmenerus. Bila nyeri mendadak menjadi akut disertai nyeri tekan diseluruh area kosto vertebral dan muncl mual dah muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidak nyamanan abdominal terjadi karena reflek renointestinal ginjal ke lambung dan usus besar. Batu yang terjebak di kandung kemih menyebabkan gejala iritasi. Jika batu menyebabkan obstruksi akan menyebabkan terjadinya retensio urine. IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a) Laboratorium Urine analisis, volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, dan sediment. Urine kultur meliputi: mikroorganisme, sensitivity test. Darah yang meliputi: leuco, diff, LED, kadar ureum dan kreatinin, kadar urine acid, kadar cholesterol, GTT, UCT. b) Rontgen foto BNO/buik neir overzicht = CVB (ginjal, ureter, buli-buli) = plain foto abdomen. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui: batu dalam saluran kemih, tulang-tulang, ileo spoas lining, dan contour ginjal. V. MACAM BATU MENURUT TEMPATNYA a. Batu ginjal.

Batu yang terbentuk di ginjal dapat menetap pada beberapa tempat di bagian ginjal, seperti di kalix minor atas dan bawah, di kalix mayor, di daerah pyelum dan di atas (up junction). Batu di kalix minor atas. Batu ini kemungkinan silent stone dengan symptom stone. Batu di kalix monir bawah. Batu yang terdapat di bagian ini biasanya merupakan batu koral (staghorn stone), dan berbentuk seperti arsitektur dari kalices. Batu ini makin lama akan bertambah besar dan mendesak pharencim ginjal sehingga pharencim ginjal semakin menipis. Jadi batu ini potensial berbahaya bagi ginjal. Batu di kalix mayor. Jenis batu ini adalah batu koral (staghorn stone), tetapi tidak menyumbat. Batu pada daerah ini sering tidak menimbulkan gejala mencolok / akut, tetapi sering ditemukan terjadinya pielonefritis karena infeksi yang berulang-ulang. Batu inipun makin lama akan semakin membesar dan mendesak pharencim ginjal sehingga pharencim ginjal akan semakin menipis, batu inipun berbahaya bagi ginjal. Batu di pyelum ginjal. Batu-batu ini kadang-kadang dapat menyumbat dan menimbulkan infeksi sehingga dapat menyebabkan kolik pain dan gejala lain. Tindakan pengobatannya sebaiknya batu pada daerah ini dilakukan pengangkatan batu, karena batu dapat tumbuh terus ke dalam kalix mayor sehingga tindakan operasi akan lebih sulit untuk dilaksanakan. Batu di atas Up Junction. Daerah up junction merupakan salah satu tempat penyempitan ureter yang fisiologist, sehingga besarnya batu diperkirakan tidak dapat melalui daerah tersebut. b. Batu ureter. Tanda dan gejala: Tiba-tiba timbul kolik pain mulai dari pinggang hingga testes pria atau ovarium pada wanita, pada posisi apapun pasien sangat kesakitan. Kadang-kadang disertai perut kembung, nausea, muntah.

Gross hematuria.

c. Batu buli-buli. Batu buli-buli terdapat pada semua golongan umur dari anak sampai orang dewasa. VI. PENATALAKSANAAN a. Farmako terapi. VII. Natrium Bikarbonat. Asam Aksorbal. Diuretik Thiasid. Alloporinol.

b. Pengangkatan batu melalui Pembedahan. Pielolitotomi. Uretolitotomi. Sistolitotomi. Lithotripsi ultrasonic perkutan / PUL.

PATOFISIOLOGI 1) Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih. 2) Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu. 3) Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih. Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, obstruksi mungkin terjadi hanya parsial atau lengkap. Obstruksi yang lengkap bisa menjadi hidronefrosis yang disertai tanda-tanda dan gejalagejalanya.

Proses patofisiologisnya sifatnya mekanis. Urolithiasis merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seperti pus, darah, jaringan yang tidak vital, tumor atau urat. Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat intake cairan rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat ISK atau urin statis, mensajikan sarang untuk pembentukan batu. Di tambah adanya infeksi meningkatkan ke basahan urin (oleh produksi amonium), yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat. Urolithiasis kristalisasi dari mineral dari matriks seputar (pus, darah, jaringan yang tidak vital, tumor atau urat) intake cairan rendah Peningkatan konsentrasi larutan urin ISK atau urin statis peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi meningkatkan ke basahan urin (oleh produksi amonium) presipitasi kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat. sarang untuk pembentukan batu Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : a) Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan. b) Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.

c) Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan. Kecepatan tumbuhnya batu tergantung kepada lokasi batu, misalnya batu pada buli-buli lebih cepat tumbuhnya dibanding dengan batu pada ginjal. Selain itu juga tergantung dari reaksi air seni, yaitu batu asam akan cepat tumbuhnya dalam urin dengan pH yang rendah. Komposisi urin juga akan mempermudah pertumbuhan batu, karena terdapat zat-zat penyusun air seni yang relatif tidak dapat larut. Hal lain yang akan mempercepat pertumbuhan batu adalah karena adanya infeksi. Batu ginjal dalam jumlah tertentu tumbuh melekat pada puncak papil dan tetap tinggal dalam kaliks, yang sampai ke pyelum yang kemudian dapat berpindah ke areal distal, tetap tinggal atau menetap di tempat dimana saja dan berkembang menjadi batu yang besar. VIII. KOMPLIKASI Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih, pylonetritis, yang pada akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya yang jauh lebih parah. IX. MANIFESTASI KLINIS a. Disamping adanya serangan sakit hebat yang timbul secara mendadak yang berlangsung sebentar dan kemudian hilang tiba-tiba untuk kemudian, timbul lagi, disertai nadi cepat, muka pucat, berkeringat dingin dan tekanan darah turun atau yang disebut kolik, dapat pula disertai rasa nyeri yang kabur berulang-ulang di daerah ginjal dan rasa panas atau terbakar di pinggang yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Hematuri dapat juga terjadi apabila terdapat luka pada saluran kemih akibat pergeseran batu. b. Bila terjadi hydronefrosis dapat diraba pembesaran ginjal. Urin yang keruh dan demam akan juga dialami penderita batu ginjal. Demam menandakan infeksi penyerta. Jika terjadi penyumbatan saluran kemih menyeluruh, suhu tubuh bisas mendadak tinggi berulang-ulang. c. Anuria akan terjadi jika ada batu bilateral atau jika hanya ada satu ginjal penderita.

X.

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 1) Gangguan rasa nyaman: adanya rasa nyeri yang berlebihan pada daerah pinggang b.d adanya batu pada daerah yang sempit pada ureter atau pada ginjal. 2) Perubaha pola eliminasi b.d adanya obstruksi (calculi) pada renal atau pada uretra. 3) Risiko retensi urin b.d obstruksi renal

Sumber :

http://www.pendidikan-kesehatan.co.cc/2011/04/askep-urolithiasis.html http://www.scribd.com/doc/43088793/urolithiasis http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/09/urolitiasis/ (http://erwinklinik.multiply.com/journal/item/9)

Di cek lagi y udin.

Anda mungkin juga menyukai